• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Asosiasi Jenis

Asosiasi jenis pada keruing terjadi karena adanya interaksi antar jenis secara berulang yang saling memiliki ketergantungan di alam. Interaksi yang terjadi diantara masing-masing jenis yaitu dalam hal memperebutkan unsur hara dan mineral untuk bertahan hidup. Dalam hal ini masing-masing antar jenis mempunyai hubungan kekerabatan tumbuhan satu dengan tumbuhan lain yang berada disekitarnya. Hubungan kekerabatan diantara masing-masing tumbuhan disebut dengan asosiasi (Papilaya, 2016).

Menurut Kurniawan dkk (2008) hubungan ketertarikan masing-masing tumbuhan untuk tumbuh bersama sering dikenal dengan asosiasi. Asosiasi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif atau bahkan tidak berasosiasi.

Informasi mengenai asosiasi ini sangat penting karena dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam upaya mengoptimalkan budidaya tumbuhan.

Indeks asosiasi jenis dapat menentukan seberapa besar hubungan suatu tanaman dengan tanaman disekitarnya.

Indeks dari asosiasi jenis keruing memiliki indeks nilai yang dimana asosiasi yang bernilai kurang dari 1 dikatakan asosiasi negatif. Asosiasi negatif dapat diartikan bahwasanya tidak ada interaksi yang terjadi antar satu jenis dengan jenis yang lain. Pada jenis keruing ini tidak terjadi interaksi dengan tumbuhan yang berada di sekitar tempat tumbuhnya. Adapun nilai indeks asosiasi jenis dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Ochiai (Oi), Indeks Dice (Di), dan Indeks Jackard (Ji).

Asosiasi jenis keruing dengan vegetasi yang berada disekitarnya pada tingkat semai disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Empat jenis dengan asosiasi tertinggi keruing pada tingkat semai

No Nama Jenis Nama Latin Oi Di Ji

1 Meranti gembung Shorea bracteolata 0,22 0,11 0,11

2 Rambutan hutan Nephelium juglandifolium 0,15 0,07 0,07

3 Jambu-jambu Syzygium fastigiatum 0,12 0,05 0,05

4 Kopi-kopi Petungah spp. 0,12 0,05 0,05

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa jenis yang memiliki asosiasi tinggi dengan keruing pada tingkat semai adalah Shorea bracteolate dengan nilai Oi=

0,22 Di= 0,11 Ji= 0,11, diikuti oleh Nephelium juglandifolium dengan nilai Oi=

0,15 Di= 0,07 Ji=0,07, Syzygium fastigiatum dengan nilai Oi= 0,12 Di= 0,05 Ji=

0,05, dan Petungah spp. dengan nilai Oi= 0,12 Di= 0,05 Ji= 0,05. Keempat jenis yang berasosiasi dengan keruing memiliki hubungan dalam faktor fisik habitat seperti unsur hara dan sinar matahari.

Nilai asosiasi pada keseluruhan jenis menunjukkan nilai indeks asosiasi dibawah 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mueller Dombois dan Ellenberg (1974) bahwa jika tidak terjadi interaksi atau hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bagi spesies tersebut maka sering disebut juga dengan asosiasi negatif.

Berdasarkan data asosiasi jenis pada (Tabel 4) asosiasi jenis tertinggi keruing pada tingkat pancang yaitu Hopea dryobalanoides. Empat jenis dengan asosiasi tertinggi yaitu Hopea dryobalanoides dengan nilai Oi= 0,20 Di= 0,09 Ji=

0,09, Hopea sangal Korth. dengan nilai Oi= 0,16 Di= 0,06 Ji=0,06, Gluta renghas dengan nilai Oi= 0,16 Di= 0,06 Ji= 0,06, dan Agathis dammara dengan nilai Oi=

0,14 Di= 0,05 Ji= 0,05. Berdasarkan studi tentang asosiasi jenis yang sudah dilakukan sebelumnya jenis yang berasosiasi dengan keruing yaitu asosiasi keruing (Dipterocarpus sp) dengan sukun (Artocarpus sp), asosiasi keruing (Dipterocarpus sp) dengan putat (Barringtonia pendula Kurz

)

memiliki nilai asosiasi jenis yaitu 0,33 dan 0,32 artinya jenis yang berasosiasi dengan keruing dikatakan asosiasi lemah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kompetisi secara

20

tidak langsung sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indrianto (2006) bahwa interaksi yang terjadi diantara dua spesies ini mengalami kekurangan ketersediaan bahan makanan. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa keruing tidak berinteraksi dengan jenis yang berada disekitar tempat tumbuhnya. Tidak terjadi interaksi antar jenis tersebut yang mengakibatkan kompetisi yang sangat kuat untuk mempertahankan hidup bagi keduanya.

Tabel 4. Empat jenis dengan asosiasi tertinggi keruing pada tingkat pancang

No Nama Jenis Nama Latin Oi Di Ji

1 Damar laut Hopea dryobalanoides 0,20 0,09 0,09 2 Cengal Hopea sangal Korth. 0,16 0,06 0,06 3 Rengas Gluta renghas 0,16 0,06 0,06 4 Damar Agathis dammara 0,14 0,05 0,05

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai daya adaptasi dan tumbuh baik pada habitatnya masing-masing. Keempat vegetasi tersebut hidup dengan saling bertoleransi dalam satu ruang tumbuh yang sama.

Masing-masing vegetasi dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya dengan baik tanpa adanya pengaruh dari vegetasi lain yang ada disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari dkk (2016) bahwa pada masing-masing jenis tidak saling terkait atau ketergantungan satu dengan yang lain sehingga pada masing-masing jenis tidak terjadi interaksi satu dengan yang lain.

