BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Landasan Teori
2.2.2. Belajar
2.2.2.2. Aspek Belajar
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan
tinggi, akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan
belajar mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi
antara dosen, mahasiswa, dan pengetahuan / ketrampilan. Pemahaman
dan persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat
menentukan keberhasilan proses belajar (Suwarjono, 2004: 1)
Beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan konkret belajar
menurut Suwarjono (2004: 2) antara lain:
1. Makna Kuliah
Arti kuliah pada umumnya diperoleh mahasiswa bukan karena
kesadaranya tentang arti kuliah yang sebenarnya tetapi karena
pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kuliah. Mahasiswa dan
dosen mempunyai kedudukan yang sama dalam akses terhadap
pengetahuan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1. Dosen
berbeda dengan mahasiswa karena wawasan dan pengalaman
pengalaman berharga yang dimiliknya yang berkaitan dengan
pengetahuan tersebut. Dengan demikian, kuliah harus diartikan
sebagai forum untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa
terhadap pengetahuan yang bebas tersebut
Gambar 2.1. Proses Belajar Mengajar
Sumber : Suwarjono (2004: 3)
Mahasiswa Dosen
2. Fungsi Temu Kelas
Proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah
merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa
terhadap materi pengetahuan sebelum hasil kegiatan belajar mandiri.
Bila ada awal temu kelas mahasiswa telah menyiapkan diri
sebelumnya maka mahasiswa telah mempunyai pengetahuan awal
yang cukup memadai. Kesepakatan antara dosen dan mahasiswa
dalam bentuk rencana/program belajar dan silabus merupakan
keharuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga, kuliah atau
temu kelas akan diartikan sebagai ajang untuk berbagi pegetahuan
dan pengalaman antara dosen dan mahasiswa.
3. Pengalaman Belajar atau Nilai
Nilai yang diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda,
yaitu sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam mempelajari
mata kuliah dan sekaligus sebagai alat evaluasi keberhasilan mata
kuliah itu sendiri. Dalam hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa
memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam
menempuh kuliah, tetapi mungkin bukan merupakan ukuran
keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah
dalam mengubah pengetahuan, perilaku, atau kepribadian mahasiswa
termasuk penalarannya. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan
individual yang jelas, nilai buku merupakan tujuan tetapi lebih
merupakan konsekuensi logis dari apa yang dilakukannya selama
memungkinkan seseorang mahasiswa dapat memperoleh nilai tinggi
tanpa mahasiswa tersebut mengalami proses belajar yang semestinya
maka mata kuliah dan proses belajarnya sebenarnya belum
mengajarkan apapun kepada mahasiswa. Hubungan antara nilai dan
proses belajar dapat ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2. Hubungan Proses Belajar dan Nilai Alat evaluasi
Tanpa proses belajar Sumber : Suwarjono (2004: 5)
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa apabila penyelenggaraan
kuliah memungkinkan seorang mahasiswa dapat memperoleh nilai
tinggi tanpa mahasiswa tersebut menjalani proses balajar yang
semestinya, maka matakuliah dan proses belajarnya sebenarnya
belum mengajarkan apa-apa kepada mahasiswa. Apabila proses
belajar dianggap hal yang penting daripada sekedar nilai ujian, maka
pengendalian proses belajar harus menjadi perhatian utama. Persepsi
mahasiswa yang keliru mengenai hal ini akan menyebabkan
mahasiswa merasa frustasi menjalankan proses belajar.
4. Konsepsi tentang Dosen
Dalam proses belajar-mengajar yang efektif, dosen semestinya
harus dipandang sebagai seorang manajer kelas. Sumber pengetahuan
utama adalah buku, perpustakaan, artikel dalam majalah, hasil
penelitian, dan media cetak atau audio visual lainnya. Dalam
teknologi pendidikan, dikatakan bahwa dosen bertindak sebagai
director, facilitator, motivator, dan evaluator proses belajar. Nilai Ujian
5. Kemandirian Dalam Belajar
Kemandirian belajar adalah hasil suatu proses dan
pengalaman belajar itu sendiri. Kemandirian belajar harus dimulai
sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Hal ini
dimungkinkan jika terdapat buku pegangan yang dimemadai yang
dapat dijadikan pegangan bersama antara dosen dan mahasiswa. Agar
kemandirian dapat terbentuk, tugas dosen adalah mengarahkan,
memotivasi, memperlancar, dan mengevaluasi proses belajar mandiri
mahasiswa, sehingga temu kelas akan diisi dengan hal-hal yang
bersifat konseptual dan temu kelas akan merupakan ajang konfirmasi
pemahaman mahasiswa terhadap materi dan tugas yang harus
dikerjakan di luar jam temu kelas.
