• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20062007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20062007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh:

Oleh:

A.R. Citra Evrista Pertiwi NIM : 021114031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(2)

SKRIPSI

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

Oleh

A.R Citra Evrista Pertiwi

NIM : 021114031

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. Tanggal ...

Pembimbing II

Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. Tanggal ...

(3)

SKRIPSI

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

Dipersiapkan dan ditulis oleh

A.R Citra Evrista Pertiwi

NIM : 021114031

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal...

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. ...

Sekretaris : Fajar Santoadi, S.Pd. ...

Anggota : Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. ...

Anggota : Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. ...

Anggota : ...

Yogyakarta, Juni 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.

(4)

MOTTO

¾ “Aku pun tahu, Ku tak pernah sendiri, sebab DIA Allah yang menggendongku. TanganMu membelaiku, cintamu memuaskanku. Ku dibaringkan ke tempat yang tinggi”.

¾ “Mereka yang berhasil menaklukan orang lain adalah orang kuat, akan tetapi jauh lebih kuat lagi, mereka yang berhasil menaklukan dirinya sendiri”. (Lao Tzu)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2007

Penulis

A.R. Citra Evrista Pertiwi

(6)

ABSTRAK

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

A.R. Citra Evrista Pertiwi Universitas Sanata Dharma

2007

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) deskripsi kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef tahun pelajaran 2006/2007, (2) menyusun suatu usulan topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef tahun pelajaran 2006/2007.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. Pengampilan sampel dilakukan dengan sistem acak (random sampling). Adapun pertimbangan peneliti menggunakan

random sampling, yaitu supaya setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk diteliti dan menghindari bias dari peneliti. Jumlah keseluruhan sampel penelitian ini adalah 120 siswa.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Dari 100% skor ideal, persentase perolehan skor siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 berkisar antara 59,58%-89,58%. Persentase terendah yang diperoleh siswa adalah 59,58% dan persentase tertinggi yang diperoleh siswa adalah 89,58%. Persentase perolehan skor tersebut dijabarkan sebagai berikut: 33 siswa mempunyai skor yang berkisar antara 59%-66%, 58 siswa mempunyai skor 67%-74%, 24 siswa mempunyai skor yang berkisar antara 75%-82%, dan ada 5 siswa yang mempunyai skor yang berkisar antara 83%-90%. (2) Usulan topik-topik bimbingan disusun berdasarkan skor terendah dari item kecerdasan intrapersonal yang di capai siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kasih yang begitu besar dari Dialah yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bnatuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

2. Fajar Santoadi, S.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kelancaran skripsi ini dan bersedia memberikan masukan-masukan kepada penulis.

3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. selaku Dosen pembimbing I yang telah dengan ketulusan hati memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh keramahan dan kesabaran memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang bermanfaat untuk penulis.

(9)

5. Para Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Para Dosen di luar Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi dan kegembiraan tersendiri. 7. Kedua orang tua: Papa dan Mama yang telah memberi banyak perhatian,

dukungan dan doa kepada penulis selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak dan Adik: Mba Tyas dan Dek Wisnu yang telah memberikan warna tersendiri selama penulis menjalani perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

9. Kekasihku “Yohanes Catur Lastiatama” yang telah memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan doa kepda penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

10. Keluarga Bpk.Petrus Kuato yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

11. Bruder Agustinus Mujiya FIC, S.Pd yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan juga telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Ibu P.E Agustin Setyaningsih yang dengan tulus hati dan penuh keramahan

membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan juga memberikan motivasi dan masukan-masukan yang berharga untuk menjalani profesi konselor sekolah.

(10)

13. Sr. Yosefina PIJ yang telah memperkenankan penulis untuk mengadakan uji coba di SMA Katolik Sang Timur.

14. Ibu M.J Lasmini yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan uji coba dan telah memberikan masukan-masukan yang berguna dalam menjalani profesi konselor sekolah.

15. Para siswa kelas XI SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2006/2007.

16. Para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

17. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2002. 18. Para sahabat Bimbingan dan Konseling angkatan 2002. 19. Mudika Gereja Santa Maria Tak Bercela Kumetiran.

20. Saudara-saudara para Suster Ursulin yang berada di pandega dan pringwulung. 21. Saudara-saudara para romo, frater dan bruder konggergasi SSCC plemburan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak.

Yogyakarta, Juni 2007

Penulis

A.R. Citra Evrista Pertiwi

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

KATA PENGANTAR. ... viii

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... ... 6

D. Manfaat ... ... 6

E. Definisi Operasional ... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

(12)

1. Pengertian Kecerdasan dan Kecerdasan Intrapersonal... 9

2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal... 13

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ... 21

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keceradsan Intrapersonal ... 22

B. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Kelompok... 24

2. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok... 26

3. Tujuan dan Kegunaan Bimbingan Kelompok ... 29

C. Pengembangan Kecerdasan Intrapersonal Melalui Bimbingan Kelompok ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Subyek Penelitian ... 34

C. Alat Penelitian 1. Alat Pengumpul Data ... 36

2. Uji Coba Alat... 39

3. Validitas dan Reliabilitas... 40

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 49

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Hasil Penelitian... 51

B Pembahasan ... 58

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK... 65

BAB VI PENUTUP A. Ringkasan . ... 74

B. Kesimpulan ... 76

C. Saran ... ... 76

DAFTAR PUSTAKA.. ... 78 LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur

St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007... 35 Tabel 2 : Komposisi Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal... 38 Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Per Aspek Kuesioner

Uji Coba... 42 Tabel 4 : Rekapitulasi Hasil Analisis Reliabilitas Per Aspek Kuesioner

Uji Coba... 46 Tabel 5 : Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas ... 46 Tabel 6 : Komposisi Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal

Setelah Uji Coba... 47 Tabel 7 : Rekapitulasi Hasil Penelitian Siswa Kelas XI SMA

Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007... 52 Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecerdasan

Intrapersonal Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur

St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007... 56 Tabel 9 : Item-item Yang Mempunyai Skor Tinggi ... 57 Tabel 10 : Item-item Yang Mempunyai Skor Rendah... 58

(15)

Tabel 11 : Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta

Tahun Pelajaran 2006/2007 ... 66

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal ... 81 Lampiran 2 : Data Hasil Uji Coba Alat di SMA Katolik Sang Timur ... 90 Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas... 102 Lampiran 4 : Perolehan Skor Skor Kecerdasan Intrapersonal Kelas XI

SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Secara Keseluruhan .... 105 Lampiran 5 : Surat Keterangan ... 120

(17)

1

Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya. Mereka ingin memiliki prestasi akademik yang tinggi. Disamping prestasi akademik yang tinggi, mereka juga ingin mempunyai prestasi atau pengalaman terlibat dalam suatu kegiatan atau organisasi tertentu. Untuk itu, selain sekolah banyak orang yang mengikuti berbagai kegiatan, seperti OSIS, kelompok mading, majalah sekolah, pengurus lingkungan dan lain sebagainya. Tujuan mereka mengikuti berbagai kegiatan tersebut antara lain adalah untuk mencari pengalaman, memperluas pergaulan atau bahkan ada dari mereka yang bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin bagi orang lain.

