• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia

2. Aspek Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas dalam penelitian ini melihat kepada indikator basis kerja yang dilakukan oleh yayasan. Bisa dilihat dari stuktur organisasi, tugas dan tanggung jawab organ, dan SOP, dan pemberian reward dan punishment.

Tabel 4.5 Penilaian Aspek Akuntabilitas Yayasan Kuntum Indonesia

No Aspek GCG Terpenuhi Kurang

Terpenuhi

Tidak Terpenuhi 2. AKUNTABILITAS

a.Yayasan memiliki struktur organisasi kepengurusan yang lengkap

b.Pengurus yayasan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing

c.Tugas dan tanggung jawab dari pengurus diarahkan untuk sejalan dengan visi-misi yayasan

d.Yayasan mengontrol kegiatan-kegiatan UMKM di KWBT secara berkala

e.Pengurus berperilaku sesuai dengan peraturan yayasan

f. Anggota UMKM berperilaku sesuai dengan peraturan yayasan

g.Adanya SOP yang berlaku dan diketahui oleh pengurus yayasan dan UMKM dalam menjalankan tugasnya

h.Yayasan memberi reward kepada UMKM nya atas pencapaian prestasi yang diraih i. Yayasan memberi punishment kepada

UMKM nya atas kesalahan yang dilakukan         

Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015

Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik akuntabilitas yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dari segi pemberian tugas dan tanggung jawab, kontroling, SOP yang berlaku, dan dari pemberian reward,

kemudian masih kurang dalam hal pelaksanaan peraturan dari pengurus maupun UMKM, dan juga pemberian punishment. Yang terakhir, yayasan belum bisa melengkapi keanggotaan pengurus, dan karena itu juga pengurus yayasan belum bisa melaksanakan fungsinya masing-masing.

Tugas dan tanggung jawab dari pengurus yayasan selalu diarahkan untuk mencapai visi-misi yayasan, hal ini ditunjukan dengan pelaksanaan program-program pelatihan dan pembimbingan kepada UMKM yang cukup efektif dilaksanakan. Dalam setiap kunjungan ke tempat homeindustry UMKM, pengurus yayasan pun juga terus memantau kegiatan-kegiatan UMKM mitranya dan menanyakan perkembangan usahanya. Bagi UMKM yang memang terlihat bagus, rapi, dan disiplin dengan peraturan yayasan, maka yayasan pun juga memberikan reward nya dengan membantu mempromosikan UMKM tersebut di televisi lewat koneksi yang dimiliki oleh yayasan. Dalam menerima kunjungan dari luar, pengurus dan pelaku UMKM pun juga memiliki SOP guna terlaksananya acara tersebut dengan sukses. Adapun dari segi punishment, yayasan belum bisa menerapkannya ke seluruh anggota/mitra UMKM nya, sebab punishment yang diberikan hanya pada UMKM yang melakukan pembiayaan ke yayasan, jika mereka menyalahi aturan yayasan, atau tidak amanah dalam menuntaskan pelunasan pembiayaannya, akan di blacklist oleh pihak yayasan dan ke depannya tidak masuk dalam daftar yang bisa diberikan pembiayaan.

Struktur yayasan sendiri memang ada dari mulai Dewan pengawas sampai kepada divisi-divisi. Namun struktur ini tidak lengkap diisi oleh SDM. Artinya, organ yayasan tidak full ditempati oleh SDM. Posisi BPH memang sudah ada SDM yang menempatinya, namun pada posisi divisi-divisi, itu tidak ditempati oleh satu orang pun SDM. Hal ini lah yang membuat pengurus yayasan sendiri tidak bekerja dengan optimal sesuai fungsinya masing-masing. Jadi, tugasnya dari BPH itu multifungsi, semuanya dikerjakan bersama-sama.

3. Aspek Responsibilitas

Dalam melihat aspek responsibilitas pada Yayasan, penulis melihat dari beberapa indkator yaitu kepatuhan terhadap perundang-undangan dan sikap tanggung jawabnya kepada masyarakat dan lingkungan.

