• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku koas paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "buku koas paru"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

TB

TB Paru Paru 22

Asma

Asma Bronkial Bronkial 1111

Pneumonia 14

Pneumonia 14

PPOK 18

PPOK 18

Kanker

Kanker Paru Paru 2121

Edema

Edema Paru Paru 2323

Bronkiektasis 24

Bronkiektasis 24

Gagal

Gagal Nafas Nafas 2525

Bronkitis

Bronkitis Akut Akut 2626

Empiema 27

Empiema 27

Abses

Abses Paru Paru 2828

Aspirasi

Aspirasi Cairan Cairan Pleura Pleura 2929

Pleurodesis 31

Pleurodesis 31

CATATAN: CATATAN:

Buku ini hanya penyederhanaan dan penggabungan dari buku Pedoman Paru yang dikeluarkan Buku ini hanya penyederhanaan dan penggabungan dari buku Pedoman Paru yang dikeluarkan

PDPI, Protap Paru RSUD Ulin dan pedoman dari Global Initiative for Asthma PDPI, Protap Paru RSUD Ulin dan pedoman dari Global Initiative for Asthma

(4)
(5)

TB PARU

TB PARU

A. Patogenesis A. Patogenesis 1. Tuberkulosis Primer 1. Tuberkulosis Primer Kuman TB

Kuman TB  saluran napassaluran napas  bersarang di jaringan parubersarang di jaringan paru  memebentuk sarang primer afek memebentuk sarang primer afek  primer

primer  peradangan saluran getah bening menuju hilus (Iimfangitis lokal)peradangan saluran getah bening menuju hilus (Iimfangitis lokal)  pembesaranpembesaran kelenjer getah bening di hilus (Iimfadenitis regional).

kelenjer getah bening di hilus (Iimfadenitis regional).

Afek primer + Iimfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Afek primer + Iimfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut : Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :

1.

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekaliSembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali 2.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang Ghon, garis fibrotik, sarangSembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

perkapuran di hilus) 3.

3. menyebar dengan cara :menyebar dengan cara : a.

a. Perkontinuitatum (menyebar ke sekitarnya)Perkontinuitatum (menyebar ke sekitarnya) b.

b. Penyebaran Penyebaran secara secara bronkogen, baik bronkogen, baik di di paru paru bersangkutan bersangkutan maupun ke maupun ke paruparu sebelahnya. Tertelannya dahak bersama ludah. Penyebaran juga terjadi ke dalam sebelahnya. Tertelannya dahak bersama ludah. Penyebaran juga terjadi ke dalam usus.

usus. c.

c. Penyebaran secara hematogen dan Iimfogen. Sangat bersangkutan dengan dayaPenyebaran secara hematogen dan Iimfogen. Sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis menimbulkan keadan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh tuberkulosa. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.

lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. 2. Tuberkulosis post-primer

2. Tuberkulosis post-primer

Dari tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis Dari tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer. Tuberkulosis post primer mempunyai macam-macam nama, tuberkulosis bentuk dewasa, primer. Tuberkulosis post primer mempunyai macam-macam nama, tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menulari sekitarnya.

terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menulari sekitarnya.

Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umunya terletak di segmen Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umunya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan:

salah satu jalan: 1.

1. Diresorpsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacatDiresorpsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat 2.

2. Sarang tadi mula-mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan denganSarang tadi mula-mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti, sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti, bila jaringan keju dibatukkan keluar.

bila jaringan keju dibatukkan keluar. 3.

3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akanSarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju tadi keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, muncul dengan dibatukkannya jaringan keju tadi keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :

kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini : a.

a. Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. SarangMungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang sebutkan diatas.

(6)
(7)

b.

b. Dapat pula memadat dan membungkus diri dan disebut tuberkuloma.Dapat pula memadat dan membungkus diri dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.

mencair lagi dan menjadi kaviti lagi. c.

c. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan sebagai bintang (stellate shaped).

kelihatan sebagai bintang (stellate shaped). B. Klasifikasi

B. Klasifikasi 1. TB Paru 1. TB Paru

tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)

1.

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi dalam :Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi dalam : a.

a. Tuberkulosis paru BTA (+)Tuberkulosis paru BTA (+)

•• 2 dari 3 spesimen dahak positif 2 dari 3 spesimen dahak positif 

•• Satu spesimen dahak positif + radiologi tuberkulosis aktif.Satu spesimen dahak positif + radiologi tuberkulosis aktif. •• Satu spesimen dahak positif + biakan positif Satu spesimen dahak positif + biakan positif 

b.

b. Tuberkulosis paru BTA (-)Tuberkulosis paru BTA (-)

•• dahak 3 kali negative + gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkandahak 3 kali negative + gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif + tidak respons antibiotik spektrum luas

tuberkulosis aktif + tidak respons antibiotik spektrum luas •• dahak negatif + biakan negatif + gambaran radiologik positif dahak negatif + biakan negatif + gambaran radiologik positif  2.

2. Berdasarkan tipe penderitaBerdasarkan tipe penderita a.

a. Kasus baruKasus baru

belum pernah mendapat OAT atau menelan OAT kurang dari satu bulan belum pernah mendapat OAT atau menelan OAT kurang dari satu bulan b.

b. Kasus kembuh ( relaps )Kasus kembuh ( relaps )

pernah mendapat OAT dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, pernah mendapat OAT dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

biakan positif. c.

c. Kasus pindahan (transfer)Kasus pindahan (transfer)

sedang pengobatan di kabupaten lain pindah berobat ke kabupaten ini. sedang pengobatan di kabupaten lain pindah berobat ke kabupaten ini. d.

d. Kasus lalai berobatKasus lalai berobat

paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

berobat. e.

e. Kasus gagalKasus gagal

•• penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif padapenderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih

satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih

•• penderita BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif padapenderita BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.

perburukan. f.

f. Kasus kronik Kasus kronik 

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategoti 2 dengan pengawasan yang baik.

pengobatan ulang kategoti 2 dengan pengawasan yang baik. g.

g. Kasus bekas TBKasus bekas TB

•• mikroskopik negatif mikroskopik negatif  •• Gejala klinik tidak adaGejala klinik tidak ada •• Radiologik lesi TB inaktif Radiologik lesi TB inaktif 

(8)
(9)

•• Riwayat pengobatan OAT yang adekuatRiwayat pengobatan OAT yang adekuat

2. TB Ekstra Paru 2. TB Ekstra Paru

a.

a. TB ekstra paru ringanTB ekstra paru ringan

Misalnya : TB kelenjer limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang Misalnya : TB kelenjer limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjer adrenal.

belakang), sendi dan kelenjer adrenal. b.

b. TB ekstra paru berat :TB ekstra paru berat :

Misalnya : meningitis, millier, parikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, Misalnya : meningitis, millier, parikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

C. Anamnesis C. Anamnesis

1.

