KEMAMPUAN MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN
Studi Kasus Di Pesantren Lemka Sukabumi
Disusun oleh:
YUSUF FIRDAUS HASIBUAN
NIM: 206011000093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON REGULER
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syariff Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 November 2008
i
Pengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kaligrafi Lemka Terhadap Minat Menulis Ayat-ayat Quran: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi
Kata kunci: Diklat, Peningkatan Minat,Behavioral Modificatioan.
Pendidikan dan latihan, atau yang biasa disebut dengan diklat dalam khazanah pendidikan Islam sebenarnya bertujuan mengembangkan potensi jasmani dan ruhani manusia agar menjadi insan yang berpengetahuan, kreatif, beriman dan bertaqwa kepada Sang Pencipta. Pernyataan yang terlalu umum, dan sangat luas, bahkan terlalu dalam. Penulis tidak mampu membuktikan, apakah ada manusia yang sesempurna dengan pernyataan diatas. Memang hasilnya relatif dan dinamis. Oleh karenanya, perwujudan, penerapan, kontrol, dan pengembangan diklat masih terus dilakukan tiada hentinya. Inilah hakikat diklat menurut hemat penulis.
Dalam program diklat pesantren Lemka, pelatihan dan latihan merupakan kegiatan garda depan dalam membentuk kepribadian santri sesuai dengan tujuan adiluhung diklat yang diungkapkan tadi. Dan dalam prakteknya, segala kegiatan perkaligrafian selalu bernuansa performans, bukan verbalistis. Memikirkan, memperhatikan, menganalisa, berimajinasi, menggambarkan, atau segala aktifitas kognisi sering dilakukan. Setelah itu, merasakan, merindukan, menyukai, berniat, menghayati, meyakini, merefleksikan atau mencerminkan, bahkan sampai ke taraf yang lebih tinggi, yaitu mencintai selalu mewarnai emosi seseorang. Dengan warna ini, mampu menerangi kognisi seseorang secara simultan tanpa henti jika sudah ke taraf suka/ cinta tadi. Maka, tindakan, atau kegiatan, atau mempraktekkan, atau boleh dikatakan dengan melakukan, atau apa saja yang bersifat gerak/ motor skill adalah pencetus kognisi plus emosi. Inilah triangulasi minat santri yang bekerja secara simultan.
Namun, manusia adalah manusia, bukan robot yang senantiasa harus melakukan tanpa memikirkan dan merasakan secara terus-menerus. Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan rasa bosan juga. Karena itulah, minat terkadang menggebu-gebu sehingga gerakmotor skillselalu dicetuskan, dan menurun, naik lagi, menurun lagi, atau bahkan turun ke standar zero, tidak semangat lagi. Untuk itu, usaha-usaha peningkatan minat perlu dilakukan dan terus dievaluasi, kemudian diterapkan. Usaha peningkatan minat itu kerap kali dilakukan dengan memodifikasi sikap santri pesantren Lemka dalam menulis ayat-ayat al-Quran. Sebab, tujuan utama diklat ini—selain tujuan pendidikan yang
ii
usaha-usaha pengembangan diklat dalam meningkatkan minat santri benar-benar berhasil, efektif, atau tidak sesuai dengan idealisme tersebut. Pencarian data dan fakta merupakan jantung pembuktian yang penulis garap dalam skripsi ini, yang didasari dari beberapa akar permasalahan khusus dan telah dirumuskan.
Melalui penyebaran kuesioner, observasi, perolehan dokumentasi dan wawancara, serta analisis data yang telah dilakukan—sesuai kebutuhan—telah diperoleh kesimpulan efektifitas atau keberhasilan diklat kaligrafi al-Quran Lemka.
Subjek yang dilakukan adalah 40 orang santri pesantren Lemka yang muqim dan belajar kaligrafi. Dengan populasi yang homogen (sama-sama berminat kaligrafi), kesatuan, keseragaman, kesadaran, dan kekompakan adalah prinsip yang harus diterapkan pesantren ini, walaupun seni yang satu ini terkadang harus serius tapi harus lebih banyak santai.
iii
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rampungnya penggarapan skripsi ini. Dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kepada seluruh hamba, akhirnya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul: PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN; Studi Kasus Di
Pesantren Lemka Sukabumi
Salawat dan salam, selalu tetap dilimpahkan kepada sang pendidik kedua
setelah Allah, yaitu Rasulullah SAW, beserta keluarganya, sahabatnya,
pengikutnya, dan umatnya. Rasa syukur yang tak terperikan ini juga sebagai
ungkapan atas ditemukannya jawaban segala permasalahan yang menjadi tanda
tanya penulis selama ini sejak nyantri di pesantren Lemka hingga sekarang.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dan kekeliruan. Oleh
karena itu tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, penulis akan selalu kesulitan dalam
menyelesaikannya untuk memperoleh “Gelar Sarjana Pendidikan Islam” (S.Pdi).
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
MA yang sedang mengembangkan kampus ini menjadi kampus pusat studi
dan khazanah peradaban Islam di Indonesia.
2. Dekan Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) selaku Dekan yang
selalu berusaha mengembangkan fakultas ini dengan kebijakan-kebijakan
baru dalam memenuhi kebutuhan masyaratakat akan pendidikan Islam
yangup to date.
iv
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Salman Harun yang telah membimbing saya dari segi
konten skripsi. Keterbukaan dan kesiapan beliau menyambut permintaan
penulis untuk dibimbing sangat ekspresif sekali.
6. Rasa terima kasih yang tak terperikan penulis haturkan kepada Bapak
Abdul Ghafur, M.A selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
kontribusi berarti atas penyusunan sistematika penulisan skripsi ini.
7. Ibunda Elfrida Siregar yang telah berjuang keras membesarkan dan mendidik saya bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Atas kerelaan beliau melepas saya untuk menggali ilmu ke Jakarta,
keahlian kaligrafi, dan berbagai pengalaman di tempat yang jauh kota
Jakarta ini sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Baktiku kepadamu wahai
ibu. Aku akan pulang segera.
8. Bapak Didin Sirojuddin AR, M.Ag selaku direktur umum pesantren
Lemka, guru besar Kaligrafi al-Quran di Indonesia dan Asia Tenggara,
yang telah mendidik dan melatih penulis untuk menjadi khattat yang
“selalu harus mahir”. Atas kesempatan beliau membina penulis
menyongsong MTQ Nasional 2008 di Banten, ternyata memberikan
sensasi sendiri bagi penulis bagaimana berbicara dan membaca situasi
lewat bahasa kaligrafi al-Quran.
9. Kepada santri Lemka angkatan per angkatan, yang siap membaca skripsi
ini demi kemajuan pesantren tercinta.
