• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

5.1 Pola Asosiasi Potensi Ekonomi Kawasan Gugus Pulau

5.1.1. Pola Asosiasi Potensi Sumberdaya Alam

Variabel indikator aspek sumberdaya alam terdiri atas 28 variabel indikator nyata menjadi penciri utama faktor (Lampiran I)1, dibagi dalam tiga bidang yaitu; (1) sumberdaya penggunaan lahan (5 variabel), (2) sumberdaya tanaman dan produksi pertanian dan perkebunan (15 variabel), dan (3) sumberdaya perikanan dan kelautan (8 variabel). Hasil analisis pola asosiasi potensi sumberdaya alam bidang penggunaan lahan terdapat 2 faktor/komponen utama yang dihubungkan dengan garis curam (metode Scree Test: Cattell, 1966 dalam StatSoft, 1984)2 dan memiliki akar ciri (eigenvalue) lebih besar dari 1 (metode Kaiser, 1960 dalam StatSoft, 1984)3 dengan nilai akar ciri (eigenvalue) 74,9 atau mewakili 74% dari keragaman data. Eigenvalues setiap faktor/komponen utama potensi sumberdaya alam bidang penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16 Eigenvalues potensi sumberdaya alam bidang penggunaan lahan Extraction: Principal components

Value Eigenvalue % Total

variance Cumulative Eigenvalue Cumulative % 1 2 2.708891 1.038068 54.17781 20.76136 2.708891 3.746959 54.17781 74.93918 Sumber: Data sekunder diolah (2009)

      

1 Variabel indikator disebut nyata sebagai penciri utama faktor apabila angka mutlaknya 0,7.

2 Faktor/komponen utama yang dihubungkan dengan garis berkemiringan paling curam. artinya;

Dari Factor loadings, diperoleh informasi bahwa untuk faktor 1 terdapat 3 variabel penciri utama dan 2 variabel penciri utama untuk faktor 2. Faktor 1 menggambarkan bahwa ada keterkaitan erat positif antara bobot lahan perkebunan intensif, kurang intensif dan bobot lahan mangrove yang mewakili 54% dari keragaman data. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatnya bobot lahan pertanian/perkebunan di suatu wilayah akan seiring dengan meningkatnya bobot lahan mangrove di wilayah tersebut. Berdasarkan variabel penciri utama penyusunnya, faktor 1 mempresentasikan lahan pertanian dan mangrove. Faktor 2 menjelaskan bahwa bobot lokasi lahan hutan terkait erat negatif dengan bobot lahan terbangun dengan mewakili 20% dari keragaman data. Hal di atas menggambarkan bahwa dengan meningkatnya bobot lahan terbangun pada suatu wilayah akan diikuti dengan semakin menurunnya bobot lahan hutan di wilayah tersebut. Berdasarkan variabel penciri utama penyusunnya, faktor 2 mempresentasikan lahan hutan dan lahan terbangun. Pola asosiasi variabel indikator penciri utama tiap faktor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17 Pola asosiasi potensi sumberdaya alam bidang penggunaan lahan Gugus Pulau Kaledupa

Faktor Simbol Nama Variabel Penciri Utama Nilai

Bobot

Faktor1 SDA_ F1LU lahan pertanian dan mangrove

Bobot lokasi mangrove Bobot lokasi pertanian intensif Bobot lokasi pertanian kurang intensif

0.767724 0.961958 0.932735

Faktor2 SDA_ F2LU lahan hutan/ lahan terbangun Bobot lokasi hutanBobot lokasi lahan terbangun -0.8354730.726125

Sumber: Data sekunder diolah (2009)

Hasil analisis pola asosiasi variabel indikator sumberdaya alam bidang tanaman dan produksi pertanian/perkebunan, terdapat 2 faktor/komponen utama memiliki akar ciri (eigenvalue) lebih dari 1 dan dihubungkan oleh garis curam dengan nilai eigen sebesar 83 atau mewakili lebih dari 83% keragaman data.

Eigenvalues setiap faktor sumberdaya alam bidang pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18 Eigenvalues sumberdaya alam bidang pertanian dan perkebunan Gugus Pulau Kaledupa

Extraction: Principal components

Value Eigenvalue variance % Total Cumulative Eigenvalue Cumulative %

1 2 9.807902 3.599476 61.29939 22.49673 9.80790 13.40738 61.29939 83.79611 Sumber: Data sekunder diolah (2009)

