i
KECENDERUNGAN POLA ASUH ORANGTUA SISWA-SISWI KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN 2016/2017
(Studi Deskriptif Kuantitatif Kecenderungan Pola Asuh OrangTua berdasarkan Persepsi Siswa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Magdalena Agsatriya Viva NIM:121114031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
“
Mengejar sebuah impian dengan tiada henti adalah rahasia
keberhasilan”
(Anna Pavlova)
“S
erahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala
rencanamu”
(Amzal 16:3)
“Selalu berpikir positif akan membawa aura kebahagiaan, jauh dari
kesedihan, hati akan merasa tenang dan dirimu sendirilah yang
menentukan pilihan”
(Ishak)
“Buatlah pekerjaanmu menjadi sesuai dengan tujuanmu”
v
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi kekuatan
dan mendampingiku dalam setiap hidupku
Orang tua tercinta Bapak Supoyo Yono Kristanto
dan Ibu Tri Handari
Kakakku tercinta Veronica Risca Yulianti
Adikku tersayang Kornelius Wahyu Pancana
Keluarga besar Mbah Mangun Minarto
& Mbah Arjo
Sahabat-sahabatku terkasih
viii
ABSTRAK
KECENDERUNGAN POLA ASUH ORANGTUA SISWA-SISWI KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN 2016/2017
(Studi Deskriptif Kuantitatif Kecenderungan Pola Asuh Orang Tua berdasarkan Persepsi Siswa)
Magdalena Agsatriya Viva Universitas Sanata Dharma
2017
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh kecenderungan mengenai persepsi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten terhadap pola asuh orangtua.Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner pola asuh orangtua.Subjek penelitian ini adalah remaja kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang berjumlah 85 orang.
Tujuan penelitian ini: (1) Mengetahui pola asuh yang menjadi kecenderungan orangtua siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten. (2) Mengetahui butir item yang masuk dalam kategori rendah dan mengembangkan topik-topik program layanan bimbingan yang sesuai dan dapat dimanfaatkan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pelayanan bimbingan klasikal untuk siswa. (3) Mengembangkan usulan program yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah guna memberikan pelayanan informasi bagi orangtua. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Berdasarkan keempat jenis pola asuh orangtua, pola asuh yang menjadi kecenderungan orangtua siswa/i SMP Pangudi Luhur 1 Klaten Pola asuh ditinjau dari persepsi siswa yaitu pengasuhan
permissive-indulgent (55%) memiliki kualifikasi tinggi yang berarti dominan. (2)
Berdasarkan analisis butir pola asuh orangtua siswa pada empat jenis pola asuh yang teridentifikasi rendah, usulan topik-topik program layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat dikembangkan oleh guru Bimbingan dan Konseling guna memberikan pelayanan bimbingan klasikal bagi siswa. Topik-topik program layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat diusulkan untuk siswa yaitu memberikan layanan bimbingan klasikal dan untuk orangtua memberikan layanan program bagi orangtua dan layanan informasi untuk orangtua.
ix
ABSTRACT
THE PARENTING TRENDS AMONG PARENTS OF VIII GRADE STUDENTS IN SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN AND THE IMPLICATIONS ON PROPOSED TOPICS OFGUIDANCE AND
COUNSELING PROGRAMS YEAR 2016/2017
(Quantitative Descriptive Study of Parenting Trend based on Students Perception)
Magdalena Agsatriya Viva Sanata DharmaUniversity
2017
The type of this research is quantitative research with descriptive approach, which aims to obtain a tendency regarding the VIII grade studentsof SMP Pangudi Luhur 1 Klaten perceptions on parenting patterns. The data collection methods of this study were using parenting questionnaire. The subjects of this study were teenagers of VIII grade students of SMP Pangudi Luhur 1 Klaten which was 85 people.
The purpose of this studywas: (1) Knowing the parenting patterns that become the trend of the grade VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten students’parents. (2) Identify items that fall into the low category and develop appropriate guidance program topics and can be utilized by Guidance and Counseling teachers in providing classical guidance services to students. (3) Developing proposed programs that can be done by the school to provide information services for parents. The type of research used in this research was descriptive research using survey method.
The research results are: (1) Based on the four types of parenting, the parenting pattern which becomes the tendency of Pangudi Luhur Junior High School 1 Klaten students’parentsviewed from the students’perception is the permissive-indulgent parenting (55%) that has a high qualification which means dominant. (2) Based on the analysis of parenting items on four types of poorly identified parenting, the proposed topics of guidance and counseling service programs that can be developed by guidance and counseling teachers to provide classical guidance services for students can be determined. Guidance and counseling service program topics that can be proposed for students are to provide classical guidance services and for parents to provide parenting services and parent information services.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd.,M.A. selaku dosen pembimbing yang tak kenal lelah membimbing dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
xi
5. Kepala sekolah dan Guru BK SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam menyelesaikan penelitian dan telah memberi waktu untuk penelitan kepada peneliti.
6. Siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.
7. Orangtuaku tercinta Bapak Supoyo Yono Kristanto dan Ibu Trihandari atas doa, penguatan, kebaikan, ketulusan, motivasi, keikhlasan, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
8. Kakak tercinta Veronika Risca Yulianti, atas motivasi, doa, keceriaan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti.
9. Adeku tersayang Kornelius Wahyu Pancana, atas keceriaan, motivasi doa dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti.
10.Keluarga besar simbah Arjo dan simbah Mangun Minarto atas doa, penguatan, kebaikan, ketulusan, keikhlasan, dukungan, perhatian, kasih sayang, danbantuan biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
11.Teman-teman angkatan 2012, kakak-kakak tingkat dan adik-adik angkatan yang telah membantu memberi masukan dan motivasi untuk peneliti. 12.Sahabat-sahabatku (Nana, Hani, Lydia, Ruri, Tyaz, Galuh, Alvita, Ervin,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C.Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Istilah ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Hakikat Pola Asuh ... 10
1. Pengertian Persepsi Pola Asuh Orangtua ... 10
xiv
B. Hakikat Pola Asuh ... 13
1. Pengertian Pola Asuh ... 13
2. Macam-macam Pola Asuh Orangtua ... 15
3. Ciri-ciri Pola Asuh ... 18
4. Aspek-aspek Pola Asuh ... 20
5. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua ... 22
6. Fungsi dan Peran Pola Asuh Orangtua ... 23
C. Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Klaten ... 26
D. Persepsi Siswa terhadap Pola Asuh Orangtua ... 28
E. Hakikat Usulan Program Layanan Bimbingan dan Konseling ... 31
1. Pengertian Layanan Konsultasi ... 31
2. Fungsi-fungsi Layanan Konsultasi dalam Layanan Bimbingan Belajar ... 32
3. Upaya-upaya Peningkatan Peran Orangtua dalam Pendampingan Belajar Siswa ... 35
4. Pelaksanaan Pelayanan BK di Sekolah ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
1. Tempat ... 39
2. Waktu ... 39
C. Subyek Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian ... 40
1. Teknik Pengumpulan Data ... 40
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
xv
1. Validitas ... 45
2. Reliabilitas ... 54
E. Prosedur Pengumpulan dan Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
C. Usulan Program Layanan Bimbingan yang Sesuai ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
A. Keterbatasan Penelitian ... 84
B. Saran ... 84
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten ... 40
Tabel 3.2 Norma skroring Kecenderungan Pola Asuh Orangtua ... 42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Pola Asuh Orangtua Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (Uji Coba Penelitian) ... 43
Tabel 3.4 Rincian Item Valid dan Tidak Valid pada Kuesioner ... 47
Tabel 3.5 Kisi- kisi Kuesioner Pola Asuh Orangtua (setelah Uji Validitas dan Reliabilitas) ... 50
Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 55
Tabel 3.7 Norma Kategorisasi ... 57
Tabel 3.8 Hasil Analisis Data Skor Item ... 58
Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Subyek ... 60
Tabel 4.1 Penggolongan Persepsi Pengasuhan Demokratis ... 62
Tabel 4.2 Penggolongan Persepsi Pengasuhan Otoriter ... 63
Tabel 4.3Penggolongan Persepsi Pengasuhan Permissive-Indulgent ... 64
Tabel 4.4Penggolongan Persepsi Pengasuhan Permissive-Indifferent... 65
Tabel 4.5 Presentase Item Pola Asuh Orangtua ... 66
Tabel 4.6 Kategori Skro Butir Instrumen Pola Asuh Orangtua pada Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Klaten ... 68
Tabel 4.7 Item-item yang Tergolong dalam Kategori Kurang Sesuai ... 69
Tabel 4.8 Usulan Topik-topik Program Layanan Bimbingan Berdasarkan Kategori Kurang Sesuai tentang Deskriptif Kencenderungan Siswa Smp Pangudi Luhur 1 Klaten terhadap Pola Asuh Orangtua ... 74
Tabel 4.9 Usulan Topik-topik Program untuk Orangtua ... 74
Tabel 4.10 Rincian Usulan Topik-topik Program Bimbingan dan Konseling berdasarkan Kategori Rendah Tentang Deskriptif Kecenderungan Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Klaten terhadap Pola Asuh Orangtua ... 76
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Pola Asuh Orangtua (Uji Coba) ... 89
Lampiran 2. Kuesioner Pola Asuh Orangtua (Penelitian) ... 90
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas ... 102
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 109
Lampiran 5. Tabulasi Data Uji Coba ... 113
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian ... 119
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan atau fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.
A. Latar Belakang
Pendidikan keluarga menjadi tanggungjawab orangtua, orangtua wajib mendidik anak-anaknya, orangtua dan anak mengharapkan dapat berhasil dalam kegiatan belajarnya bahkan mendapatkan prestasi yang memuaskan. Keberhasilan anak didik sangat dipengaruhi oleh adanya pendampingan orangtua kepada putra putrinya baik dirumah maupun di sekolah.
Kohn (Santrock, 2002) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Pola asuh yang dapat diberikan kepada putra putrinya dapat berupa perhatian yang berupa materi dan dapat berupa bukan materi seperti pemberian kasih sayang, pemberian rasa aman dan ketentraman, kedamaian, dan lain-lainnya. Anak mendapatkan pola asuh penuh dari orang tua. Pola asuh yang benar pada diri anak akan tumbuh minat belajar yang kuat. Tumbuhnya niat belajar pada diri anak maka kegiatan belajar anak akan berhasil baik dan mencapai prestasi yang memuaskan.
dalam keluarga yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire fair. Pola asuh otoriter yaitu orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak dengan cara mengontrol tingkah laku anak secara ketat, selalu mengatur kehidupan anak dan orangtua selalu menuntut anak untuk menaati semua peraturan yang dibuat. Mereka cenderung menghukum anak apabila ia berbuat sesuatu yang tidak diinginkan. Pola asuh demokratis yaitu perlakuan orangtua yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat tentang segala sesuatu yang menyangkut kehidupan pribadinya. Pola asuhlaize fairyaitu perlakuan orangtua yang membebaskan anak untuk berbuat sesuai dengan keinginannya, tanpa disertai dengan adanya kontrol dan pengawasan orangtua.
Di kehidupan nyata sering melihat orang tua yang salah mengambil langkah dalam mendidik remaja. Perlakuan orangtua tersebut terlihat dalam hal sebagai berikut: kekhawatiran yang luar biasa terhadap kesehatan remaja, pemanjaan yang berlebihan, kurangnya kasih sayang dan perhatian orangtua. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi remaja yaitu remaja tidak dapat berkembang dan tumbuh dengan baik di lingkungan keluarga. Apabila keluarga tersebut tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak juga tidak berjalan lancar, dan prestasi remaja tidak baik.
orangtua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Orangtua banyak yang mengeluh karena anak-anaknya malas belajar dan waktu-waktu luang dirumah hanya untuk kegiatan melihat televisi, bahkan pergi ketempat-tempat hiburan, bermain, dan sebagainnya. Hal ini ternyata pengaruh orangtua terhadap anak dalam kegiatan belajar sangat ada kaitannya, orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Kadang-kadang orangtua ada yang menilai keliru tentang keberhasilan belajar anak.
Para orangtua sibuk bekerja membanting tulang untuk mencari nafkah, orangtua kurang peduli dengan anaknya dan orangtua kurang meluangkan waktu untuk anaknya, sehingga prestasi putra putrinya menurun bahkan mengalami kegagalan. Menurut peneliti adapun pendapat yang keliru dari orangtua tersebut adalah: Orangtua bersikap masa bodoh terhadap anaknya dalam mencapai keberhasilan belajar bahkan ada anaknya diikutkan orang lain, neneknya atau saudaranya agar dapat membantunya, Orangtua berpendapat merasa sudah cukup dengan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat materi saja, dan Orangtua berpendapat keberhasilan belajar anaknya merupakan tanggungjawab guru sepenuhnya di sekolah.
remaja kelas VIII di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten memiliki kebiasaan yang kurang baik, yaitu remaja masih suka bergantung kepada orang lain, manja dengan gurunya serta remaja masih suka cari perhatian, dan remaja masih suka bersaing dengan temannya hal ini juga mengakibatkan remaja kurang mandiri serta nilai akademiknya juga sangat berpengaruh.
