• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi

I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan

Aspek berasal dari kata bahasa Inggris yang di-Indonesiakan, yaitu “aspect”. Dalam bahasa Inggris aspect berarti (1), segi (kata benda), contohnya“consider every aspect the situation!: pertimbangkanlah situasi itu dari tiap segi”, (2), roman, muka, contohnya “of aspect person”. Dalam kamus bahasa Inggris The New Oxfor Dictionary of English dicontohkan dengan kalimat “a particular way in wich something may be considered”. Term derivatifnya adalah “aspectual” yang berhubungan dengan kata sifat (adjective). Kata aspect berasal dari bahasa Latin, yaitu aspectus, yang berarti indikasi tindakan/aksi, atau suatu cara melihat sesuatu(denoting the action or a way of looking at something).64

Aspek-aspek minat menurut taksonomi Bloom menekankan pola hubungan yang kuat antara individu terhadap objek dengan melibatkan ekspresi afektif diri seseorang, yang terdiri dari (1), penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran dan kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih, (2), menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan, (3), penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori peneriman, pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu, (4), organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai, (5), pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.65

Sub pertama dan kedua merupakan dimensi minat “Acceptance

Rejection” mengadopsi dari Fryer, bahwa keberadaan minat itu

64

The New Oxford Dictionary of English, artikel diakses pada 24 Oktober 2008 dari program aplikasi komputer iFinger 3.0.

65

Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin- suka. info/index. php? option= com. Frontpage &Itemid=1.

berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. 66 Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, atau aktivitas tersebut maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu; menolak atau menerima. Contohnya seorang santri lemka, jika ia menerima secara utuh berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat atau kurang berminat atas stimulus faktor-faktor atau fenomena situasi yang terjadi antara subjek dengan objeknya.67

Teori Drever menguatkan pernyataan diatas, bahwa hubungan minat dengan komponen kognisi dan emosi terbagi dalam dua pengertian, yaitu fungsional dan struktural.68 Secara fungsional, minat menunjukkan suatu pengalaman perasaan terhadap suatu objek yang dianggap berguna bagi dirinya. Kegunaan yang dibutuhkan ini dalam istilah Psikologi disebut “worthwhileness”. Selanjutnya, individu melakukan sejumlah tindakan-tindakan tertentu untuk mendapatkan worthwhileness tersebut. Biasanya pola ini pemenuhan kebutuhan kecakapan skill dan pengalaman-pengalaman atas objek yang diminatinya. Sebagai contoh, latihan menulis ayat-ayat al-Quran dianggap sebagai skill dan bekal penghidupan di masa yang akan datang.

Secara struktural, minat menunjukkan suatu sikap individu baik bawaan atau karena perolehan terhadap objek khusus yang cenderung memenuhi kebutuhan perasaan. Kebutuhan perasaan ini dinilai memberikan kesenangan dan sensasi bagi dirinya. Jadi, minat menurut teori Drever ini secara struktural adalah pemenuhan kebutuhan emosional. Kebutuhan yang diharapkan dapat berupa kesenangan atau keasyikan

66

Bernstein & Peggy,Essencial of Psychology,...,h. 236

67

Menerima yang dimaksud disini adalah mengikuti program diklat yang dirancang untuk memenuhi minat awal dan kebutuhan dasar santri dalam memperoleh pendidikan dan skill dari pesantren Lemka.

