• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

5.3 Model Spasial Hubungan Fungsional Antara Sumberdaya

5.3.3 Model Spasial hubungan fungsional Antara

Dari hasil uji regresi Spatial Durbin Model pengaruh potensi sumberdaya ekonomi terhadap kinerja pembangunan sektor pertanian dapat dilihat dalam persamaan berikut; LnIdIKE_F3_Pdtn = 0,461789 + 0.97315 LnIndSDA_F2Tnm + 0.126286 lnIndIFU_F2Ikn + 0.157028 LnIndSDM_F2Pdkk + 0.146689 LnIndIFU_F6SrnPbk + 0.191974 Wr_LnIndSDA_F1LU - 0.17261 LnIndSDM_F2_Pdkn - 0.25756 LnIndSDM_F2TngKrj - 0.20743 LnIndIKE_F2_Pdtn - 0.10286 LnIndIFU_F2_Wst - 0.13049 LnIndSDM_F4_Pdkk Keterangan;

LnIndIKE_F3Pdpt = Ln indeks kinerja pendapatan pertanian,

LnIndSDA_F2Tnm = Ln Indeks produktivitas lahan dan diversitas tanaman pertanian

LnIndIFU_F2Ikn = Ln indeks areal tangkap ikan wilayah lamun

LnIndSDM_F2Pdkk = Lnindeks ketersediaan dokter dan tingkat kematian

LnIndIFU_F6SrnPbk = Ln indeks kerapatan jalan dan jalan aspal

Wr_LnIndSDA_F1LU = Ln ketetanggan terhadap indeks lahan kebun dan mangrove

LnIndSDM_F2Pdkn = Ln indeks tingkat pendidikan SMP ke-bawah

LnIndSDM_F2Tngkrj = Ln indeks tenagakerja pertanian

LnIndIKE_F2Pdtn = Ln indeks kinerja ukuran kesejahteraan daerah

LnIndIFU_F2Wst = Ln Indeks obyek wisata budidaya

LnIndSDM_F4Pdkk = Ln indeks kepadatan dan kelahiran penduduk

Hasil regresi di atas memiliki nilai Adjusted R² sebesar 0.98126752, berarti keragaman varabel indogen menggambarkan 98% terhadap variabel eksogen. Uji F menunjukkan tingkat probabilitas P-Value <0000, yang berarti variabel endogen sangat signifikan menjelaskan variabel eksogen. Hasil uji regresi Durbin spasial untuk meningkatkan kinerja pembangunan sektor pertanian Gugus Pulau Kaledupa ditemukan bahwa:

1. Kinerja pembangunan sektor pertanian dipengaruhi oleh produktivitas lahan dan diversitas tanaman pertanian. Meningkatnya 1 nilai indeks produktivitas lahan dan diversitas tanaman pertanian di suatu wilayah akan mendorong

0,97315. Hal diatas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kinerja pembangunan disektor pertanian dapat didorong oleh peningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan diversifikasi tanaman pertanian dan perkebunan pada wilayah tersebut.

2. Areal tangkap perikanan di wilayah laut dalam akan mendorong meningkatnya kinerja pembangunan bidang pertanian di wilayah tersebut. Meningkatnya 1 nilai indeks areal tangkap laut dalam akan mendorong meningkatnya pendapatan sektor pertanian di wilayah sebesar 0.126286. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada wilayah yang relatif jauh dengan kawasan areal tangkap ikan karang lebih memilih kegiatan pertanian sehingga pada kawasan tersebut kinerja pembangunan sektor pertanian relatif berkembang jika dibandingkan dengan kawasan lainnya.

3. Kinerja pembangunan bidang pertanian didorong oleh meningkatnnya ketersediaan dokter tinggi dan tingkat kematian. Meningkatnya 1 nilai indeks ketersediaan dokter dan tingkat kematian akan meningkatkan indeks kinerja pembangunan bidang pertanaian sebesar 0,157028. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja pembangunan bidang pertanian di suatu wilayah akan didorong oleh ketersediaan dokter wilayah tersebut. Ketersediaan tenaga dokter di suatu wilayah terkait erat dengan tingkat kematian di wilayah tersebut.