Dari Factor loadings diperoleh informasi bahwa terdapat 10 variabel penciri utama faktor 1 dan 5 variabel penciri utama faktor 2.Faktor 1 menjelaskan adanya keterkaitan erat positif antara bobot produksi tanaman pertanian seperti; ubi kayu, jagung, kelapa dan buah dengan bobot tanam berbagai jenis tanaman tersebut di wilayah itu. Hal di atas menggambarkan bahwa dengan meningkatnya bobot luas tanam berbagai jenis tanaman pertanian dan perkebunan di suatu wilayah akan seiring dengan meningkatnya pula bobot produksi tanaman di wilayah tersebut. Berdasarkan variabel penciri utama penyusunnya, faktor 1 mempresentasikan luas tanam dan produksi tanaman pertanian/perkebunan. Faktor 2 menggambarkan bahwa ada keterkaitan erat positif antara produktivitas lahan pertanian/perkebunan dengan diversitas tanaman pertanian/perkebunan. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan semakin meningkatnya diversitas tanaman di suatu wilayah akan diikuti dengan meningkatnya produktivitas lahan di wilayah tersebut. Berdasarkan variabel penciri utama penyusunnya, faktor 2 merupakan diversitas dan produktivitas lahan pertanian. Pola asosiasi variabel indikator penciri utama setiap faktor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19 Pola asosiasi potensi sumberdaya alam bidang tanaman pertanian dan perkebunan

Faktor Simbol Nama Variabel Penciri Utama Nilai Bobot

Faktor 1 SDA_F1 Tmn Luas tanam dan produksi pertanian

Bobot lokasi tanam ubi kayu Bobot lokasi tanam jagung Bobot lokasi kebun kelapa Bobot lokasi tanam buah-buahan Bobot lokasi tanam sayuran Bobot lokasi produksi ubi kayu Bobot lokasi produksi jagung Bobot lokasi produksi kelapa Bobot lokasi produksi buah Bobot lokasi produksi sayuran

0.984227 0.993679 0.956600 0.994419 0.986009 0.984387 0.992037 0.981160 0.950508 0.938437 Faktor 2 SDA_F2 Tnm Produktivitas lahan dan diversitas tanaman pertanian

Produktivitas tanaman ubi kayu Produktivitas tanaman jagung Produktivitas tanaman kelapa Produktivitas tanaman buah Diversitas tanaman pertanian

0.914427 0.729519 0.744990 0.727902 0.953065 Sumber: Data sekunder diolah (2009)

Variabel indikator sumberdaya alam bidang perikanan terdiri atas 8 variabel nyata sebagai penciri utama faktor. Dari hasil analisis PCA terdapat 2 faktor/komponen utama yang dihubungkan oleh garis curam dengan akar ciri (eigenvalue) lebih dari 1. Ke-2 faktor memiliki nilai eigen sebesar 75 yang terdiri

Eigenvalues setiap faktor sumberdaya alam bidang perikanan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20 Eigenvalues potensi sumberdaya alam bidang perikanan Extraction: Principal components

Value Eigenvalue % Total

variance Cumulative Eigenvalue Cumulative % 1 2 6.043848 1.111006 67.15387 12.34451 6.043848 7.154854 67.15387 79.49837 Sumber: Data sekunder diolah (2009)

Dari hasil Factor loadings diperoleh informasi bahwa terdapat 4 variabel penciri utama faktor 1 dan 4 variabel penciri utama faktor 2. Faktor 1 menunjukkan bahwa bobot lokasi produksi ikan demersal, terkait erat positif dengan rasio alat tangkap ikan sero, bubu, dan panah per keluarga nelayan. Hal di atas menjelaskan bahwa dengan meningkatnya ketersediaan alat tangkap sero, bubu, dan panah per keluarga nelayan di suatu wilayah akan diikuti oleh meningkatnya produksi ikan demersal di wilayah tersebut. Berdasarkan variabel utama penyusunnya, faktor 1 merupakan produksi ikan demersal dan alat tangkap sero, bubu dan panah. Faktor 2 menjelaskan bahwa ada keterkaitan erat positif antara bobot lokasi produksi ikan pelagis, bobot lokasi produksi teripang, gurita, dengan rasio alat tangkap pancing per keluarga nelayan. Berdasarkan variabel penciri utama penyusunnya, faktor 2 mempresentasikan produksi ikan pelagis, teripang, gurita dan alat tangkap pancing. Pola asosiasi variabel indikator penciri utama tiap faktor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21 Pola asosiasi potensi sumberdaya alam bidang perikanan Gugus Pulau Kaledupa

Faktor Simbol Nama Variabel Penciri Utama Nilai Bobot

Faktor 1 SDA_ F1Ikn Produksi ikan demersal, alat tangkap sero, bubu dan panah

Bobot lokasi produksi ikan demersal Rasio alat tangkap sero per-keluarga nelayan Rasio alat tangkap bubu per keluarga nelayan Rasio alat tangkap panah per keluarga nelayan

0.779954 0.807694 0.877490 0.900625 Faktor 2 SDA_ F2Ikn Produksi ikan pelagis,teripang, gurita, alat tangkap pancing

Bobot lokasi produksi ikan pelagis Bobot lokasi produksi teripang Bobot lokasi produksi gurita

Rasio alat tangkap pancing per keluarga nelayan

0.718428 0.770349 0.762317 0.713950 Sumber: Data sekunder diolah (2009)

Dokumen terkait