(18)

perlu disikapi dengan baik. Kemampuan seseorang untuk menyadari hal ini, seberapa baik dapat mengatur diri dan bagaimana seseorang dapat tetap memotivasi dirinya supaya dapat terus berjalan, menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi.

Disamping itu kemampuan untuk menyadari kelebihan dan berusaha untuk mengembangkannya akan sangat membantu seseorang untuk berprestasi. Dan kemampuan untuk menyadari keterbatasan dan tahu bagaimana cara menanganinya juga merupakan kunci penting dalam pencapaian prestasi akademik yang tinggi.

Semua kemampuan tersebut tercakup dalam kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal mempengaruhi kinerja seseorang untuk mencapai keberhasilan akademik. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal akan mampu memahami diri dengan baik, ia akan mampu memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri dan mampu mengelolanya. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi juga mampu memotivasi diri sendiri, ia tidak dimotivasi oleh kekuatan dari luar tetapi oleh kehendak diri sendiri (Goleman, 2001).

(19)

akan banyak menemui kegagalan. Sebaliknya seseorang dengan IQ yang biasa tetapi memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi dapat mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi.

Disamping kecerdasan intrapersonal diperlukan dalam upaya pencapaian keberhasilan akademik, kecerdasan intrapersonal juga diperlukan seseorang untuk dapat memimpin orang lain. Sebelum memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin diri sendiri. Untuk memimpin diri sendiri dibutuhkan kecerdasan intrapersonal. Dengan kecerdasan intrapersonal, seseorang dapat mengetahui keadaan dirinya, mengatur dirinya terutama apabila menghadapi tugas penting yang sulit. Ia juga mampu memotivasi diri untuk mengatasi situasi sulit dan mengambil langkah yang sesuai sehingga dapat terus berjalan menuju ke sasaran yang ingin dicapai.

Sebagai orang yang dipimpin atau anggota suatu kelompok juga penting memiliki kecerdasan intrapersonal. Apabila pemimpin memberi tugas dan biasanya mengontrol pelaksanaan tugas itu, ketika ia tidak hadir, maka kita bisa mengontrol diri sendiri. Bagaimana kita melaksanakan tugas, apakah kita menentukan sasaran kerja yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan pemimpin kita, ditentukan oleh kita sendiri.

(20)

mengembangkan kecerdasan intrapersonal. Masyarakat luas dan dunia pendidikan masih banyak yang hanya memandang kecerdasan kognitif (IQ) dan menganggap remeh kecerdasan lain. Orang masih banyak yang menganggap, apabila memiliki IQ tinggi akan sukses. Sebaliknya apabila orang memiliki IQ yang rendah akan gagal. Masyarakat masih menjadikan IQ sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang.

Dalam kepemimpinan juga banyak yang belum mengenal kecerdasan intrapersonal. Mereka belum menyadari pentingnya memiliki dan mengembangkan kecerdasan intrapersonal untuk bisa menjadi seorang pemimpin bagi orang lain. Hal itu terlihat dalam gejala kepemimpinan yang menyolok dimana para pemimpin memberi perintah dan menggunakan segala cara untuk mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan bukan hanya merupakan proses ke luar melainkan juga proses ke dalam. Kepemimpinan bukan hanya bagaimana mengendalikan orang lain tetapi bagaimana mengendalikan diri sendiri (Manz, 1986).

Orang yang dipimpin juga masih menunjukkan bahwa mereka belum dapat melakukan pengawasan terhadap diri sendiri. Mereka masih banyak yang bekerja apabila ada pengawasan dari pemimpinnya.

(21)

Upaya pengembangan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan pelayanan bimbingan. Bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu siswa. Tujuan dari pemberian bimbingan kelompok ini sejalan tujuan bimbingan, yaitu membantu siswa supaya dapat berkembang seoptimal mungkin (Winkel, 1997). Topik-topik yang disampaikan dalam bimbingan kelompok adalah topik-topik tentang kecerdasan intrapersonal. Topik-topik tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian yang muncul dan ingin di cari tahu jawabannya melalui penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007?

2. Topik bimbingan kelompok manakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

(22)

1. Mengetahui bagaimana kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007.

2. Dapat memberikan usulan-usulan topik bimbingan kelompok yang dapat membantu untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Palajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dan gambaran tentang kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 dan belajar menyusun usulan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

2. Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berguna bagi bidang Bimbingan dan Konseling di sekolah demi peningkatan kecerdasan intrapersonal para siswa.

(23)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kecerdasan intrapersonal dan dapat memberikan inspirasi dalam melakukan penelitian berikutnya yang relevan.

E. Definisi Operasional

Penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini 1. Deskripsi

Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci.

2. Kecerdasan Intrapersonal

Kemampuan seseorang untuk menyadari diri, mengatur diri, dan memotivasi diri sendiri.

3. SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta

Sekolah Menengah Atas Katolik yang berada di Jl. LU. Adisucipto (Klengkeng No.1) Surakarta.

4. Bimbingan

Proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan keluarga dan masyarakat.

5. Bimbingan kelompok

(24)

8

Pada bab ini disajikan: kecerdasan intrapersonal, yang meliputi: pengertian kecerdasan dan kecerdasan intrapersonal, aspek-aspek kecerdasan intrapersonal, manfaat kecerdasan intrapersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal; bimbingan kelompok, yang meliputi: pengertian bimbingan dan bimbingan kelompok, bentuk-bentuk bimbingan kelompok, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok; pengembangan kecerdasan intrapersonal melalui bimbingan kelompok.

A. Kecerdasan Intrapersonal

1. Pengertian Kecerdasan dan Kecerdasan Intrapersonal

(25)

Alder (2001) dalam bukunya Boost Your Intelligence banyak menyajikan berbagai definisi tentang intelegensi dari berbagai ahli. Beragamnya definisi inteligensi yang dikemukan oleh para ahli sama halnya dengan beragamnya prinsip-prinsip dasar inteligensi. Ada yang berpendapat bahwa intelegensi itu merupakan kesatuan tunggal yang dapat diukur, ada yang berpendapat inteligensi sebagai ciri bawaan yang tidak dapat diubah, dan ada yang mengatakan bahwa inteligensi sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Seorang tokoh Multiple Intellegence, Howard Gardner, mengatakan bahwa kecerdasan itu tidak statis. Kecerdasan dapat terus berkembang dalam lingkungan yang tepat (Schmidt, 2001). Gardner mengatakan bahwa setidaknya ada tujuh jenis kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi (Armstrong, 2002). Tokoh lain, Daniel Goleman, pengembang teori kecerdasan emosional dalam buku karangannya Emotional Intelligence

mengatakan bahwa kecerdasan emosional terbagi dua, yaitu kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.