Jakarta, 28 November 2008
Penulis
v
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 2. Manfaat Penelitian ... F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Pendekatan Dalam Penelitian ... 9
H. Defenisi Operasional ... 10
I. Pengajuan Hipotesa ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ... 14
B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ... 19
C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ... 24
D. Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 26
E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran ... 28
F. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran ... 32
G. Minat dan Term Interest, Attention, Motivation, Desire, Liking: Persamaan dan Perbedaan ... 32
H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi ... 35
I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan Psikologi Belajar ... 37
J. Aspek Minat dan Teori Peningkatannya: Perspektif Psikologi ... 42
K. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Minat ... 43
L. Faktor-faktor yang Meningkatkan Minat ... 44
M. Kerangka Berfikir ... 60
N. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesa ... 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Bentuk Penelitian ... 66
vi
F. Teknik Analisis Data ... 72
G. Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan ... 77
H. Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan ... 80
BAB IV ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 83
B. Analisa dan Interpretasi Data ... 86
C. Analisa dan Interpretasi Data Observasi ... 92
D. Analisa dan Interpretasi Data Item Skala Bertingkat ... 97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ...122 LAMPIRAN
vii
Perhatian sebagai variabel X terhadap objek ... 33
Motivasi dan objek sebagai variabel X minat ... 34
Hubungan tiga komponen dan dinamika minat ... 36
Mekanisme peningkatan minat ... 60
viii
Analisis variabel Y, dimensi, sub dimensi, indikator, instrumen ... 80
Tabulasi angket ... 83
Tabulasi Skala Sikap ... 85
Perhitungan untuk memperoleh indeks korelasi antara X dan Y ... 87
Hasil perhitungan(r)melalui program SPSS ... 89
Perolehan data observasi ... 93
[image:12.595.97.505.195.571.2]Total penilaian pengamatan santri atas efektifitas diklat(fo) ... 94
Tabel frekwensi yang diharapkan dari pengamatan santri(ft) ... 94
Tabel perbedaan(fo)dan(ft) ... 94
Tabel hasil perhitungan data observasi ... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Secara historis al-Quran diturunkan kepada rasul Allah agar dapat
menyampaikan risalah-Nya sesuai dengan bahasa kaumnya. Lebih dari itu
hikmah diturunkannya al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia tidak
mampu menyaingi kehebatan dan keindahan al-Quran. Sebab kemajuan dan
kehebatan sastra pada masa itu dimiliki oleh bangsa Arab. Namun, Allah
menurunkan al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia dapat memahami
ajaran keilahian, dengan mengeksplorasinya dari berbagai kajian. Di samping
itu samudera hikmah al-Quran sangat luas. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surah Yusuf: 2 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami menurunkan wahyu itu berupa al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Diantara mukjizat al-Quran yang lain adalah indahnya struktur tata
bahasa, baik mantiq, balâghah, ma’âni dan bayân. Para penyair yang adiluhung dari zaman dahulu hingga sekarang tidak ada yang sanggup
menirunya. Selain tata bahasa, keunggulan al-Quran terletak pada keindahan
ditulis dengan memakai aksara Arab tidak seindah tata kalimat ayat-ayat
al-Quran. Baik dari segi potongan huruf-perhuruf, sambungan antar huruf,
kalimat, antar kalimat sehingga menjadi satu ayat yang utuh. Lebih dari itu,
satu huruf saja dari sekian banyak ayat al-Quran memiliki makna yang sangat
luas, tidak terdefinisi secara pasti. Keunggulan seperti ini telah dibuktikan
dalam banyak kajian keislaman.
Al-Quran menjadi landasan dan pandangan hidup kaum muslimin. Ia
ditulis dengan tulisan yang bagus dan indah, dicetak dan disebarkan ke seluruh
dunia.1 Kaum muslimin yang membacanya dinilai suatu ibadah, begitu juga
menulisnya. Karena seluruh umat membacanya maka al-Quran harus ditulis
dengan tulisan yang baik dan indah sehingga memberikan kesan estetis dan
menarik secara visual. Agar tidak terjadi kesalahan (khata jaly dan khafy), maka umat muslim melakukan usaha-usaha preservatif dan preventif dengan
mengembangkan tradisi menghafal dan menulis.2
Usaha-usaha tersebut telah dibudayakan di Indonesia. Selain maraknya
pesantren-pesantren tahfidz Quran, maka usaha pengembangan tulisan
al-Quran dibudayakan lewat beberapa lembaga pendidikan di sekolah dan
madrasah.
Tidak semarak pesantren tahfidz al-Quran, pengembangan tradisi
menulis al-Quran masih terbilang pasif. Sebab menghafal dan membaca
melibatkan aspek kognitif. Sementara menulis lebih dari itu. Selain
melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek psikomotorik
juga. Bahkan menulis kaligrafi membutuhkan adanya minat yang besar dan
bakat yang perlu dikembangkan.
Dalam kurikulum madrasah, kaligrafi masuk sebagai mata pelajaran
ekstrakurikuler. Dan sebagian besar lembaga pesantren menjadikan kaligrafi
sebagai mata pelajaran pokok, atau sebagai bagian dari pelajaran ilmu
Quran, namun jarang dijumpai orang yang benar dan mampu menulis ayat
al-1
M. Quraih Shihab, et.all,Sejarah dan Ulumul Quran,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet.ke-3, h. 28
2
H.D. Sirojuddin AR,Seni Kaligrafi islam,(Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet. ke-6, hal. 3
Quran dengan indah.3Oleh karenanya banyak kita jumpai kaligrafi yang telah
menghiasi dinding-dinding masjid, manuskrip-manuskrip atau tulisan-tulisan
berbahasa Arab di berbagai media, tapi tidak sedikit terdapat kesalahan pada
penulisan dan sangat susah membacanya. Jadi, pengembangan kaligrafi masih
membutuhkan penanganan yang cukup serius dan profesional.
Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam
mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi al-Quran adalah Pesantren
Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi. Program utama pesantren ini disebut
Pendidikan dan Latihan (diklat) Kemahiran Menulis Kaligrafi Al-Quran, atau
disingkat dengan PLKKA. Pesantren ini diwujudkan dan diasuh oleh Bapak
Drs. Didin Sirojuddin AR M.Ag. Menurut D. Sirojuddin AR, pengembangan
tradisi menulis kaligrafi al-Quran di Indonesia membutuhkan waktu yang
cukup lama dan penanganannya membutuhkan keseriusan dan manajemen
yang rapi dan terkontrol.4
Didaktik dan metodik pengajaran juga harus relevan untuk program
diklat ini. Dalam teori didaktik umum, belajar tidak akan bisa dinikmati jika
tidak ada upaya-upaya yang membangkitkan minat, yaitu membangkitkan rasa
senang terhadap kaligrafi. Maka pendidikan dan pelatihan seni kaligrafi harus
bernuansa rekreatif, dan metode pengajarannya harus mengandung faktor
novelty.5
Menurut pengalaman penulis dan beberapa teman lainnya, dengan
latihan seperti ini secara kontinu akan muncul rasa bosan dan letih.6 Oleh
karenanya, porsi latihan seharusnya lebih utama juga. Sebab, untuk
memperoleh kemampuan dan kualitas menulis ayat-ayat al-Quran dibutuhkan
3
Kaligrafi al-Quran telah diakui keberadaannya sebagai wujud mengembangkan tradisi tulis-menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang bagus dan indah (kaligrafi), dan pada akhirnya diakui sebagai kaligrafi Islam. Disarikan dari MoU antara ALESCO dengan IRCICA (International Research Centre of Islamic Culture and Art) sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Umum ALESCO, Dr. Mongi Bousnina, “The International Symposium on Islamic Civilization in Shouthern Africa, Johannesburg, 1-3 September 2006”, ed., IRCICA Activities, Nesletter May-August 2006, No. 70, (Istambul: IRCICA Publishing, 2006), h. 10.
4
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,
(Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17
5
Muhibbin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-3, h.186
6
Tim 7 Lemka,Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi,....,h. 17.
waktu yang cukup lama, ketekunan, dan konsistensi peserta diklat. Ketekunan
di sini tidak bisa diasah terus-menerus sebelum ada upaya-upaya yang intens,
seperti membangkitkan minat peserta diklat.
Permasalahan yang terjadi selama ini adalah minat sifatnya labil.
Karena ia melibatkan perasaan, sedangkan latihan melibatkan psikomotorik
peserta diklat. Bukan itu saja, kecermatan dan ketelitian seorang yang ingin
menjadi khattat sangat dibutuhkan untuk menerima keterangan dan gambaran
materi pelajaran kaligrafi.
