• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

7. Aspek-Aspek Madrasah Diniyah

Nizah (Jurnal PPI, No. 1, April 2016:192-199), menyebutkan ada beberapa aspek yang masih memperkokoh eksistensi madrasah diniyah adalah sebagai berikut:

a. Aspek kelembagaan

Madrasah diniyah memiliki variasi kelembagaan cukup banyak, ada yang diselenggarakan oleh pesantren, masyarakat (ta‟mir masjid), perorangan atau yayasan dan organisasi (sosial-keagamaan).Dalam kategori sistem pendidikan nasional, Madrasah Diniyah ada yang termasuk dalam pendidikan jalur formal dan jalur nonformal.

Secara umum lembaga madrasah diniyah menghadapi problem, diantaranya:

1) Dari aspek penyelenggaraannya, banyak madrasah diniyah yang kepemilikannya beragam (dibawah organisasi keagamaan, yayasan,

milik pribadi, dan pesantren). Hal ini menimbulkan permasalahan terutama berkaitan dengan orientasi dan kepentingan.

2) Kuantitas madrasah diniyah yang tidak diimbangi dengan kualitas SDM (pengelola maupun pengajar).

3) Hambatan psikologis, karena merasa sebagai pemilik atau pendiri yang membina madrasah sejak awal, sebagai pengelola (tokoh agama, organisasi keagamaan, dan yayasan) tidak mudah menerima perubahan yang datang dari luar, termasuk dari pemerintah.

b. Aspek Manajemen

Pelaksanaan manajemen di Madrasah Diniyah secara umum belum dapat dikatakan maksimal.Ada beberapa kendala yang membuat manajemen di suatu madrasah tidak terkelola dengan baik.Ketidakjelasan dalam pemisahan kepemimpinan dengan tenaga pendidik, adanya tumpang tindih dalam menjalankan kewenangan, sehingga terkadang tugas kepala sekolah merangkap pengelola keuangan dan lain-lain.

Mekanisme perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak professional, sehingga pengelolaan lembaga dan pelaksanaan pembelajaran menjadi carut marut, hal ini tentunya berimbas pada kualitas pembelajaran di madrasah.

c. Tenaga Pengajar

Membincarakan persoalan insentif (bisyaroh) bagi guru madrasah diniyah sampai saat ini masih belum dapat dikatakan “layak”.Karena prinsip keikhlasan, terkadang membuat pengelola Madrasah Diniyah

tidak terlalu memikirkan gaji.Yang terpenting dari adanya guru di Madrasah Diniyah adalah kemauan untuk mengajar siswa sesuai dengan keilmuannya.Latar belakang pendidikan terkadang tidak menjadi prioritas.

Pekerjaan guru Madrasah Diniyah sering disebut pekerjaan sampingan atau dalam istilah jawa biasa disebut samben.Profesionalitas bagi guru Madrasah Diniyah bukan menjadi hal yang utama.Sehingga yang mengajar siswa di Madrasah Diniyah dapat dikatakan “siapa yang mau dan sempat”.

d. Keadaan Siswa

Maraknya sekolah dengan konsep “terpadu”, yang memadukan kurikulum mata pelajaran agama dengan kurikulum mata pelajaran umum, dengan durasi waktu sampai jam 15.00, membuat keadaan siswa di Madrasah Diniyah semakin berkurang.

e. Pendanaan

Pendanaan di Madrasah Diniyah umumnya langsung dikelola oleh penyelenggara lembaga pendidikan.Dana tersebut setidaknya berasal dari dari uang sekolah (SPP), biaya pendaftaran/ujian, donasi dari dermawan atau masyarakat yang peduli dengan madrasah diniyah, serta zakat, infak/sadaqah.

Penggunaan dan pengelolaan dana di Madrasah Diniyah untuk operasional madrasah termasuk gaji guru dan karyawan. Adapun

pendanaan yang berkaitan dengan fasilitas dan sarana prasarana terkadang tidak terfikirkan karana minimnya dana.

f. Sarana dan Prasarana

Fasilitas di Madrasah Diniyah, pada umumnya tidak seideal keadaanya di sekolah (pagi).Keadaannya sederhana, yang terpenting adalah adanya tempat atau ruang belajar, papan tulis dan tempat duduk, sehingga pembelajaran tetap berjalan.

Departemen Agama RI (2001:57) dinyatakan bahwa sarana pendidikan hendaknya tersedia dan cukup memadai guna menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran. Sarana pendidikan ini meliputi: alat pengajaran, alat peraga pendidikan, media pengajaran dan kelengkapan Madrasah Diniyah lainnya seperti perpustakaan.