1. Gejala respiratorik Gejala respiratorik  c.

c. Batuk Batuk ≥≥ 3 minggu3 minggu d.

d. Batuk darahBatuk darah e.

e. Sesak napasSesak napas f.

f. Nyeri dadaNyeri dada

(TB ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadentis tuberkulosis akan (TB ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadentis tuberkulosis akan terjadi pembesaran KGB yang lambat dan tidak nyeri)

terjadi pembesaran KGB yang lambat dan tidak nyeri) 2.

2. Gejala sistemik Gejala sistemik  a.

a. DemamDemam b.

b. Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurunGejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

D. Pemeriksaan Fisik D. Pemeriksaan Fisik

Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus inferior.

posterior, serta daerah apex lobus inferior.  - suara napas bronkial, amforik,

- suara napas bronkial, amforik, - suara napas melemah, ronki basah - suara napas melemah, ronki basah

- tanda-tanda penerikan paru, diafragma & mediastinum. - tanda-tanda penerikan paru, diafragma & mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyak cairan di rongga Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyak cairan di rongga pleura.

pleura.

- perkusi pekak  - perkusi pekak 

- suara napas yang melemah

- suara napas yang melemah tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada Iimfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran KGB tersering di daerah leher (pikirkan Pada Iimfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran KGB tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang didaerah ketiak. Pemeriksaan kelenjer tersebut kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang didaerah ketiak. Pemeriksaan kelenjer tersebut dapat menjadi “ cold abscess”.

dapat menjadi “ cold abscess”.

E. Pemeriksaan Penunjang E. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan spesimen - Pemeriksaan spesimen

1.

1. Bahan pemeriksaan: dahak, cairan pleura,Bahan pemeriksaan: dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinalliquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavege/BaL), urin, faeces dan jaringan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavege/BaL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH) 2.

2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahanCara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara : Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara :

(10)
(11)

A.

A. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan) B.

B. Dahak pagi (keesokan harinya)Dahak pagi (keesokan harinya) C.

C. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi )Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi )

Bahan pemeriksaan / spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan / ditampung dalam pot Bahan pemeriksaan / spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan / ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampung 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan yang bermulut lebar, berpenampung 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor.

tidak bocor.

- Pemeriksaan Radiologik - Pemeriksaan Radiologik 

 foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. (Pemeriksaan lain atas indikasi : foto toraksfoto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. (Pemeriksaan lain atas indikasi : foto toraks apiko-lordotik, ablik, CT-Scan)

apiko-lordotik, ablik, CT-Scan) 1.

1. TB aktif :TB aktif : a)

a) bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atau dan segmenbayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atau dan segmen superior lobus bawah paru

superior lobus bawah paru b)

b) Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodularKaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular c)

c) Bayangan bercak milierBayangan bercak milier d)

d) Efusi pleura unilateralEfusi pleura unilateral 2.

2. TB inaktif TB inaktif  a)

a) Fibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan segmen superiorFibrotik, terutama pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas dan segmen superior bawah paru

bawah paru b)

b) KalsifikasiKalsifikasi c)

c) Penebalan pleuraPenebalan pleura

Luas proses yang tampak pada foto toraks: Luas proses yang tampak pada foto toraks:

1.

1. Lesi minimalLesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak  lebih dari volume paru yang terletak diatas

lebih dari volume paru yang terletak diatas chondrostemal junctionchondrostemal junction dari iga kedua dandari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebrata torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V (sela iga prosesus spinosus dari vertebrata torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V (sela iga 11) dan tidak dijumpai kaviti

11) dan tidak dijumpai kaviti 2.

2. Lesi luasLesi luas

Bila proses lebih luas dari lesi minimal Bila proses lebih luas dari lesi minimal Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Darah 1.

1. Laju endap darah (LED)Laju endap darah (LED) 2.

2. Pemeriksaan serologi:Pemeriksaan serologi: a.

a.  Enzym linked immunosorbent assay Enzym linked immunosorbent assay ( ELISA)( ELISA) b.

b.  Mycodot  Mycodot  c.

c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)Uji peroksidase anti peroksidase (PAP) Pemeriksaan lain

Pemeriksaan lain a.

a. analisis cairan pleura & uji Rivalta pada penderita efusi pleuraanalisis cairan pleura & uji Rivalta pada penderita efusi pleura  Rivalta positif danRivalta positif dan kesan cairan eksudat

kesan cairan eksudat b.

b. Polymerase chain reastionPolymerase chain reastion (PCR)(PCR) Uji tuberkulin

Uji tuberkulin

F. Pengobatan Tuberkulosis F. Pengobatan Tuberkulosis

terbagi menjadi 2 fase: terbagi menjadi 2 fase:

(12)
(13)

-- fase intensif (2-3 bulan)fase intensif (2-3 bulan) -- fase lanjutan 4 atau 7 bulan.fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Obat Anti Tuberkulosis

Obat Anti Tuberkulosis 1.

1. Jenis obat utama yang digunakan adalah :Jenis obat utama yang digunakan adalah : a. a. RifampisinRifampisin b. b. INHINH c. c. PirazinamidPirazinamid d. d. StreptomisinStreptomisin e. e. EtambutolEtambutol 2.

2. Kombinasi dosis tetap ( Fixed dose combination )Kombinasi dosis tetap ( Fixed dose combination )

Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 4 obat antituberkulosis, yaitu rifamsinin, INH, Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 4 obat antituberkulosis, yaitu rifamsinin, INH, pirazinamid dan etambutol dan 3 obat antituberkulosis, yaitu rifampisin, INH dan pirazinamid dan etambutol dan 3 obat antituberkulosis, yaitu rifampisin, INH dan pirazinamid.

pirazinamid. 3.

3. Jenis obat tambahan lainnyaJenis obat tambahan lainnya a.

a. KanamisinKanamisin b.

b. KuinolonKuinolon c.

c. Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amaksilin + asam klavulanatObat lain masih dalam penelitian : makrolid, amaksilin + asam klavulanat d.

d. Derivat rifampisin dan INHDerivat rifampisin dan INH Dosis OAT

Dosis OAT 1.

1. Rifampisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu atauRifampisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu atau BB BB > > 60 60 kg kg : : 600 600 mgmg BB BB 40-60 40-60 kg kg : : 450 450 mgmg BB BB < < 40 40 kg kg : : 300 300 mgmg Dosis intermiten 600 mg/ kali Dosis intermiten 600 mg/ kali 2.

2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg,INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, -- 10 mg/kg BB 3 x seminggu,10 mg/kg BB 3 x seminggu,

-- 15 mg/kg BB 2 x seminggu15 mg/kg BB 2 x seminggu -- 300 mg/hari untuk dewasa.300 mg/hari untuk dewasa. -- Intermiten : 600 mg / kaliIntermiten : 600 mg / kali 3.