Tidak sedikit teman seminat di pesantren yang tidak melanjutkan
latihan kaligrafi, walaupun masih mengaguminya. Berbagai alasan yang
diungkapkan, seperti bosan, lelah, banyak kegiatan lain sehingga tidak punya
waktu untuk belajar kaligrafi, atau mungkin juga ada kebutuhan-kebutuhan
yang dianggap penting belum terpenuhi, kecewa karena tidak mengalami
peningkatan kualitas tulisan, atau bahkan kalah dalam ajang kompetisi, dan
berbagai alasan lainnya.7
Bapak Didin Sirojuddin AR selalu memberikan wejangan atau nasihat
yang menjadi motivasi sendiri bagi saya, dengan berkata:
“seorang penulis ayat-ayat Tuhan atau tepatnya khattat al-Quran seharusnya mendapatkan keuntungan spiritual, walaupun dari sisi skill dan materi akan ia peroleh.8 Keuntungan yang diperoleh berupa materi (maksudnya kekayaan) adalah kausalitas dari skill yang diperoleh dan telah dikuasai, sedangkan keuntungan spiritual dari tiap-tiap ayat-Nya merupakan kausalitas pendidikan dan latihan yang khattat tempuh dalam waktu yang diprogramkan”9
Untuk itulah, harapan pesantren dari diadakannya diklat kaligrafi
al-Quran agar santri mampu menjunjung tinggi keindahan tulisan al-al-Quran, baik
menanamkan kecintaan santri untuk tetap mempelajari, berlatih, dan
7
Menurut pengalaman penulis ketika nyantri periode 2005-2006. Saya melihat beberapa senior, atau teman seangkatan, sepertinya minat untuk latihan makin menurun. Bahkan, pada periode ke depannya sebagian dari mereka masih tetap ingin dan belajar di pesantren, tetapi tetap juga tidak semangat. Inilah yang menjadi inspirasi pribadi penulis untuk melakukan penelitian.
8
Tim 7 Lemka,Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ...,h. 19.
9
Ucapan ini sering sekali terngiang dalam ingatan penulis, dan selalu disampaikan dalam tiap pembukaan dan penutupan diklat perangkatan. Kebetulan, terekam lewat tulisan media, lihat Tim 7 Lemka,Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ...,h. 43.
mengajarkan al-Quran kepada setiap generasi muda atau umat muslim di tanah
air.
Kecintaan ini tidak akan bisa lahir sebelum santri tetap konsisten
menggeluti segala aktifitas yang berhubungan dengan dunia perkaligrafian,
baik senantiasa latihan memperindah tulisan kaligrafi al-Quran murni serta
mengajarkannya. Mengingat materi yang disajikan terlalu banyak, sedangkan
waktu program sangat singkat. Oleh karenanya, upaya peningkatan minat
santri yang telah ada dalam proses pelatihan kaligrafi sangat penting
dirasakan. Untuk itulah Rasulullah bersabda mengutip dari Sirojuddin yang
artinya: “muliakan (ajarkan) anak-anakmu dengan menulis, maka sesungguhnya menulis itu termasuk perkara yang penting dan sebesar-besarnya kebahagiaan”.10
Disamping itu, dalam perspektif agama Islam menulis kaligrafi
merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk memperjuangkan
agama Allah dari sisi keindahan tulisan. Sehubungan dengan itu Rasulullah
selalu memotivasi kepada segenap umat muslim agar minat menulis al-Quran
tetap lestari sepanjang masa, Rasullah bersabda mengutip dari Sirojuddin
dengan riwayat al-Dailami yang artinya: “barang siapa yang menulis ‘Bismillâh al-Rahmân al-Rahîmi’ dengan tulisan indah (kaligrafi) maka ia berhak masuk surga”.11
Adapun minat yang dimaksud disini adalah kecenderungan dalam diri
santri untuk tertarik menulis ayat-ayat al-Quran sebagai proses latihan yang
kompeten. Sedangkan pengertian latihan dari pelaksanaan diklat ini adalah
proses mental dan fisik yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,
kecakapan, skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan,
dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku belajar/ latihan yang
progresif dan adaptif. Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat
menulis ayat-ayat al-Quran disini, adalah suatu kemampuan umum yang harus
10
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,..., h. 250
11
Dikutip dari Tim 7 Lemka,Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, ...,h. 52
dimiliki satri untuk mencapai tujuan latihan optimal yang dapat ditunjukkan
dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dalam teori didaktik umum, minat adalah salah satu prinsip utama
dalam pendidikan, termasuk diklat ini. Prinsip ini menjadi kajian penting
dalam kajian ilmu psikologi terapan, yaitu psikologi pendidikan, tentang
bagaimana caranya meningkatkan minat, dan mempertahankannya pasca
diklat. Dalam teori pendididikan, belajar adalah usaha untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan baru, atau mengembangkan keterampilan baru
untuk menampilkan tingkah laku yang baru pula, dan atau lebih baik dari
sebelumnya.12
Teori psikologi pendidikan membicarakan bagaimana caranya
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip atau teori-teori, atau
beberapa teknik yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar yang mampu
membimbing perkembangan kecakapan ke sasaran yang tepat tujuan. Tentu
saja sesuai dengan karakter pendidikan dan materi pelajarannya.
Minat, adalah salah satu prinsip didaktik umum pelatihan. Tanpa
adanya minat seseorang tidak akan latihan, dan tanpa latihan tidak akan
mampu menulis ayat-ayat al-Quran dengan indah dan konsisten. Atau bahkan
minat yang sudah ada, menjadi stabil dan terkadang labil. Tergantung faktor X
yang mempengaruhinya.
Bagaimanakah cara membangkitkan minat yang sudah ada? Dan
bagaimanakah meningkatkan minat santri agar memiliki kemampuan menulis
ayat-ayat al-Quran?
Karena pendidikan dan latihan kaligrafi Pesantren Lemka
membutuhkan minat santri yang mendalam, dan minat tidak akan meningkat
tanpa memodifikasi tingkah laku latihan santri, dan dengan upaya peningkatan
minat ini diharapkan santri memiliki kecakapan/kemampuan (skill/capability)
menulis ayat-ayat al-Quran dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah
penulisan yang baku, maka penulis bermaksud menyusun skripsi dengan judul
“Pengaruh Pendidikan dan Latihan Lembaga Kaligrafi al-Quran
12
James E.Mazur, "Learning",...
(Lemka) Terhadap Kemampuan Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi
Kasus di Pesantren Lemka Sukabumi”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan diatas secara
garis besar penulis rincikan sebagai berikut:
1. Banyak santri yang tulisan kaligrafinya belum mencapai predikat bagus/
indah.
2. Pendidikan dan latihan kaligrafi Pesantren Lemka membutuhkan strategi
peningkatan minat menulis santri.
3. Minat sifatnya labil, jadi perlu memodifikasi tingkah laku belajar santri.
4. Dengan upaya peningkatan minat ini diharapkan santri memiliki
kecakapan/kemampuan (skill/capability) menulis ayat-ayat al-Quran
dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah penulisan yang baku
C. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya permasalahan yang akan dibahas berkaitan
dengan judul skripsi diatas, maka penulis membatasi pada program pelatihan
kaligrafi al-Quran, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh diklat pesantren kaligrafi al-Quran Lemka dalam
meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi ayat-ayat al-Quran.
2. Bagaimana membentuk sikap belajar yang positif(behavioral modification) dalam program diklat pesantren Lemka.
D. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan proses penelitian lebih lanjut, penulis berusaha
menentukan rumusan masalah diatas, diantaranya adalah:
1. Apakah ada pengaruh signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap
peningkatan kemampuan santri dalam menulis kaligrafi ayat-ayat
al-Quran?