6. Konsep Memiliki Buku
Buku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
balajar. Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca, ditulisi,
dicoret-coret, ditempeli artikel, dan “diajak berdialog”, sehingga buku
tersebut akan menjadi bagian dari pada seseoran. Jika buku yang
dibeli tetap bersih dan tidak pernah diajak bedialog, maka seseorang
sebenarnya hanya memiliki kertas bergambar garis dan huruf dan
seandainya buku tersebut hilang, maka tidak ada rasa lain kehilangan
apapun karena buku yang sama dapat segera dibeli di beli toko buku.
Lain halnya jika buku tersebut telah dibaca dan dipahami serta diberi
tanda-tanda khusus pada bagian-bagian yang dianggap penting dan
seperti kehilangan kekasih. Sementara itu ada juga yang membeli
buku kemudian memberinya sampul dan membuka serta
membacanya secara hati-hati agar buku tersebut tidak rusak dengan
harapan setelah selesai digunakan untuk menempuh suatu kuliah,
buku tersebut dapat dijual kembali.
7. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa dan menggunakan bahasa sebagai alat
ekspresi buah pikiran bukan merupakan ketrampilan suatu yang
gifted, tetapi merupakan ketrampilan yang harus dipelajari dengan penuh kesadaran. Namun banyak mahasiswa yang merasa dapat
berbahasa (bahasa Indonesia khususnya) bukan karena
mempelajarinya secara sadar akan tetapi memperolehnya secara
ilmiah. Jika seseorang ingin mencapai dan menikmati pikiran-pikiran
dan gagasan-gagasan ilmiah, maka bahasa yang dikuasai secara
alamiah harus ditingkatkan manjadi bahasa ilmiah.
2.2.2.3.Faktor-Faktor yang Mempengarui Proses Dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengarui proses dan hasil belajar adalah
(Bahri, Syaiful, 2000: 142-147)
1. Faktor Luar
a. Lingkungan
1) Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara,
akan berpengaruh terhadap proses dan hassil belajar. Belajar
pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya
2) Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representasinya (wakilnya), maupun yang berwujud hal-hal
lain yang langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Seseorang langsung berpaengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. Misalnya seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang lain yang
mondar-mandir didekatnya, keluar masuk kamarnya atau
bercakap-cakap didekat tempat belajar itu, sehingga kurang
konsentrasi.
3) Lingkungan sosial yang lain seperti suara mesin pabrik,
hiruk pikuk lalu lintas juga berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar. Oleh sebab itu, gedung sekolah didirikan
ditempat yang jauh daru keramaian agar tidak terganggu
proses belajar mengajar.
b. Instrumental
Faktor - faktor instrumental adalah faktor yang
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor ini berfungsi sebagai saran untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
1) Kurikulum
Suatu rangkaian garis besar kuliah
2) Program
Meliputi pengaturan mata pelajaran dan kuliah, serta
3) Sarana dan fasilitas
Gedung perlengkepan belajar
4) Guru (tenaga kerja)
Seseorang menyampaikan pengetahuannya kepada
siswa agar mudah dipahami.
2. Faktor Dalam
a. Kondisi fisiologi
Kondisi fisiologis secara umumnya sangat berpengaruh
terhadap seseorang dalam keadaan kelelahan. Disamping kondisi
fisiologi umum itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
kondisi panca indra, terutama penglihatan dan pendengaran.
Sebagian besar yang dipelajari manusia, dipelajarinya
dengan mempergunakan penglihatan dan pendengaran. Orang
belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan
keterangan guru, mendengarakan ceramah, dan sebagainya.
Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran,
maka dalam lingkungan pendidikan formal orang melakukan
berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara
penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.
b. Kondisi psikologi
1) Minat
Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari
berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut,
sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan
minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan jauh
lebih baik. Karena itu persoalan yang biasa timbul adalah
bagaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai
pengalaman belajar tersebut dapat menarik minat para siswa.
2) Kecerdasan
Kecedasan besar peranannya dalam berhasil dan
tidaknya seseorang dalam mempelajari sesuatu atau
mengikuti program pendidikan.
3) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat seseorang, memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha tersebut.
4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi adalah
dorongan mahasiswa untuk belajar agar tujuannya dapat
tercapai.
5) Kemampuan kognitif
Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi,
dalam mengingat dan berfikir, besar pengaruhnya terhadap