3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x seminggu, 50 mg/kg BB 2 xPirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x seminggu, 50 mg/kg BB 2 x seminggu atau : seminggu atau : BB BB > > 60 60 Kg Kg : : 1500 1500 mgmg BB BB 40-60 40-60 kg kg : : 1000 1000 mgmg BB BB < < 40 40 kg kg : : 750 750 mgmg 4.

4. Etambutol : fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutkan 15 mg/kgEtambutol : fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutkan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB 3 x seminggu, 45 mg/kg BB 2 x seminggu atau: BB, 30 mg/kg BB 3 x seminggu, 45 mg/kg BB 2 x seminggu atau: BB BB > > 60 60 kg kg : : 1500 1500 mgmg BB BB 40-60 40-60 kg kg : : 1000 1000 mgmg BB BB < < 40 40 kg kg : : 750 750 mgmg

Dosis intermiten 40 mg/kg BB /kali Dosis intermiten 40 mg/kg BB /kali 5.

5. Streptomisin : 15 mg/kg BB/kaliStreptomisin : 15 mg/kg BB/kali BB BB > > 60 60 kg kg : : 1000 1000 mgmg BB BB 40-60 40-60 kg kg : : 750 750 mgmg BB BB < < 40 40 kg kg : : sesuai sesuai BBBB 6.

(14)
(15)

Efek samping OAT Efek samping OAT ::

1.

1. Isoniazid (INH)Isoniazid (INH)

-- Efek samping ringan: tanda-tanda keracunan pada syarat tepi, kesemutan, rasa terbakar diEfek samping ringan: tanda-tanda keracunan pada syarat tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin ( syndrom dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin ( syndrom pellagra)

pellagra)

-- Efek samping berat : hepatitis. Hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedomanEfek samping berat : hepatitis. Hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus.

TB pada keadaan khusus. 2.

2. RifampisinRifampisin a.

a. Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatanEfek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah :

simtomatik ialah :

•• Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulangSindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang •• Sindrom perutSindrom perut

•• Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahanSindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan b.

b. Efek samping yang berat tapi jarang:Efek samping yang berat tapi jarang: •• HepatitisHepatitis

•• Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal.Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. •• Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napasSindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas

Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat. Air mata, air liur. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat. Air mata, air liur. karena proses metabolisme obat

karena proses metabolisme obat 3.

3. PirazinamidPirazinamid

Efek samping utama: hepatitis, Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan Efek samping utama: hepatitis, Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan sarangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan sisebabkan kadang dapat menyebabkan sarangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan sisebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbuhan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, berkurangnya ekskresi dan penimbuhan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.

mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain. 4.

4. EtambutolEtambutol

Gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah Gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah dan hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.

okuler sulit untuk dideteksi. 5.

5. StreptomisinStreptomisin

Efek samping utama: kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan Efek samping utama: kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Gejala efekya samping yang terlibat ialah telinga mendenging (tinitus), dan pendengaran. Gejala efekya samping yang terlibat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan.

pusing dan kehilangan keseimbangan.

Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.

setelah suntikan.

Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.

wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis Panduan Obat Anti Tuberkulosis

(16)
(17)

~ Penderita baru TBC Paru BTA (+) ~ Penderita baru TBC Paru BTA (+)

~ Penderita TBC Paru BTA (-) Rontgen (+) yang “sakit berat” dan ~ Penderita TBC Paru BTA (-) Rontgen (+) yang “sakit berat” dan ~ Penderita TBC Ekstra Paru berat

~ Penderita TBC Ekstra Paru berat

-- Kategori IIKategori II ( 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3( 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3atauatau 2 HRZES/HRZE/5HRE2 HRZES/HRZE/5HRE)) ~ Penderita kambuh (relaps)

~ Penderita kambuh (relaps) ~ Penderita gagal ( failure ) ~ Penderita gagal ( failure )

~ Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) ~ Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) -- Kategori III (Kategori III ( 2HRZ/4 H3R32HRZ/4 H3R3 atauatau2HRZ/4HR2HRZ/4HRatauatau2HRZ/6HE2HRZ/6HE ))

~ Penderita baru BTA (-) dan Rontgen (+) sakit ringan ~ Penderita baru BTA (-) dan Rontgen (+) sakit ringan

~ Penderita Ekstra Paru ringan ~ Penderita Ekstra Paru ringan

-- Kategori IV ( Sesuai Kategori IV ( Sesuai Uji Resistensi atau INH seumur hidup )Uji Resistensi atau INH seumur hidup ) ~ Penderita TB Paru kasus kronik 

~ Penderita TB Paru kasus kronik  KETERANGAN

KETERANGAN

●R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, H = INH, E = EtambutolR = Rifampisin, Z = Pirazinamid, H = INH, E = Etambutol S = Streptomisin.

S = Streptomisin.

●Pada kasus dengan resistensi kuman, pilihan obat ditentukan sesuai hasilPada kasus dengan resistensi kuman, pilihan obat ditentukan sesuai hasil uji resistensi.

uji resistensi.

Dosis obat berdasarkan berat badan : Dosis obat berdasarkan berat badan :

Jenis

Jenis obat obat BB BB < < 30 30 kg kg BB BB 30 30 – – 50 50 kg kg BB BB > > 50 50 kgkg R R H H Z Z S S E E 300 mg 300 mg 300 mg 300 mg 750 mg 750 mg 500 mg 500 mg 500 mg 500 mg 450 mg 450 mg 300 mg 300 mg 1000 mg 1000 mg 750 mg 750 mg 750 mg 750 mg 600 mg 600 mg 400 mg 400 mg 1500 mg 1500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg 1000 mg

Pengobatan Suportif / Simtomatik Pengobatan Suportif / Simtomatik

a.

a. Makan-makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat Makan-makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (tidak adadiberikan vitamin tambahan (tidak ada larangan makanan untuk penderita

larangan makanan untuk penderita tuberkulosis)tuberkulosis) b.

b. Bila demamBila demamobat penurunan panas/demamobat penurunan panas/demam c.

c. Bila perlu obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas Bila perlu obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.atau keluhan lain.

Indikasi rawat inap Indikasi rawat inap ::

•• Batuk darah (profus)Batuk darah (profus) •• Keadaan umum buruk Keadaan umum buruk  •• PneumotoraksPneumotoraks

•• EmpiemaEmpiema

•• Efusi pleura masif / bilateralEfusi pleura masif / bilateral

•• Sesak napas berat (bukan karena Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)efusi pleura) TB ekstra paru yang mengancam jiwa :

TB ekstra paru yang mengancam jiwa : •• TB paru milierTB paru milier

•• Meningitis TBMeningitis TB

G. Evaluasi G. Evaluasi

Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk  Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk  mengetahui terjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah mikroskopi BTA dahak dan foto toraks. mengetahui terjadinya kekambuhan. Yang dievaluasi adalah mikroskopi BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopi BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6,12,24 Mikroskopi BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6,12,24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

(18)
(19)

H. Pengobatan tuberkulosis pada keadaan khusus H. Pengobatan tuberkulosis pada keadaan khusus TB milier

TB milier 1.

