• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Afektif

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-37)

Berikut ini adalah sikap afektif responden terhadap acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV yang akan diuraikan berdasarkan 9 item pertanyaan.

1. Merasa iba melihat kondisi tempat narasumber bekerja

Tabel 4.23. Merasa iba melihat kondisi tempat narasumber bekerja

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 21 21

4 Setuju 58 58

5 Sangat Setuju 21 21

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 58 orang atau 58% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden merasa iba melihat kondisi tempat narasumber bekerja. Selanjutnya masing-masing sebanyak 21 orang atau 21% menjawab sangat setuju dan netral. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Seperti yang telah dikatakan oleh Azwar (2005, p.26-27) yaitu pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Dalam penelitian ini diketahui bahwa banyak responden yang merasa iba melihat kondisi tempat narasumber bekerja. Hal tersebut disebabkan karena tingkat pendidikan yang dimiliki oleh narasumber sangat rendah, ada yang hanya tamatan SD atau SMP atau bahkan tidak

mengenyam pendidikan apapun, karena hal tersebut maka narasumber tidak memiliki pekerjaan yang layak atau pekerjaan yang dapat memberikan kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

Berbekal kemampuan yang terbatas tersebut akhirnya narasumber hanya menjadi tenaga kasar atau melakukan pekerjaan yang tidak umum seperti pencari keong di sawah, buruh pemecah batu. Maka dalam setiap episodenya, digambarkan kondisi tempat narasumber bekerja sangat jauh dari kata layak seperti tempat yang becek, panas, kotor dan bahkan membahayakan jiwa (Deny, personal communication, 2 April 2011).

Berbagai gambaran kondisi tersebut membuat pemirsa merasa iba terhadap kehidupan narasumber dalam acara “Jika Aku Menjadi”.

2. Merasa iba melihat kondisi tempat tinggal narasumber

Tabel 4.24. Merasa iba melihat kondisi tempat tinggal narasumber

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 25 25

4 Setuju 56 56

5 Sangat Setuju 16 16

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 56 orang atau 56% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden merasa iba melihat kondisi tempat tinggal narasumber. Selanjutnya sebanyak 25 orang atau 25% menjawab netral dan sisanya sebanyak 16 orang atau 16%

menjawab sangat setuju. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Dari uraian di atas nampak bahwa sebagian besar pemirsa yang m

enjadi responden dalam penelitian ini merasa iba melihat kondisi tempat tinggal narasumber. Dalam setiap episodenya, pemirsa disuguhkan buruknya tempat tinggal narasumber baik dari sisi kelayakan bangunan seperti bocor atau hampir roboh, ventilasi yang tidak sehat (tidak ada jendela permanen), sanitasi

(tidak ada kamar mandi atau WC) dan perlengkapan rumah tangga yang seadanya.

(Deny, personal communication, 2 April 2011). Hal tersebut membuat pemirsa semakin merasa iba karena narasumber dan keluarganya harus hidup dalam kondisi serba kekurangan.

3. Menyukai sifat positif dari narasumber (tekun, sabar)

Tabel 4.25. Menyukai sifat positif dari narasumber (tekun, sabar)

No Kategori Jawaban Jumlah % dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 50 orang atau 50% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden menyukai sifat positif dari narasumber (tekun, sabar). Selanjutnya sebanyak 33 orang atau 33% menjawab netral dan sisanya sebanyak 17 orang atau 17%

menjawab sangat setuju. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang menjawab setuju menunjukkan bahwa umumnya pemirsa menyukai sifat positif dari para narasumber. Meskipun hidup serba kekurangan, namun narasumber tetap memiliki ketekunan dan kesabaran untuk tetap berusaha memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai upaya dilakukan dengan tidak lupa tetap berdoa kepada Tuhan. Sifat positif dari narasumber tersebut dapat memberikan pesan positif bagi semua pemirsa agar selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya saat ini dan selalu mengingat Tuhan walaupun dalam kondisi serba kekurangan.

Diungkapnya sifat-sifat positif dari narasumber dalam program acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV sesuai dengan pernyataan (Sumadiria, 2005, p. 80-92) yang menyebutkan bahwa “salah satu kriteria umum nilai berita (news value) yang dapat menarik perhatian audience adalah ketertarikan manusiawi (human interest) maksudnya kadang-kadang suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana haru, suasana kejiwaan dan alam

perasaannya. Dengan demikian gambaran mengenai sifat positif para narasumber yang ditampilkan dalam acara ini telah memenuhi kriteria umum nilai berita (news value) yang dapat menarik perhatian audience yaitu timbulnya rasa suka.