2. Apakah program diklat dalam meningkatkan minat menulis ayat-ayat
al-Quran mampu membentuk sikap belajar yang positif (behavioral modification)?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengukur efektifitas strategi program pelatihan terhadap peningkatan
minat santri.
b. Mengukur sikap reflektif yang dimiliki santri agar melakukan latihan
mandiri dalam program pelatihan yang singkat.
c. Membuktikan apakah program diklat ini mampu mengadakan usaha
preservatif dan preventif al-Quran dari sisi budaya kaligrafi.
d. Meyakinkan penulis bahwa program pelatihan atau pengembangan
kaligrafi al-Quran harus ditangani secara profesional di tiap lembaga
pendidikan Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberi kontribusi pemikiran faktor-faktor sentral apa saja dalam
mengembangkan diklat kaligrafi al-Quran.
b. Memberi kontribusi pemikiran bagi setiap santri baru, lama, atau pun
santri yang akan datang, bagaimana meningkatkan minat yang sudah
ada agar lebih tekun latihan.
c. Memberi pemahaman kepada semua umat Islam, khususnya santri
bahwa dengan mempelajari kaligrafi mampu membentuk insan yang
kreatif dengan menjunjung tinggi al-Quran sebagai falsafah hidupnya.
d. Memberikan sumbangan pemikiran bahwa pentingnya kaligrafi
sebagai salah satu materi pendidikan agama Islam yang membutuhkan
penanganan serius dan profesional di setiap lembaga pendidikan Islam.
e. Memotivasi masyarakat untuk mengadakan program serupa di
beberapa daerah di tanah air.
f. Sebagai bahan kelengkapan wawasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti.
g. Sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 Pendidikan Agama Islam
F. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian oleh saudari Nunung Mufarrihah, mahasiswi FITK
UIN syarif Hidayatullah Jurusan Kependidikan Islam tahun 2004
membuktikan bahwa program diklat kaligrafi pesantren kaligrafi al-Quran
Lemka telah menjadikan santrinya berprestasi dalam beberapa even kompetisi
menulis kaligrafi al-Quran. Ia menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara
minat santri terhadap prestasi sebagai indikator kesuksesan dalam ajang
kompetisi.13 Tetapi tidak satu pun mengungkapkan bagaimana meningkatkan
kemampuan santri dalam proses pelatihan ini secara signifikan, walaupun
semua santri ingin memiliki prestasi dalam kancah kompetisi.
Tujuan program diklat ini sebenarnya ingin memupuk minat atau
kecintaan mendalam untuk memperindah tulisan al-Quran, bukan semata-mata
agar sukses dalam dunia kompetisi. Sebab, prestasi yang diperoleh dalam
kompetisi merupakan salah satu indikator kesuksesan sebagian kecil santri,
walaupun semua santri ingin berprestasi.
G. Pendekatan Dalam Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini memakai pendekatan analisa deskriptif
empiristik, yaitu menganalisa pola peningkatan minat yang diterapkan
pesantren kepada santri dan menghubungkannya dengan kajian teori psikologi
pendidikan dan psikologi belajar sebagai tolok ukurnya.
Dalam menjelaskan konsep antara diklat kaligrafi dan minat, terlalu
banyak istilah-istilah atau kata-kata asing yang dikonversi dari bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia, khususnya istilah atau kata-kata asing dalam konsep
minat. Untuk itu, penulis perlu menjelaskan term tersebut secara bahasa
13
Nunung Mufarrihah, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka Sukabumi,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004), h. 83
dengan menjadikan kamus elektronik program aplikasi komputer The New
Oxford Dictionary of English sebagai referensi bahasa yang lengkap dan
praktis,14 begitu juga kamus elektronik bahasa Indonesia dengan menjadikan
kamus Indonesia-Inggris Inggris-Indonesia (IndoDic E-Kamus) sebagai
referensi.15
Untuk menjelaskan karakteristik materi diklat kaligrafi al-Quran,
penulis akan menyertakan seluruh contoh-contoh materi yang diajarkan dalam
program ini. Sebagai referensi yang mendukung adalah buku-buku atau modul
yang dijadikan standar latihan penulisan kaligrafi murni yang memiliki kaidah
baku, dan gaya-gaya yang dipelajari oleh santri.
Penulis juga akan menyertakan gambar, skema, ataupun ilustrasi yang
akan digambarkan untuk memudahkan penjelasan yang dianggap terlalu sulit
untuk dipahami.
Pada bagian akhir pembahasan di bab dua ini, penulis mengajukan
pertanyaan penelitian, dan hipotesa sebelum masuk ke bab metode penelitian
dan analisa data.
H. Defenisi Operasional
Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
14
The New Oxford Dictionary of Englishmerupakan sebuah program aplikasi komputer iFinger 3.0. Penulis membutuhkan program ini sebab pencarian data lebih mudah dan sangat lengkap. Selain sebagai kamus, program ini mirip dengan direktori yang mengklasifikasikan kata dengan penggunaannya dalam istilah bidang tertentu, contoh: “aspect”: astrology...; photography...;dan sebagainya. Jika pencarian kata secara bahasa tidak ditemukan, maka secara otomatis entri data akan masuk ke situswww.wikipedia.com
15
Thomas Gilson, IndoDic e-kamus Versi 1.0,Copyright 2007. Indodic Media dibuat dengan memakai TruAlfa oleh Wayne B. Krause. Dengan menggunakan kamus ini penulis lebih leluasa mencari arti kata secara bahasa, karena praktis dan lebih luas cakupannya dari pada kemus yang tersedia di perpustakaan, selain itu secara otomatis dapat dikonversi ke dua bahasa Indonesia-Inggris atau Indonesia-Inggris-Indonesia. Sebagai pendukungnya penulis juga mencoba entri data ke kamus bahasa Inggris program aplikasi i-Finger,The New Oxford Dictionary of English.
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.16
Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas
yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai
estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan
lambang-lambang atau simbol.17
Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd” sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi sebagai
suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal, letak-letaknya,
dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau apa
saja yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara menulisnya, dan
menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah,
atau menentukan bagaimana cara mengubahnya”.18
Pelatihan menurut bahasa adalah pendidikan; didikan; gemblengan;
penggemblengan; training. Dalam arti sempit, pelatihan adalah
penggemblengan jasmani, atau mengolah gerak badan, atau mengolah
kecakapan motorik.19 Dalam literatur pendidikan, pelatihan juga disebut
pendidikan, hanya saja lebih mengarahkan bagaimana seorang anak didik
memperoleh kecakapan motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu
pekerjaan (acquiring skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya di lembaga-lembaga
pendidikan.20
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran
adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau
16
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan Pelaksanaannya: UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dari www.google.com, h. 1.
17
Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181
18
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 3.
19
IndoDick e-Kamus
20
James E.Mazur, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
ustad (di pesantren) yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara al-Quran
yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang intensif
dengan menggunakan alat-alat, media, dan bahan tertentu.
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, gairah, keinginan, dan suka terhadap sesuatu.21 Sedangkan dalam
kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest, liking, desire, attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu dikatakan “someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”. Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer, supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat pendidikan tinggi) disebut denganconcentrationataumajority.22
Jadi, minat menulis ayat-ayat al-Quran adalah kecenderungan hati
yang tinggi yang diwujudkan dengan keingingan, kesenangan, dan kecintaan
untuk mempelajari dan menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang indah
sesuai dengan norma-norma estetika atau kaidah penulisan huruf yang baku.
Minat ini dibuktikan dengan memberikan perhatian yang tinggi dan usaha
yang besar dalam memperoleh kecakapan motorik menulis kaligrafi, seperti
konsisten latihan dengan menggunakan peralatan yang relevan. Disamping itu,
konsep meningkatkan dan mempertahankan minat menulis ayat-ayat al-Quran
mampu membentuk karakter ruhani yang baik pula. Untuk itulah master
kaligrafi al-khattat Yaqut al-Musta’shimi mengutip dari Sirojuddin berkata
yang artinya: “kaligrafi adalah seni arsitektur Ruhani yang lahir melalui peralatan jasmani/ kebendaan”.23
Untuk meningkatkan kualitas karya, dan mengasah ketajaman dan
kehalusan karya, seorang santri hendaknya tekun latihan, dan selalu
21
Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang, Lintas Media, tt), h. 816
22
Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris,
terj.A Comprehensive Indonesia-english Dictionary,(Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635.