1. Rawat inapRawat inap 2.

2. Paduan obat : 2 RHZE / 4 RHPaduan obat : 2 RHZE / 4 RH 3.

3. Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinik, radiologik dan evaluasiPada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinik, radiologik dan evaluasi

pengobatan, maka pengobatan lanjutan dapat diperpanjang samapi dengan 7 bulan 2RHZE / 7 pengobatan, maka pengobatan lanjutan dapat diperpanjang samapi dengan 7 bulan 2RHZE / 7 RHRH 4.

4. Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada keadaanPemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada keadaan a.

a. tanda / gejala meningitistanda / gejala meningitis b.

b. sesak napassesak napas c.

c. Tanda / gejala toksik Tanda / gejala toksik  d.

d. Demam tinggiDemam tinggi 5.

5. Kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari, dosis diturunkan 5-10 mg setiap 5-7, lama pemberianKortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari, dosis diturunkan 5-10 mg setiap 5-7, lama pemberian 4-6 minggu

4-6 minggu

Pleuritis Eksudativa Tb ( Efusi Pleura Tb Pleuritis Eksudativa Tb ( Efusi Pleura Tb )) Paduan obat : 2 RHZE / 4RH 

Paduan obat : 2 RHZE / 4RH 

Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai

Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai keadaan penderita. Ulangan evakuasikeadaan penderita. Ulangan evakuasi cairan bila diperlukan dan

cairan bila diperlukan dan berikan kortikosteroid.berikan kortikosteroid. TB Ekstra Paru

TB Ekstra Paru

Paduan obat 2 RHZE / 10 Paduan obat 2 RHZE / 10 RH RH  TB Paru +

TB Paru + Diabetes MelitusDiabetes Melitus 1.

1. Paduan obat : 2 RHZ (E-S) / 4 RH Paduan obat : 2 RHZ (E-S) / 4 RH dengan regulasi baik / gula darah terkontroldengan regulasi baik / gula darah terkontrol 2.

2. Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ (E-S) / 7 RHBila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2 RHZ (E-S) / 7 RH 3.

3. DM harus dikontrolDM harus dikontrol 4.

4. Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke mata : sedangkanHati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke mata : sedangkan penderita DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata

penderita DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata 5.

5. Perlu diperlihatkan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti obat oral anti diabetesPerlu diperlihatkan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti obat oral anti diabetes (sulfonil urea), sehinggga dosisnya perlu

(sulfonil urea), sehinggga dosisnya perlu ditingkatkditingkatkanan 6.

6. Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk mengontrol / mendeteksi dini bilaPerlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk mengontrol / mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan

terjadi kekambuhan TB paru dengan HIV / AIDS TB paru dengan HIV / AIDS

1.

1. Paduan obat yang diberikan berdasarkan rekomondasi ATS yaitu : 2 RHZE / RH diberikanPaduan obat yang diberikan berdasarkan rekomondasi ATS yaitu : 2 RHZE / RH diberikan sampai 6-9 bulan setelah konversi dahak 

sampai 6-9 bulan setelah konversi dahak  2.

2. Menurut WHO paduam obat dan lama Menurut WHO paduam obat dan lama pengobatan sama dengan TB paru tanpa HIV pengobatan sama dengan TB paru tanpa HIV / AIDS/ AIDS 3.

3. Jangan berikan Thiacetazon karena dapat menimbulkan toksik yang hebat pada kulitJangan berikan Thiacetazon karena dapat menimbulkan toksik yang hebat pada kulit 4.

4. Obat suntik kalau dapat Obat suntik kalau dapat dihindari kecuali jika sterilisasinya terjamindihindari kecuali jika sterilisasinya terjamin 5.

5. Jangan lakukan desensitisasi OAT pada penderita HIV / AIDS (mis INH, rifampisin) karenaJangan lakukan desensitisasi OAT pada penderita HIV / AIDS (mis INH, rifampisin) karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati

mengakibatkan toksik yang serius pada hati 6.

6. INH diberikan terus menerus seumur hidupINH diberikan terus menerus seumur hidup 7.

7. Bila terjadi MDR, pengobatan sesuai uji resistensiBila terjadi MDR, pengobatan sesuai uji resistensi TB pada kehamilan dan menyusui

TB pada kehamilan dan menyusui 1.

(20)
(21)

2.

2. OAT tetap dapat OAT tetap dapat diberikan kecuali streptomisin karena efek samping strdiberikan kecuali streptomisin karena efek samping str eptomisin pada gangguaneptomisin pada gangguan pendengaran janin

pendengaran janin 3.

3. Pada penderita TB dengan menyusui, OAT & ASI tetap dapat diberikan, walupun beberapa OATPada penderita TB dengan menyusui, OAT & ASI tetap dapat diberikan, walupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi konsentrasinys kecil dan tidak menyebabkan toksik pada dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi konsentrasinys kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi

bayi 4.

4. Wanita menyusui yang mendapat pengobatan OAT dan bayinya juga mendapat pengobatan OATWanita menyusui yang mendapat pengobatan OAT dan bayinya juga mendapat pengobatan OAT dianjurkan tidak menyusui bayinya, agar bayi tidak mendapat dosis berlebihan

dianjurkan tidak menyusui bayinya, agar bayi tidak mendapat dosis berlebihan 5.

5. Pada wanita usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan rifampisin dianjurkan untuk Pada wanita usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan rifampisin dianjurkan untuk  tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang.

efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang. TB paru gagal ginjal

TB paru gagal ginjal 1.

1. Jangan menggunakan OAT streptomisin, kanamisin dan Jangan menggunakan OAT streptomisin, kanamisin dan capreomycincapreomycin 2.

2. Sebaiknya hindari penggunaan etambutol karena waktu paruhnya memanjang dan terjadiSebaiknya hindari penggunaan etambutol karena waktu paruhnya memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. Dalam keadaan sangat diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan akumulasi etambutol. Dalam keadaan sangat diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan pengawasan kreatinin

pengawasan kreatinin 3.

3. Sedapat mungkin dosis disesuikan dengan faal ginjal (CCT, Ureum, Kreum, Sedapat mungkin dosis disesuikan dengan faal ginjal (CCT, Ureum, Kreum, Kreatnin)Kreatnin) 4.

4. Rujuk ke ahli ParuRujuk ke ahli Paru TB paru dengan kelainan hati TB paru dengan kelainan hati

1.

1. Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatansebelum pengobatan 2.

2. Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh digunakanPada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh digunakan 3.

3. Paduan obat yang dianjurkan / rekomendasi WHO : 2 SHRE / 6 RH atau 2 SHE / 10 HEPaduan obat yang dianjurkan / rekomendasi WHO : 2 SHRE / 6 RH atau 2 SHE / 10 HE 4.

4. pada penderita hepatitis akut dan atau klinik ikterik, sebaiknya OAT ditunda sampai hepatitispada penderita hepatitis akut dan atau klinik ikterik, sebaiknya OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH

maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH 5.