4. Menyukai sifat positif dari talent (kemauan belajar, kemauan untuk berubah)

Tabel 4.26. Menyukai sifat positif dari talent (kemauan belajar, kemauan untuk berubah)

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 29 29

4 Setuju 52 52

5 Sangat Setuju 19 19

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 52 orang atau 52% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden menyukai sifat positif dari talent (kemauan belajar, kemauan untuk berubah).

Selanjutnya sebanyak 29 orang atau 29% menjawab netral dan sisanya sebanyak 19 orang atau 19% menjawab sangat setuju. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa umumnya pemirsa menyukai sifat positif dari para talent yang dilibatkan dalam episode acara “Jika Aku Menjadi”. Dalam setiap episodenya, talent diajak untuk tinggal dan terlibat dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh narasumber. Disela-sela melakukan pekerjaan, terkadang talent berkomunikasi dengan narasumber untuk mengetahui bagaimana perasaan narasumber ketika harus menghadapi kenyataan hidup serba kekurangan. Dari hasil percakapan tersebut, talent dapat mengambil sisi positif dari narasumber tersebut sehingga talent merasa diingatkan agar berubah ke arah yang lebih baik. Talent berusaha tidak mengulang sifat buruk selama ini, seperti manja, menggantungkan diri pada orang tua atau orang lain dan sifat serta egois

karena tidak mau mengerti kesulitan orang lain. (Dini, personal communication, 2 April 2011).

5. Menyukai jenis/tipe tayangan reality yang bersifat sosial

Tabel 4.27. Menyukai jenis/tipe tayangan reality yang bersifat sosial

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 22 22

4 Setuju 56 56

5 Sangat Setuju 22 22

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 56 orang atau 67% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden menyukai jenis/tipe tayangan reality yang bersifat sosial. Selanjutnya sebanyak 23 orang atau 23% menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak 10 orang atau 10%

menjawab netral. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya pemirsa yang menjadi responden dalam penelitian ini menyukai jenis atau tipe tayangan reality yang bersifat sosial, karena acara-acara semacam ini dapat meningkatkan rasa kepedulian masyarakat terhadap sesama. Selain itu acara-acara semacam ini juga memberikan pesan moral kepada pemirsa agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah diraih saat ini dan bersedia untuk membantu kehidupan orang lain yang sedang membutuhkan bantuan (Dini, personal communication, 2 April 2011).

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yagn jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam.Menurut Morrisan (2005)

“pada dasarnya apa saja dapat dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program tersebut menarik dan disukai audience dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku” (p. 207-214). Pengelola stasiun televisi pun dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik termasuk

diantaranya mengemas dengan menarik acara-acara reality show dengan tema sosial seperti acara “Jika Aku Menjadi”.

6. Menyukai program acara Jika Aku Menjadi termasuk program acara televisi bertema reality show

Tabel 4.28. Menyukai program acara Jika Aku Menjadi termasuk program acara televisi bertema reality show

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 18 18

4 Setuju 56 56

5 Sangat Setuju 26 26

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 56 orang atau 56% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden menyukai program acara Jika Aku Menjadi termasuk program acara televisi bertema reality show. Selanjutnya sebanyak 26 orang atau 26% menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak 18 orang atau 18% menjawab netral. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang menjawab setuju menunjukkan bahwa program reality show sangat diminati oleh pemirsa. Menurut Arismunandar selaku produser “Jika Aku Menjadi”, acara reality show semacam ini dinilai sangat menarik karena melibatkan orang-orang yang umum (bukan berasal dari kalangan artis) dengan lika-liku kehidupan yang kompleks sehingga dinilai lebih natural tanpa skenario (Arismunandar, 2007). Hal inilah yang menjadi daya tarik utama acara reality show di televisi.

Sesuai dengan namanya maka program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Jadi menyajikan situasi sebagaimana apa adanya. Dengan kata lain program ini mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata (riil) dengan cara sealamiah mungkin tanpa rekayasa (Morrisan, 2005, p. 106).