Prasarana pendidikan memegang peranan penting dalam penyeenggaraan pendidikan di Madrasah Diniyah yang secara tidak langsung juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Prasarana pendidikan meliputi kelas, tanah dan bangunan lain seperti kantor, dan masjid sebagai sentral kegiatan Madrasah Diniyah. Agar proses pendidikan berlangsung dengan baik, maka prasarana pendidikan hendaknya memenuhi syarat (aman, nyaman, dan sehat).

g. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakuriler adalah kegiatan di luar jam pelajaran dan waktu-waktu yang telah ditentukan, yang dilakukan di dalam atau di luar Madrasah dengan satu tujuan untuk memperluas wawasan dan

pengetahuan santri. Hal itu mengenai hubungan antara berbagai bidang pengembangan/mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat.Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dalam waktu-waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2001:57).

Kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Diniyah ini dalam Departemen Agama RI (2001:57-59) hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

(1) Materi kegiatan yang dapat memberi pengayaan bagi santri. (2) Sajauh mungkin tidak terlalu membebani santri.

(3) Memanfaatkan potensi dan lingkungan. (4) Memanfaatkan kegiatan keagamaan.

Kegiatan ekstrakurikuler ini diarahkan dalam rangka pengembangan seluruh potensi yang dimiliki santri, seperti:

1.Bidang keagamaan

Pada bidang ini diharapkan santri dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam kegiatan keagamaan seperti seni baca al- Qur‟an, kaligrafi, tahfidz, qiro‟ah, dan lain-lain.

2.Bidang kesenian

Pada bidang ini diharapkan santri memiliki potensi yang luas dalam kegiatan kesenian seperti seni hadrah, berjanji, rebana, gambus, dan qasidah.

3.Bidang olahraga

Pada bidang ini diharapkan santri dapat memiliki keahlian dalam upaya memasyarakatkan olahraga, disamping untuk kesehatan jasmani secara langsung juga menyehatkan rohani dan keluasan pandangan.

h. Kegiatan Evaluasi Pembelajaran

Setiap pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, maka harus dibarengi dengan adanya evaluasi belajar, sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar.Meskipun madrasah diniyah dikategorikan dalam pendidikan tradisional namun tetap saja diberlakukan evaluasi dengan istilah imtihan.

Evaluasi atau penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh, tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh santri melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dengan itu dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya (Departemen Agama RI, 2001:62).

Penilaian hasil belajar di Madrasah Diniyah berfungsi antara lain: 1) Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar memperbaiki

cara mengajar, mengadakan perbaikan bagi santri dalam hal cara belajar dan penggunaan waktu belajar.

2) Menentukan hasil kemajuan belajar santri yag diperlukan untuk laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas atau penentuan lulus tidaknya santri.

3) Mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan lingkungan santri terutama yang mengalami kesulitan belajar. Fungsi ini sebagai dasar untuk memecahkan masalah kesulitan belajar siswa serta dasar untuk melakukan bimbingan yang sebaik-baiknya.

4) Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan dengan tujuan yang hendak dicapai.

5) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyelesaian, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik- baiknya(Departemen Agama RI, 2001:62-63).

Bentuk evaluasi hasil belajar di Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren biasanya dilakukan melalui 3 tahap, yaitu ujian individual atau ujian lisan, tahap ujian tulis, dan ujian praktek.

i. Kurikulum Madrasah Diniyah

Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama.Sepanjang

perjalanan sejarah madrasah diniyah mengalami dinamika, sehingga terjadi pasang surut dalam perkembangannya.

Menurut Nizah (Jurnal PPI, No. 1, April 2016:192-199), ada beberapa kelemahan dalam penerapan kurikulum yang masih diberlakukan di Madrasah Diniyah dan kurang sesuai, diantaranya: (1) Belum ada kurikulum tertulis, artinya tidak ada panduan dalam

penerapan kurikulum. Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa dalam membaca al-Quran dan kitab kurning.

(2) Kurikulum hanya dipahami sebatas pada penggunaan buku ajar yang dijadikan acuan belajar tidak adanya Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar. Tidak adanya target belajar tertentu dengan berpedoman pada RPP.

(3) Ketersediaan SDM yang kurang kompeten, sehingga pembelajaran bukan didasarkan pada kebutuhan siswa namun lebih didasarkan pada kewajiban. Artinya adanya anggapan guru ketika sudah mengajar maka akan gugur kewajibanya.

Sedangkan Kholiq (Jurnal at-Taqaddum, Vol. 5, Nopember 2013: 245-246) menjelaskan bahwa problem mendasar yang terkait dengan kurikulum Madrasah Diniyah adalah:

1. Beragamnya kurikulum Madin menyebabkan tidak adanya standarisasi yang jelas, sehingga kesulitan dalam quality control madrasah.

