• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Definisi Operasional

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal mempunyai aspek-aspek yang saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan konsep kecerdasan intrapersonal. Goleman (2001) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut: a. Kesadaran diri. Goleman (Nggermanto, 2000) mengatakan bahwa

kesadaran diri berarti tahu apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk mengambil keputusan diri; memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Menurut Stein&Book (2003), kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu bisa dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Orang yang mempunyai kesadaran diri yang kuat bisa mengetahui saat-saat merasa kurang bersemangat, kesal, sedih ataupun sedang bergairah.

Kesadaran diri ini merupakan dasar dalam pencapaian aspek kecerdasan intrapersonal lainnya. Seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak disadarinya.

Menurut Goleman (2001), aspek kesadaran diri ini terdiri dari:

1) Kesadaran emosi. Kesadaran emosi berarti mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya. Kesadaran emosi dimulai dengan mengenali aliran perasaan yang terus ada dalam diri kemudian mengenali bagaimana perasaan ini membentuk persepsi, pikiran dan perbuatan.

Kesadaran emosi juga berarti mengetahui bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja. Kesadaran emosi bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan apa yang diserap. Kesadaran emosi lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan di tengah badai emosi (Goleman, 2000).

Orang yang mempunyai kesadaran emosi mampu:

a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakannya dan mengapa,

b) Menyadari keterikatan antara perasaan, pikiran, perbuatan dan apa yang dikatakannya,

c) Mengetahui bagaimana perasaannya mempengaruhi cara kerjanya.

2) Penilaian diri secara teliti. Penilaian diri secara teliti berarti perasaan yang tulus tentang kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

Terkadang orang mempunyai kecenderungan untuk menyangkal diri supaya merasa nyaman secara emosi. Orang juga terkadang memberi gambaran palsu tentang dirinya dan mengorbankan kebenaran yang sebenarnya dapat membuka jalan menuju perbaikan-perbaikan diri yang lebih positif.

Orang yang mempunyai penilaian diri yang teliti mampu:

a) Menyadari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, b) Memiliki kemampuan dan menyempatkan diri untuk merenung belajar dari pengalaman,

c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.

3) Percaya diri. Percaya diri berarti keberanian yang datang karena kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan. Orang yang percaya diri merasa puas dengan dirinya (Lindenfield, 1994).

Percaya diri merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi. Keyakinan akan kemampuan diri ketika menghadapi tugas sulit dan keyakinan akan dapat mempergunakan kemampuannya secara maksimal sangat dibutuhkan dalam usaha pencapaian prestasi. Orang yang memiliki rasa percaya diri cenderung berani tampil dengan keyakinan diri. Ia berani menyatakan keberadaanya.

b. Pengaturan diri. Pengaturan diri berarti pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Pengaturan diri juga berarti penanganan emosi sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum mencapai sasaran dan mampu pulih dari tekanan emosi.

Aspek pengaturan diri terdiri dari:

1) Pengendalian diri. Pengendalian diri berarti mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif atau menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Dalam hal ini emosi dan impuls tidak ditekan tetapi tetap berada di bawah kendali. Dengan pengendalian diri, seseorang dapat lebih bersikap dengan cara yang tepat, tidak hanya berdasarkan perintah emosi saja.

Orang yang dapat mengendalikan diri secara tepat mampu: a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impuls dan

emosi-emosi yang menekan mereka,

b) Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat,

c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.

2) Sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh-sungguh. Dapat dipercaya artinya menunjukkan kejujuran dan integritas atau menunjukkan sikap integritas dan sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.

Orang yang memiliki sifat dapat dipercaya mampu: a) Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri. b) Berpegang teguh pada prinsip.

Orang yang memiliki sifat bersungguh-sungguh mampu: a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji,

b) Bertanggung jawab pada diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan.

3) Adaptabilitas. Adaptabilitas berati keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. Orang yang terampil dalam hal ini menikmati perubahan dan menemukan kepuasan dalam inovasi.

Adaptabilitas juga menuntut keluwesan dalam mempertimbangkan bermacam-macam perspektif untuk suatu situasi. Pada gilirannya, keluwesan ini bergantung pada ketangguhan emosi, yaitu kemampuan untuk merasa nyaman dalam ambiguitas dan tetap tenang dalam mengahadapi ketakterdugaan.

Orang yang memiliki adaptabilitas mampu:

a) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan,

b) Luwes dalam memandang situasi.

c. Memotivasi diri sendiri. Goleman (Nggermanto, 2003) mengatakan memotivasi diri sendiri berarti mampu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju pada sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi dimotivasi oleh kehendak dirinya dan tidak dimotivasi oleh kekuasan dari luar (Goleman, 2001). Orang yang dimotivasi oleh kehendak dirinya akan lebih berhasil dalam hidup dibandingkan dengan orang yang mengaharapkan orang lain untuk memotivasi dirinya.

Aspek memotivasi diri sendiri terdiri dari:

1) Dorongan berprestasi. Dorongan untuk berprestasi adalah dorongan untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan atau upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Orang yang memiliki dorongan berprestasi mampu:

a) Berorientasi pada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar,

b) Terus belajar untuk meningkatkan kinerjanya. 2) Memiliki inisiatif

Orang yang memiliki inisiatif mampu: a) Siap memanfaatkan peluang,

b) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau yang diharapkan.

Orang yang memiliki inisiatif bertindak sebelum dipaksa oleh sesuatu dari luar. Untuk itu orang yang mempunyai inisiatif pandai menangkap peluang-peluang baru yang sangat penting dalam keberhasilan-nya.

3) Optimisme

Optimisme seperti harapan, berarti memiliki harapan yang kuat bahwa segala sesuatu dapat berjalan baik meskipun ditimpa kemunduran.

Seligman (Goleman, 2000) mendefinisikan optimisme dalam kerangka pandangan seseorang tentang keberhasilan dan kegagalan. Orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang. Orang yang pesimis menganggap kegagalan sebagai kesalahannya sendiri dan menganggap bahwa hal itu berasal dari pembawaan yang tidak dapat diubah.

Orang yang optimis mampu:

a) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan,

b) Bekerja untuk harapan untuk sukses bukannya takut gagal, c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

Dokumen terkait