(26)

Kesadaran diri yang dimaksud adalah pemahaman keadaan diri yang sebenarnya beserta daya potensi yang dimiliki; apa yang sedang dirasakan dan mengapa demikian, apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran diri tersebut seseorang dapat mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Armstrong (2003:22) mengatakan “kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan

mengetahui siapa diri yang sesungguhnya”. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri dan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri serta untuk

mempercayai diri sendiri. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal, memiliki pengetahuan

tentang dirinya, terutama kepekaan terhadap nilai, tujuan dan perasaan mereka (Schmidt, 2002). Mereka dapat mengenali apa yang dirasakan dan bagaimana bertindak bijaksana terhadap pengetahuan tersebut. Mereka tidak hanya tahu bagaimana merasa, tetapi mereka juga tahu bagaimana mengungkapkan perasaan tersebut (Alder, 2001).

(27)

dalam penyelesaian tugas-tugas tertentu. Disinilah perlu pengaturan diri. Untuk itulah selain kesadaran diri juga diperlukan pengaturan diri; pengaturan terhadap emosi-emosi yang meledak, pengaturan diri terhadap godaan-godaan untuk mengabaikan tugas, pengaturan diri terhadap perubahan-perubahan sehingga dapat menyesuaikan diri dan lain sebagainya. Suparno (2004:41) mengatakan “kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan

kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu”. Orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Pengaturan diri juga diperlukan seseorang supaya dapat bersikap dengan cara yang lebih tepat daripada apa yang diperintahkan perasaan (Alder, 2001).

Disamping kesadaran diri dan pengaturan diri, seseorang juga membutuhkan suatu penggerak supaya dapat terus berkembang. Penggerak itu dinamakan motivasi. Seseorang dapat terus berkembang apabila ada motivasi dari dalam yang menggerakannya (Goleman, 2001).

(28)

2. Aspek-aspek kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal mempunyai aspek-aspek yang saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan konsep kecerdasan intrapersonal. Goleman (2001) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut: a. Kesadaran diri. Goleman (Nggermanto, 2000) mengatakan bahwa

kesadaran diri berarti tahu apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk mengambil keputusan diri; memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Menurut Stein&Book (2003), kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu bisa dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Orang yang mempunyai kesadaran diri yang kuat bisa mengetahui saat-saat merasa kurang bersemangat, kesal, sedih ataupun sedang bergairah.

(29)

Menurut Goleman (2001), aspek kesadaran diri ini terdiri dari:

1) Kesadaran emosi. Kesadaran emosi berarti mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya. Kesadaran emosi dimulai dengan mengenali aliran perasaan yang terus ada dalam diri kemudian mengenali bagaimana perasaan ini membentuk persepsi, pikiran dan perbuatan.

Kesadaran emosi juga berarti mengetahui bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja. Kesadaran emosi bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan apa yang diserap. Kesadaran emosi lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan di tengah badai emosi (Goleman, 2000).

Orang yang mempunyai kesadaran emosi mampu:

a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakannya dan mengapa,

b) Menyadari keterikatan antara perasaan, pikiran, perbuatan dan apa yang dikatakannya,

(30)

2) Penilaian diri secara teliti. Penilaian diri secara teliti berarti perasaan yang tulus tentang kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

Terkadang orang mempunyai kecenderungan untuk menyangkal diri supaya merasa nyaman secara emosi. Orang juga terkadang memberi gambaran palsu tentang dirinya dan mengorbankan kebenaran yang sebenarnya dapat membuka jalan menuju perbaikan-perbaikan diri yang lebih positif.

Orang yang mempunyai penilaian diri yang teliti mampu:

a) Menyadari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, b) Memiliki kemampuan dan menyempatkan diri untuk merenung belajar dari pengalaman,

c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.

(31)

Percaya diri merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi. Keyakinan akan kemampuan diri ketika menghadapi tugas sulit dan keyakinan akan dapat mempergunakan kemampuannya secara maksimal sangat dibutuhkan dalam usaha pencapaian prestasi. Orang yang memiliki rasa percaya diri cenderung berani tampil dengan keyakinan diri. Ia berani menyatakan keberadaanya.

b. Pengaturan diri. Pengaturan diri berarti pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Pengaturan diri juga berarti penanganan emosi sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum mencapai sasaran dan mampu pulih dari tekanan emosi.

Aspek pengaturan diri terdiri dari:

(32)

Orang yang dapat mengendalikan diri secara tepat mampu: a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impuls dan

emosi-emosi yang menekan mereka,

b) Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat,

c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.

2) Sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh-sungguh. Dapat dipercaya artinya menunjukkan kejujuran dan integritas atau menunjukkan sikap integritas dan sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.

Orang yang memiliki sifat dapat dipercaya mampu: a) Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri. b) Berpegang teguh pada prinsip.

Orang yang memiliki sifat bersungguh-sungguh mampu: a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji,

b) Bertanggung jawab pada diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan.

(33)

Adaptabilitas juga menuntut keluwesan dalam mempertimbangkan bermacam-macam perspektif untuk suatu situasi. Pada gilirannya, keluwesan ini bergantung pada ketangguhan emosi, yaitu kemampuan untuk merasa nyaman dalam ambiguitas dan tetap tenang dalam mengahadapi ketakterdugaan.

Orang yang memiliki adaptabilitas mampu:

a) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan,

b) Luwes dalam memandang situasi.

(34)

Aspek memotivasi diri sendiri terdiri dari:

1) Dorongan berprestasi. Dorongan untuk berprestasi adalah dorongan untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan atau upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Orang yang memiliki dorongan berprestasi mampu:

a) Berorientasi pada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar,

b) Terus belajar untuk meningkatkan kinerjanya. 2) Memiliki inisiatif

Orang yang memiliki inisiatif mampu: a) Siap memanfaatkan peluang,

b) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau yang diharapkan.

Orang yang memiliki inisiatif bertindak sebelum dipaksa oleh sesuatu dari luar. Untuk itu orang yang mempunyai inisiatif pandai menangkap peluang-peluang baru yang sangat penting dalam keberhasilan-nya.

3) Optimisme

(35)

Seligman (Goleman, 2000) mendefinisikan optimisme dalam kerangka pandangan seseorang tentang keberhasilan dan kegagalan. Orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang. Orang yang pesimis menganggap kegagalan sebagai kesalahannya sendiri dan menganggap bahwa hal itu berasal dari pembawaan yang tidak dapat diubah.