23
Sirojuddin AR,Seni Kaligrafi islam,..., h. 4-5.
melakukan umpan balik dengan gurunya, sebagaimana yang dikatakan oleh
Ali bin Abi Thalib R.A mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu
rahasianya dalam bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan
(maysq), dan kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.24
I. Pengajuan Hipotesa
Hipotesis pada dasarnya anggapan sementara atas kerangka berfikir
yang dibangun dengan kajian-kajian teori sebagai landasannya. Dengan
mengajukan hipotesa ini akan mempermudah penulis dalam melakukan
penelitian dilapangan dan mengadakan analisa data untuk memberikan
interpretasi dan kesimpulan penting dari penelitian ini. Adapun rumusan
hipotesa yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.
Apakah ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat
menulis ayat-ayat al-Quran?
Ha: Ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran (Lemka)
terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran
Ho: Tidak ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran
(Lemka) terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran
24 Ibid.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan dan Latihan (Diklat) Seni Kaligrafi Al-Quran
Untuk memberikan batasan definisi yang jelas dari kalimat pendidikan
seni kaligrafi al-Quran, berikut saya uraikan defenisi dasar kata tersebut satu
persatu.
Secara bahasa, kata pendidikan berarti (1), perbuatan atau hal cara
mendidik, (2), pengetahuan tentang mendidik, atau (3), pemeliharaan atau
latihan-latihan badan, batin.1 Adapun kata pendidikan secara istilah sebagai
berikut:
1. Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.2
2. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara berarti daya dan upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak antara satu dengan yang lainnya saling
1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.ke-2, h. 250.
2
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan Pelaksanaannya: UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dariwww.google.com, h. 1.
berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik agar selaras dengan
dunianya.3
3. Menurut Ramayulis, pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh seorang dewasa
agar ia menjadi dewasa.4
4. Menurut Marimba sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir bahwa
pendidikan adalah dipandang sebagai bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.5
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa pakar pendidikan
diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana oleh pendidik melalui bimbingan,
pengajaran, dan latihan dalam rangka mengembangkan segenap potensi
jasmani dan rohani si murid agar dapat berperan dalam kehidupannya kelak
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berguna bagi bangsa dan negaranya.
Adapun seni secara istilah sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
pakar sebagai berikut.
1. Menurut Ramayulis seni adalah ekspresi ruh dan daya manusia untuk
mengungkapkan keindahan intristik suatu objek. Seni merupakan bagian
dari hidup manusia. Seni itu salah satu potensi ruhani yang dapat
diungkapkan seseorang sesuai dengan kecenderungan atau oleh
masyarakat sesuai dengan budayanya.6
2. Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas yang
dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai
3
Abuddin Nata,Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet.ke-1. h. 290.
4
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet.ke-3, h. 1.
5
Ahmad Tafsir,Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Bandung; Remaja Rosda Karya, 1997), h. 6
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 118
estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan
lambang-lambang atau simbol.7
3. Menurut Sidi Gazalba bahwa seni adalah objek yang diciptakan untuk
melahirkan kesenangan sebagai tujuannya.8Seni adalah fitrah manusia dan
termasuk ajaran ad-Din yang lahir dari agama , sedangkan agama erat
hubungan dengan etika. Dengan demikian ada hubungan antara agama,
seni (estetika), dan etika.
4. Menurut Ismail al-Faruqi bahwa seni adalah keindahan atau estetika.
Dalam ajaran Islam seni merupakan sublimasi bukti ke-Ilahian. Seperti
i’jaz dan kualitas al-Quran yang tidak dapat ditiru atau ditandingi oleh manusia, baik secara sastra, komposisi, irama, keindahan, balâghah, kesempurnaan gaya dan kekuasaan dalam menampilkan makna Allah. Ini
adalah sentral nilai-nilai estetika yang sejati dan abadi.9
Menurut beberapa pakar diatas, dapat penulis simpulkan bahwa seni
adalah segala daya cipta, rasa, karsa manusia yang mengandung nilai
keindahan sebagai ekspresi jiwa dan perasaan dalam bentuk karya adiluhung
yang sanggup membangkitkan jiwa dan perasaan orang yang menikmatinya.
Atau seni adalah segala hasil kerja jasmani dan rohani yang dimanifestasikan
dalam keindahan yang dapat dinikmati oleh indrawi manusia. Misalnya
melalui ujud rupa (seni lukis, seni rupa, dan sebagainya), melalui ujud suara
(seni suara/musik) dan melalui ujud gerak (seni tari, seni drama).
Adapun kata kaligrafi, secara bahasa berarti seni penulisan indah.10
Kata kaligrafi berasal dari bahasa Inggris, “calligraphy”, yaitu adaptasi dari dua kata, “calios” (Yunani) yang berarti indah, dan “graph” yang berarti tulisan atau aksara. Abdul Karim Husain menukilkan dari Webster’s New
American Dictionary, bahwa kaligrafi (calligraphy) diartikan dengan ‘good penmanship, atau ‘the art of penmanship’, yaitu seni menggunakan pena agar
7
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181
8
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Zikra Al-Husna, 2001), cet.ke-7, h. 223
9
Ambary,Menemukan Peradaban...,h. 181.
10
Peter Salim dan Yenny Salim,Kamus Besar Bahasa Indonesia,h. 649.
dapat menghasilkan tulisan yang indah.11 Al-Faruqi dalam bukunya ‘Atlas
Budaya Islam’ mengatakan kaligrafi secara bahasa adalah seni tulisan indah.12
Menurut Muarif Ambary bahwa kaligrafi secara bahasa adalah seni menulis
indah dalam huruf Arab.13
Adapun defenisi kaligrafi secara istilah menurut para pakar kaligrafi
terkemuka adalah sebagai berikut:
1. D.Sirojuddin AR menjelaskan bahwa kaligrafi mempunyai makna tulisan
yang indah, arti lainnya adalah kemampuan menulis indah atau elok
(tulisan elok). Dalam bahasa Arab, tulisan indah disebut khatyang berarti garis atau secara verbal disebut tulisan indah.14
2. Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd” sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi adalah
suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal,
letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang
tersusun, atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara
menulisnya, dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah
ejaan yang perlu diubah, dan menentukan bagaimana cara
mengubahnya”.15
3. Menurut Yaqut Al-Musta’shimi sebagaimana dinukilkan oleh Naji
Zaynuddin dalam kitabnya Musawwar Khat Al-‘Araby yang dikutip Sirojuddin AR bahwa kaligrafi itu diungkapkan dengan seni arsitektur
Ruhani yang lahir melalui peralatan jasmani/kebendaan”.16
4. Menurut Ugur Derman dalam ‘Jurnal Art and The Islamic World’ volume 4 Th. 1987 bahwa kaligrafi “is a spiritual geometry brought about with material tools”. Pakar kaligrafi ternama Indonesia Drs. Didin Sirojuddin AR mengartikan defenisi diatas, bahwa kaligrafi adalah suatu ilmu ukur
11
Abdul Karim Husain,Seni Kaligrafi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), cet.ke-4, h. 1.
12
Ismail R. al-Faruqi dan Louis Lamya al-Faruqi,Atlas Budaya Islam.Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 2001), cet.ke-3, h. 2007.
13
Ambary,Menemukan Peradaban...,h. 183.
14
D. Sirojuddin AR,Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet.ke-4, h. 3
15
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 3.