Tabel 4.6 Penilaian Aspek Responsibilitas Yayasan Kuntum Indonesia

No Aspek GCG Terpenuhi Kurang

Terpenuhi

Tidak Terpenuhi 3. RESPONSIBILITAS

a.Yayasan memiliki peraturan tersendiri yang menjadi pedoman dalam setiap kegiatan

b.Kegiatan yayasan merujuk kepada Undang-undang tertentu

c.Yayasan mengadakan program sosial kepada masyarakat

d.Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat itu ramah lingkungan

e.Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat itu tidak mengganggu masyarakat

f. Yayasan memberikan fasilitas peminjaman

pembiayaan bagi UMKM yang

memerlukan

g.Yayasan memberikan pelatihan kepada UMKM di KWBT       

Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015

Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik responsibilitas yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah sangat baik dilaksanakan yaitu dalam hal peraturan yayasan, program sosial yang diberikan, kegiatan ramah lingkungan dan tidak mengganggu masyarakat, penyediaan pembiayaan bagi UMKM yang

membutuhkan, dan memberikan pelatihan kepada para UMKM. Namun masih kurang dalam hal ketaatan pada perundang-undangan.

Pengurus yayasan membuat AD/ART yang dijadikan pedoman peraturan yang wajib ditaati oleh seluruh pihak yang terlibat di dalam yayasan. UMKM pun yang menjadi mitra yayasan harus juga mematuhi peraturan yang berlaku pada yayasan.

Yayasan memberikan bentuk kepedulian yang amat besar kepada masyarakat Desa Tegalwaru, beberapa bentuk kegiatan sosial yang diberikan yaitu adanya pembagian sembako pada bulan ramadhan, kemudian ada santunan dan bantuan kepada anak yatim, kemudian ada juga program penyuluhan gizi kepada masyarakat. Yayasan juga memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh UMKM di KWBT sendiri itu ramah lingkungan, salah satu bentuknya adalah ketika ada pabrik nata de coco, memang polusi udara yang ditimbulkan membuat indra penciuman kurang nyaman. Atas itu, dibuatkanlah septiktank kering agar polusinya tidak kemana-mana. Kemudian juga, ada pabrik yang waktu itu melakukan pencemaran udara dan mendapat komplain dari masyarakat, akhirnya pabrik itu pun ditutup. Sekarang pelaku UMKM pun sudah cerdas, tidak perlu diberitahu lagi, mereka tahu apa yang perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dirugikan.

Kemudian bentuk tanggung jawab dari yayasan juga untuk melakukan pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para UMKM di KWBT ini. Dari mulai pelatihan pembiayaan, administrasi, sampai kepada perpajakan. Hal ini dilakukan demi berkembangnya UMKM-UMKM di KWBT.

Bentuk tanggung jawab lainnya yaitu yayasan bersedia memberikan pinjaman pembiayaan kepada para pelaku UMKM di KWBT yang kehabisan modal atau pun tidak ada modal sama sekali tetapi mempunyai niat berwirausaha. Tentunya, pinjamannya juga dalam jumlah yang terbatas karena disesuaikan juga dengan keadaan kas yayasan. Walaupun hal itu bersifat pinjaman, tetapi banyak juga dana yang tidak kembali lagi ke yayasan dari warga yang meminjamnya.

Sikap dan tanggung jawab kepada masyarakat sudah sangat baik dilaksanakan. Peraturan yayasan pun juga ada dalam bentuk AD/ART maupun peraturan lainnya yang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan. Namun, dari segi ketaatan pada undang-undang yang berlaku, yayasan belum bisa mengantongi izin sampai kepada kemenhukam, Yayasan Kuntum Indonesia ini baru mendapatkan izin dari akta notaris, hal ini disebabkan karena waktu perizinan pendirian di 2007 menjelang di 2008 itu belum diberlakukan sampai kepada kemenhukam. Lalu, untuk saat ini belum dilaksanakan juga karena ada beberapa kendala, salah satunya adalah dana.

4. Aspek Independensi

Independensi memiliki arti yayasan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ dalam yayasan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Indikator yang digunakan dalam aspek ini yaitu pengaruh internal (fungsi dan tugas) dan juga pengaruh dari eksternal.