68

Stephen J,The Penguin Dictionary of Psychology,..., h. 142

(pleasure). Sebagai contoh, menulis ayat-ayat al-Quran atas anjuran Nabi SAW seperti yang dikatakan oleh D. Sirojuddin AR tidak lain menanamkan kecintaan terhadap Tuhan dan agamanya, dan menawarkan suasana penyejuk hati bagi sang khattat, sekaligus memberikan maslahat atas kemandirian masa depan secara ekonomi.69

Teori minat diatas tidak jauh berbeda dengan teori minat menurut Lefrancois. Lefrancois mengatakan bahwa pola hubungan minat komponen kognisi dan emosi disebut dengan “need-drive theory”. Teori

ini menjelaskan bahwa untuk menanamkan minat dan

mempertahankannya, seseorang harus berusaha atau bertindak secara fokus dan kontinu. Lebih lanjut, ia berkata: “need-drive theory offers one way to define pain and pleasure. A need is a specific or general state of deficiency or lack, within an organism. Drives, however are the energies or the tendencies to react that arre aroused by needs. Example, hungry, food, and gaining the food”.70

Seseorang yang berminat terhadap suatu objek akan menaruh perhatian fokus. Objek tersebut memberikan suatu kesan yang membekas pada dirinya. Tanggapan terhadap kesan tersebut menimbulkan kesadaran, selanjutnya ia menyadari bahwa objek itu memberikan keuntungan baginya. Hal ini ditandai dengan adanya persetujuan untuk memenuhi kemauan dan kepuasan. Setelah itu, ia memberikan penilaian baik dan buruknya, berarti atau tidaknya, dan berguna atau tidaknya objek tersebut bagi dirinya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Dalam istilah psikologi, penilaian ini disebut utility.71 Pada tahap ini seseorang menetapkan sebuah komitmen terhadap nilai-nilai (meaningfull/ meaningfullness) tersebut. Pada tahap ini disebut dengan “making a decitions”.

69

Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,

(Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17.

70

Guy R. Lefrancois, Psychology of Teaching, 5th. Edition, (California: Wadworth Publishing Comp., 1985), h. 310.

71

Doughlas a. Bernstein & Peggy W. Nash, Essencial of Psycholgy, (New York: Houghton Mifflin Company, 1999), h. 235.

“Making a decitions” adalah dimensi minat sub ketiga dari teori taksonomi Bloom diatas, yang merupakan suatu aspek minat dalam penetapan keputusan atau komitmen atas beberapa pertimbangan yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi dirinya. Menurut Dr. Jalaluddin Rahmat M.Sc, penetapan keputusan memberikan implikasi jangka panjang bagi kehidupan seseorang. Komponen kognisi dan emosilah yang bekerja didalam aspek minat ini (dimulai dari receiving hinggamaking a decition).72

Pada tahap selanjutnya disebut valuing, yaitu dimensi minat sub keempat dan kelima teori aspek minat taksonomi Bloom diatas. Valuing mencakup keyakinan sebagai manifestasi antar emosi seorang khattat terhadap kaligrafi yang didukung penuh atas ajaran Islam, yang pada akhirnya menjadi landasan atau falsafah hidupnya.

Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang berjudul Huzn al-Khat Min Asma al-Funun (kaligrafi adalah seni yang paling unggul) dalam kitabnya Nas’at wa Thatawwur al-Kitabat al-Khattiyyah dalam tulisan Fauzi Salim Afifi mengutip dari Makin mengekspresikan kaligrafi sebagai keyakinan dan falsafah hidup dalam bait-baitnya sebagai berikut:

“Aku telah meminum seni dari mata air yang paling manis, dan kaligrafi adalah seni yang tertinggi”

“Eloknya tulisan adalah bersinarnya tiap hati, enaknya badan, dan nikmatnya mata”

“Indahnya tulisan bagi orang-orang fasih bak mahkota bersinar, karena kecantikannya di atas batok kepala”

“kaligrafi adalah ucapan dimana huruf kaf berbangga, dimana Allah telah menitahkan dari huruf kaf dan nun”

“Dan telah kuperindah tulisan, supaya bagus para makhluk sepanjang hari ayat-ayat seni”

”Telah kutulis sebuah mushaf mahal dengan khat naskhi yang diukir dengan tangan kanan”

“Hafiz Usman telah mengangkat kaligrafi ini dalam seninya yang menyinari, laksna mentari pagi hari yang benderang”

“Mukjizat menambahkan keindahan atas malam-malam, tiap waktu dan masa”

72

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet., ke-16, h. 70.