16
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 4-5.
spiritual yang diwujudkan atau divisualisasikan dengan
peralatan-peralatannya. Selanjutnya kata-kata ini menjadi defenisi yang diakui
banyak pihak.17
Dengan demikian, dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan
bahwa kaligrafi adalah ilmu tata cara menulis huruf-huruf Arab dengan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah baku yang yang telah menjadi standar umum.
Kaidah yang dimaksud adalah ukuran dan aturan yang harus dipatuhi oleh
seorang penulis kaligrafi agar tulisannya memenuhi standar sebagai tulisan
yang indah, dan diakui kebenaran bentuk-bentuk dan potongan hurufnya.
Dengan kaidah ini kalimat yang disusun menjadi selaras, serasi, dan indah
secara utuh.18
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran
adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau ustad—di pesantren—yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam
rangka mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara
al-Quran yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang
intensif dengan menggunakan perangkat kaligrafi dan bahan tertentu.
Peranan guru sangat menentukan keberhasilan seorang murid dalam
membimbing dan melatih kaligrafi. Disamping itu juga murid sendiri harus
gencar latihan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib R.A
mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu rahasianya dalam
bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan (masyq), dan kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.19
Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya berbeda. Pendidikan tanpa ada
batas dan ukuran waktu (tenure) yang ditentukan, seperti halnya mengikuti seminar atau kuliah 4 tahun di kampus. Pendidikan itu pun berlaku selama
hayat, walaupun dalam pengadaannya terprogram menurut jangka waktu yang
17
Sirojuddin, Gores Kalam (Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia),(Jakarta: Lemka, 1994), hal. 3
18
Penjelasan standarisasi kaidah murni kaligrafi al-Quran dapat dilihat pada pembahasan ‘Karakteristik Materi: Ragam Gaya, Kaidah, dan Kriteria’
19
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 5.
ditentukan. Pelatihan (training) diukur dari apa yang dapat seorang lakukan setelah dia menyelesaikan masa pelatihan itu, dan biasanya diadakan dalam
waktu yang singkat. Training merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan
keahlian, kompetensi sebagai lanjutan dari pengajaran vocational sebelumnya dan latihan yang berhubungan dengan keahlian yang spesifik.20 Dahulu,
bentuknya dapat berupa magang seperti yang dilakukan pada kampus teknik
dan politeknik. Namun sekarang sering diartikan sebagai pengembangan
profesional yang dikelola oleh pemerintah ataupun badan-badan yayasan
tertentu oleh masyarakat, contohnya badan yayasan badan wakaf atau
pesantren.
Pendidikan kaligrafi al-Quran bertujuan membentuk sikap santri yang
Qurani dengan penguasaan ajaran-ajaran-Nya secara utuh dan diharapkan
menjadi pandangan hidup selamanya. Sedangkan pelatihan kaligrafi al-Quran
adalah upaya peningkatan minat dan mengembangkan bakat secara khusus
sesuai dengan kebutuhannya dalam jangka waktu program yang telah
ditentukan. Tujuan pelatihan disini adalah to do something, bukan hanya to know something, dan ragam pembelajarannya (pelatihan dan latihan) lebih memfokuskan performance dan kreatifitas.
Dalam setiap program pelatihan hasilnya tidak bisa langsung dirasakan
dalam satu periode atau satu waktu yang diprogramkan. Setiap pelatihan,
termasuk pelatihan kaligrafi membutuhkan proses dan persiapan yang matang
dan terencana. Kebiasaan positif itu harus selalu diulang kembali jika
meinginkan materi pelatihan itu terus melekat dalam diri individu.
B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi Islam
Dasar yang dimaksud disini adalah landasan, atau alasan mengapa
perlu adanya pendidikan dan latihan kaligrafi. Sehingga dengan landasan
tersebut dirasakan perlunya mempelajari dan menekuni ilmu seni kaligrafi
sebagai disiplin ilmu tersendiri, atau memiliki rujukan yang jelas.
20
Maydina, “Tuker Pikiran: Pilih Mana... Pendidikan atau Pelatihan”, artikel diakses pada 30 Oktober 2008 darihttp://maydina.multiply.com
Sebagaimana dasar pelaksanaan pendidikan Islam yang bersumber
kepada dua sumber pokok, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul, maka dalam
membicarakan dasar pelaksanaan diklat seni kaligrafi pun mengikuti sumber
yang sama. Azyumardi Azra menambahkan dasar pendidikan Islam selain
Al-Quran dan as-Sunnah, ‘uruf juga bisa dijadikan landasan hukum pendidikan Islam atau maslahah yang menjauhkan kemudharatan bagi kelangsungan
hidup manusia.21
Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama turun, yaitu surah
Al-‘Alaq: 1-5, Allah berfirman:
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, (Dia)
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah danTuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar menulis dengan kalam. Mengajar manusia apa yang belum diketahuinya.”(QS. 96:1-5).
Sirojuddin AR berpendapat bahwa dalam ayat tersebut mengandung
perintah membaca (iqra’) dan menulis, lebih jelas beliau berkata:
”Yang lebih mengagumkan bahwa ternyata membaca dan ‘menulis’ merupakan
perintah pertama dalam wahyu tersebut. Dapat dipastikan bahwa kalam atau pena
memiliki kaitan erat dengan seni penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai
alat penunjang pengetahuan maka ia adalah sarana sang Khaliq dalam rangka
memberikan petunjuk kepada manusia. Ini merupakan suatu gambaran yang tegas, bahwa
kaligrafi mendominasi posisi tertua dalam percaturan sejarah Islam itu sendiri.22
Hamka dalam tafsirnya ‘al-Azhar’ mengatakan bahwa dalam lima ayat
Surah al-‘Alaq itu terkandung kemuliaan Allah SWT. Allah mengajarkan
manusia berbagai ilmu, membuka berbagai rahasia, menyerahkan berbagai
kunci untuk membuka perbendaharaan Allah, dengan kalam atau pena. Di
samping lidah untuk membaca, Allah pun menegaskan pula bahwa dengan
21
Azyumardi Azra,Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,
(Jakarta: Kalimah, 2001), cet.ke-3, hal. 9
22
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h.. 5-6.
pena ilmu pengetahuan dapat ditulis. Pena itu material beku dan kaku, tidak
hidup, namun apa saja yang dituliskan dengan pena itu memberikan dan
membuka cakrawala pengetahuan bagi manusia.23
Sehubungan dengan itu, perangkat-perangkat tulis yang lazim
mendapat pernyataan tegas dalam proses seni kaligrafi adalah pena. Allah
berfirman dalam al-Quran surah al-Qalam: 2 sebagai berikut:
“Nun. Demi pena dan apa saja yang mereka tulis (dengan pena itu”. (QS. 68)
Ada ulama yang menafsirkan‘Nun’sebagaidawat (tinta), berdasarkan hadis yang dikeluarkan oleh Abu Hatim dari Riwayat Abu Hurairah RA
mengutip dari Sirojuddin, ia menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW
pernah bersabda:“ Allah telah menciptakan nun, yaitu dawat.”24
Dalam riwayat lain, Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas RA mengutip dari
Sirojuddin bahwa nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan pula kalam. Lantas dia bertitah: “tulislah!”, “Ya Robbi, apa yang hamba tulis?” Allah menjawab: “tulislah semua yang ada sampai hari kiamat".”25
Lebih jelas lagi Allah berfirman sebagai penegasan istilah tinta ini
dengan kata ‘midad’dalam al-Quran surah al-Kahfi: 109 berikut ini:
“Katakanlah! Seandainya air lautan dijadikan tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula”.
Kemudian dalam ayat lain, Allah berfirman tentang penyebutan pena
(qalam)dan tinta, berikut sabda-Nya di surah Luqman: 27 sebagai berikut:
23
Sirojuddin,Tafsir Al-Qalam, (Jakarta: Studio Lemka, 2002), cet. II, h. 33.
