• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Crosstabs

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-53)

B. Aspek Konatif

9. Keinginan untuk membantu kehidupan masyarakat miskin

4.3 Hasil Crosstabs

Pada bagian ini akan disajikan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan variabel terpaan seperti terangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.42. Hasil Crosstab antara Jenis Kelamin dengan Terpaan

Jenis Kelamin * Terpaan Crosstabulation tersebut menunjukkan bahwa responden pria dan wanita dalam penelitian ini umumnya mendapat terpaan tinggi ditinjau dari frekuensi, durasi dan atensi pada saat menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV.

Tabel 4.43 Hasil Crosstab antara Jenis Kelamin dengan Sikap Masyarakat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden wanita memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV yaitu sebanyak 46 orang atau 46% sedangkan responden pria yang memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV

sebanyak 38 orang atau 38%. Sedangkan sisanya masing-masing sebanyak 8 orang atau 8% adalah responden pria dan wanita yang memiliki sikap netral terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden pria dan wanita dalam penelitian ini umumnya memberikan respon berupa sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV baik berkaitan dengan materi, alur cerita ataupun pesan moral yang ingin disampaikan.

Tabel 4.44 Hasil Crosstab antara Usia dengan Terpaan

Usia * Terpaan Crosstabulation

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden yang diteliti, pada umumnya responden yang berusia antara 25-29 tahun, dikategorikan memiliki terpaan tinggi pada saat menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV yaitu sebanyak 27 orang atau 27% sedangkan responden di usia tersebut dikategorikan memiliki terpaan sedang sebanyak 7 orang atau 7%.

Hasil ini sesuai dengan teori terpaan media berkaitan dengan stimuli yaitu salah satunya adalah kebaruan (novelty). Pemirsa di segmen usia 25-29 tahun menyukai hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian (Rakhmat, 2002, p. 52-53). Selain itu acara “Jika Aku Menjadi” diputar di jam-jam prime time dimana pemirsa yang bekerja telah selesai melakukan aktivitas sehingga mereka dapat sering menonton acara tersebut. Morrisan (2005, p.100) menyebutkan bahwa pemilihan waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu keberhasilan program yang bersangkutan.

Tabel 4.45. Hasil Crosstab antara Usia dengan Sikap Masyarakat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden yang diteliti, pada umumnya responden yang berusia antara 25-29 tahun, dikategorikan memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah sebanyak 28 orang atau 28% sedangkan responden di usia tersebut yang memiliki sikap netral sebanyak 6 orang atau 6%. Banyaknya responden di usia antara 25-29 tahun dan memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV disebabkan karena pada usia tersebut seseorang yang masuk usia dewasa telah memiliki kematangan kognitif sehingga mereka mampu menelaah informasi yang mereka peroleh dengan baik dan dapat mengambil kesimpulan dari acara tersebut. Mengingat fungsi televisi adalah penerangan yaitu menyiarkan informasi yang memuaskan, fungsi penerangan yaitu meningkatkan pengetahuan serta fungsi hiburan karena memberikan hiburan bagi pemirsanya (Effendy, 1993, p.23-30).

Tabel 4.46. Hasil Crosstab antara Pendidikan Terakhir dengan Terpaan

Pendidikan Terakhir * Terpaan Crosstabulation

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dengan terpaan tinggi saat menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden

yang memiliki pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak 42 orang atau 42%

sedangkan responden yang mendapat terpaan sedang saat menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir S1 juga yaitu sebanyak 6 orang atau 6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yang mendapat terpaan tinggi ditinjau dari frekuensi, durasi dan atensi pada saat menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir S1.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pemirsa yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih dari sembilan tahun (wajib belajar) sehingga mereka mampu menyerap informasi atau pesan yang disampaikan dalam acara tersebut sebagaimana disebutkan oleh Morrisan (2005) “bahwa intelektualitas akan menentukan pilihan barang-barang, jenis hiburan dan program televisi yang diikutinya” (p. 47).

Tabel 4.47. Hasil Crosstab antara Pendidikan Terakhir dengan Sikap Masyarakat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak 40 orang atau 40% sedangkan responden yang mendapat terpaan sedang saat menonton acara

“Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SMU yaitu sebanyak 8 orang atau 8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemirsa yang memiliki tingkat pendidikan S1 atau SMA mampu menyerap informasi atau pesan yang disampaikan dalam acara tersebut.

Tabel 4.48. Hasil Crosstab antara Terpaan dengan Sikap Masyarakat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden yang diteliti, pada umumnya responden yang memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV adalah responden yang memiliki terpaan tinggi yaitu sebanyak 73 orang atau 73% sedangkan responden yang memiliki sikap netral terhadap keberadaan acara “Jika Aku Menjadi” adalah responden yang memiliki terpaan sedang.