5. Sebaiknya rujuk ke ahli paruSebaiknya rujuk ke ahli paru Hepatitis Imbas Obat

Hepatitis Imbas Obat 1.

1. Dikenal sebagai kelainan hati Dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obat-obat hepatotoksik (drug induced hepatitis)akibat penggunaan obat-obat hepatotoksik (drug induced hepatitis) 2.

2. PenatalaksanaanPenatalaksanaan a.

a. Bila klinik (+) (Ikterik [ +], gejala / mual, muntah [+])Bila klinik (+) (Ikterik [ +], gejala / mual, muntah [+]) →→OAT StopOAT Stop b.

b. Bila klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan :Bila klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan : c.

c. Bilirubin > 2Bilirubin > 2→→OAT stopOAT stop SGOT, SGPT

SGOT, SGPT≥≥5 X : OAT Stop5 X : OAT Stop SGOT, SGPT

SGOT, SGPT≥≥3 X, gejala (+) : OAT stop3 X, gejala (+) : OAT stop SGOT, SGPT

SGOT, SGPT≥≥3 X, gejala (-)3 X, gejala (-)→→ teruskan pengobatan dengan pengawasanteruskan pengobatan dengan pengawasan 

 Paduan OAT yang dianjurkan :Paduan OAT yang dianjurkan : 1.

1. Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ) 2.

2. Setelah itu, monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembaliSetelah itu, monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembali (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg). sela ma itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium normal tambahkan rifampisin, (300 mg). sela ma itu perhatikan klinik dan periksa laboratorium normal tambahkan rifampisin, desensitisasi samapi dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obat menjadi desensitisasi samapi dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obat menjadi RHES

(22)
(23)

11 11

ASMA BRONKIAL

ASMA BRONKIAL

A. Mekanisme dasar terjadinya asma bronkial

A. Mekanisme dasar terjadinya asma bronkial

Inflamasi Akut Inflamasi Akut

1.

1. Reaksi Asma Tipe Cepat: Alergen terikat pada IgE yang menempel pada sel mastReaksi Asma Tipe Cepat: Alergen terikat pada IgE yang menempel pada sel mast  degranulasidegranulasi sel mast

sel mast  mengeluarkanmengeluarkan preformed mediator  preformed mediator (histamin, protease, leukotrin, prostaglandidn dan(histamin, protease, leukotrin, prostaglandidn dan PAF)

PAF)kontraksi otot polos bronkuskontraksi otot polos bronkus sekresi mukus dan sekresi mukus dan vasodilatasi.vasodilatasi. 2.

2. Reaksi Fase Lambat: timbul antara 6 – 9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkanReaksi Fase Lambat: timbul antara 6 – 9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan

pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.makrofag.

Inflamasi Kronik  Inflamasi Kronik 

Berbagai sel terlibat dan teraktivasi: limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast dan Berbagai sel terlibat dan teraktivasi: limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.

otot polos bronkus. B.

B.Faktor risiko terjadinya asmaFaktor risiko terjadinya asma

•• Pejanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma Pejanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma,pada individu dengan genetik asma, •• Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asmaBaik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma

INFLAMASI INFLAMASI HIPERESPONSIF JALAN HIPERESPONSIF JALAN NAPAS NAPAS OBSTRUKSI JALAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS NAPAS PENCETUS PENCETUS GEJALA GEJALA FAKTOR RESIKO FAKTOR RESIKO

Bakat yang diturunkan : Bakat yang diturunkan :

Asma Asma Pengaruh lingkungan : Pengaruh lingkungan : Alergen Alergen

Asimptomatik atau Asma dini Asimptomatik atau Asma dini

(24)
(25)

Faktor Risiko Pada Asma Faktor Risiko Pada Asma Faktor Pejamu Faktor Pejamu Prediposisi genetik  Prediposisi genetik  Atopi Atopi

Hiperesponsif jalan napas Hiperesponsif jalan napas Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Ras / etnik  Ras / etnik  Faktor

Faktor LingkunLingkungangan Alergen di dalam ruangan Alergen di dalam ruangan

•• Mite domestik Mite domestik  •• Alergen binatangAlergen binatang •• Alergen kecoaAlergen kecoa

•• Jamur (fungi, molds, yeasts)Jamur (fungi, molds, yeasts) Alergen di luar ruangan

Alergen di luar ruangan •• Tepung sari bungaTepung sari bunga

•• Jamur (fungi, molds, yeasts)Jamur (fungi, molds, yeasts) Asap rokok  Asap rokok  Polusi udara Polusi udara Infeksi pernapasan Infeksi pernapasan Infeksi parasit Infeksi parasit Status sosioekonomi Status sosioekonomi Besar keluarga Besar keluarga Diet dan obat Diet dan obat  Exercise

 Exercisedan hiperventilasidan hiperventilasi Perubahan cuaca

Perubahan cuaca Sulfur dioksida Sulfur dioksida

Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan

Ekspresi emosi yang berlebihan

Iritan (parfum, bau-bauan merangsang,

Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household sprayhousehold spray)) C.

C. AnamnesisAnamnesis

•• Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak  •• Bersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatanBersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatan •• Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hariGejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari

•• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individuDiawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu •• Respons terhadap pemberian bronkodilatorRespons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit : Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

•• Riwayat keluarga (atopi)Riwayat keluarga (atopi) •• Riwayat alergi / atopiRiwayat alergi / atopi

•• Penyakit lain yang memberatkanPenyakit lain yang memberatkan

•• Perkembangan penyakit dan pengobatanPerkembangan penyakit dan pengobatan D. Pemeriksaan Fisik

D. Pemeriksaan Fisik

-- Wheezing mengi pada auskultasi.Wheezing mengi pada auskultasi. -- sesak napassesak napas

-- hiperinflasi.hiperinflasi.

-- pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi,pada sarangan yang sangat berat disertai gejala lain: sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.

hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas. E. Pemeriksaan P

(26)
(27)

Spirometri Spirometri

Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP

Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP11) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. kepada kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang

Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2 - 3 nilai yang reproduciblereproducible dandan acceptable

acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP11 / KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.

prediksi.