4. Kerapatan jalan beraspal nyata mendorong kinerja ekonomi sektor pertanian. Meningkatnya 1 nilai indeks kerapatan jalan dan jalan aspal mendorong meningkatnya pendapatan sektor pertanaian sebesar 0,146689. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan sarana jalan membuka askses ke areal lahan pertanian/perkebunan lebih cepat dan mudah sehingga mampu mendorong kinerja pembangunan bidang pertanian/perkebunan.

5. Kawasan perkebunan dan mangrove meningkatkan kinerja pertanian di daerah- daerah tetangga. Meningkatnya 1 nilai indeks perkebunan dan mangrove mendorong pembangunan sektor pertanian di daerah sekitarnya sebesar 0,191974. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pertanian dan perkebunan masyarakat di suatu wilayah tergantung oleh ketersediaan lahan pertanian dan kebun di wilayah-wilayah sekitarnya.

6. Tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi bidang pertanian. Meningkatnya 1 nilai indeks tingkat pendidikan SMP ke- bawah akan berdampak pada menurunnya kinerja pendapatan sektor pertanian sebesar 0,17261 di wilayah tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya kualitas sumberdaya manusia akan lebih mampu memanfaatkan lahan pertanian lebih produktif sehingga kinerja pembangunan bidang pertanian dan perkebunan akan semakin berkembang.

7. Meningkatnya 1 nilai indeks keluarga tani akan menurunkan kinerja pembangunan sektor pertanian sebesar 0,25756. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenagakerja dibidang pertanian di Gugus Pulau Kaledupa sudah melebihi/melampaui rasio yang ekonomis antara jumlah tenaga kerja terhadap lahan pertanian yang tersedia.

8. Meningkatnya nilai 1 indeks pembangunan bidang kesejahteraan akan menurunkan nilai indeks kinerja pembangunan sektor pertanian sebesar 0,20743. Lahan pertanian di Gugus Pulau Kaledupa relatif kurang subur dan kegiatan pertanian saat ini tidak lagi memenuhi skala ekonomi akibat keterbatasan lahan. Hal ini menyebabkan kesejahteraan semakin menurun. Kondisi ini menyebabkan angka kemiskinan lebih tinggi terjadi pada keluarga yang bekerja di sektor pertanian.

9. Meningkatnya 1 nilai indeks obyek wisata budaya akan menurunkan kinerja pembangunan sektor pertanian sebesar 0,10286. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas lahan peranian dan perkebunan di kawasan yang memiliki obyek wisata budaya relatif rendah sehingga kinerja pembangunan dibidang pertanian dan perkebunan masyarakat di kawasan wisata budaya relatif rendah. 10.Meningkatnya kepadatan dan tingkat kelahiran akan mendorong menurunnya

kinerja pembangunan bidang pertanian pada wilayah tersebut. Meningkatnya 1 nilai indeks kepadatan dan tingkat kelahiran pada suatu kawasan akan berdampak pada menurunnya kinerja pembangunan bidang pertanian sebesar 0,13049. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk akan semakin meningkatkan tingkat kepadatan sehingga rasio lahan pertanian terhadap penduduk semakin berkurang dan pada

Untuk melihat hubungan struktur fungsional antara potensi sumberdaya dengan kinerja pembangunan dari ke-3 hasil analisis model spasial di atas dapat disajikan pada Gambar 5.24 berikut.