Orang yang optimis mampu:

a) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan,

b) Bekerja untuk harapan untuk sukses bukannya takut gagal, c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal

(36)

a. Lebih bahagia. Kebahagiaan adalah kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain sehingga lebih bersemangat dan bergairah dalam hidup (Stein&Book, 2003). Orang yang kecerdasan intrapersonal baik bisa mensyukuri apa adanya dirinya. Mereka bisa menerima diri dan menyukai apa adanya dirinya. Dengan kata lain mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri sehingga menimbulkan rasa bahagia.

b. Lebih produktif. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi akan lebih produktif. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi memiliki pengetahuan diri yang baik, ia mengetahui potensi apa yang dapat ditingkatkan. Ia juga dapat mengelola diri dengan baik menggunakan pengetahuan diri sehingga ia dapat mengatasi tantangan atau hambatan dari luar untuk meningkatkan potensinya. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujubnya kinerja yang tinggi sehingga ia dapat jauh meningkatkan potensi-potensinya sehingga dapat berkembang lebih baik.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan

Intrapersonal

(37)

untuk semakin cerdas (Schmidt, 2001). Kecerdasan intrapersonal juga mengalami perkembangan dan lingkungan juga turut membantu perkembangan kecerdasan intrapersonal seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, masyarakat karena biasanya seseorang berada dalam lingkungan tersebut. Faktor-faktor yang tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:

(38)

jawab orang tua yang paling penting adalah mendengarkan anak-anak, bukan saja mendengarkan kata-kata, melainkan perasaan dibalik kata-kata itu.

Disamping itu, keluarga yang mempunyai kebiasaan untuk berkumpul bersama untuk mengadakan sharing bersama, juga merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kecerdasan intrapersonal.

b. Sekolah. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang tidak kalah pentingnya di samping keluarga. Sekolah menjadi tempat bagi anak untuk belajar dan juga anak biasanya menghabiskan sebagian waktunya di sekolah.

Suasana dalam proses belajar mengajar yang memberi kesempatan anak untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan juga menjadi tempat tumbuhnya kecerdasan intrapersonal siswa.

(39)

kecerdasan intrapersonal. Lingkungan yang harmonis juga akan mendukung perkembangan kecerdasan intrapersonal.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Kelompok

Menurut Natawidjaja (Winkel, 1997) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu, agar ia memahami kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efektif di dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidupnya secara bertanggung jawab.

Winkel (1997) mengemukakan bentuk bimbingan ada dua, yaitu bimbingan individu dan bimbingan kelompok. Bimbingan individual adalah bimbingan yang diberikan pada satu orang siswa saja. Bimbingan yang diberikan pada lebih dari satu siswa disebut bimbingan kelompok. Winkel (1991) mengatakan bimbingan kelompok merupakan salah satu upaya membantu anak melalui pembentukan kelompok.

(40)

a. Lebih efisien. Yang dimaksud lebih efisien disini adalah dengan satu kali kegiatan bimbingan kelompok sudah bisa memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.

b. Dapat menumbuhkan interaksi antar individu. Dalam bimbingan kelompok terjadi dinamika yang dapat menarik perhatian, yaitu tumbuhnya interaksi antar individu anggota kelompok. Hal ini merupakan sesuatu yang khas yang terjadi dalam bimbingan kelompok yang tidak mungkin terjadi dalam konseling individual. c. Dapat menghadirkan suasana kehidupan nyata masyarakat. Dalam

interaksi antar individu anggota kelompok, masing-masing anggota membawa kondisi pribadinya sebagaimana ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghadirkan suasana kehidupan nyata yang dijumpai dalam masyarakat luas.

d. Dapat menjadi persemaian layanan konseling individual. Bimbingan kelompok dapat menjadi wilayah penjajagan awal bagi calon klien untuk memasuki layanan konseling individual. Bagi calon klien itu, dinamika interaksi di dalam kelompok membuahkan berbagai hal yang pendalamannya lebih lanjut akan dapat dilakukan dalam konseling individual. Dengan demikian bimbingan kelompok dapat menjadi wilayah pesemaian bagi layanan bimbingan individual.

2. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok

(41)

a. Pelajaran bimbingan (group guidence class). Pada bentuk ini tidak ada pengelompokan kembali, tetapi memakai satuan-satuan kelas yang sudah terbentuk. Pada jam tertentu (yang telah terjadwal) guru pembimbing masuk kelas dan memberikan pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran lain. Dalam bimbingan siswa tidak dituntut untuk menguasai “bahan” seperti pada suatu mata pelajaran; siswa juga tidak akan diberi nilai dalam buku raport yang mencerminkan taraf prestasi belajar. Yang diutamakan adalah kebutuhan-kebutuhan siswa berkenaan dengan perkembangan pribadinya.

(42)

Pembicaraan suatu masalah dalam kelompok kecil menjadi sangat berguna karena masing-masing siswa dapat mengambil manfaat dari pengalaman dan gagasan teman. Disamping inti pemecahan masalah yang ditemukan bersama akan diterima dengan lebih rela daripada guru pembimbing langsung mengemukakan pemecahan tertentu.

Pembentukan kelompok diskusi ini dapat dikombinasikan dengan pelajaran bimbingan. Ketika pelajaran bimbingan berlangsung, guru pembimbing dapat membentuk kelompok-kelompok kecil kemudian memberikan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Selama siswa berdiskusi guru pembimbing berkeliling untuk mendampingi siswa sampai siswa selesai berdiskusi. Hasil diskusi itu kemudian diolah bersama dan dicatat supaya dapat dilihat kembali.

c. Kelompok kerja. Kelompok kerja berarti siswa mengerjakan tugas tertentu dalam satu kelompok. Tugas itu dapat berupa tugas studi, misalnya mempelajari kemungkinan-kemungkinan sekolah setelah lulus SMA atau tugas aksi, misalnya mempersiapkan perlombaan antar sekolah.

Pembentukan kelompok kerja ini juga dapat dikombinasikan dengan pelajaran bimbingan atau home room.

(43)

kelas-kelas tertentu dikelompokkan menjadi rombongan yang lain dari satuan-satuan kelas yang biasa. Rombongan itu berkumpul di ruangan yang telah ditentukan untuk suatu kegiatan bimbingan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan di dalam kelas (bimbingan klasikal) dan di luar kelas (kelompok diskusi, kelompok kerja, dan home room).

3. Tujuan dan Kegunaan Bimbingan Kelompok

Tujuan dari pemberian bimbingan kelompok tidak lain dari tujuan pemberian bimbingan di sekolah, yaitu membantu setiap siswa supaya bisa berkembang seoptimal mungkin (Winkel, 1997). Tetapi jalan yang ditempuh dalam bimbingan kelompok adalah dengan pembentukan kelompok-kelompok. Meskipun yang dihadapi adalah kelompok siswa yang semuanya membutuhkan pelayanan bimbingan yang lebih kurang sama isi dan arahnya, tetapi yang terutama yang dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal masing-masing siswa yang tergabung dalam suatu kelompok. Dengan demikian, tekanannya tetap terletak pada pengembangan masing-masing siswa, walaupun siswa berada dalam kegiatan kelompok.