Uji Provokasi Bronkus Uji Provokasi Bronkus

Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai penderita tersebut asma. Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas

gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.seperti PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik. Pengukuran Status Alergi

Pengukuran Status Alergi

Komponen alergi pada asma dapat

Komponen alergi pada asma dapat diindentifikdiindentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE.asi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE. F. Diagnosis Banding

F. Diagnosis Banding Dewasa

Dewasa

•• Penyakit paru Obstruksi Kronik Penyakit paru Obstruksi Kronik  •• Bronkitis kronik Bronkitis kronik 

•• Gagal Jantung Kongestif Gagal Jantung Kongestif  •• Batuk kronik akibat lain-lainBatuk kronik akibat lain-lain •• Disfungsi laringsDisfungsi larings

•• Obstruksi mekanis (misal tumor)Obstruksi mekanis (misal tumor) •• Emboli ParuEmboli Paru

Anak  Anak 

•• Benda asing di saluran napasBenda asing di saluran napas •• LaringotrakeomalasiaLaringotrakeomalasia

•• Pembesaran kelenjar limfePembesaran kelenjar limfe •• TumorTumor

•• Stenosis trakeaStenosis trakea •• BronkiolitisBronkiolitis

G. Klasifikasi G. Klasifikasi Derajat

Derajat Kekambuhan/serangan Kekambuhan/serangan TerapiTerapi Step 1

Step 1 Intermittent Intermittent

Kurang dari 1 kali dalam seminggu Kurang dari 1 kali dalam seminggu Asimptomatis dan PEF normal di antara Asimptomatis dan PEF normal di antara serangan

serangan

Obat reliever: Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler Step 2

Step 2

Mild persistent Mild persistent

Satu

Satu kali kali atau atau lebih lebih dalam dalam 1 1 minggu minggu Obat Kontroller:Obat Kontroller: -- Medikasi 1x/hariMedikasi 1x/hari

-- Bisa Bisa ditambahkan ditambahkan bronkodilator lonbronkodilator longg acting

acting Obat reliever: Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler Step 3 Step 3 Moderate persistent Moderate persistent Setiap hari Setiap hari Menggunakan B

Menggunakan B22agonis setiap hari.agonis setiap hari. Serangan mempengaruhi aktivitas Serangan mempengaruhi aktivitas

Obat Kontroller: Obat Kontroller:

-- Kortikosteroid inhaler harianKortikosteroid inhaler harian -- bronkodilator long acting harianbronkodilator long acting harian Obat reliever:

Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler Step 4 Step 4 Severe persistent Severe persistent Terus menerus. Terus menerus.

Aktivitas fisik terbatas Aktivitas fisik terbatas

Obat Kontroller: Obat Kontroller:

-- Kortikosteroid inhaler harianKortikosteroid inhaler harian -- bronkodilator long acting harianbronkodilator long acting harian -- Kortikosteroid oralKortikosteroid oral

Obat reliever: Obat reliever: Beta agonis inhaler Beta agonis inhaler H. Terapi

H. Terapi

Obat-obatan pada asma bronkial secara garis besar dibagi menjadi

(28)
(29)

 Reliver medication

 Reliver medicationtermasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonistermasuk golongan ini adalah bronkodilator baik agonis ββ22waktu kerja pendek waktu kerja pendek  maupun teofilin dan garamnya

maupun teofilin dan garamnya Controller medication

Controller medicationtermasuk golongan ini adalah obat-obat termasuk golongan ini adalah obat-obat antiinflamasi antara lain: kortikosteroid,antiinflamasi antara lain: kortikosteroid, kromolin, ketotifen, sodium nedocromil, agonis

kromolin, ketotifen, sodium nedocromil, agonis ββ22masa kerja panjang dan antileukotrien.masa kerja panjang dan antileukotrien. Obat

Obat Kontroller Kontroller Obat Obat RelieverReliever

-- Kortikosteroid inhalerKortikosteroid inhaler

-- Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik 

-- Sodium kromoglikatSodium kromoglikat

-- Nedokromil sodiumNedokromil sodium

-- Teofilin sustained releaseTeofilin sustained release

-- Beta 2 agonis long actingBeta 2 agonis long acting

-- KetotifenKetotifen

-- Beta 2 agonis short acting inhalerBeta 2 agonis short acting inhaler

-- Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik 

-- Antikolinergik Antikolinergik 

-- Beta 2 agonis short acting oralBeta 2 agonis short acting oral

-- Teofilin short actingTeofilin short acting

Kortikosteroid Kortikosteroid - inhalasi - inhalasi   BeclomethasoneBeclomethasone   BudesonideBudesonide   FluticasoneFluticasone 

 Sodium CromoglycateSodium Cromoglycate 

 Sodium NedocromilSodium Nedocromil 

 AntileukotrienAntileukotrien Salmeterol

Salmeterol

memberikan proteksi terhadap berbagai

memberikan proteksi terhadap berbagai macam stimulus yang mengakibatkan bronkokonstriksi.macam stimulus yang mengakibatkan bronkokonstriksi. Salmeterol mempunyai mula kerja yang lambat sehingga tidak cocok

Salmeterol mempunyai mula kerja yang lambat sehingga tidak cocok unutk asma yang akut.unutk asma yang akut. Jenis-jenis Inhaler

Jenis-jenis Inhaler 

 pMDI (pressurised metered dose inhaler)pMDI (pressurised metered dose inhaler) 

 pMDI plus spacerpMDI plus spacer 

(30)
(31)

PNEUMONIA

PNEUMONIA

 peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). (( Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk). Sedangkan peradangan paru yang disebabkan olehtidak termasuk). Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)disebut nonmikroorganisme (bahan kimia, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)disebut pneumonitis

pneumonitis A. Etiologi A. Etiologi

di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak  di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak  disebabkan oleh bakteri anaerob

disebabkan oleh bakteri anaerob B. Klasifikasi

B. Klasifikasi 1.

1. Berdasar klinis dan epidemiologis :Berdasar klinis dan epidemiologis : a.

a. Pneumonia komunitiPneumonia komuniti b.

b. Pneumonia nosokomialPneumonia nosokomial c.

c. Pneumonia aspirasiPneumonia aspirasi d.

d. Pneumonia pada penderitaPneumonia pada penderita immunocompromised.immunocompromised. 2.

2. Berdasar bakteri penyebabBerdasar bakteri penyebab a.

a. Pneumonia bakterial / tipikal.Pneumonia bakterial / tipikal. b.

b. Pneumonia atipikal, disebebkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.Pneumonia atipikal, disebebkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. c.

c. Pneumonia virusPneumonia virus d.

d. Pneumonia jamur. Pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).Pneumonia jamur. Pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised). 3.

3. Berdasar predileksi infeksiBerdasar predileksi infeksi a.

a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misal : Pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan.

oleh obstruksi bronkus misal : Pada aspirasi benda asing, atau proses keganasan. b.

b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. DapatBronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua, Jarang disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua, Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.

dihubungkan dengan obstruksi bronkus. c.

c. Pneumonia interstisialPneumonia interstisial C. Anamnesis

C. Anamnesis

-- demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 °Cdemam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 °C

-- batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darahbatuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah -- sesak napassesak napas

-- nyeri dada.nyeri dada. D. Pemeriksaan fisis D. Pemeriksaan fisis

-- tergantung dari luas lesi di paru.tergantung dari luas lesi di paru.