24
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247.
25
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247.
“Dan sekiranya pohon-pohon di bumi adalah pena, dan samudera
(menjadi tintanya), ditambah kepadanya tujuh laut (lagi), sesudah
(kering)nya, niscaya tidak ada habis-habisnya (untuk dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Demikian juga dalam mengisyaratkan media tulisan, seperti kertas atau
alas untuk menulis. Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Buruj: 21-22
sebagai berikut:
“Bahkan ia Al-Quran yang mulia. Di Lauh Al-Mahfûz”.
Dan dalam surah al-A’raf: 145 Allah berfirman:
“Dan Kami telah tuliskan baginya di alwah itu segala sesuatu sebagai nasehat dan penerangan bagi segala sesuatu”
Menurut Sirojuddin AR, kata ‘lauh’ bermakna papan (segi bahasa) atau sabak untuk menulis, jamak dari kata ‘lauh’adalah ‘alwâh’.26
Dengan memperhatikan keterangan beberapa ayat di atas jelaslah
perngkat-perangkat untuk kegiatan menulis kaligrafi memiliki penegasan
langsung dari Allah. Penulis berkesimpulan bahwa ini merupakan landasan
atau dasar yang dapat memberikan dorongan bagi kegiatan pendidikan seni
kaligrafi.
Menurut Sirojuddin AR, banyak juga ayat-ayat al-Quran mendorong
kreatifitas dan keleluasaan para kaligrafer dalam berkarya, yang didukung
dengan sabda-sabda Nabi SAW. Intinya seakan-akan memanjakan kaligrafi
sebagai seni Islam yang hadir tanpa hambatan hukum. Anjuran untuk menulis
26
Sirojuddin,Seni Kaligrafi Islam,..., h. 250.
tulisan yang indah selalu disabdakan Nabi SAW berulang-ulang, seperti
riwayat Dailami mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “tulisan yang bagus akan menambah kebenaran tampak nyata karena keunggulan.”27
Dalam kesempatan lain terdapat‘atsar’dari Ali RA yang menekankan bahwa kaligrafi tidak hanya berbicara konteks ilmu dan ibadah saja, tapi juga
merupakan salah satu sumber usaha, sebagaimana arti hadisnya mengutip dari
Sirojuddin “hendaknya kalian mempercantik tulisan, karena itu adalah sebagian dari kunci-kunci rezeki” Dan ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa kalangan seniman dan pengrajin muslim di Indonesia.
Dalam hal ini, Rasulullah juga menekankan kepada orang tua agar
mendidik sekaligus melatih anaknya menulis, memperbagus namanya, dan
mengawinkannya kalau sudah dewasa. Hal ini berdasarkan dari hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Najjar mengutip dari Sirojuddin.28
Hal senada juga diucapkan beliau, seperti hadis yang artinya
“muliakan (ajarkan) anak-anakmu dengan menulis, maka sesungguhnya
menulis itu termasuk perkara yang penting dan sebesar-besarnya
kebahagiaan.” Memuliakan generasi muslim dengan kaligrafi al-Quran menurut hadits tersebut memberikan suatu wasilah bagaimana menjadi
seorang muslim yang bertanggung jawab atas agamanya, dan dengan
mempelajari kaligrafi seseorang dapat berinteraksi dengan makna-makna
al-Quran secara ekspresif.
Bahkan, Nabi SAW membina seorang sahabat untuk menulis dengan
trik-trik jitu agar tulisan itu indah. Ketika itu beliau melihat Abdullah menulis,
dan menjelaskan sambil melatihnya dengan mengutip terjemahan dari
Sirojuddin: “wahai Abdullah, rengkangkanlah jarak spasi, susunlah huruf dalam komposisi, peliharalah proporsi (ukuran), dan berilah huruf-huruf
27
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy, Al-Jami’ Ash-Shaghir.,
(Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth), Juz II, hal. 99.
28
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy,Al-Jami’ Ash-Shaghir,..., h. 99.
akan haknya.”29Hadits ini tidak lain sebagai landasan hukum metode-metode dan asas didaktik pelatihan kaligrafi.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa baik Quran maupun
al-Hadits sama-sama menekankan dan memberikan motivasi yang kuat
pentingnya belajar dan latihan menulis kaligrafi. Dan belajar atau latihan
kaligrafi bukanlah persoalan yang biasa, namun butuh perhatian dan
penanganan khusus
Ada juga sebagian orang mengambil maslahat dengan mempelajari
kaligrafi untuk bekal hidupnya kelak. Dengan anggapan estetika kaligrafi
memberikan peluang secara ekonomi. Seperti kata seorang penyair yang
artinya dikutip dari Sirojuddin sebagai berikut:
“Pelajarilah kaligrafi
Wahai orang yang memiliki akal budi, Karena kaligrafi itu tiada lain,
Dari hiasan orang yang berbudi pekerti, Jika engkau memiliki kekayaan,
Maka kaligrafimu adalah kekayaan, Namun jika engkau membutuhkan,
Maka kaligrafimu adalah sebaik-baik sumber usaha, Tulisan indah akan abadi, melampaui umur penulisnya Sementara sang penulis telah istirahat di dalam bumi”.30
C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran
Secara umum, Indra Djali Sidi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
seni adalah berusaha untuk mengarahkan siswa agar mampu berkreasi dengan
bakat seninya, yaitu memupuk kreatifitas siswa, karena seni banyak berkaitan
dengan olah rasa dan perasaan. Pendidkan dan latihan seni kaligrafi akan
memupuk seseorang untuk berjiwa halus dan berbudi pekerti luhur.31
Menurut Fauzi Salim Afifi, tujuan pendidikan dan pelatihan seni
kaligrafi pada umumnya adalah untuk:
29
Sirojuddin, Sekeliling Festival Istiqlal II Kaligrafi dan Ide-ide pengembanannya,
(Jakarta: Lemka Studio, 1995), h. 75.
30
Sirojuddin, Mengembangkan Seni Kaligrafi: Melalui Pembinaan Intensif dan Terstruktur, disampaikan pada pembinaan para pembina LPTQ Kab/Kota dan Propinsi Banten, (Rangkasbitung: 9-10 Maret 2005), h. 3.
31
Indra Djali Sidi,Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Paramadina dan Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-1, hal. 105.
1. Mendidik berbagai kemampuan, diantaranya pengawasan, kecermatan
memandang, dan kehalusan dalam segala hal.
2. Membentuk rupa-rupa watak dan kebiasaan, seperti disiplin, ketertiban
kebersihan, kesabaran dan ketekunan.
3. Memperoleh kemahiran dan keterampilan tangan saat memperbagus
tulisan dalam latihan.
4. Menumbuhkan kemampuan mengkritik dan menyelami rasa seni setelah
mengetahui unsur-unsur keindahan dalam kaligrafi yang bagus.
5. Memperoleh rasa senang dan memperdalam rasa tenteram dalam jiwa bila
memperoleh kemajuan dalam latihan.
6. Meningkatkan minat dalam jiwa murid untuk menambah kecintaan,
perhatian, pemeliharaan, dan karir dalam seni kaligrafi.32
Oleh karena itu, Sirojuddin AR berpendapat bahwa pendidikan seni
kaligrafi itu membimbing perasaan seseorang agar dekat dengan-Nya, rasa
bahagia menelusuri firman-firman-Nya, dan rasa bangga diberi kesempatan
memvisualisasikan lantunan wahyu-Nya.33
Lebih dari itu kaligrafi memiliki peranan yang begitu penting dalam
dunia pendidikan, antara lain:
1. Salah satu sarana komunikasi antar manusia yang telah berhasil membawa
warisan budaya.
2. Salah satu medium kebudayaan yang lahir dari agama, sosial, dan
ekonomi.