Kegunaan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan Winkel (1991), antara lain:

(44)

b. Dapat melatih siswa dalam menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu problem bersama, sehingga siswa dididik untuk hidup secara kelompok.

c. Dapat mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Disamping itu, beberapa siswa akan lebih berani membicarakan kesukarannya dengan guru pembimbing setelah teman-temannya mengalami kesukaran yang sama.

d. Dapat memberikan banyak informasi yang dibutuhkan siswa.

e. Dapat menyadarkan siswa bahwa mereka sebaiknya menghadap guru pembimbing untuk mendapat bimbingan lebih dalam.

f. Guru pembimbing yang baru dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapat kepercayaan dari siswa.

C. Pengembangan Kecerdasan Intrapersonal Melalui Bimbingan Kelompok

Sejalan dengan tujuan bimbingan, yaitu membantu setiap siswa supaya bisa berkembang seoptimal mungkin (Winkel, 1997), pemberian bimbingan pada siswa menjadi tepat untuk pengembangan kecerdasan intrapersonalnya. Pemberian bimbingan yang dimaksud dalam konteks ini adalah bimbingan kelompok. Pemberian bimbingan di sekolah adalah untuk membantu perkembangan optimal siswa dan bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa.

(45)

mempergunakan pemahamannya secara efektif. Untuk itu bimbingan hendaknya diberikan oleh orang yang kompeten dalam bidangnya, yaitu guru pembimbing/konselor sekolah. Tetapi guru pembimbing tidak memberikan “barang jadi” kepada siswa, melainkan melayani dengan bantuan dan menjadikan siswa lebih berkembang dan matang. Sebab pemahaman diri, pengarahan diri, pemecahan masalah dan lain sebagainya merupakan tanggung jawab yang dibimbing (siswa).

Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dalam pelajaran biasa (dalam kelas) atau di luar jam pelajaran (di luar kelas). Pelaksanaan bimbingan kelompok dalam pelajaran biasa di kelas, selama empat puluh lima menit, dilakukan pada sekolah yang menyediakan waktu/jadwal khusus untuk layanan bimbingan. Bimbingan kelompok di luar jam pelajaran diadakan dengan tujuan tertentu dan direncanakan sedemikian rupa oleh guru pembimbing bekerjasama dengan pihak sekolah lainnya.

(46)

30

Pada bab ini dibahas jenis penelitian, subyek penelitian, alat penelitian, prosedur pengumpul data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. Untuk itu jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. . Best (Sukardi, 2003) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan oleh peneliti.

“Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang

suatu gejala pada saat penelitian dilakukan” (Furchan, 2004:447). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melukiskan kondisi apa adanya dalam suatu situasi.

(47)

pengumpulan data dengan menggunakan intrumen untuk meminta

tanggapan responden tentang sampel”. Tujuan survey adalah mengumpulkan informasi tentang variabel (Furchan,

2004).

B. Subyek Penelitian

Keseluruhan dari subyek penelitian dinamakan populasi (Arikunto, 2002). Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta. Siswa kelas XI dipilih karena mereka tidak begitu disibukkan dengan ujian-ujian, baik ujian sekolah, ujian akhir nasional maupun ujian masuk perguruan tinggi. Selain itu siswa kelas XI dipandang telah cukup mengenal sekolah dan lingkungan setempat.

Sebagian dari populasi disebut sampel. Penarikan sampel dilakukan dengan sistem acak (random sampling). Ciri dasar penarikan random sampling ialah bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukan ke dalam sampel (Furchan, 2004). Hal serupa juga diungkapkan Hasan (2002) yang mengatakan penarikan sampel dengan acak berarti semua objek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tujuan menggunakan

(48)

diperolehnya sampel yang mewakili populasi dengan baik. Untuk itu selain pengambilan sampel dengan sistem acak, jumlah yang diambil sebagai sampel hampir mencapai lima puluh persen dari jumlah populasi. Rincian populasi disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Rincian jumlah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007

Kelas Jumlah Siswa

XI IA-1 42

XI IA-2 39

XI IS-1 42

XI IS-2 46

XI IS-3 44

XI BHS 37

Jumlah 250

(49)

puluh gulungan tiap kelasnya ; nomor-nomor yang tertera pada undian itulah yang menjadi sampel, sehingga jumlah sampel keseluruhan ada seratus dua puluh siswa.

C. Alat Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Alat adalah daftar pertanyaan/pernyataan yang telah dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2002). Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang mengungkap kecerdasan intrapersonal. Kuesioner kecerdasan intrapersonal disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal milik Goleman (2001), yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, dan memotivasi diri sendiri. Pernyataan dalam kuesioner dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai diri responden.

Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah termasuk kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup berarti kusioner itu telah berisi pertanyaan/pernyataan yang telah disertai pilihan-pilihan jawaban (Furchan, 1982).

(50)

item-item instrumen. Ada empat kategori jawaban dalam item, yaitu sangat sering, sering, jarang, sangat jarang.

Modifikasi skala Likert dengan meniadakan jawaban yang ditengah berdasarkan alasan seperti yang dikemukakan oleh Hadi (1991), yaitu (1) bisa diartikan ganda, belum bisa memutuskan, netral, atau bahkan ragu-ragu, (2) bisa menimbulkan kecendrungan untuk menjawab jawaban yang ditengah (central tendency effect), (3) tidak dapat melihat kecendrungan jawaban responden, ke arah setuju atau tidak setuju.

Pernyataan pada kuesioner dibagi atas dua bagian, yaitu favorabel dan

(51)

Tabel 2

c. Percaya diri 25,29,31 26,28,30 a. Pengendalian

c. Adaptabilitas 47,51,55,57,68 52,54,58,59,62

a. Dorongan untuk berprestasi

61,65,67,74 60,56,66,69

b. Inisiatif 63,64,77 70,71,72 3. Memotivasi

diri sendiri

(52)

2. Uji Coba Alat

Sebelum dipergunakan dalam penelitian, alat penelitian perlu diuji coba terlebih dahulu. Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat yang bersangkutan.

Uji coba kuesioner dilaksanakan di SMA Katolik Sang Timur, pada tanggal 9 Maret 2007 dan 15 Maret 2007. Uji coba ini dilaksanakan pada semua kelas, yaitu kelas XI Bahasa, kelas XI IPA, kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 2 dengan keseluruhan subyek sebanyak 74 siswa.

Pelaksanaan uji coba berjalan lancar dan tertib. Mereka dapat mengerjakan kuesioner dengan tenang.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Mendatangi sekolah dan menemui guru pembimbing sekolah SMA Katolik Sang Timur untuk berkonsultasi tentang kemungkinan diadakannya uji coba. b. Meminta surat ijin kepada sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling guna

melaksanakan uji coba kuesioner di SMA Katolik Sang Timur.

c. Mendatangi sekolah kembali dan bertemu dengan guru pembimbing sekolah guna membicarakan tanggal dan jam pelaksanaan uji coba.

d. Melaksanakan uji coba pada hari dan jam yang telah disepakati.

(53)

f. Perkenalan kemudian dilanjutkan oleh peneliti dilanjutkan dengan penjelasan maksud kegiatan ini pada para siswa.

g. Kuesioner dibagikan kepada siswa dan dijelaskan petunjuk pengisian kuesioner dan memberi kesempatan para siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

h. Siswa dipersilahkan untuk mengisi kuesioner.

i. Kuesioner yang telah diisi siswa diserahkan dan diperiksa kembali oleh peneliti.

3. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas. “Istilah validitas menunjuk pada sejauh mana alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 1982:281). Hasan (2002) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjuk tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih/valid berarti memiliki validitas yang tinggi demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih/valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

(54)

menunjukan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat menerangkan akibat-akibat yang dapat diamati (Furchan, 2004)

Untuk mengetahui kesahihan suatu instrumen, maka dilakukan analisis kesahihan butir, maksudnya adalah menguji apakah tiap butir benar-benar telah mengungkap indikator yang ingin diselidiki. Asumsinya adalah bahwa tiap butir dalam satu indikator berbicara mengenai indikator yang bersangkutan atau dengan kata lain skor butir harus sejalan dengan skor indikator. Dalam statistika hal ini disebut berkorelasi positif dan arah korelasi positif (Hadi, 1991).

Rumus Korelasi yang paling banyak digunakan adalah dengan tehnik

product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Masidjo, 1995). Rumus product moment ini berlaku baik untuk jawaban dalam dua kategori, tiga kategori atau bahkan yang lebih banyak lagi. Rumus

product moment yang dimaksud adalah

N∑XY – (∑X) (∑Y)

rxy = ___________________________________ _______________________________ √ { N∑X2 – (∑X)2 } { N∑Y2 – (∑Y)2 }

Keterangan rumus

rxy : koefisien validitas item

X : skor item yang akan di uji validitasnya

(55)

validitasnya N : jumlah siswa

Penetuan validitas item-item menggunakan patokan koefisien korelasi minimum 0,30. Dengan demikian item yang koefisien korelasinya lebih kecil dari 0,30 dunyatakan gugur dan koefisien yang korelasi yang labih besar atau sama dengan 0,30 dinyatakan valid (Azwar,1999).

(56)

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Per Aspek Kuesioner Uji Coba

No Aspek No.Item Korelasi Rxy Keterangan

(57)
(58)

ASP1.76 .3582 0,30 Valid

ASP1.78 .2516 0,30 Gugur

ASP1.80 .5955 0,30 Valid

b. Reliabilitas. Menurut Furchan (1982:295), reliabilitas adalah “derajat keajegan alat ukur dalam mengukur apa saja akan diukurnya”. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengukur taraf reliabilitasnya adalah metode belah dua (split-half method). Pemilihan metode belah dua dipandang lebih efisien karena dapat memperoleh ukuran reliabilitas dengan sekali pemberian satu bentuk tes (Furchan, 2004).

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam uji reliabilitas dengan menggunakan metode belah dua, yaitu (1) mengelompokan item-item menjadi dua bagian, genap dan gasal, (2) menjumlahkan skor item yang bernomor gasal (X) dan item yang bernomor genap (Y), (3) mengkorelasikan antara X dan Y (r xy), (4) mengkoreksi r xy dengan rumus Spearman Brown. Rumus Spearman Brown yang dimaksud adalah (Masidjo, 1995):

2 x rgg rtt : ___________ 1 + rgg

Keterangan rumus

(59)

rgg : koefisien korelasi item-item belahan ganjil dan genap

Penghitungan uji reliabilitas ini juga menggunakan komputer melalui program SPSS (StatisticalPrograme for Social Scienc).

Tabel 4

Rekapitulasi Hasil Analisis Reliabilitas Per Aspek Kuesioner Uji Coba

No Aspek Reliability Coefficients

N of Cases Equal-length

Spearman-Brown

1. Kesadaran diri 74,0 .6808

2. Pengaturan diri 74,0 .8370

3. Memotivasi diri sendiri 74,0 .8918

Untuk melihat taraf reliabilitas digunakan pedoman daftar indeks kualifikasi reliabilitas (Masidjo, 1995). Daftar indeks kualifikasi reliabilitas yang dimaksud dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5

Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas.

Koefisien korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

(60)

Dengan mengacu pada daftar indeks korelasi reliabilitas di atas, taraf reliabilitas uji coba termasuk pada kualifikasi cukup dan tinggi.

(61)

Tabel 6

Komposisi Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal setelah Uji Coba

Aspek Kecerdasan

a. Pengendalian diri 15,24,36,40 16,25,32,33,37

b. Sifat dapat

c. Adaptabilitas 34,53,55 38,58,59

Aspek Kecerdasan

b. Inisiatif 21,31,11 35,41,49 3.Memotivasi diri

sendiri

(62)

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data, peneliti menghubungi pihak sekolah terlebih dahulu dan membuat kesepakatan dengan guru pembimbing mengenai tanggal dan jam pelaksanaan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 3 April 2007 di kelas XI A1, kelas XI S2, dan kelas XI Bhs. Sedang pengumpulan data di kelas XI S3, kelas XI S2 dan kelas XI A2 dilaksanakan pada tanggal 13 April 2007. Waktu pengumpulan data bervariasi sesuai dengan jam masuk kelas yang telah terjadwal.

Proses pengambilan data tersebut berjalan dengan lancar dan tertib. Siswa mengisi kuesioner dengan tenang dan menangkap maksud setiap pernyataan dalam kuesioner dengan jelas.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang digunakan dalam analitis data adalah sebagai berikut : 1. Menghitung skor dari setiap alternatif jawaban.

2. Membuat tabulasi data.

3. Menghitung skor total dari setiap alternatif jawaban 4. Menghitung frekuensi

(63)

6. Membuat distribrusi frekuensi dengan menentukan interval kelas terlebih dahulu. Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus sebagai berikut (Hakim, 2001):

H-L

I =_____________

k Keterangan:

H = nilai obesevasi tertinggi dari distribusi L = nilai observasi terendah dari distribusi K = jumlah kelas yang diinginkan

7. Menentukan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal para siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yosep Surakarta dengan cara:

a. Menjumlahkan skor-skor tiap item semua subyek.