Pada tingkat tiang nilai asosiasi tertinggi keruing adalah Melaleuca leucadendra. Empat jenis dengan nilai asosiasi tertinggi yaitu Melaleuca leucadendra dengan nilai Oi= 0,21 Di= 0,1 Ji= 0,1, Hopea dryobalanoides dengan nilai Oi= 0,18 Di= 0,09 Ji=0,09, Knema cinerea dengan nilai Oi= 0,18 Di= 0,09 Ji= 0,09, dan Nauclea orientalis dengan nilai Oi= 0,18 Di= 0,09 Ji= 0,09.

Berdasarkan nilai yang diperoleh, keruing termasuk kedalam jenis yang memiliki asosiasi yang lemah. Asosiasi jenis keruing (Dipterocarpus sp) dengan kedui (Elateriospermum tapos Blume) memiliki nilai asosiasi jenis yaitu 0,47 artinya jenis yang berasosiasi dengan keruing ini termasuk dalam asosiasi lemah sehingga

pada masing-masing jenis menunjukkan tidak adanya toleransi untuk hidup bersama atau tidak terjadi hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.

Tabel 5. Empat jenis dengan asosiasi tertinggi keruing pada tingkat tiang

No Nama Jenis Nama Latin Oi Di Ji

1 Kayu Putih Melaleuca leucadendra 0,21 0,1 0,1 2 Damar laut Hopea dryobalanoides 0,18 0,09 0,09

3 Darah-darah Knema cinerea 0,18 0,09 0,09

4 Rawa-rawa Nauclea orientalis 0,18 0,09 0,09

Berdasarkan hasil asosiasi yang diperoleh pada Tabel (5) vegetasi mempunyai kisaran toleransi yang tinggi sehingga masing-masing vegetasi tersebut tidak terjadi interaksi atau kehadiran dari jenis tersebut. Pada beberapa jenis tersebut dapat hidup di bawah kondisi normal (Heriyanto dan Subiandono, 2008).

Pada tingkat pohon asosiasi tertinggi ditemukan pada Syzygium fastigiatum. Empat jenis dengan nilai asosiasi tertinggi yaitu Syzygium fastigiatum. dengan nilai Oi= 0,22 Di= 0,11 Ji= 0,13, Homalanthus populneus dengan nilai Oi= 0,22 Di= 0,05 Ji=0,05, kuduk lobar dengan nilai Oi= 0,22 Di=

0,05 Ji= 0,05, dan Shorea leprosula Miq. dengan nilai Oi= 0,15 Di= 0,07 Ji= 0,08.

Tabel 6. Empat jenis dengan asosiasi tertinggi keruing pada tingkat pohon

No Nama Jenis Nama Latin Oi Di Ji (Barringtonia pendula Kurz) dengan nilai asosiasi jenis yaitu 1,02. Pada jenis ini termasuk dalam jenis yang berasosiasi kuat yang artinya masing-masing jenis terjadi interaksi timbal balik satu dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan kekerabatan satu dengan yang lain serta kemungkinan besar jenis tersebut dapat ditemukan pada lingkungan sekitar tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

22

Barbour dkk (1999) bahwa asosiasi memiliki nilai yang kuat artinya pada jenis yang terkait mempunyai hubungan yang spasial diantara satu dengan yang lain.

Asosiasi jenis juga berpengaruh pada interaksi pada suatu komunitas, tiap tumbuhan saling memberikan tempat untuk hidup pada area yang sama.

Keberadaan tumbuhan lain yang berada disekitar keruing tidak memiliki hubungan atau tidak saling keterkaitan satu sama lain. Apabila suatu tumbuhan satu dengan lainnya tidak ada keterkaitan satu sama lain maka termasuk kedalam asosiasi negatif. Menurut Pertiwi (2018), pada umumnya tumbuhan satu dengan lainnya saling terjadi keterkaitan atau terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Tidak terjadi hubungan antara tumbuhan satu dengan lainnya apabila salah satu tumbuhan tidak hadir atau tidak berkaitan dengan tumbuhan lain yang mempunyai reaksi yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Kedua jenis tumbuhan ini cenderung untuk tidak saling hadir karena terjadinya kompetisi. Kompetisi inilah yang memicu jenis-jenis tersebut memiliki kebutuhan hidup yang sama sedangkan sumber pendukung kebutuhan hidup relatif terbatas.

Jenis vegetasi yang tidak membentuk asosiasi artinya tidak dipengaruhi atau mempengaruhi jenis yang ada di sekitarnya. Jenis vegetasi yang membentuk asosiasi negatif menunjukkan tidak ada toleransi untuk hidup bersama pada area yang sama serta tidak terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, sehingga pada kondisi tersebut menimbulkan peluang terjadinya kompetisi.

keberadaaan beragam jenis tumbuhan dalam komunitas menyebabkan adanya kompetisi antar individu dalam spesies atau antar spesies yang pada akhirnya

membentuk komposisi dan dominansi yang beragam

(Hidayat dan Rahayuni, 2019).

Asosiasi negatif menunjukkan suatu jenis cenderung sedikit ditemukan atau tidak sama sekali hidup bersama. Asosiasi ini dapat menimbulkan modifikasi lingkungan dengan jenis yang mengandung atau memperoduksi racun sehingga berpengaruh bagi jenis yang ada di sekitarnya dan bersifat merugikan yang tidak dapat bertahan hidup (Sofian, 2008).

Dokumen terkait