7. Merasa iba melihat realita kehidupan masyarakat miskin

Tabel 4.29. Merasa iba melihat realita kehidupan masyarakat miskin

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 17 17

4 Setuju 58 58

5 Sangat Setuju 25 25

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 58 orang atau 58% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden merasa iba melihat realita kehidupan masyarakat miskin. Selanjutnya sebanyak 25 orang atau 25% menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak 17 orang atau 17%

menjawab netral. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang menjawab setuju dengan pernyataan ini disebabkan karena acara ini benar-benar mengangkat sisi nyata kehidupan rakyat miskin yang diwakili oleh para narasumber. Dalam setiap episodenya, sangat nyata digambarkan beratnya kehidupan yang harus dijalani narasumber selama ini seperti pekerjaan yang tidak tetap, pendapatan yang tidak mencukupi, kondisi rumah yang tidak layak serta buruknya kondisi kesehatan dari para narasumber dan keluarga (Nanik, personal communication, 2 April 2011). Hal tersebut merupakan realita kehidupan masyarakat miskin di Indonesia saat ini, melalui acara “Jika Aku Menjadi”, mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan kehidupan masyarakat yang kurang mampu. Pernyataan tersebut didukung dengan teori kultivasi yang menyatakan bahwa televisi menampilkan apa yang terjadi di masyarakat, yaitu masih banyak masyarakat yang masih dibawah garis kemiskinan.

8. Merasa iba mengetahui pendapatan dan upaya bertahan hidup yang dilakukan oleh narasumber

Tabel 4.29. Merasa iba mengetahui pendapatan dan upaya bertahan hidup yang dilakukan oleh narasumber

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 1 1

3 Netral 17 17

4 Setuju 46 46

5 Sangat Setuju 36 36

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 67 orang atau 67% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden merasa iba mengetahui pendapatan dan upaya bertahan hidup yang dilakukan oleh narasumber. Selanjutnya sebanyak 23 orang atau 23% menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak 10 orang atau 10% menjawab netral. Dalam penelitian ini diketahui ada satu orang responden (1%) yang menyatakan tidak setuju dan tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Dalam setiap episode acara “Jika Aku Menjadi” selalu diceritakan berapa besarnya pendapatan yang diperoleh narasumber baik penghasilan utama ataupun penghasilan tambahan yang diperoleh istri ataupun anggota keluarga yang lain.

Meskipun kecil, tetapi narasumber dan keluarga tidak pernah menyerah dengan kondisi kehidupan yang dijalaninya saat ini. Mereka selalu berupaya bertahan hidup dengan caranya sendiri, seperti misalnya memakan singkong sebagai pengganti beras yang tidak mampu mereka beli, memakan keong sawah sebagai pengganti lauk pauk dan sebagainya. Rendahnya pendapatan yang diperoleh per hari memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang dikategorikan miskin dan hal tersebut membuat pemirsa merasa iba (Hary, personal communication, 2 April 2011).

Afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional seperti halnya iba dengan penderitaan narasumber banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai pemirsa bahwa informasi yang diberikan dalam acara tersebut adalah benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud yaitu kehidupan narasumber (Mar’at, 1981, p.10-11), seperti dalam acara “Jika Aku Menjadi” ini.

9. Menyukai cara yang dilakukan untuk membantu masyarakat miskin yaitu melalui pemberian modal usaha

Tabel 4.30. Menyukai cara yang dilakukan untuk membantu masyarakat miskin yaitu melalui pemberian modal usaha

No Kategori Jawaban Jumlah %

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 0 0

3 Netral 18 18

4 Setuju 60 60

5 Sangat Setuju 22 22

Jumlah 100 100%

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang yang dijadikan responden dalam penelitian ini, sebanyak 60 orang atau 60% menjawab setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, responden menyukai cara yang dilakukan untuk membantu masyarakat miskin yaitu melalui pemberian modal usaha. Selanjutnya sebanyak 22 orang atau 22% menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak 18 orang atau 18% menjawab netral. Tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju ataupun sangat tidak setuju.

Banyaknya responden yang memberikan jawaban setuju dan sangat setuju pada item pertanyaan ini disebabkan karena pihak Trans TV memberikan bantuan ini tidak berwujud barang-barang yang konsumtif tetapi barang-barang yang memiliki nilai guna dan dapat dijadikan sebagai modal usaha bagi keluarga narasumber. Jadi barang-barang tersebut tidak habis dipakai sekaligus tetapi dapat dijadikan sumber pendapatan baru bagi keluarga narasumber, seperti bantuan berupa warung untuk berjualan, penyewaaan lahan persawahan untuk bercocok tanam ataupun binatang peliharaan seperti kambing, ayam atau sapi agar dapat

diternakkan kembali ataupun dijual kembali. Dengan demikian bantuan tersebut akan lebih berguna bagi masyarakat miskin (Hasil wawancara dengan responden:

Dini).

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-37)

Dokumen terkait