Tabel 4.7 Penilaian Aspek Independensi Yayasan Kuntum Indonesia

No Aspek GCG Terpenuhi Kurang

Terpenuhi

Tidak Terpenuhi 4. INDEPENDENSI

a.Dalam melakukan pekerjaan, masing-masing organ yayasan tidak didominasi oleh salah satu bagian organ di dalam yayasan

b.Setiap organ melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan anggaran dasar/peraturan yayasan

c.Yayasan tidak dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu dalam menentukan sebuah program atau keputusan

d.Yayasan tidak menerima sumbangan dari kelompok tertentu yang dibaliknya itu terdapat kepentingan terselubung

 

Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015

Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik independensi yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dalam hal menjaga yayasan dari pihak yang ingin membantu yayasan namun mempunyai kepentingan terselubung. Kemudian masih kurang dalam hal penerapan porsi kerja dari masing-masing organ yayasan, dan juga masih ada pengaruh dari pihak tertentu yang menghambat kerja dari yayasan. Selanjutnya, masih belum baik dalam hal operasional kerja, karena masih ada dominasi salah satu pihak di dalam yayasan.

Fakta bahwa SDM yang ada di Yayasan Kuntum Indonesia ini adalah berjumlah sangat sedikit dan jumlahnya tidak memenuhi organ yang dibutuhkan dalam yayasan sehingga yayasan kekurangan SDM. Maka dari itu, BPH juga yang melakukan multifungsi kerja. Dalam menjalankan kegiatannya, dengan SDM yang

kurang ini membuat tugas dan kewajiban dari organ-organ yayasan kurang efektif dilaksanakan.

Adapun mengenai pihak luar yang bersinergi dengan yayasan, pihak yayasan pun juga tidak pernah mendapatkan dana titipan tertentu agar melakukan suatu hal yang diperintah oleh si pemberi. Pihak yayasan sebetulnya menerima semua kegiatan yang berasal dari luar jika itu memang ada kepentingan untuk membantu masyarakat, bukan kepentingan individu. Ada berbagai partai yang masuk membujuk Ibu Tatiek untuk masuk ke bursa politik partainya, namun karena ini sudah terlihat ke arah penarikan masa agar suara banyak didapat, maka Bu Tatiek menolaknya. Namun, jika niatnya mau membantu masyarakat, bisa bermitra, tapi tidak dengan membawa bendera partai.

Mengenai pihak luar yang memengaruhi jalannya kegiatan Yayasan Kuntum Indonesia, sebenarnya ada juga seorang oknum yang tidak senang jika pihak yayasan bekerja sama dengan salah satu tokoh di desa tersebut. Karena hal itu, oknum tersebut mengancam untuk membekukan kegiatan yayasan di Tegalwaru apabila masih bekerjasama dengan tokoh itu. Karena merasa oknum ini juga berpengaruh dan cukup kuat dalam memberikan kebijakan, maka pihak yayasan pun membatasi kegiatannya dengan tokoh yang dimaksud tersebut agar kegiatan aman terkendali. Hal ini menjadikan yayasan kurang independen.

5. Aspek Fairness

Dalam menerapkan aspek fairness, pihak yayasan senantiasa memerhatikan kepentingan dari donatur, dewan pengawas, juga dari UMKM sendiri berdasarkan aspek kewajaran dan kesetaraan.

Tabel 4.8 Penilaian Aspek Fairness Yayasan Kuntum Indonesia

No Aspek GCG Terpenuhi Kurang

Terpenuhi

Tidak Terpenuhi 5. FAIRNESS

(KESETARAAN DAN KEWAJARAN)

a.Yayasan memberikan kesempatan kepada donatur atau pun penasihat yayasan untuk memberikan masukan guna kemajuan program yayasan

b.Yayasan membuka akses informasi pada setiap organ yayasan sesuai dengan prinsip transparansi

c.Yayasan memberikan kesempatan yang sama untuk pelatihan kepada para setiap UMKM di KWBT

d.Yayasan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap UMKM untuk mempromosikan produknya apabila ada pengunjung yang datang

e.Yayasan memberi kesempatan pada UMKM mana saja untuk megajukan pembiayaan selama terpenuhinya kriteria f. Yayasan memberikan kesempatan pada

siapa saja yang ingin bergabung dengan yayasan yang memenuhi kriteria yayasan.