Gambar 31 Struktur model spasial hubungan fungsional antara sumberdaya dengan kinerja pembangunan wilayah Gugus Pulau Kaledupa

Dari struktur keterkaitan fungsional antar sumberdaya dengan kinerja pembangunan di atas menunjukkan bahwa aspek sumberdaya alam ada 2 variabel yang mempengaruhi kinerja pembangunan wilayah yaitu; (1) produktivitas dan diversitas tanaman pertanian dan (2) ketetanggaan dengan kawasan lahan mangrove dan kawasan hutan. Keberadaan lahan mangrove dan lahan hutan akan mendorong kinerja pembangunan di daerah-daerah sekitarnya baik kinerja kesejahteraan dan budidaya agar, kinerja jasa, industri dan tambang maupun kinerja sektor pertanian. Sedangkan faktor produktivitas lahan dan diversitas dan tamanan pertanian mendorong secara signifikan meningkatnya kinerja pembangunan sektor pertanian, jasa, industri dan tambang pada wilayah tersebut.

Aspek sumberdaya manusia terdapat 5 faktor penciri utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan di kawasan Gugus Pulau Kaledupa. Tingkat pendidikan penduduk SMU ke-atas mendorong lebih kuat terhadap meningkatnya

-0.259 Kinerja Pembangunan Kesejahteraan dan Budidaya Agar Kinerja Pembangunan Jasa/Industry dan Tambang Kinerja Pembangunan Pertanian Pendidikan SMU Ke-Atas Perahu dan Alat

Tangkap Ikan Pendidikan SMP Ke bawah Keluarga Budiaya Agar Bahan Bakar RT dari Kayu Obyek Wisata Budaya

Dokter dan tingkat kematian

Prodktivitas lahan dan Diverstas tanaman Pertanaian Obyek Wisaya Bahari Listrik Non PLN Air Sumur Rumah permanen/ Air PAM Kerapatn Jalan Aspal Ketenggaan Terhadap Lahan Mangrov Dan Pertanain Keluarga Tani kepadatan dan tingkat kelahiran 0.2923 0.3588 -0.079 0.2901 0.3809 0.2784 0.2733 -0.183 -0.733 0.2185 0.5016 -0.2652 -0.079 0.1466 0.1570 -0.130 -0.2575 0.9731 0.4353 0.1726 0.4715 0.6381 -0.207 Areal tangkap Laut Dalam -0.313 0.1262 -0.102

kinerja pembangunan kesejahteraan dan budidaya agar. Sedangkan meningatnya tingkat pendidikan SMP ke bahwa mendorong lebih sedikit terhadap kinerja kesejahteraan penduduk bahkan berdampak pada menurunnya kinerja pembangunan sektor pertanian. Keberadaan dokter dan tingkat kematian mendorong meningkatnya kinerja sektor pertanian pada wilayah tersebut.

Sumberdaya manusia bidang ketenagakerjaan terdapat 2 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pembangunan yaitu keluarga budidaya agar dan keluarga pertanian. Meningkatnya keluarga yang bekerja pada sektor budidaya agar akan mendorong meningkatnya kinerja pembangunan dibidang kesejahteraan dan budidaya agar, sedangkan meningkatnya keluarga yang bekerja di sektor pertanian justru akan menurunkan kinerja pembangunan di sektor pertanian pada wilayah tersebut. Hal di atas menunjukkan bahwa kegiatan di sektor budidaya agar masih sangat prospektif untuk dikembangkan dalam mendorong kinerja pembangunan wilayah, sedangkan tenaga kerja di sektor pertanian telah melebihi daya dukung lahan dan skala ekonomi.