4.3.1 Hubungan Terpaan Acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV Dengan Sikap Masyarakat Surabaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan program reality show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV dengan sikap masyarakat Surabaya.

Dari hasil pengujian korelasi dengan menggunakan metode Pearson Correlation diperoleh hasil sebagai berikut :

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

*.

Sumber : Lampiran 5

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya korelasi antara terpaan program reality show “Jika Aku Menjadi” dengan sikap masyarakat Surabaya adalah sebesar 0,204 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,041. Karena

tingkat signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara terpaan program reality show

“Jika Aku Menjadi” dengan sikap masyarakat Surabaya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “Ada hubungan antara terpaan program ”Jika Aku Menjadi” di Trans TV dengan sikap masyarakat Surabaya dapat terbukti kebenarannya.

Selanjutnya untuk menginterpretasi hubungan antara terpaan program

”Jika Aku Menjadi” di Trans TV dengan sikap masyarakat Surabaya dapat dilihat dari besarnya korelasi yang diperoleh. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa besarnya korelasi adalah 0,204. Menurut tabel pedoman diketahui bahwa 0,204 adalah tingkat hubungan yang rendah karena berada di interval koefisien 0,20-0,399. Dengan demikian hubungan antara terpaan program ”Jika Aku Menjadi” di Trans TV dengan sikap masyarakat Surabaya adalah rendah.

Hasil penelitian ini mendukung teori kultivasi bahwa semakin sering masyarakat atau pemirsa diterpa oleh program reality show “Jika Aku Menjadi”

maka hal tersebut mampu membentuk sikap masyarakat Surabaya, baik dari sisi kognitif, afektif ataupun konatif. Dari sisi tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S1 dan SMA cenderung memiliki sikap positif terhadap keberadaan acara ini. Tetapi hasil ini menunjukkan terpaannya rendah dikarenakan responden dengan tingkat pendidikan S1 dan SMA (lebih dari wajib belajar sembilan tahun) ini mempunyai pola perilaku sendiri yang perilaku itu mungkin tidak hanya dipengaruhi oleh televisi tetapi oleh banyak media lain, pengalaman langsung, orang lain yang berhubungan dengan kita dan lain-lain seperti yang dikatakan Nurudin (2007) dalam bukunya.

Pada aspek kognitif diketahui bahwa sebagian besar masyarakat atau pemirsa yang menjadi responden dalam penelitian ini menjawab pernyataan setuju tentang berbagai hal yang berkaitan dengan acara “Jika Aku Menjadi” seperti misalnya mengetahui desa yang menjadi lokasi syuting, mengetahui kondisi tempat narasumber bekerja ataupun kondisi tempat tinggal narasumber. Pemirsa juga menyatakan setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi”, dapat mengetahui sifat positif dari narasumber ataupun talent yang dilibatkan dalam

acara tersebut. Dengan semakin seringnya acara “Jika Aku Menjadi” diputar dan ditonton oleh pemirsa maka pemirsa dapat mengetahui bahwa acara ini termasuk dalam kategori reality show yang bertema sosial sehingga pemirsa dapat dengan jelas mengetahui tentang realita kehidupan masyarakat miskin dan berbagai upaya yang dilakukan untuk mengentas masyarakat dari garis kemiskinan seperti halnya yang digambarkan dalam acara tersebut.

Selanjutnya di aspek afektif, pemirsa juga memberikan pernyataan setuju bahwa setelah menonton acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV, mereka menyukai beberapa informasi yang diberikan serta menimbulkan rasa iba melihat perjuangan narasumber sehingga pada akhirnya di aspek konatif, pemirsa memiliki keinginan untuk mengetahui dan terlibat langsung dalam acara tersebut seperti misalnya keinginan untuk datang ke desa yang menjadi lokasi syuting, keinginan untuk mengetahui kondisi tempat narasumber bekerja ataupun kondisi tempat tinggal narasumber. Hal lain yang bersifat positif setelah penayangan acara

“Jika Aku Menjadi” adalah munculnya minat atau keinginan pemirsa untuk ikut mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan sehingga acara ini dapat berhasil menyampaikan pesannya.

Dari berbagai uraian yang telah disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa setelah menonton acara ”Jika Aku Menjadi” di Trans TV maka hal tersebut mampu membentuk sikap masyarakat Surabaya ke arah yang lebih baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif ataupun konatif.

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-53)

Dokumen terkait