“Antusiasku pada khat ketika usiaku 10 tahun, dan menjadi kecenderungan dan esok menjadi keyakinanku”

“Mata di depannya menjadi bingung, adakah yang terlihat sekelompok pengendara ataukah penyebar agama?”

“Dengan kaligrafi kehidupan berlalu dengan cepat, maka kaligrafi berada di bagian depan perahu itu”

“Dengan kaligrafi kuarungi lautan ilmu, dengan seni ucapan berpagarkan hiasan nan manis”

“Esok, perbendaharaanku yang amat berharga, tanganku banyak berhias permata, gedung yang mahal harganya”73

Syair diatas seolah-olah menjadikan kaligrafi sebagai kecenderungan jiwa yang tiada habisnya, sebab begitu kuatnya keyakinan itu dilandasi dengan ajaran al-Quran dengan mukjizatnya yang teragung. Hal senada didukung kuat oleh Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang begitu mencintai kaligafi, dan tertanam kuat di jiwanya. Ia berkata:

“Ghirahku pada kaligrafi bagaikan dilukai musuh, dan kan kutebus dengan jiwa dan tangisan”

“Kepayanganku pada kaligrafi seakan-akan daku bagai Kais Laila, namun bukan pula karena kerasukan jin atau pun sakit ingatan”

“Dan kujaga sepenuh hatiku kesucian kaligrafi, untuk kekuatan dan kesucian yang terjaga”

“Hai orang yang berilmu, sesungguhnya khat adalah seni tersendiri bagai sesuatu yang diikat dalam bui”

“Kapan semuanya sepi darinya, hingga kita dapat melihatnya dengan suasana hati yang asih”

“Ketika engkau menghendaki kesuksesan bagusnya tulisan dan martabat di alam ini, maka berhiaslah”

“Pilihlah tiga hal, berpedomanlah pada tiga hal ini, karena ketiganya adalah dasar tertentu kilau dan indahnya tulisan”

“Yaitu tulisan, tulisan yang tepat, dan keindahan, ketiga hal ini bersatu maka mata akan senang memandang”74

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama, dan kaligrafi yang indah menjadi penolog di hari kiamat”. Inilah ungkapan atau ekspresi emosi Abu al-A’la dalam syairnya sebagai berikut:

73

Nurul Makin,Kapita Selekta Kaligrafi,..,h. 167-169.

74

Nurul Makin,Kapita Selekta Kaligrafi,..,h. 169-170.

“Tulisan tetap indah setelah ditulis, sementara penulis kaligrafi telah terkubur di bumi”

“Sebutan yang baik selalu lalu terngiang setelah mengkreasikannya, dan abadinya diiringi nama baik sekaligus puji sanjungan”

“Tiada hari dari seorang penulis kecuali akan musnah, dan sesuatu yang ditulis dengan tangannya akan abadi sepanjang masa”

“Maka janganlah engkau tulis khatmu, kecuali sesuatu yang menggembirakanmu ketika engkau melihatnya di hari kiamat”

“Maka semua amal Perbuatan manusia akan ditemuinya esok hari, ketika bertemu dengan tulisan yang digelar”

“Bergembiralah! Karena cukup bagimu, jari-jari itu menulis”75

Demikianlah bait-bait syair yang telah diungkapkan seorang khattat yang merindukan kecintaan kaligrafi, dengan keyakinan kuat bahwa mempelajari kaligrafi senantiasa menambah kecintaannya kepada al-Quran atau ajaran Islam. Allah memandang itu sebagai amal ibadah yang dinilai dengan pahala sebagaimana kita membaca al-Quran. Jadi, keyakinan untuk memperindah tulisan ayat-ayat al-Quran merupakan stimulus akhir tahap ketiga yang kuat terhadap minat atau kecintaan pada kaligrafi al-Quran.

Dokumen terkait