(64)

48

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari hasil penelitian. Bab ini sekaligus memuat jawaban atas masalah penelitian, yaitu: (1) “Bagaimanakah kecerdasan intrapersonal para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007?” dan (2) “Topik-topik bimbingan kelompok manakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal para siswa?”.

A. Hasil Penelitian

(65)

menangani siswa secara individual juga apabila hal itu diperlukan. Hasil penelitian kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7

Rekapitulasi Hasil Penelitian Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007

(66)
(67)
(68)

Perolehan Skor Per Aspek

Idealnya siswa memperoleh skor 240 atau persentase perolehnya adalah 100%. Tetapi dari hasil penelitian yang diperoleh belum ada siswa yang mencapai skor ideal.

Persentase perolehan skor kecerdasan intrapersonal siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 adalah berkisar antara 59,58%-89,58%. Persentase terendah yang diperoleh siswa adalah 59,58% dan persentase tertinggi yang dicapai siswa adalah 89,58%.

(69)

data” (Hakim, 2001:78). Untuk lebih memudahkan lagi distribusi frekuensi dibuat distribusi persentase (Hakim, 2001).

Data asli yang telah dibuat dalam distribusi frekuensi disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecerdasan Intrapersonal Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007

Rentangan skor Frekuensi Persentase

83-90 5 4.17 75-82 24 20 67-74 58 48.3 59-66 33 27.5

Persentase perolehan skor tersebut dijabarkan sebagai berikut: tiga puluh tiga (27.5%) siswa perolehan skornya berkisar antara 59-66. lima puluh delapan (48.3%) siswa perolehan skornya berkisar antara 67-74. dua puluh empat (20%) siswa perolehan skornya berkisar antara 75-82 dan lima (4.17%) siswa berkisar antara 83-90.

(70)

XI telah memiliki inisiatif dan dorongan untuk berprestasi. Dalam hal pengaturan diri, siswa kelas XI telah memiliki sifat dapat dipercaya. Dan dalam hal kesadaran diri, siswa kelas XI telah baik untuk menilai diri secara teliti. Hal ini terlihat dari pencapaian skor yang tinggi pada item-item kuesioner. Perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9

Item-item yang mempunyai skor tinggi

No.item Persentase Aspek Kecerdasan Intrapersonal

Indikator

6 82,29% Kesadaran diri Penilaian diri secara teliti 17 85,42% Pengaturan diri Sifat dapat dipercaya 41 86,67% Memotivasi diri Inisiatif 42 81,88% Pengaturan diri Sifat dapat dipercaya 43 80,21% Pengaturan diri Sifat dapat dipercaya 48 82,92% Memotivasi diri Dorongan untuk

berprestasi

(71)

kelas XI kurang mampu untuk mengendalikan diri dan kurang menunjukkan sifat dapat dipercaya dalam hal pelaksanaan tugas juga kurang menunjukkan inisiatif dalam usaha belajar. Hal ini terlihat dari item-item yang mempunyai skor rendah yang disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 10

Item-item yang mempunyai skor rendah

No.item Persentase Aspek Kecerdasan Intrapersonal

Indikator

2 58,33% Kesadaran diri Kesadaran emosi 5 56,67% Kesadaran diri Kesadaran emosi 13 55,42% Kesadaran diri Percaya diri 21 55,83% Memotivasi diri Inisiatif 25 58,96% Pengaturan diri Pengendalian diri 28 52,71% Pengaturan diri Sifat dapat dipercaya 30 59,17% Kesadaran diri Percaya diri

B. Pembahasan

(72)

perolehan skornya berkisar antara 67-74. dua puluh empat (20%) siswa perolehan skornya berkisar antara 75-82 dan lima (4.17%) siswa berkisar antara 83-90. Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa hanya sebagian kecil siswa yang perolehan skornya bergerak mendekati skor ideal, yaitu 100%.

Siswa yang persentase perolehan skornya jauh dari skor ideal kemungkinan mempunyai beberapa kesulitan dalam perkembangan kecerdasan intrapersonalnya. Kesulitan itu antara lain adalah kurang tersedianya wadah bagi siswa untuk perkembangan kecerdasan intrapersonal. Kurang tersedianya wadah bagi siswa dapat terjadi baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan setempat. Kurang tersedianya wadah tersebut membuat siswa kurang dapat belajar tentang dirinya dan bagaimana mengatur diri. Disamping itu juga kurang tersedianya wadah bagi siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaan mereka dan belajar bagaimana menangani perasaan-persaan negatif.

(73)

kecerdasan intrapersonal anak. Disamping itu orang tua yang menghargai perasaan dan privasi anak juga dapat mendorong anak untuk menyadari perasaanya dan belajar bagaiamana mengungkapkan perasaan itu. Apabila orang tua mengabaikan perasaan anak atau merasa keberatan dengan ungkapan-ungkapan perasaan negatif anak, maka anak akan mengalami kesulitan untuk menyadari diri dan belajar bagaimana mengendalikan diri. Ungkapan-ungkapan amarah orang tua yang tidak tepat juga dapat menurunkan motivasi anak.

(74)

Lingkungan sekitar juga dapat menjadi wadah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan intrapersonal anak. Kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar terkadang banyak diwarnai dengan beragam kegiatan yang juga dapat merupakan wadah untuk tumbuh dan berkembangnya kecerdasan intrapersonal anak. Apabila dalam pertemuan-pertemuan suatu kegiatan, peserta diberi tempat untuk mengungkapkan perasaan-perasaan diantara peserta, maka hal itu juga dapat menjadi tempat yang baik untuk perkembangan kecerdasan intrapersonal.

Siswa yang persentase perolehan skornya mendekati skor ideal 100% kemungkinan besar kesulitan-kesulitan mereka sudah agak teratasi. Dalam keluarga kemungkinan besar telah diadakan pertemuan-pertemuan untuk sharing bersama dan sudah ada penghargaan dari orang tua terhadap anaknya. Di samping itu, di sekolah mungkin anak telah mendapat penanganan secara lebih mendalam dari guru bimbingan. Dan masyarakat pun juga mendukung perkembangan kecerdasan intrapersonal anak.

(75)

intrapersonal menjadi tidak bisa dilakukan secara terus menerus sehingga hasilnya juga tidak bisa mencapai taraf yang ideal.

Apabila ditinjau kemampuan kecerdasan intrapersonal siswa secara lebih spesifik, siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 sudah baik dalam pemotivasian diri, pengaturan diri dan sedikit tentang kesadaran diri.

Dalam hal pemotivasian diri, siswa kelas XI telah memiliki inisiatif dan dorongan untuk berprestasi. Siswa memiliki dorongan untuk berprestasi berarti siswa memiliki dorongan untuk meningkatkan dan memenuhi standard keunggulan atau ada upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Hal ini kemungkinan di dorong oleh kualitas belajar mengajar yang baik di sekolah dan upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk terus berprestasi.