     

Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015

Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik fairness yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dari segi pemberian kesempatan pelatihan yang sama untuk UMKM, menerima masukan dari pihak lain, dan yayasan memberi kesempatan pembiayaan pada para UMKM dan juga membuka kesempatan kepada

masyarakat untuk menjadi pengurus selama memenuhinya kriteria. Kemudian masih kurang dalam hal pemberian akses informasi dan juga kesempatan yang diberikan pada setiap UMKM untuk mengadakan promosinya.

Dalam menjalankan programnya, yayasan tidak bisa bertindak dan berdiri sendiri. Yayasan memerlukan beberapa pihak yang bisa membantu melihat kekurangan-kekurangan dari kegiatan yang ia jalani. Ibu Tatiek sendiri intens berkomunikasi dengan dewan pembina, yaitu dengan suaminya sendiri, Pak Ocin, dan Pak Ukay. Kemudian juga, dalam urusan-urusan tertentu, beliau sharing dengan Pak Lurah. Masukan dari pemberi dana juga menjadi hal yang ia pertimbangkan.

Yayasan juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM di Tegalwaru, khususnya yang menjadi mitra/anggota dari yayasan untuk turut serta mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan atau difasilitasi oleh yayasan. Namun, jika ada pengunjung yang datang, yayasan tidak bisa menyertakan semua UMKM mitranya untuk dikunjungi homeindustry nya, hal ini dikarenakan penunjukan tempat kunjungan itu sendiri yayasan berikan kuasa kepada para pengunjung untuk memilih tempat yang mau dikunjungi. Jadi sifatnya random. Ketika ada kegiatan pameran UMKM di luar desa pun, yayasan mengajak UMKM yang memang berhubungan dengan kegiatan tersebut.

Dalam hal pemberian pembiayaan, yayasan selalu terbuka untuk membantu UMKM di Tegalwaru apabila kesulitan pendanaan. Selama ada kas di yayasan, maka yayasan bisa memenuhinya. Tentunya juga sebelum memberikan pembiayaan itu, yayasan meninjau terlebih dahulu, apakah UMKM ini terlibat bank keliling atau

tidak, jika terlibat maka yayasan tidak akan memberinya sebab dikhawatirkan uangnya bukan dijadikan modal, tapi untuk membayar hutang ke bank keliling tersebut.

Kemudian dalam mencari SDM tambahan ataupun perekrutan pengurus, yayasan membuka luas kesempatan ini kepada siapa saja, tentunya juga yang memenuhi kriterianya yaitu amanah dan mau sama-sama berjuang. Sebab, dari pengalaman yayasan, pernah mempunyai pengurus inti namun ia malah tidak amanah, makanya untuk hal ini yayasan lebih berhati-hati kembali untuk memilih orang yang akan dijadikan timnya. Dalam hal alur informasi pada yayasan ini, masing-masing organ masih lancar melakukan komunikasi. Namun, dikarenakan organ divisi-divisi belum ada, maka alur informasi disini masih belum optimal.

D. Dampak Eksistensi Yayasan pada Perkembangan UMKM

Pada poin ini penulis lebih menitikberatkan pada respon UMKM pada kegiatan dan keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia dan pengetahuan UMKM terhadap pembiayaan. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa yayasan telah memberikan beberapa program ke UMKM-UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Seperti program kunjungan ke home industry UMKM, kemudian program pelatihan yang diberikan oleh yayasan mengenai pelatihan peningkatan kualitas SDM, quality control pruduct, kemudian ada pengurusan izin sertifikasi halal, pelatihan standar mutu produk, pelatihan ekspor-impor, keuangan, administrasi, marketing, perpajakan dan juga pembiayaan.

Ada 3 responden yang penulis libatkan dalam penelitian ini. Mereka adalah Pak Fadli, yang merupakan pengusaha tas. Kemudian Pak Bidin yang merupakan pengusaha pembibitan ikan. Selanjutnya yang terakhir adalah Pak Aris selaku pengusaha wayang golek. Mereka merupakan pelaku UMKM yang menjadi mitra Yayasan Kuntum Indonesia. Ada beberapa hal yang secara spesifik peneliti tanyakan kepada responden, yaitu :2

1. Terkait dengan program-program yang diberikan oleh yayasan, mereka menjawab bahwa program yang diberikan oleh yayasan itu lebih banyaknya kepada kunjungan-kunjungan bisnis dari pengunjung kampung wisata ke

homeindustry mereka. Adapun bentuk pelatihan kepada mereka sendiri yaitu meliputi administrasi usaha dan pembiayaan. Kerjasama dengan pihak lain. Mereka merespon positif dan menerima program ini sebagai peningkatan kemampuan usaha mereka. Namun, pada beberapa UMKM, program pelatihan ini dirasa masih belum menjangkau khusus pada UMKM, pelatihannya masih terlalu bersifat umum.