-- I I : : bagian ybagian yang sakit ang sakit tertinggal waktu tertinggal waktu bernapas,bernapas, -- P P : fremitus : fremitus dapat mengerasdapat mengeras

(32)
(33)

-- A : suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basahA : suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah kasar pada stadium resolusi.

kasar pada stadium resolusi. E. Pemeriksaan Penunjang

E. Pemeriksaan Penunjang a.

a. RadiologisRadiologis

Foto toraks (PA / lateral ): infiltrat sampai konsolidasi dengan “ air bronchogram “, Foto toraks (PA / lateral ): infiltrat sampai konsolidasi dengan “ air bronchogram “, penyebaran bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.

penyebaran bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. -- Gambaran pneumonia lobarisGambaran pneumonia lobaris Sitreptococcus pneumoniaSitreptococcus pneumonia

-- infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumoniainfiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia Pseudomonas aeruginosaPseudomonas aeruginosa

-- konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanankonsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan   Klebsiela pneumoniaeKlebsiela pneumoniae

b.

b. LaboratoriumLaboratorium -- LeukositosisLeukositosis -- Shift to the leftShift to the left -- peningkatan LEDpeningkatan LED

-- diagnosis etiologi: pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.diagnosis etiologi: pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.

-- Analisis gas darahAnalisis gas darah  hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadihipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

asidosis respiratorik.

Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipik Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipik

Tanda

Tanda dan dan gejala gejala P.atipik P.atipik P.tipikP.tipik

•• Onset Onset gradual gradual akutakut

•• Suhu Suhu kurang kurang tinggi tinggi tinggi, tinggi, menggigilmenggigil •• Batuk Batuk non non produktif produktif produktif produktif 

•• Dahak Dahak mukoid mukoid purulenpurulen

•• Gejala Gejala lain lain nyeri nyeri kepala, kepala, mialgia mialgia JarangJarang Sakit tenggorokan, suara parau,

Sakit tenggorokan, suara parau, Nyeri telinga.

Nyeri telinga.

•• Gejala Gejala diluar diluar paru paru sering sering lebih jaranglebih jarang

•• Pewarnaan Pewarnaan Gram Gram flora flora normal normal atau atau spesifik spesifik kokus kokus Gram Gram (+) (+) atauatau (-)

(-)

•• Radiologis Radiologis “ “ patchy” patchy” atau atau normal normal konsolidasi konsolidasi lobarlobar •• Laboratorium Laboratorium leukosit leukosit normal normal kadang kadang rendah rendah lebih lebih tinggitinggi

•• Gangguan Gangguan fungsi fungsi hati hati sering sering jarangjarang

F. Pengobatan F. Pengobatan a.

a. Penderita rawat jalanPenderita rawat jalan

 Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik  -- Istirahat di tempat tidurIstirahat di tempat tidur

-- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasiMinum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

(34)
(35)

-- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoranBila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

 Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam.Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam. b.

b. Penderita rawat inap diruang rawat biasaPenderita rawat inap diruang rawat biasa

 Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik  -- Pemberian terapi oksigenPemberian terapi oksigen

-- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolitPemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit -- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik 

 Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jamPengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam c.

c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif 

 Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik  -- Pemberian terapi oksigenPemberian terapi oksigen

-- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolitPemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit -- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik 

 Pengobatan antibiotik (sesuai bagan) kurang dari 8 jamPengobatan antibiotik (sesuai bagan) kurang dari 8 jam

 Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik 

Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila dapat Penderita pneumonia berat yang datang ke UGD diobservasi tingkat kegawatannya, bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap ruang rawat biasa ; bila terjadi

distabilkan maka penderita dirawat inap ruang rawat biasa ; bila terjadi respiratoryrespiratory distressdistress makamaka penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.

penderita dirawat di Ruang Rawat Intensif.

G. Komplikasi G. Komplikasi

 Efusi pleuraEfusi pleura

 EmpiemaEmpiema

 Abses paruAbses paru

 PneumotoraksPneumotoraks

 Gagal napasGagal napas

 SepsisSepsis

H. Pneumonia Berat H. Pneumonia Berat

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai ‘

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai ‘ salah satu atau lebihsalah satu atau lebih’ kriteria di bawah’ kriteria di bawah ini.

ini.

- Kriteria minor : - Kriteria minor :

•• Frekuensi napas > 30/menitFrekuensi napas > 30/menit

•• PaOPaO22 /FiO /FiO22kurang dari 250 mmHgkurang dari 250 mmHg

•• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateralFoto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral •• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobusFoto toraks paru melibatkan > 2 lobus

•• Tekanan sistolik < 90 mmHgTekanan sistolik < 90 mmHg •• Tekanan diastolik < 60 mmHgTekanan diastolik < 60 mmHg - Kriteria mayor:

- Kriteria mayor:

•• Membutuhkan ventilasi mekanik Membutuhkan ventilasi mekanik  •• Infiltrat bertambah > 50%Infiltrat bertambah > 50%

•• Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

•• Kreatinin serumKreatinin serum ≥≥ 2 mg/dl atau peningkatan2 mg/dl atau peningkatan ≥≥ 2 mg/dl, pada penderita riwayat penyakit2 mg/dl, pada penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis.

(36)
(37)

P P O K

P P O K

( Penyakit Paru Obstruktif Kronik ) ( Penyakit Paru Obstruktif Kronik ) 

   

 penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak  sepenuhunya reversibel. bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru

sepenuhunya reversibel. bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya.

terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya.

Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena : Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena :

-- Emfisema merupakan diagnosis patologisEmfisema merupakan diagnosis patologis -- Bronkitis kronik merupakan diagnosis klinisBronkitis kronik merupakan diagnosis klinis

Selain itu kedunya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran napas. Selain itu kedunya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran napas.

A. Faktor Risiko A. Faktor Risiko

•• Asap rokokAsap rokok

•• Polusi udaraPolusi udara

•• Infeksi saluran napas bawah bertulangInfeksi saluran napas bawah bertulang

B. Anamnesis B. Anamnesis

-- batuk batuk 

-- produksi sputumproduksi sputum -- sesak napassesak napas -- aktiviti terbatasaktiviti terbatas

Gejala eksaserbasi akut Gejala eksaserbasi akut

-- batuk bertambahbatuk bertambah

-- produksi sputum bertambahproduksi sputum bertambah -- sputum berubah warnasputum berubah warna -- sesak napas bertambahsesak napas bertambah

-- keterbatasan aktiviti bertambahketerbatasan aktiviti bertambah

-- terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik  -- penurunan kesadaranpenurunan kesadaran

C. Pemeriksaan fisik C. Pemeriksaan fisik

- barrel chest - barrel chest

- Penggunaan otot bantu napas - Penggunaan otot bantu napas - Hipertropi otot bantu napas - Hipertropi otot bantu napas

- Fremitus melemah, sela iga melebar - Fremitus melemah, sela iga melebar - Hipersonor

- Hipersonor

- Suara napas vesikuler melemah atau normal - Suara napas vesikuler melemah atau normal - Ekspirasi memanjang - Ekspirasi memanjang - Mengi - Mengi D. Gambaran Radiologi D. Gambaran Radiologi -- HiperinflasiHiperinflasi -- HiperlusenHiperlusen