Siswa yang memiliki inisiatif berarti siswa tersebut dalam bertindak atas keinginan sendiri bukan dipaksa oleh kekuatan dari luar. Kemampuan untuk berinisiatif yang diungkap dalam item ini adalah berinisiatif unutk melakukan upaya untuk mencapai prestasi. Untuk itu inisiatif yang dimiliki siswa di dorong oleh adanya keinginan untuk mencapai prestasi.

(76)

XI ternyata banyak mendapat kunjungan/tamu dari luar dan kepadanya pihak sekolah memberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menjaga nama baik sekolah.

Pada aspek kesadaran diri, siswa kelas XI telah baik dalam hal penilaian diri secara teliti. Kemampuan untuk menilai diri ini kemungkinan ditunjang oleh adanya kegiatan retret/rekoleksi yang sudah terprogram oleh pihak sekolah. Dalam retret/rekoleksi ini siswa banyak diajak untuk mengungkap potensi-potensi mereka, apa yang menjadi kelebihan dan keterbatasan mereka.

Kemampuan kecerdasan intrapersonal yang masih kurang dimiliki siswa kelas XI SMA Pengudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 adalah pada aspek kesadaran diri, dan sedikit pada aspek pengaturan diri dan pemotivasian diri. Pada aspek kesadaran diri, kemampuan yang masih kurang lebih khususnya yaitu kesadaran emosi dan percaya diri. Pada aspek pengaturan diri lebih khususnya yaitu pengendalian diri dan sifat dapat dipercaya. Dan aspek pemotovasian diri khususnya adalah inisiatif.

(77)

jadi menguatkan pernyataan sebelumnya bahwa siswa kurang mendapat wadah untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya juga kurang mendapat penghargaan dari orang tua atau orang-orang terkait tentang ungkapan perasaannya. Hal ini menjadi suatu kendala bagi siswa sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menyadari perasaannya dan belajar bagaimana mengungkapkan diri secara terbuka.

Siswa kurang mempunyai sikap dapat dipercaya dalam hal ini adalah pada pelaksaan tugas yang seringkali dianggap siswa tidak begitu penting. Pandangan pertama siswa inilah yang membuat siswa kurang bisa menunjukan tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas tersebut.

(78)

62

SUARAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan kelompok yang dapat menjadi bahan pelayanan bimbinngan selama periode tertentu. Usulan topik-topik bimbingan kelompok ini merupakan jawaban atas masalah penelitian: “Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef tahun pelajran 2006/2007?”.

Usulan topik-topik bimbingan ini disusun berdasarkan skor terendah dari item kuesioner kecerdasan intrapersonal yang di capai oleh siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)

BAB VI

PENUTUP

Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian ringkasan, disajikan tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan disajikan mengenai kesimpulan hasil penelitian. Bagian saran disajikan saran-saran untuk pihak SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta pada umumnya.

A. Ringkasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) deskripsi kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef tahun pelajaran 2006/2007, (2) menyusun suatu usulan topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef tahun pelajaran 2006/2007.

Subjek penelitian ini adalah siswa kleas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. Pengampilan sampel dilakukan dengan sistem acak (random sampling). Adapun pertimbangan peneliti menggunakan

(87)

Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal (Goleman, 2001). Jumlah item yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berjumlah 60 item.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menskor jawaban subyek, mentabulasi data, menjumlahkan skor total masing-masing subyek dan menghitung persentase perolehan skor subyek dan membuat distribusi frekuensi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah:

1. Dari 100% skor ideal, persentase perolehan skor siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo persentase skor yang berkisar antara 59,58%-89,58%. Data tersebut kemudian dibuat distribusi frekuensi yang penjabaranya diuraikan sebagai berikut: tiga puluh tiga (27.5%) siswa perolehan skornya berkisar antara 59-66. lima puluh delapan (48.3%) siswa perolehan skornya berkisar antara 67-74. dua puluh empat (20%) siswa perolehan skornya berkisar antara 75-82 dan lima (4.17%) siswa berkisar antara 83-90.

(88)

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 belum mencapai taraf yang ideal sehingga perlu ditingkatkan.

2. Untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 diberikan usulan topik-topik bimbingan kelompok.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepala sekolah

a. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan bimbingan dalam rangka peningkatan kecerdasan intrapersonal siswa, kepala sekolah dapat mengusahakan perlengkapan atau sarana prasarana yang diperlukan.

(89)

2. Guru pembimbing

a. Untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa, guru pembimbing kiranya perlu mengadakan kegiatan bimbingan seperti yang telah diusulkan peneliti.

b. Untuk mencapai perkembangan kecerdasan intrapersonal siswa yang optimal, guru pembimbing hendaknya mengadakan perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan penyempurnaan menjadi sebuah pelatihan mengingat perkembangan kecerdasan intrapersonal siswa membutuhkan proses.

c. Apabila diperlukan guru pembimbing juga dapat memberikan konseling individual secara intensif.

3. Peneliti lain

a. Dalam membuat alat penelitian, hendaklah lebih teliti dalam mengembangkan indikator-indikator sehingga pengembangannya bisa lebih seimbang sesuai dengan unsur-unsur yang hendak diungkap.

b. Dalam membuat alat penelitian, hendaklah juga memperhatikan tata bahasa sehingga dapat ditangkap subyek penelitian dengan baik.

(90)

DAFTAR PUSTAKA

Alder, Harry. (Terj). 2001. Boost Your Intelligence. Jakarta: Erlangga Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Armstrong, Thomas. 2002. 7 Kinds of Smart-Menemukan dan Meningkatkan

Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

________________. 2003. Setiap Anak Cerdas! Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencenya. Jakarta: Gramedia

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences. Batam Center: Interaksa

Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

______________. 2001. Working With Emotional Intelligence-Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Gottman, J.&Declaire, J. 1998. Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

(91)
(92)
(93)

Gambar

Tabel 1 Rincian jumlah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Per Aspek Kuesioner Uji Coba
Tabel 5 Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas.
   Tabel 8 Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecerdasan Intrapersonal
+3

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Menimbang, bahwa selanjutnya setelah memperhatikan dengan seksama Memori banding selebihnya yang diajukan oleh pihak Tergugat/Pembanding dan surat Kontra memori

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas empiris. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis yang berkenaan

Peran perpustakaan universitas di era kemajuan Teknologi Informasi perlu dikembangkan menuju ke arah integrasi data. Pembentukan jaringan perpustakaan dapat menjadi sarana

Efek pertama yang akan kita mainkan adalah efek “Cut Out”, yang artinya teks tersebut tampak seolah-olah melesak ke dalam gambar latar belakang.. Teknik ini sangat gampang