2. Kurikulum Madin pada umumnya disusun tergantung kecenderungan guru atau pendirinya. Kurikulum tidak disusun berdasarkan kebutuhan dan karakter anak, sehingga sering terjadi kesenjangan dalam kurikulum baik terjadi antar maple ataupun antara mata pelajaran dengan kondisi siswa yang sebenarnya.

3. Kurikulum Madin biasanya kurang bisa mengadaptasi perkembangan zaman, pada umumnya lebih mencerminkan menjaga tradisi daripada menyesuaikan perkembangan zaman.

Departemen Agama RI (2000:14-18), dalam melaksanakan Kurikulum Madrasah Diniyah, ada beberapa yang harus diperhatikan yang memungkinkan pendidikan di Madrasah Diniyah benar-benar efektif dan efisien. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Fleksibilitas Program

Guru memperhatikan anak didik (kecerdasan, kemampuan, pengetahuan yang telah dikuasai), metode-metode mengajar yang akan digunakan harus sesuai dengan sifat bahan pengajaran dan kematangan anak didik. Bahan pengajaran juga harus disesuaikan dengan kemampuan anak didik. Hal demikian akan menimbulkan motif dan minat anak untuk belajar sehingga tidak membosankan. b) Berorientasi kepada tujuan

Sebelum menentukan waktu dan bahan pelajaran terlebih dahulu di tetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh murid dalam

mempelajari suatu mata pelajaran (bidang study).Atas dasar pertimbangan di atas maka waktu yang tersedia di Madrasah Diniyah harus benar-benar dimanfaatkan bagi pengembangan kepribadian anak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Madrasah Diniyah.

c) Efektifitas dan Efisiensi

Tujuan utama menyelenggarakan Madrasah Diniyah adalah untuk melengkapi dan menambah perolehan pendidikan agama Islam yang didapat siswa di sekolah umum yang hanya 2 jam pelajaran perminggu. Karena banyaknya bahan pelajaran serta padatnya kegiatan yang menyita perhatian, energi dan waktu siswa, maka penyelenggaraan proses belajar mengajar di Madrasah Diniyah harus diupayakan efektif dan efisien.

Dalam menyusun jadwal pelajaran jangan terlalu kaku berpegang kepada alokasi waktu dalam susunan program. Misalnya bahan pengajaran yang dialokasikan sebanyak 18 jam pelajaran perminggu dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dengan sistem paket atau pesantren kilat pada hari Ahad.

d) Kontinuitas

Bahan pengajaran disusun untuk setiap mata pelajaran harus jelas hubungannya antara pokok bahasan yang diberikan kepada semua tingkatan (Awaliyah, Wustha, „Ulya).Para pelaksana (terutama

guru) diharapkan dapat memahami hubungan antara mata pelajaran yang diberikan pada setiap tingkat.

e) Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan itu untuk semua dan berlangsung seumur hidup.Ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya dan semua warga negara dapat belajar terus.Masa sekolah bukan satu-satunya masa bagi setiap orang harus belajar, melainkan sebagian dari waktu belajar yang berlangsung seumur hidup. Proses yang demikian dikehendaki pula oleh ajaran agama Islam dengan mewajibkan menuntut ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat, tanpa batas ruang dan waktu

Masyarakat Islam tentunya tidak ingin melihat keberadaan Madrasah Diniyah sebagai sebuah lembaga yang keberadaannya hanya sebagai pelengkap.Perlu pemikiran yang cukup brilian agar keberadaannya tetap menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, sebagaimana awal kemunculannya di Indonesia, eksistensinya perlu dijaga dan dikembangkan.

Menurut Nizah (Jurnal PPI, No. 1, April 2016:192-199) ada beberapa langkah yang perlu dijadikan langkah taktis untuk mempertahankan eksistensi Madrasah Diniyah, diantaranya:

1. Penyelenggaraan dan pembekalan bagi guru-guru madrasah diniyah berkaitan tentang materi, metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dan karakteristik daerah.

2. Perlu adanya distribusi buku-buku pelajaran standar Madrasah Diniyah untuk wilayah-wilayah yang tidak atau belum memiliki kurikulum standar.

3. Penyelenggaraan pengawasan, pembinaan, dan pendampingan bagi setiap Madrasah Diniyah di berbagai wilayah meliputi manajemen, pembelajaran dan lain-lain.

4. Membangun kerjasama dengan pemerintahan-pemerintahan lokal, terutama berkaitan dengan alokasi dana. Kerjasama dengan pemerintah lokal diharapkan dapat membantu, minimal dalam hal pendanaan dan pemenuhan sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran.

8. Dampak Kebijakan Full Day School Terhadap Madrasah Diniyah

Dokumen terkait