(38)
(39)

-- Diafragma mendatarDiafragma mendatar -- Pelebaran sela igaPelebaran sela iga

-- Corakan bronkovaskuler meningkatCorakan bronkovaskuler meningkat -- BullaBulla

-- Jantung pendulumJantung pendulum

E. Diagnosis Banding E. Diagnosis Banding

PPOK Asma CHF PPOK Asma CHF Onset

Onset usia usia pertengahan pertengahan usia usia dini dini Usia Usia tua tua atauatau pertengahan pertengahan Riwayat

Riwayat lama lama merokok merokok alergi, rintis alergi, rintis dan dan atauatau eksim

eksim

Riyawat asma dalam Riyawat asma dalam keluarga

keluarga

Riwayat hipertensi Riwayat hipertensi

Keluhan

Keluhan Sesak Sesak saat saat aktivitiaktiviti Gejala progresif  Gejala progresif  lambat

lambat

Gejala bervariasi dari Gejala bervariasi dari hari ke hari

hari ke hari

Gejala pada waktu Gejala pada waktu malam/dini hari malam/dini hari

sesak  sesak 

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Fisik Hipersonor Hipersonor Wheezing Wheezing Ronki Ronki basah basah halus halus didi basal paru basal paru Radiologi Hiperinflasi, Radiologi Hiperinflasi, Hiperlusen, Hiperlusen, Diafragma mendatar Diafragma mendatar Kebanyakan

Kebanyakan normal normal pembesaran pembesaran jantungjantung dan edema paru dan edema paru

Hambatan aliran Hambatan aliran udara

udara

umumnya

umumnya ireversibel ireversibel umumnya umumnya reversibelreversibel

F. Penatalaksanaan F. Penatalaksanaan

4 komponem program tatalaksana : 4 komponem program tatalaksana :

1.

1. Evaluasi dan monitor penyakitEvaluasi dan monitor penyakit 2.

2. Menurunkan faktor risikoMenurunkan faktor risiko berhenti merokok berhenti merokok  3.

3. Tatalaksana PPOK stabilTatalaksana PPOK stabil 4.

4. Tatalaksana PPOK eksaserbasiTatalaksana PPOK eksaserbasi

Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK

1.

1. Optimalisasi penggunaan obat-obatanOptimalisasi penggunaan obat-obatan b.

b. BronkodilatorBronkodilator

•• Agonis beta -2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik perinhalasiAgonis beta -2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik perinhalasi (nebuliser)

(nebuliser)

•• Xantin intravena (bolus dan drip)Xantin intravena (bolus dan drip) c.

c. Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik  d.

d. Antibiotik Antibiotik 

•• Gol. Makrolid baruGol. Makrolid baru

•• Gol. Kuinolon respirasiGol. Kuinolon respirasi

•• Sefalosporin generasi III/IVSefalosporin generasi III/IV e.

e. mukolitik mukolitik  f.

(40)
(41)

2.

2. Terapi oksigenTerapi oksigen 3.

3. Terapi nutrisiTerapi nutrisi 4.

4. Rehabilitasi fisik dan respirasiRehabilitasi fisik dan respirasi 5.

5. Evaluasi progresfiti penyakitEvaluasi progresfiti penyakit 6.

6. EdukasiEdukasi

Indikasi rawat ICU Indikasi rawat ICU

-- Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat.Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat. -- Kesedaran menurun, letargi, atau kelamahan otot-otot respirasiKesedaran menurun, letargi, atau kelamahan otot-otot respirasi

-- Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau perburukan ventilasi mekanik Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau perburukan ventilasi mekanik  invasif atau noninvasif.

(42)
(43)

KANKER PARU

KANKER PARU

A. Gejala Klinis

A. Gejala Klinis

•• Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

•• Batuk darahBatuk darah

•• Sesak napasSesak napas

•• Suara serak Suara serak 

•• Sakit dadaSakit dada

•• Sulit / sakit menelanSulit / sakit menelan

•• Benjolan di pangkal leherBenjolan di pangkal leher

•• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yangSembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.

tulang.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti : Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

•• Berat badan berkurangBerat badan berkurang

•• Nafsu makan hilangNafsu makan hilang

•• Demam hilang timbulDemam hilang timbul

•• Sindrom paraneoplastik, sepertiSindrom paraneoplastik, seperti  Hypertrophic  Hypertrophic pulmonary pulmonary osteoartheopathyosteoartheopathy, trombosis, trombosis vena perifer dan neuropatia.

vena perifer dan neuropatia.

B. Pemeriksaan Penunjang B. Pemeriksaan Penunjang

a.

a. Foto toraksFoto toraks

PA/lateral: kelainan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. PA/lateral: kelainan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Mendukung keganasan: tepi iregular, identasi pleura, tumor satelit, invasi ke dinding Mendukung keganasan: tepi iregular, identasi pleura, tumor satelit, invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.

dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner. b.

b. CT-Scan toraksCT-Scan toraks

Dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik 

tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik  c.

c. Pemeriksaan radiologik lainPemeriksaan radiologik lain

Kekurangan foto toraks maupun CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah Kekurangan foto toraks maupun CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis di luar rongga toraks (metastasis jauh). Untuk maksud itu terjadinya metastasis di luar rongga toraks (metastasis jauh). Untuk maksud itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya brain-CT, bone survey, USG abdomen dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya brain-CT, bone survey, USG abdomen Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus a.

a. BronkoskopiBronkoskopi b.

b. Biopsi aspirasi jarumBiopsi aspirasi jarum c.

c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) d.

d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) e.

e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) f.

f. Torakoskopi medik Torakoskopi medik  g.

(44)

Gambar

Foto  toraks  (PA  /  lateral  ):  infiltrat  sampai  konsolidasi  dengan  “  air  bronchogram  “,Foto  toraks  (PA  /  lateral  ):  infiltrat  sampai  konsolidasi  dengan  “  air  bronchogram  “, penyebaran bronkogenik dan interstisial serta gambaran kavi

Referensi

Dokumen terkait

Gejala utama pada kondisi PPOK yang terjadi adalah batuk, sesak napas, nyeri dada, dan produksi sputum yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya hambatan udara

Gejala suspect TB paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, turunnya nafsu

Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada!. malam atau

Seorang laki-laki 58 tahun mengeluh sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, disertai batuk berdahak..

Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering gejala asma Anda (mengi, batuk, sesak napas, nyeri dada, rasa sesak atau tertekan di dada) menyebabkan Anda terbangun

Penyakit ini didefinisikan dengan gejala berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi serta keterbatasan aliran udara yang

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang diakibatkan oleh hiperesponsif jalan napas dan menyebabkan episodik berulang berupa mengi atau wheezing, sesak

Pasien masih mengeluhkan batuk berdahak yang sulit keluar dan lebih sering terjadi di malam hari dan merasa sesak napas, sebelum dilakukan fisioterapi dada saturasi oksigen pasien kedua