2. Terkait dengan ketepatan program yang diberikan kepada UMKM, mereka merasa bahwa materi pelatihan yang diberikan kepada UMKM-UMKM di Tegalwaru ini masih belum tepat. Ada beberapa segi ketidaktepatannya, yaitu bahwa pelatihan terkadang diisi oleh kalangan berpendidikan tinggi, sedangkan disini mayoritas pelaku usaha kebanyakan masih awam tentang istilah-istilah akademis. Jadi penangkapan materi masih belum diserap secara dalam.

2

Kemudian dalam hal pilihan materi, mereka merasakan bahwa terkadang materi pelatihan itu lebih tepatnya diberikan ketika usaha mereka sudah maju. Namun mereka juga senang karena pelatihan tersebut menambah pengetahuan mereka dalam berbisnis. Sedangkan Pada satu UMKM merasa bahwa program kunjungan itu lah yang sudah sangat tepat diberikan.

3. Terkait kebermanfaatan program yang diberikan oleh yayasan, mereka sangat terbantu dari kunjungan-kunjungan bisnis yang dibawa oleh yayasan, kemudian juga terbantu dalam beberapa aspek pengetahuan bisnis pada suatu pelatihan tertentu. Namun sayangnya, UMKM masih belum merasakan pelatihan manajemen pengelolaan usaha yang baik dan cara pemasaran produk-produknya, karena mungkin selama ini hanya dari kunjungan yang menjadi dominan.

4. Terkait dengan kelebihan dan kelemahan yayasan bagi UMKM, mereka lebih melihat aspek positifnya dibandingkan negatif. Pada satu UMKM memandang bahwa yayasan ini unik daripada yayasan-yayasan lainnya, karena yayasan ini lebih terjun kepada urusan pemberdayaan usaha kecil, dimana para pelaku UMKM diberikan terus pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan bisnis mereka dan bagi para pengunjung pun difasilitasi dengan kunjungan

homeindustry ke tempat UMKM yang mereka ingin kunjungi sehingga bisa membantu mereka dalam hal pengetahuan dan pendirian bisnis. Karena hal tersebut terus dilakukan dengan konsisten, komitmen, dan keikhlasan yang tinggi untuk berbagi sehingga yayasan ini berhasil merangkul UMKM di Tegalwaru menjadi satu dalam bentuk Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru dan berhasil

mengharumkan nama Tegalwaru itu sendiri yang menjadi desa teladan. Kemudian dalam hal kelemahan yayasan, mereka merasa bahwa yayasan belum memiliki suatu tempat yang strategis bagi yayasan sendiri maupun pelaku UMKM disini sebagai showroom bisnis masyarakat Tegalwaru. Kemudian juga, SDM yayasan masih dirasa sangat kurang sehingga ketika ada suatu program atau kunjungan kinerjanya dirasa kurang optimal.

5. Terkait dengan peran yayasan dalam membantu pemahaman tentang pembiayaan, mereka menerima program pelatihan pembiayaan bagi UMKM dari yayasan yang bekerja sama dengan pihak luar memberikan materi terkait hal itu. Mereka merespon positif program tersebut. Namun, mereka menyayangkan bahwa program tersebut hanya sebatas pemberian dan pengenalan materi tentang pembiayaan, tidak serta juga dengan pemberian kemudahan persyaratan pembiayaan untuk UMKM. Mereka juga tidak mengerti tentang pembiayaan itu sendiri.