3. Sebagai media ilmu dan penelitian ilmiah, seperti bahasa dan agama,
sastra,nahwu,balaghah, dan sejarah.34
32
Fauzi Salim Afifi,Cara Mengajar Kaligrafi:Pedoman Guru,Penerjemah D.Sirojuddin AR,(Jakarta: Darul Ulum Press), h. 20.
33
Sirojuddin AR, “Di Depan Kesempurnaan Wahyu” , Panji Masyarakat. II, (13-01-1999), h. 48.
34
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), cet.ke-1, h. 130.
D. Pendidikan Seni Kaligrafi Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dalam subbab II pembahasan
tentang landasan hukum menulis kaligrafi dinyatakan bahwa pendidikan
kaligrafi yang berisi pengajaran tulis-menulis mendapatkan posisi terpenting.
Sebagaimana tersirat makna dalam kandungan wahyu pertama, yakni surah
al-‘Alaq tadi. Intinya kaligrafi mendominasi sebagai salah satu komponen dalam
sejarah pendidikan Islam yang tertua. Pendidikan seni kaligrafi pada awalnya
memang berjalan sejalan dengan perkembangan pendidikan Islam. Bila proses
pendidikan Islam yang dimulai sejak Nabi SAW berdakwah, maka sejak itu
pula proses pendidikan baca tulis telah dimulai,bahkan setelah Nabi hijrah ke
Madinah.35
Kegiatan tulis-menulis memang mendapatkan ruh dari al-Quran, dan
semangat mempelajari kandungan al-Quran menyebabkan kegiatan baca dan
tulis mendapat perhatian penting dari Nabi SAW. Sehingga pernah Nabi SAW
mewajibkan kepada tawanan perang ketika selesai berperang setiap tawanan
harus mengajarkan sepuluh anak/pemuda Madinah untuk membaca dan
menulis.36
Pendidikan seni kaligrafi bila dilihat dari esensinya jelas masuk dalam
kelompok ilmu-ilmu agama, karena penerapannya memang dalam ruang
lingkup tulis-menulis huruf-huruf al-Quran (huruf Arab). Maka dalam konsep
pendidikan Islam ilmu ini merupakan alat yang mesti digunakan dalam proses
penelusuran dan penggalian ilmu-ilmu yang lainnya. Jika demikian, maka
pendidikan seni kaligrafi sangatlah mutlak diperlukan. Karenanya, Imam
Al-Ghazali mengelompokkan diantara ilmu-ilmu itu terbagi menjadi tiga bagian;
(1), ilmu-ilmu terpuji, (2), ilmu-ilmu tercela, (3), Ilmu-ilmu yang berada
diantara keduanya.
Beliau juga menjelaskan bahwa ilmu-ilmu terpuji itu adalah ilmu yang
membawa kepada kesucian jiwa, kunci untuk mengetahui hikmah dan
35
Sirojuddin,Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
36
Sirojuddin,Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
kebaikan sekaligus mengamalkannya.37 Sebab tujuan pendidikan Islam
menurutnya adalah kesempurnaan insan di dunia dan akhirat.
Namun, kaligrafi bukanlah semata-mata seni dan keindahan, tetapi
esensi yang paling pokok adalah pemahaman nilai-nilai al-Quran melalui
keindahan tulisan. Dengan konsep ini, maka sejalanlah dengan pemikiran
al-Ghazali yang mengatakan ilmu itu harus dilihat dari segi tujuan dan
kegunaannya dalam bentuk amaliyah.38
Ibnu Sina memandang bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
mengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah
perkembangan jiwa yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan
budi pekerti. Disamping itu tujuan pelatihan harus diarahkan pada upaya
mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dengan melakukan performans
atau keahlian yang dikuasainya sesuai dengan bakat, kesiapan, dan minat yang
dimilikinya.39
Memahami pendapat Ibnu Sina diatas bila dihubungkan dengan tujuan
dan manfaat yang ada pada pendidikan seni kaligrafi dalam konteks
pendidikan Islam tentu sangat sinkron. Hal ini dapat dibuktikan dalam konsep
kurikulum yang disusunnya, yaitu menekankan indikator pelajaran membaca,
menulis, menghafal al-Quran, dan kesenian pada awal usia perkembangan
anak.40
Pandangan pendidikan Islam terhadap diklat seni kaligrafi artinya juga
pandangan para pemikir pendidikan Islam terhadap kaligrafi. Sebab
pendidikan Islam itu sendiri sangat signifikan dengan proses
pemikiran-pemikiran yang muncul dari para tokoh pemikiran-pemikiran pendidikan Islam sekian
lamanya, dan keberadaanya sama tuanya dengan sejarah peradaban Islam itu
sendiri. Al-Faruqi, sebagaimana dikutip oleh Sirojuddin AR, menyebut
kaligrafi dengan ungkapan ‘Art of Islamic Art’ (seninya seni Islam).
Al-37
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.ke-1, h. 13.
38
Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 93.
39
Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 67.
40
Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h.71.
Haidari menyebut al-Quran sebagai juz’un asasiyyun min al-fann al-Islâmy (bagian paling mendasar dari seni Islam). Sementara D. Sirojuddin AR sendiri
menyebut kaligrafi itu merupakan khasanah kebudayaan Islam, yang secara
tradisional terus hadir sepanjang ruh perkembangan agama Islam, karena ia
berfungsi sebagai bahasa visual dari ayat-ayat al-Quran.41
Hamka dalam tafsir al-Azhar, sebagaimana dikutip Sirojuddin AR
mengatakan dengan kalam (pena) ilmu pengetahuan dicatat, bahkan
kitab-kitab suci yang diturunkan Allah ta’ala kepada nabi-nabinya baru menjadi
dokumentasi agama setelah semuanya dicatat. Kitab suci al-Quran sendiri
yang mulanya hafalan, kemudian catatan yang berserakan itu dibukukan
menjadi mushaf, setelah itu terciptalah berbagai ilmu-ilmu agama yang lain
seperti tafsir al-Quran, ilmu hadits, dan sebagainya.42 Semuanya
dikembangkan dengan“Nun, wa alqalami wa ma yasturûn”.
Dengan tinta, pena dan apa yang manusia tuliskan diatas media
berbagai ragam terciptalah kesempurnaan wahyu sejak 14 abad yang lalu.
Maka dari itu, peranan kaligrafi memang sangat penting, karena ia mampu
mengikat ilmu pengetahuan. Ini tentu sejalan dengan sabda Nabi SAW
diriwayatkan dari Tabrani mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “ikatlah ilmu dengan tulisan.”43
E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu; gairah; keinginan; dan suka terhadap sesuatu.44 Dalam Ensiklopedi
Umum disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang
terarah pada objek kegiatan atau pengalaman tertentu.45 Sedangkan dalam
kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest; liking;
41
Sirojuddin,Gores Kalam,...,h. 35.
42
Sirojuddin,Tafsir Al-Qalam,..., h. 70.
43
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi,al-Jami’ As-Saghir,Juz 2., h. 88
44
Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media, tt), h. 816
45
Hasan Shadily,Ensiklopedi Umum,(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), jilid.4, h. 2252
desire; attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka dikatakan “someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”. Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer, supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat pendidikan tinggi) disebut denganconcentrationataumajority.46
Minat secara istilah menurut beberapa pakar psikologi dan pendidikan
adalah sebagai berikut:
a. Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
serta keterikatan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh.47
b. Menurut Muhibbin Syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi, atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.48
c. Crow & Crow mengatakan minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung atau merasa tertarik
pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.49
d. Menurut Doyles Fryer minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan
objek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang kepada individu.50
e. Sedang Witherington berpendapat bahwa minat adalah kesadaran
seseorang pada sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang bersangkut
paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseo