• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

5. Aspek-aspek kemandirian belajar

Menurut Davis (dalam Nurhayati, 2011, hal 74), kemandirian belajar mencakup tiga aspek yaitu : kemandirian belajar dalam aspek

pengetahuan, kemandirian dalam aspek sikap, kemandirian dalam aspek ketrampilan.

a. Indikator mahasiswa yang memiliki kemandirian dalam aspek pengetahuan antara lain bila mereka mengetahui dan memahami disiplin akademik, termasuk sanksinya, baik sanksi administratif dan sanksi moral yang dipahami dapat merugikan dirinya. Mahasiswa yang kurang cerdas kognisinya, cenderung kurang mengindahkan kedisiplinanya. Mahasiswa dengan kemandirian dalam aspek pengetahuan akan mengetahui dan memahami dasar-dasar ketrampilan tertentu yang penting bagi kehidupan dan pembelajarannya, misalnya mereka tahu dan paham strategi mengikuti pelajaran kelas secara efektif, teknik membaca, atau presentasi. Disamping itu mahasiswa dengan kemandirian dalam pengetahuan akan tahu dan paham pentingnya menjalin hubungan antar sesama yang berguna untuk mengembangkan kemampuannya, mereka juga tahu dan paham hubungan seperti apa yang perlu dijalin sesama atau dengan orang lain yang relevan.

Dengan demikian, mahasiswa yang mandiri tidak berarti mereka mengisolisir diri dari pergaulan sosial, tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dapat bersosial, dan dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan dirinya, dan yang tidak kalah pentingnya bahwa mahasiswa dengan

kemandirian yang memadai tahu nilai kemandirian, seperti prinsip-prinsipnya, urgensinya, dan implikasi dari kemandirian terhadap kemajuan belajarnya atau kehidupannya secara luas.

b. Kemandirian mahasiswa juga dapat dilihat dari aspek sikap, untuk mengembangkan kemandirian dalam sikap, mahasiswa dapat dilatih oleh dosen atau pembimbing dengan latihan motivasi dan latihan meluaskan kemampuan mereka dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Kemandirian mahasiswa juga dapat terlihat dalam aspek sikap dengan indikator seperti ini: mereka mampu bersikap mandiri dan profesional dalam memahami sifat kemandirian, mereka juga bersikap mandiri dan profesional dalam berkomitmen terhadap kemandirian yang ditunjukan dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, pantang menyerah sebelum berusaha, percaya diri terhadap kemampuan sendiri, dan memiliki keyakinan bahwa usahanya yang maksimal akan dapat mencapai tujuan dan cita-citanya.

Indikator lainnya adalah mereka juga mampu bersikap mandiri dan profesional dalam melakukan sesuatu secara mandiri di mana pun dan kapan pun, termasuk mereka tahu kapan saatnya memerlukan bantuan orang lain, dan kapan saatnya dapat membantu orang lain.

c. Kemandirian mahasiswa juga dapat dilihat dari aspek ketrampilan, mahasiswa dapat dilatih oleh dosen atau pembimbing dengan latihan

menyelesaikan suatu tugas dalam waktu yang telah ditentukan, kemudian dilihat bagaimana mereka melakukan prosedurnya, dan bagaimana hasilnya. Mahasiswa yang mandiri dapat dilihat indikatornya dalam aspek ketrampilan seperti: mereka terampil melakukan prosedur-prosedur akademik yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu tugas belajar, dan mereka juga dapat mengikuti prosedur-prosedur itu tanpa hambatan berarti. Indikator lainnya yang dapat terlihat adalah mereka terampil bergaul dengan orang lain secara sukses, dapat diterima oleh orang lain, tidak merugikan orang lain dan dapat memetik manfaat dari pergaulan tersebut.

Tiga aspek dalam kemandirian belajar memiliki batasan masing-masing pada setiap aspek. Aspek kemandirian belajar dalam aspek pengetahuan memiliki batasan pada kemandirian yang berasal dari pikirannya, dalam aspek pengetahuan merupakan kemandirian yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemahaman diri., dan aspek kemandirian dalam aspek sikap memiliki batasan pada kemandirian dalam aspek keterampilan pelaksanaannya kemandirian belajarnya. Contohnya, waktu belajar, tempat belajar, sumber belajar. Aspek kemandirian dalam aspek ketrampilan memiliki batasan pada kemandirian dalam aspek sikap merupakan kemandirian yang menuntut siswa untuk mempunyai sikap-sikap yang mendukung sebagai siswa yang mandiri.

Aspek-aspek kemandirian belajar tersebut yang akan digunakan sebagai aspek dalam pembuatan indicator dan pembuatan kuesioner tentang tingkat kemandirian belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2013. Setiap aspek akan dijabarkan dalam indikator dan item-item berupa pernyataan.

B. Tahap Masa Dewasa Dini

1. Pengertian Tahap Masa Dewasa Dini

Karena subyek penelitian adalah mahasiswa, mahasiswa masih tergolong dalam masa dewasa dini. Masa dewasa, yaitu periode yang paling panjang dalam kehidupan, umumnya dibagi atas tiga periode taitu:

a. Masa dewasa dini, dari umur 18 tahun hingga kurang lebih 40 tahun, saat peruban-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan produktif.

b. Masa dewasa pertengahan atau “setengah umur”, dari kira-kira usia 40 tahun hingga kurang lebih usia 60 tahun.

c. Masa dewasa akhir atau “usia lanjut”, dari usia 60 tahun hingga meninggal dunia. (Hurlock, 1991: 246)

Menurut Hurlock (1991: 272) “masa dewasa dini adalah masa pencarian kemantapan dan masa produktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri diri pada pola hidup yang baru”.

Masa dewasa dini adalah masa perubahan dari remaja ke dewasa, masa dewasa dini adalah masa dimana individu harus banyak merubah sikap-sikapnya pada masa remaja yang tidak sesuai lagi jika dibawa ke masa dewasa dini.

2. Ciri-Ciri Masa Dewasa Dini

Menurut Hurlock (Jahja, 2011: 246) masa dewasa awal atau masa dewasa dini adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketergantungan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran usia antara 21 sampai 40 tahun.

Hurlock (1991 : 246) juga menjelaskan masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode ini sangat sulit sebab sejauh ini sebagian besar anak mempunyai orangtua, guru, teman atau orang-orang lain yang bersedia menolong mereka mengadakan penyesuaian diri. Sekarang, sebagai orang dewasa, mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri.

a. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai

Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu kini dilihat dari kaca mata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan sosial, karier dan kepuasan pribadi.

Akibat dari nilai-nilai yang berubah seperti itu, banyak orang dewasa yang semula putus sekolah atau Universitas memutuskan untuk belajar kembali menyelesaikan pendidikan mereka. Banyak yang merasakan kegiatan belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka terus mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi.

Dokumen terkait