Pola asuh orangtua dalam mengembangkan kontrol terhadap perilaku remaja dalam masyarakat mendorong remaja untuk mampu mandiri, bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri. Remaja yang merasa diperhatikan akan berusaha untuk tidak kehilangan perhatian, melakukan hal-hal positif yang dapat menarik perhatian orang tua, berpikir dan menggali potensi diri untuk menarik perhatian orangtua.
Orangtua dalam mengasuh remaja, bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik. Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Di dalam kehidupan berkeluarga orangtua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda. Apabila pola-pola yang diterapkan orangtua tidak tepat, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak.
disadari adanya perhatian, penghargaan dan kasih sayang, kebebasan berinisiatif. Kebebasan berinisiatif yaitu kesediaan orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan dan mengembangkan pendapat ide, pemikiran dengan tetap mempertimbangkan hak-hak orang lain, nilai dan norma yang berlaku. Orangtua melakukan kontrol terarah terhadap anaknya, kontrol terarah yaitu pola pengawasan dan pengendalian orangtua dengan cara memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan terhadap sikap dan perilaku anak, pemberian tanggung jawab, yaitu kesediaan orangtua memberikan peran dan tanggung jawab kepada remaja atas segala sesuatu yang dilakukan. Sebaiknya pola asuh otoriter diberikan pada waktu yang tepat kepada anak.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, terkait dengan kecenderungan pola asuh orangtua, dapat diindentifikasi berbagai masalah sebagai berikut : 1. Remaja masih suka bergantung dengan orang lain
2. Remaja manja dengan gurunya
3. Remaja masih suka mencari perhatian
4. Remaja masih suka bersaing dengan temannya.
C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah mengenai kecenderungan pola asuh orangtua pada siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menurut persepsi siswa berdasarkan keempat jenis pola asuh orangtua, pola asuh manakah yang menjadi kecenderungan orangtua siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten?
Bimbingan dan Konseling guna memberikan pelayanan bimbingan klasikal bagi siswa?
3. Berdasarkan analisis butir pola asuh orangtua siswa pada empat jenis pola asuh yang teridentifikasi rendah, usulan program apa yang dapat dikembangkan oleh pihak sekolah guna memberikan pelayanan informasi bagi orangtua?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pola asuh yang menjadi kecenderungan orangtua siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.
2. Mengetahui butir item yang masuk dalam kategori rendah dan mengembangkan topik-topik program layanan bimbingan yang sesuai dan dapat dimanfaatkan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pelayanan bimbingan klasikal untuk siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat diambil maanfaatnya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang pola asuh orang tua di bidang ilmu Bimbingan dan Konseling. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peran pola asuh orang tua siswa dan sebagai masukan usulan topik-topik progam layanan BK yang dapat diusulkan untuk memberikan layanan bimbingan klasikal bagi siswa dan orang tua.
b. Bagi orang tua
Orangtua dapat mengetahui pola asuhnya terhadap anaknya dengan tepat dan diharapkan orangtua dapat mengetahui dan memahami tentang pola asuh, sehingga orangtua dapat menggunakan pola asuh secara tepat untuk mendidik anak-anaknya.
c. Bagi Guru BK
G. Definisi Istilah
1. Kecenderungan pola asuh orangtua adalah suatu kecondongan seseorang untuk bergerak kesuatu arah atau suatu tujuan tertentu serta keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak, di mana orangtua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orangtua agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan baik.
2. Siswa-siswi kelas VIII seringkali diartikan sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa, dimana pada masa itu terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik maupun psikologis.
1 0
JIAN PUSTAKA
pr n t rs su ornt t
ssw s t r sw tr p
or
nt n t n pror y n n n A. Hakikat Persepsi Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Persepsi terhadap Pola Asuh Orangtua
Chaplin (2000) mengartikan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui suatu objek dan kejadian objek dengan menggunakan bantuan alat indra. Baumrind (dalam Irmawati, 2000) mengatakan bahwa pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan remaja yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan member pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu. Menurut Casmini (dalam Septiari, 2012) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan proses bagaimana orang tua memperluas remaja, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan remaja dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapakan masyarakat pada umumnya.
2. Faktor-faktor Persepsi Pola Asuh Orangtua
Hasil dari proses persepsi yang dilakukan oleh setiap individu berbeda meskipun objek yang dipersepsi sama. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terrsebut.
Walgito (1990), mengatakan bahwa adanya faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu.Faktor internal ini berasal dari individu sendiri.Faktor dari dalam diri ini meliputi dua hal kondisi fisik dan psikis.Kondisi fisik meliputi kesehatan badan sedangkan kondisi psikis meliputi unsur pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki.
b. Faktor Eksternal
Walgito (2003), mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi maupun dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerimaan yang bekerja sebagai reseptor.Akan tetapi sebagian besar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf
Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menembus stimulus yang diterima oleh alat indera kepusat susuna syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Otak sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor internal, faktor eksternal, objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf, dan susunan syaraf, dan perhatian.Faktor-faktor ini yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pola asuh orangtua yang mereka terapkan pada anak-anaknya.
. ! " ! #$%& '( ) *
1. $+,-+.t" ,$%& '() *
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005)menjelaskan bahwa pola asuh merupakan suatu bentuk (struktur), sistem dalam menjaga, merawat, mendidikdan membimbing anak. Hal ini seperti yang diungkapkan Sunarti (2004) menjelaskanbahwa pola asuh merupakan suatu model atau cara mendidik anakyang merupakan suatu kewajiban dari setiap orangtua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.
orangtua dalam berhubungan dengan anaknya yang mempunyai tujuan baik.
Menurut Chabib Thoha pola asuh orangtua adalah merupakansuatu cara terbaik yang dapat ditempuh orangtua dalam mendidik anaksebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Menurut Kohn (1971) pola asuh orangtua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.Cara mendidik secara langsung bentuk-bentuk asuhan orang yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi, pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Pola asuh orangtua menurut peneliti yaitu suatu cara/model bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya manusia yangberkepribadian yang dilandasi dengan kesadaran yang berlangsung dalam lingkungan yang ditetapkan orangtua.
2. Macam-macam Pola Asuh Orangtua
Menurut Baumrind (dalam Marheni, 2009) terdapat 3 macam pola asuh yang digunakan oleh orangtua dalam mendidik anak-anaknya, yaitu:
a. Pola PengasuhanAuthoritative(Demokratis)
Pola asuh authoritative merupakan kombinasi unik antara pemberian kontrol yang tinggi dan dorongan positif orangtua terhadap otonomi dan perjuangan atau usaha mandiri anak. Orangtua dengan pola asuh ini, berusaha mengarahkan aktivitas anak tapi secara rasional; mendorong anak dengan memberikan masukan dan penerimaan, serta menjelaskan alasan di balik kebijakannya. Orangtua mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan anak-anaknya serta tidak menuntut anak di luar batas kemampuannya. Orangtua authorative menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri; menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada permasalahan-permasalahan, sering melibatkan diri pada perbincangan dan penjelasan dengan anak-anak mereka mengenai persoalan-persoalan disiplin dan pemecahan masalah secara konstruktif.
dan orangtua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Orangtua selalu mendoronginteraksi saling memberi dan menerima; mendukung, menerima dan bertanggungjawab dalam pertimbangan bebragai alternatif, tetapi tidak mendominasi anak; menggunakan wewenang, tetapi dalam penerapannya lebih bersifat membimbing; sering kali bekerjasama dengan anak dalam membuat keputusan; dan mendorong anak untuk melepaskan dirinya secara berangsur-angsur dari pihak keluarga. Mereka sungguh menghargai anak sebagai pribadi yang membutuhkan bimbingan orangtua di satu pihak, tetapi di pihak lain sebagai pribadi yang ingin mandiri.
Gaya pengasuhan /01horitative memiliki ciri-ciri; orangtua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak-anaknya, orangtua hangat dan berupaya membimbing anak-anaknya dalam membuat keputusan, orangtua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga, orangtua menghargai disiplin anka-anaknya. b. Pola PengasuhanAuthoritarian(Otoriter)
anak berdasarkan standar-standar keagamaan dan yang diformulasikan oleh kekuasaan yang tinggi. Orangtua menuntut kepatuhan yang tinggi. Mereka lebih suka menghukum, diktator dan kaku dalam menerapkan disiplin bagi anak-anak. Mereka cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang otonomi anak. c. Pola PengasuhanLaissez-faire (Permissive)Bebas / Manja
Pola pengasuhan laissez-faire yang sering disebut dengan pengasuhan permissive, merupakan gaya pengasuhan orangtua yang tidak mengatur, tidak menuntut, dan relatif hangat. Pola asuhpermisif
terdiri dari dua bentuk pengasuhan yaitu; permissive-indifferent dan
permissive-indulgent. Pengasuhan permissive-indifferent adalah suatu gaya dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Orangtua dengan gaya pengasuhan ini menolak dan tidak mengontrol kehidupan anak. Artinya, mereka punya kepedulian yang sangat rendah terhadap proses perkembangan anak. Mereka tidak peduli terhadap kebutuhan kegiatan, maupun pergaulan anak-anak dengan teman-teman sebayanya. Mereka mengabaikan pendapat atau masukan anak dalam membuat keputusan. Mereka juga sering menjauhi anak baik secara fisik maupun psikis.
dengan gaya pengasuhan ini tidak menuntut tanggungjawab dalam rumah, tidak berlaku sebagai pihak aktif yang bertanggungjawab dalam membentuk anak. Orangtua dengan pola asuh tipe ini, seringkali menghindari pengawasan terhadap anak. Pengawasan dipandang sebagai pengekang atau pelanggaran terhadap kebebasan anak. Mereka melayani atau membantu anak sepenuhnya dalam hampir setiap kegiatan dan cenderung memanjakan anak. Orangtua juga sering melindungi atau menyayangi anak secara berlebihan dengan standar yang rendah.
Orangtua dengan pengasuhan jenis ini, membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya ialah anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti.
3. Ciri-ciri Pola Asuh
Menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal terdapat ciri-ciri pola asuh, yaitu:
a. Menurut Idris dan Jamal (1992) ciri-ciri pola asuhAuthoritativ
(Demokratis) adalah sebagai berikut:
yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar di tinggalkan, memberikan bimbingan dengan penuh pengertian, dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga, dan dapat menciptakan suasana komunikatif antara orangtua dan anak serta sesama keluarga.
b. Adapun ciri-ciri dari pola asuh Authoritarian atau (Otoriter) menurut Idris dan Jamal (1992) adalah sebagai berikut:
Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, orangtua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak, maka anak dianggap pembangkang, orangtua cenderung memaksakan disiplin, orangtua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana dan tidak ada komunikasi antara orangtua dan anak.
c. Menurut Idris dan Jamal (1992) yang termasuk pola asuhlaissez faire
(Permissive)adalah sebagai berikut:
yang digariskan orang tua), dan kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.
4. Aspek-aspek Pola Asuh
Aspek-aspek Pola Asuh Orangtua Baumrind (dalam Irmawati, 2002) Aspek aspek pola asuh orangtua yaitu:
a. Pengasuhan otoritatif (23thoritative parenting)
Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalahpengawasan ekstra ketatterhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif, menghargai dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan.Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan harga diri yang tinggi (highselfesteem), memiliki moral yang standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan tanggung jawab secara sosial.Contoh orang tua memberikan pujian ketika anaknya mendapatkan prestasi atau melakukan sesuatu hal dengan baik dan orang tua lebih terbuka dengan anaknya.
b. Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)
bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan atau kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua yang otoriter bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua menerapkan aturan bahwa jam 05.00 wib harus bangun tidur tanpa adanya kesepakatan dan penjelasan apapun mengapa aturan ini dibuat, ketika pada jam 05.00 wib anak belum bangun tidur, maka hukuman untuk anak sudah menanti.
c. Pengasuhanpermissive-indulgent
d. Pengasuhanpermissive-indifferen
Aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang menerapkan pengasuhan ini kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri rendah.Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua tidak peduli dengan kehidupan anak dan tidak memberikan bimbingan maupun rasa kasih sayang kepada anaknya.
5. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua
a. Pengasuhanotoritatif (authoritative parenting)
Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) ini orangtua sangat memperhatikan kebutuhan ana dan mencukupinya dengan mempertimbangkan faktor kepentingan serta kebutuhan (Septiari, 2012).
b. Pengasuhanotoriter (authoritarian parenting)
c. Pengasuhanpermissive-indulgent
Baumrind (dalam Irmawati, 2002), pengasuhan permissive-indulgent adalah gaya pengasuhan yang kurang mampu mengendalikan diri anak karena orangtua yang memiliki gaya pengasuhan ini cenderung membiarkan anak melakukan hal-hal apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti.
d. Pengasuhanpermissive-indifferent
Baumrind (dalam Irmawati, 2002), pengasuhan permissive-indifferent suatu gaya pengasuhan dimana orangtua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah.
6. Fungsi dan Peran Pola Asuh Orangtua
a. Orangtua berfungsi sebagai pendidik anak
Melatih anak suatu hal yang sangat penting sekali karena anak sebagai amanat orang tuanya.Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang bersih dari segala ukiran serta gambaran anak dapat mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan kepadanya.Maka bila anak dibiasakan kearah kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah anak baik dan berbahagia dunia akhirat, tetapi bila dibiasakan jelek dan dibiarkan tanpa adanya pengawasan maka celaka dan rusaklah anak.Untuk itu wajiblah orangtua menjaga anak dari perbuatan dosa dari mendidik dan mengajar berakhlak bagus, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tidak boleh membiarkan anak dengan bernikmat-nikmat. Ayah dan ibu merupakan dwi tunggal yang bersama-sama dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling pengertian dan sebaik-baiknya, agar timbul keserasian dalam menunaikan tugastersebut baik yang bersifat pedagogis atau psikologis dalam pembentukan watak/sikap seorang anak.
b. Orangtua berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara keluarga
pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain sebab guru dan pemimpin umat umumnya dalam memikul tanggungjawab pendidikan hanyalah keikutsertaan. Dengan kata lain yang karena satu dengan yang lain tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.
Orangtua bertanggung jawab dalam kelangsungan keluarga. Salah satu tugas utama orangtua mendidik keturunnanya, dengan kata lain dalam relasi antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur-unsur pendidikan guna membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Yulia SinggihD. Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa orangtua memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, peranan tersebut diantaranya :
1) Sebagai orangtua (mereka membesarkan, merawat, memelihara danmemberikan kesempatan berkembang).
2) Sebagai guru (mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan melalui latihan-latihan mengajarkan peraturan-peraturan, tata carakeluarga, tata lingkungan, masyarakat, menanamkan pedoman hidupbermasyarakat).
4) Sebagai pengawas, orangtua memperhatikan, mengamati tingkah lakuanak, mereka mengawasi anak agar tidak melanggar peraturan dirumah diluar lingkungan keluarga (tidak jangan stop).
Kartini Kartono mengemukakan bahwa tugas orangtua ialah mendidik keturunannya. Relasi anak dengan orangtua secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Dengan adanya kemungkinan untuk dapat dididik pada diri anak, maka orangtua menjadi agen pertama dan terutama yang mampu dan berhak menolong keturunannya, serta mendidik anak-anaknya.
4. 5 67 8 9:;<97=> >>5?@@9A BC D6EuFuG 1 :<9 H; A
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten kelas VIII. Subjek ini termasuk dalam tahap remaja awal yang usianya dari 12-14 Tahun.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock, (1988) adalah:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
b. Mencapai kemandirian emosional
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain nerupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
c. Mencapai kemandirian ekonomi
d. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia remaja
Erat hubungan dengan masalah perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai-nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas perkembangan perilaku yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.
I. JK LMKpsi Siswa terhadap Pola Asuh Orangtua
Chaplin (2002) mengartikan persepsi merupakan proses mengetahui sesuatu objek dan kejadian objek dengan menggunakan bantuan alat indera. Persepsi siswa sangat mempengaruhi pola asuh orangtua, persepsi siswa ini baik adanya dilihat dari pula asuh orangtua. Walgito (2010) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berperan agar terjadinya persepsi, yaitu sebagai berikut :
a. Adanya objek yang dipersepsi
berjalan melihat suatu benda berwarna hijau, maka dia dapat mempersepsikan bahwa benda itu adalah daun.
b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indra merupakan alat untuk menerima stimulus. Alat indra yang dimaksud adalah indra penglihatan, indra pendengaran, indra pembauan, indra pengecapan dan indra perabaan. Selain itu harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh alat indra ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Untuk memberikan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian
Pada pembentukan persepsi terhadap suatu objek perlu adanya perhatian. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Rakhmat (dalam sobur, 2003) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi agar terjadinya persepsi, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Fungsional
yang pertama adalah bersifat selektif dan fungsional. Hal ini berarti seseorang mempersepsikan sesuatu hal akan memberikan tekanan yang sesuai dengan tujuan orang tersebut.
b. Faktor Stuktural
Faktor ini berarti bahwa faktor-faktor tersebut dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek efek netral yang ditimbulkan dari system syaraf individu (Krech dan Crutchfield, 1975).
c. Faktor Situasional
Faktor situasional ini berkaitan dengan bahasa nonverbal.Hal ini yang menyebabkan terjadinya persepsi.
d. Faktor personal
Faktor personan ini juga yang mempengaruhi persepsi yang terdiri dari dari pengalaman, motivasi, kepribadian (Rakhmat, 1994).
Lheater (dalam Sobur, 2003) membuktikan bahwa pengalaman membantu seseorang dalam meningkatkan persepsi. Pengalaman ini tidak selalu melewati proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
diterapkan kepadanya dan persepsi siswa terhadap pola asug orangtua merupakan cara pandang siswa-siswi terhadap pola asuh orangtua mereka yang diterapkan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut dapat diketahui bahwa apabila anak menerima pola asuh orangtua yang diterapkan akan memiliki dampak yang positif juga dalam perkembangan anak tersebut.
N. OPQ R Q PSTU V W PXYZ[\P ]^ P_PXPX`R]a RX\PXb PXc[X UdWRX \
1. YdX\d ZtR PX^ P_PXPXc[XU V WtPUR
Menurut Prayitno (2004) layanan konsultasi adalah layanankonseling oleh konselor terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga.Badan standar nasional pendidikan (2006) mengatakan layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
bimbingannya terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misal 1 tahun ajaran.
2. Fungsi-fungsi Layanan Konsultasi dalam Layanan Bimbingan Belajar
Menurut Prayitno & Amti (2004) ada empat fungsi layanan konsultasi, yaitu:
a. Fungsi pemahaman
b. Fungsi pencegahan
Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan , yaitu mencegah lebih baik mengobati . Slogan ini relevan dengan bidang bimbingan dan konseling yang sangat mendambakan sebaiknya individu tidak mengalami sesuatu masalah. Apabila individu tidak mengalami sesuatu masalah, maka besarlah kemungkinan ia akan dapat melaksanakan proses perkembangannya dengan baik, dan kegiatan kehidupannya pun dapat terlaksana tanpa ada hambatan yang berarti. Pada gilirannya, presatasi yang hendak dicapainya dapat pula semakin meningkat.
Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilaksanakan.Tetapi hal itu kebanyakan baru disebut-sebut saja, perwujudtanya yang bersifat operasional konkret belum banyak terlibat.
c. Fungsi pengentasan
Proses pengentasan masalah melalui pelayanan konselor tidak menggunakan unsur-unsur fisik yang di luar diri klien, tetapi menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri. Kekuatan-kekuatan (yang pada dasarnya ada) itu dibangkitkan, dikembangkan, dan digabungkan untuk sebesar-besarnya dipakai menanggulangi masalah yang ada. Di sangping itu, tahap aplikasi hasil konseling dan masalah terentaskan dari tahap proses konseling , sering kali terjadi justru dalam proses konseling itu sendiri sehinnga dengan demikian, proses konseling merupakan proses terpadu sebagai wadah pengentasan masalah.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
3. Upaya-upaya Peningkatan Peran Orangtua dalam Pendampingan Belajar Siswa
Setiap upaya yang dilakuakan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi:
i. Perilaku yang patut dicontoh , artinya setiap perilaku tidak sekedar perilaku yangbersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniru dan identifikasi bagi anak-anaknya.
ii. Kesadaran diri, Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan mendororng mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral. Oleh sebab ituorang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi dirimelalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.
4. efg hi j hk hhke fghl hk hkmno pq fi rghs
Sukardi (2008) mengatakan bahwa ada sejumlah pelayanan dalam bimbingan konseling disekolah, diantaranya sebagai berikut: a. Pelayanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.
b. Pelayanan informasi
Layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang perlu diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. c. Pelayanan penempatan dan penyaluran
d. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting di selengarakan di sekolah. Pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
e. Pelayanan konseling perseorangan (individual)
Konseling perseorangan (individu) adalah pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan konseli.
f. Layanan bimbingan dan koseling kelompok
Bimbingan kelompok dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.
g. Kegiatan penunjang
39 tu tv vv
wxyz { x|x} x~vyvu}
ada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, dan prosedur pengumpulan dan teknik analisis data.
u ns |n t
enelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode surve.tode surva digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu ang alamiah.eneliti melakukan pengumpulan data, misalna dengan menebarkan kuesioner. etosari 2010 mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian ang menjelaskan dan mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek maupun segala sesuatu ang terkait dengan variable-variabel ang dapat dijelaskan dengan angka-angka ataupun kata-kata.
eneliti ingin memperoleh gambaran mengenai deskripsi kecenderungan pola asuh orangtua siswa-siswi kelas
angudi uhur 1 laten dan implikasina pada usulan topik-topik progam.
t yp tu |n t
1. mpat : uang kelas , dan
angudi
u¡j¢k £¢n¢l¤t¤ ¥¦
§enelitian ini tergolong dalam penelitian populasi. §enelitian populasi merupakan penelitian wila¨ah generalisasi atau keseluruhan objek atau subjek
¨ang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu © ªugi¨ono, 2013«.§eneliti melakukan uji coba kuesioner dengan menggunakan siswa kelas kelas ¬ ® dengan jumlah 33 siswa. ªubjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas ¬ ª ¯§§°±²laten. ³umlah sub¨ek dalam penelitian adalah 85 siswa, ¨ang berasal dari kelas ¬ ´, ¬ µ dan ¬ ¶ ª¯§ §° 1 ²laten.
·incian siswa adalah sebagai berikut :
¸¥¡ ¢l¹º
» ¥¼ ¥ ¤sw¥½¢¾ ¥¿ÀÁÁ Á  ££Ãº½ ¾¥¼ ¢n
Äo ²elas ³umlah ªiswa ¨ang Åadir
³umlah ªiswa ¨ang Æ Çdak
Åadir
³umlah ªiswa ²eseluruhan
1 ¬´ 32 0 32
2 ¬ µ 32 2 34
3 ¦ 21 2 23
Æ ÈÆ´° 85 4 89
» Á¦struÉ¢n £¢n¢¾¤t¤ ¥¦
1. ÆÊknik §engumpulan Ëata
ÆÊknik pengumpulan data ¨ang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. ²uesioner merupakan teknik pengumpulan data
dengan pasti variabel Ìang akan diukur dan tahu apa Ìang bisa diharapkan respondenÍugiÌono Î2013Ï.
2. Ðnstrumen Ñengumpulan Òata a. Óuesioner Ñola Ôsuh Õrangtua
Ðnstrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner Ìang digunakan adalah kuesioner tertutup.ÔrtinÌa, responden menjawab pernÌataan Ìang alternative jawabannÌa sudah disediakan dalam lembar kuesioner dengan memberikan centang Î ) pada kolom alternatif jawaban yang dianggap tepat.Instrument yang digunakan berupa kuesioner Persepsi Pola Asuh Orangtua.Kuesioner yang disusun penelitian mengacu pada prinsip-prinsip skala liÖ×rt .Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011).
Dalam skala likert terdapat 5 alternatif jawaban, tetapi dalam kuesioner ini hanya digunakan 4 alternatif jawaban agar responden lebih jelas dalam menyatakan jawabannya, dan tidak cenderung memilih alternatif jawaban yang tengah atau netral. Pernyataan yang terdapat dalam instrument Pola Asuh ini terdiri dari penyataan positif
negative (ØÙÚÛÜÝØÞ Ûßà á) adalah pernyataan yang menunjukan kurangnya atau tidak adanya persepsi pola asuh orangtua yang baik. Instrument penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Norma skoring yang dikenakan dalam pengolahan data yang dihasilkan instrument ini ditentukan sebagai berikut :
âãä ål æçè
éorêãë ìírornîì å ïånðåîãñrun pòó ããôuõ orãnîöuã
Alternatif Jawaban Skor Favourable Skor Unfovourable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
÷øù úl ûüû
Demokratis 1. Pengawasanekstra ketat dan bersifat
3. Mandiri 1. Orangtuamengajarkan remaja untuk hidup mandiri
6. Orangtua tidak
memanjakan anak 3656 4666 4
2. Orangtua memberi
9. Membiarkan 1. Orangtua tidak memperhatikan
1. Orangtua lebih mementingkan pekerjaan dari pada anaknya
19
39 29 3
2. Orangtua melalaikan tanggungjawab terhadap remaja
49 59
69 3
,- ./01 21t/32 /4 r5l1/61l1t/s 15nstrumn
1. Validitas
Validitas menurut Azwar (2012) yaitu ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat
e
xpert judgement (Azwar, 2012). Untuk validitas isi peneliti menggunakan uji pakar yang dilakukan oleh dosen pembimbing saat bimbingan.
Proses penghitungannya menggunakan komputer progam SPSS versi 16.0 for windows dengan memakai rumus dari pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment. Berikut formula Pearson untuk komputasi koefisien korelasi item-total (Azwar, 2014).
= ∑ − (∑ )(∑ )/
i=skor item
X= skor angket n = banyaknya subyek
Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisian korelasi item dengan total item minimal sama dengan 0,30. Apabila nilai koefisien item kurang dari 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur.
KoL MoNO PsuQ PspRS TnU V SOtor
Demokratis 1. Pengawasanekstra ketat dan bersifat
keputusan 1. Orangtuamenghargai dan menghormati
3. Mandiri 1. Orangtua mengajarkan
7. Orangtua
kan 1. Orangtua tidakmemperhatikan anak
oq| v op v|vtow
2.Orangtua
anak-anak untuk mengemukakan pendapat
mengemukak
an pendapat n alasanketika saya pulang
yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya, disebut sebagai pengukuran yang reliable (Azwar, 2012). Pengukuran yang mempunyai rehabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpecaya, disebut sebagi reliabel Azwar (2007). Sukardi (2003) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien al¥¦cronbach ( ). Adapun Rumus koefisien reabilitas
alpa cronbach ( ) adalah sebagai berikut :
Berikut disajikan rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach (Sugiyono, 2008).
=
( − 1) 1 − ∑
Dimana:
K = mean kuadrat antara subjek
∑ = mean kuadrat kesalahan
§¨© ªl«¬ ®¯rªtr¯¨°u¯± ²or³
®´ª ² ¯µ ¯ªn ®orª±¨ µ ¯
®u¨± ¯ ²¯¶ ¨ µ¯
0,91 1,00 Sangat tinggi
0,71 0,90 Tinggi
0,41 0,70 Cukup
0,21 0,40 Rendah
Negatif 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner yang peneliti lakukan dengan menggunakan program spss 16.0 for windows, diperoleh hasil 0,751 dari 57 item dengan kategori tinggi.Berdasarkan hal tersebut, kueisoner ini layak untuk dijadikan alat penelitian.
·¬ ¸rosª³ur ¸ªn¹º »± ¨¼pu ³ ¨¼ §ª¶n¯¶½n¨±¯ µ ¯s ¾¨ ¿¨
jawaban.
3) Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan memasukan data kedalam komputer dengan bantuanÀ Ácrosoft excel.
4) Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi skor pada msing-masing item. Untuk pernyataan yang positif : skor untuk jawaban sangat sesuai (SS) adalah 4, sesuai (S) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 2, dan sangat tidak sesuai (STS) adalah 1. Untuk pernyataan negatif : skor jawaban Sangat Sesuai (SS) adalah 1, Sesuai (S) adalah 2, Tidak Sesuai (TS) adalah 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) adalah 4.
5) Kategorisasi
Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007).Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari tidak sesuai sampai dengan sangat sesuai.
ÑÅrÒÏtunÍÃ ÓÔ Õor
ËÃ ÌÅÍÎrÏÐÃ ÐÏ
X item ̅+ 1,5 Sangat Tinggi
̅+ 0,5 < X item ̅ + 1,5 Tinggi
̅ - 0,5 < X item ̅+ 0,5 Sedang
̅ - 1,5 < X item ̅- 0,5 Rendah
̅ - 1,5 X item Sangat Rendah
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
̅ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum.
(simpangan baku) : Luas jarang rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi.
Nilai minimum : 57 x 1 = 57
Simpangan baku : –
:
=
=
28,5Mean teoritik :
:
=
=
142,5Penetuan kategorisasi kecenderungan pola asuh orangtua secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Öר ÙlÚÛÜ Ý ×Þ ß àán×àßsßs â ×ã×ä åor æ ãÙç
èrétêréësìor íêntëî ïðìor èë ñê ïòóéëssé
X item ̅+ 1,5 >185 Sangat Tinggi
̅+ 0,5 < X item ̅+ 1,5 157-185 Tinggi
̅- 0,5 < X item ̅+ 0,5 128-157 Sedang
̅- 1,5 < X item ̅- 0,5 100-128 Rendah
tertentu. Kategorisasi item capaian skor kuesioner kecenderungan pola asuh orangtua, dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
Nilai maksimal : 85 x 4 = 340
Nilai minimal : 85 x 1 = 85
Simpangan baku : –
:
–=
42,5Mean teoritik :
:
=
212,5rtrsor nt or ss
X item ̅+ 1,5 >276,25 Sangat Tinggi
̅+ 0,5 < X item + 1,5 2345-276 Tinggi
̅- 0,5 < X item ̅+ 0,5 191-234 Sedang
̅- 1,5 < X item - 0,5 149-191 Rendah
̅- 1,5 X item <149 Sangat Rendah
Selanjutnya total dari setiap item dikelompokkan sesuai dengan kategori diatas. Item yang masuk dalam kategori yang tertentu akan dijadikan sebagai pedoman dalam membuat usulan-usulan topik bimbingan.
Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan analisis data:
1) Menyusun kuesioner pola asuh
2) Pengujian item kuesioner oleh dosen pembimbing
3) Pengumpulan data uji coba data validitas dan reliabilitas kuesioner 4) Melakukan uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner
5) Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas VIII di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten
61
B ! " #" $% &' ( ) #!#( % !* ) #" %'! &' ( ) #!#( % ! +! $' $(!
) ,-. ,"( /!! " !.!/ ! .'#' $ 0
1 23 456765 4t4 27
8 1 6923 2:;27r ;6 6<= 2> ?6743 =@5 2 23A B @:27C >u2D =@52 23AB E 27 C <67 ?29 4
; 6F67 96:u7 C 27 @: 27 C >u2 34 3w2 G3 4 3w4 ;6523 27 CA 9 4 uBu: 8
H5 2>671
I#J#!+ #,$!.!)- ( '$ &- ,!.%$' 'KL' 'K M#('NOOO P QRR!.$+ S$&$,
T I(%#! + ) #,- (#& +% ) #!#( % ! M$#' - ! #, )- ( ' $&* + ( M$M! %#M! M
!( ' ' +% +#!. ! % #M! M +#'M, ) % U M%#.- , ' +! ) ,#' #!%'# / !. + ' V M!
+(" % #(0 W#! ' )- ( '$& - ,!.%$ / !. +-" !! ) + ' 'KL' 'K M#( '
NOOO P QR R!.$+ S$ &$, T I(% #! +)% + .- (- !.M! " #!V+ ##,)
YZ[ \]^_`
a\ b ccd]db cZ ba\ ef\gfha\ b cZ fi j Z bk\ldm eZ nhf
o delZpqeht\ehZr m de
qZ n\ cd eh Rentang
Skor DistribusiItem Persentase
st uvwx ̅yz{|}
~ u
tt
> 3 3/15X100
= 20%
̅ y{|}stuvwx ̅yz{|}
tt 157-185 5 5/15X100
= 33%
̅ {|}stuvwx ̅y{|} ~v 128-157 7 7/15X100
= 47%
̅ z{|}stuvwx ̅{|}
v 100-128 0 0%
̅z{|}xst uvw ~ u
v
0 0%
Y dnZ]
z| z
vwuuvwvv
v u t uvw w v vw ut v t
vvtt ~ tz uv uutt
v u | t uvw w v vw ut v t
vvtt ~ tz uvutt
¡ v u ¢ t uvw w v
vw ut v t
vvtt ~ tz uvv
t uv u tuvw w v vw ut v
£¤ ¥¦ §¨© ª £«§¨¬¨ª ¦ª£ ®¨¯ ° £¯± ¯²± © ¨¯ ³ ¨´ µ ¨ ¬¶· ¨ ¨¸±´ §£ ¶©«¨ª¦¸ ³ £« §¨¸ ¨«©¨ ¯
§¨«¦¬ £«¸ £¬ ¸¦¸¦¸µ¨¹ º»» ¨¯°± §¦¼±´± «½¾ ·¨ª £¯¸ ¨¯°¨ª«£¯§ ¨´¤
¿ ÀÁ ÂÃÄÅÆ
ÇÂÈ ÉÉÊÃÊÈ É ÀÈÇÂËÌ ÂÍÌÎÇÂÈ É ÀÌÏ ÐÀÈÑÊ ËÎt tÂË
ÒÊ ËÓÀÔÕËÎt ËÎÀ Ö × Ê Ë ÕÀØÂÉÊËÎ Rentang
Skor DistribusiItem Persentase
Ù¦ ª £Ú ̅Û½ÜÝÞ
¹¨¯°¨ª
¥¦¯°°¦
>ßàá 5 5/21X100=
24%
̅ ÛâÜÝÞãÙ¦ª£Ú ̅Û½ÜÝÞ ¥¦¯°°¦ 157-185 7 7/21X100=
33%
̅ äâÜÝÞãÙ¦ª£Ú ̅ÛâÜÝÞ ¹£§¨¯° 128-157 9 9/21X100=
43%
̅ ä½ÜÝÞãÙ¦ª£Ú ̅äâÜÝÞ å£¯§¨´ 100-128 0 0%
̅ä½ÜÝÞÚÙ¦ ª £
¹¨¯°¨ª
壯§¨´
æßçç 0 0%
¿Ê ØÀÃ
è½ ½ ââé
» £¯°¨¨ª¨¯¬ ¨§ ¨ª¨³ £· £¯£«¨¯ °© ¨¯³ ¨´µ¨ê
¨¤ ¥£«§¨¬¨ª Ý ¦ª£ ®¨¯ ° £¯± ¯²± ©¨¯ ³ ¨´µ ¨ ¬ ¶·¨ ¨¸±´ ¶ª¶«¦ ª £« ³ £«§¨¸ ¨« ©¨¯ §¨«¦
¬ £«¸£¬ ¸¦¸¦ ¸µ ¨¹ º »» ¨¯°± §¦¼±´± «½¾ ·¨ª£¯¸ ¨¯ °¨ªª¦ ¯°°¦¤
³¤ ¥£«§¨¬¨ª ë ¦ ª £ ®¨ ¯ ° £¯± ¯²± ©¨¯ ³ ¨´µ ¨ ¬ ¶· ¨ ¨¸±´ ¶ª ¶«¦ª£ « ³ £«§¨¸ ¨« ©¨¯ §¨«¦
¬ £«¸£¬ ¸¦¸¦ ¸µ ¨¹ º »» ¨¯°± §¦¼±´± «½¾ ·¨ª£¯ª¦ ¯°°¦¤
ì¤ ¥£«§¨¬¨ª í ¦ª£ ®¨¯ ° £¯± ¯²± ©¨¯ ³ ¨´µ ¨ ¬ ¶·¨ ¨¸±´ ¶ª¶«¦ ª £« ³ £«§¨¸ ¨« ©¨¯ §¨«¦
îï ðñîòó ôõöîò ÷ò ô ñ ôõø ùòú û øõúüúýüóòú þòÿ ò ÷ ò ò üÿ ô ö ñôõö þõöîò òöóòú
Skor DistribusiItem Persentase
#ñôõø$ ̅%&'( òúûò ô
ðñúûûñ 157-185 6 6/11X100=
55%
/õúîòÿ 100-128 1 1/11X100=
78 9: ;<= >?@;<A<> : >?B C<D E B? DF DGF =<D H<IJ < AK L < <M FI A?@B: MM : N? O:D;F LE? D>
H?@ ;<M <@ =<D;<@:A?@M? AM:M :M J <PQRR<DEF ;:SFI F@TU L <>? DM? ; <D E8
;8 9?@;<A <> T : >?B C<D E B ?DF DGF =<D H <IJ< AKL < <M FI A?@B: MM :N?O: D;F L E? D>
H?@ ;<M <@ =<D;<@:A?@M? AM:M :M J <PQRR<DEF ;:SFI F@TU L <>? D@? D;<I 8
?8 9: ;<= >?@;<A<> : >?B C<D E B? DF DGF =<D H<IJ < AK L < <M FI A?@B: MM : N? O:D;F LE? D>
H?@ ;<M <@ =<D;<@:A?@M? AM:M :M J <PQRR<DEF ;:SFI F@TU L <>? DM <D E<>@?D;<I 8
V WX YZ[\[
]Y^__`Z`^_W^]YabYc b d]Y^_Wb efW^Permissive-indiferent
g`ahWijadtYadWk l`a jWm Y_` ad Rentang
Skor DistribusiItem Persentase
n: >?Bo ̅pTqrs
P<DE<>
9: DEE:
>tu v 4 4/10X100
= 40%
̅ pwqrsxn:>?Bo ̅pTqrs
9: DEE: 157-185 4 4/10X100
= 40%
̅ Owqrsxn:>?Bo ̅pwqrs
P ? ;<DE 128-157 1 1/10X100
= 10%
̅ OTqrsxn:>?Bo ̅Owqrs y? D;<I 100-128 1 1/10X100 = 10%
̅OTqrson: >?B
P<DE<>
y? D;<I
zt{{ 0 0%
V`m WZ T w T ww|
R ? DE<B<><DA<; <><H? LB? D?@<D E= <DH <IJ<}
<8 9?@;<A<> ~
:>?B C<DE B ? DF DGF = <D H <IJ< AKL < <MFI A?@B: MM : N? O:D;:?@?D>
B
¡ ¢¢¢
£ ¤
¥¦§ ¨©ª«¬
® ¨¯¨°t¦¯¨±t¨²³ ©¦´¯µ ¶· ®¦°¸¹u¦
º³« ³ © ¦´¯µ ¶ » ¦° ¸ ¦¹
¥¼ °¸¸ ¼
T
inggi Sedang Rendah Sangat Rendah
A D
½¾¿ 33% 47% 0% 0%
2 À Á
½¿ 33% 43% 0% 0%
3 A ÂÃÄ ÅÆ Ç ÇÆÈÃ É
Æ ÊËÌÍÎÃ ÊÏ
ÐÑ¿ 55% 0% 9% 0%
4 Polas Asuh
Permissive-indiferent