6. Terkait manfaat pembiayaan bagi perkembangan UMKM, mereka merespon positif pembiayaan yang telah mereka terima. Pembiayaan tersebut sangat bermanfaat bagi perkembangan usaha mereka. Dari pembiayaan tersebut, pelaku UMKM bisa menutup biaya tambahan produksi, kemudian diperuntukkan juga bagi kesejahteraan karyawannya, sampai kepada memiliki sebuah pabrik produksi kerajinannya beserta alat-alat produksinya. Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya mereka membutuhkan pembiayaan tersebut bagi perkembangan usahanya.

7. Terkait manfaat yang diberikan Yayasan Kuntum Indonesia kepada pelaku UMKM, mereka mendapatkan banyak manfaat seperti usaha mereka disorot media sehingga usahanya semakin dikenal luas oleh masyarakat, hal ini juga sangat membantu dalam hal penambahan jaringan dan pemasaran produk mereka. Kemudian, dari program kunjungan-kunjungan yang dibawa oleh yayasan, mereka juga berhasil menambah jaringan, dari kunjungan tersebut biasanya ada yang menawarkan kerjasama bisnis dan juga ada yang menjadi pelanggan setianya. Selain itu, mereka juga merasa menjadi pelaku usaha yang bermanfaat karena secara langsung, mereka bisa membagi ilmu wirausahanya kepada masyarakat yang ingin belajar pada mereka. Program tersebut merupakan buah hasil kerja Yayasan Kuntum Indonesia. Efeknya adalah daya marketing mereka juga semakin besar, kemudian produk mereka pun juga semakin laku, dari hal tersebut, mereka merasakan omset penjualan produknya juga semakin meningkat. Mereka sangat merespon positif manfaat yang diberikan yayasan. 8. Terkait cara mendapatkan modal usaha bagi UMKM, mereka merespon dengan

cara yang berbeda-beda. Ada UMKM yang dalam awal pendirian usahanya itu tidak ada modal sama sekali dan kemudian mendapatkan pembiayaan dari salah satu pihak dan ini dilakukan pengembaliannya tanpa tambahan atau bunga sepeser pun sehingga dalam ekonomi Islam ia mempraktikkan akad qardh.

Kemudian pada beberapa UMKM melaksanakan praktik ba’i alistishna’ dalam usahanya karena produk usahanya merupakan barang pesanan. Adapun ketika ada kekurangan dana dalam pembuatan produksi, ia mengajukan pembiayaan

sesuai kebutuhan kepada yayasan dengan praktik qardh, ia melaksanakan qardh

karena ia belum mampu berbagi hasil dengan yayasan. Kemudian pada satu usaha selanjutnya, sejak memulai bisnisnya sampai sekarang ia menggunakan modal sendiri dan pernah menjadi kafil pembiayaan untuk pihak lain karena usahanya yang begitu lancar membuat lembaga keuangan merasa pantas untuk diberikan pembiayaan kepadanya. Pada praktik ini, yayasan baru bisa membantu meminjamkan pembiayaan bagi pengusaha kecil saja dengan cara praktik qardh,

yaitu meminjami pihak lain dengan pengembalian yang diberikan tanpa ada tambahannya. Sedangkan untuk menjembatani pelaku UMKM disini yang membutuhkan modal besar ke lembaga keuangan tertentu masih belum dilaksanakan.

9. Terkait dengan jenis-jenis pembiayaan yang diketahui responden, pada umumnya mereka merespon dengan kurang baik pada poin ini. Mereka tidak mengetahui jenis-jenis pembiayaan yang bisa diajukan oleh UMKM. Beberapa dari mereka hanya mengetahui pinjaman bank saja dan bank keliling. Hal ini bisa diakibatkan oleh tidak adanya lembaga keuangan di Desa Tegalwaru yang menaungi pembiayaan-pembiayaan pelaku usaha. Lembaga keuangan yang ada hanya terdapat di kecamatan. Kemudian juga, kurangnya sosialisasi dari lembaga keuangan di kecamatan tersebut jadinya pengetahuan pelaku UMKM tentang jenis-jenis pembiayaan yang ada itu sangatlah minim.

10. Terkait dengan minat responden terhadap pembiayaan, mayoritas dari mereka tidak berminat untuk mengajukan pembiayaan ke bank atau lembaga keuangan

lainnya, mereka lebih memilih mengembangkan usahanya dengan modal mereka saja karena mereka takut dengan meminjam hanya akan jadi beban pikiran saja,

Dokumen terkait