Pada aspek infrastruktur dan sarana dan prasarana umum terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kinerja pembangunan wilayah yaitu; ketersediaan sarana air PAM dan air sumur, ketersediaan aspal, ketersediaan sarana listrik dan PLN dan bahan bakar rumah tangga dari kayu/minyak. Hal di atas menunjukkan bahwa ketersediaan akan air sumur mendorong meningkatnya kinerja pembangunan di bidang jasa, industri dan tambang sedangkan ketersediaan rumah permanen/air PAM justru menghambat meningkatnya kinerja pembangunan sektor tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada kawasan yang pemenuhan air dari PAM memiliki kinerja pembangunan di bidang jasa, industri dan tambang lebih rendah dibandingkan dengan pada wilayah-wilayah yang sumber air dari sumur. Selain itu ketersediaan listrik non PLN mendorong kinerja pembangunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan atau aktivitas ekonomi hanya didorong oleh ketersediaan listrik yang berasal dari masyarakat sedangkan listrik yang bersumber dari PLN belum mampu memenuhi kebutuhan untuk mendorong aktivitas ekonomi dan hanya untuk pemenuhan kebutuhan penerangan perumahan pada malam hari. Sedangkan bahan bakar rumahtangga dari kayu mendorong

sumber bahan bakar rumahtangga dari kayu menghambat kinerja pembangunan wilayah.

Pada aspek infrastruktur dan sarana perikanan, terdapat 2 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pembangunan yaitu ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap dan areal tangkap ikan laut dalam/karang. Dari struktur hubungan fungsional di atas menunjukkan bahwa ketersediaan sarana perahu mendorong meningkatnya kinerja pembangunan baik kinerja pembangunan kesejahteraan dan budidaya agar serta kinerja pembangunan jasa, industri dan tambang. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Gugus Pulau Kaledupa masih sangat tergantung dengan sarana dan prasarana perahu sebagai sarana utama baik untuk transportasi maupun aktivitas perikanan dan kelautan lainnya. Areal tangkap laut dalam/karang justru menghambat kinerja pembangunan kesejahteraan dan budidaya agar, namun mendorong positif terhadap peningkatan kinerja pembangunan pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kawasan atau wilayah dengan semakin meningkatnya pendapatan di sektor budidaya agar akan menurunkan kegiatan aktivitas masyarakat dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap di laut dalam atau semakin meningkatnya aktivitas di areal karang. Sedangkan pada kawasan pertanian dengan tingkat aktivitas tinggi akan cenderung semakin meningkatnya aktivitas perikanan tangkap di areal laut dalam. Hal di atas menunjukkan bahwa kawasan-kawasan pertanian lebih dekat pada kawasan-kawasan areal tangkap laut dalam atau dengan kata lain kawasan aktivitas pertanian tinggi semakin meningkat pada kawasan yang tidak memiliki kawasan areal tangkap karang.

Sumberdaya infrastruktur kepariwisataan terdapat dua faktor yang ikut mempengaruhi kinerja pembangunan daerah yaitu wisata bahari dan wisata budaya. Keberadaan wisata bahari akan mendorong meningkatnya kinerja kesejahteraan dan pendapatan budidaya agar di kawasan tersebut, namun akan menghambat kinerja pembangunan di bidang jasa, industri dan tambang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kawasan wisata bahari kegiatan budidaya agar lebih meningkat namun akan menghambat aktivitas atau kegiatan masyarakat pada sektor industri, tambang dan jasa. Ilustrasi ini menjelaskan bahwa aktivitas wisata bahari selama ini belum melibatkan komponen sumberdaya baik

sumberdaya manusia maupun sumberdaya lokal lainnya dan bahkan justru membatasi wilayah ekonomi masyarakat, khususnya di bidang tambang dan jasa lainnya. Sedangkan obyek wisata budaya akan mendorong semakin meningkatnya kinerja pembangunan jasa, industri dan tambang namun justru menghambat kinerja pembangunan disektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat pada kawasan wisata budaya memiliki nilai tambah ekonomi lebih tinggi pada aktivitas jasa industri atau tambang jika dibandingkan kegiatan pertanian atau kegiatan lainnya sebab karakteristik kawasan ini merupakan kawasan berbatuan yang relatif kurang subur dan jauh dari kawasan budidaya kelautan.

5.4. Pembahasan Umum dan Kebijakan Pengembangan Kawasan Gugus

Dokumen terkait