• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Kualitas Hidup

2. Aspek Dalam Kualitas Hidup

Definisi yang diberikan Cummins (1998; Glatzer, 2015) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah konstruksi universal dari kedua definisi secara subyektif dan obyektif dimana pada domain obyektif berupa kesehatan dan domain subyektif berupa kepuasan yang kepentingnya pada setiap individu.

Netuveli dan Balne (2008; Glatzer, 2015) menyatakan bahwa pembentuk kualitas hidup adalah dimensi subyektif dan obyektif yang berupa kesehatan, psikologis, sosial dan dengan instrumen penelitian yang umum dan spesifik.

Brown (2004 dalam Glatzer, 2015) mengemukakan bahwa hubungan dengan keluarga, kontak dengan orang lain, kesehatan emosional, spiritualitas, mobilitas,kemandirian, aktivitas sosial dan komunitas, perekonomian, kesehatan pribadi, dan lainya merupakan bagian dari komponen kualitas hidup.

Fernandez – Ballesteros (2011 dalam Glatzer, 2015) mengklasifikasikan multidimensi dari kualitas hidup pada lansia berdasarkan konteks yang berbeda ( Individual/ konteks tingkat mikro

versus populasi/ konteks tingkat makro) dan pendekatan ( kondisi obyektif dan persepsi subyektif). Prespektif obyektif menunjukan pada personal atau karakteristik lingkungan mandiri atau persepsi manusia, termasuk demografi, lingkungan fisik, ekonomi, sosial, kesehatan, fungsional dengan hasil komponen obyektif pada tingkat makro atau mikro. Subyektif prespektif berhubungan dengan bagaimana individu

tersebut mengkaji domain kehidupanya (tingkat mikro) dan kondisi serta stereotipe di komunitas.

Prespektif subyektif dari kualitas hidup dioperasionalkan dengan jalan yang berbeda, menggukanan variasi indikator seperti kebahagiaan, kepuasan hidup, moral, percaya diri, aspirasi, ekspektasi, persepsi hubungan sosial dan dukungan (Glatzer, 2015).

Pengkahila (2007 dalam Kustanti, 2012) kualitas hidup lansia meliputi :

a. Aspek fisik yang meliputi kenyamanan, energi, kelelahan, dan istirahat.

b. Aspek psikososial yang meliputi perasaan positif dan negatif, harga diri, citra tubuh dan penampilan diri.

c. Tingkat independensi meliputi aktivitas fisik, ketergantungan obat dan kapasitas kerja.

d. Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksualitas.

e. Lingkungan : lansia berkesempatan mendapatkan informasi. f. Spiritual.

Hardywinoto dalam purwanti (2009 dalam Kustanti, 2012) menjelaskan Komponen – komponen yang mendukung kualitas hidup lansia anatara lain :

a. Aspek demografi yaitu jenis kelamin, umur, harapan hidup, pekerjaan, penghasilan dan lain – lain.

b. Aspek biologis meliputi sistem kekebalan tubuh, kerusakan sel dan jaringan akibat radikal bebas.

c. Aspek sosial dan budaya yaitu kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi kesehatan, kesempatan kerja, bantuan sosial.

d. Aspek ekonomi yang mencakup kondisi sosial ekonomi lanjut usia

e. Aspek hukum dan etika yaitu mencakup keterbatasan sumber daya manusia dan hubungan dengan keluarga.

f. Aspek psikologi dan perilaku dipengaruhi oleh hal – hal yang disadari bagi lansia.

g. Aspek agama dan rohani yaitu upaya bagi lansia mengatasi kesulitan hidup dan percaya bahwa diciptakan oleh tuhan yang maha esa.

h. Aspek kesehatan mempengaruhi kehidupan lanjut usia seperti kesehatan fisik dan mental.

i. Aspek pembinaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pelayan kesehatan bagi perawatan lansia. j. Aspek keperawatan lansia bertujuan mempertahankan kesehatan

dan semangat hidup lansia dengan meningkatkan perawatan secara promotif, preventif dan kuratif (Kustanti, 2012).

Kualitas hidup biasanya dibagi dalam dimensi lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Kualitas hidup juga terdiri atas penilaian subjektif seseorang mengenai sejauh mana berbagai dimensi seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial, dan kondisi psikologis dirasa

memenuhi kebutuhanya (Sadli, 2010). Lawton (1983 dalam Schalock, 1997) mendefinisikan faktor yang berperan dalam kualitas hidup

sebagai “good life” bagi lansia yang terdiri dari empat sektor , yaitu :

a. Kompetensi tingkah laku : kesehatan, kesehatan fungsional, kognitif, tingkah laku sosial.

b. Kesehatan psikologi c. Penerimaan kualitas hidup d. Lingkungan objektif.

Konsep kualitas hidup menurut WHO dipengaruhi oleh kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan lingkungan tempat tinggal (WHO, 1997). Domain dalam WHOQOL-BREEF diantaranya:

1. Kesehatan fisik

Teori Felce dan Perry (1996 dalam Rohmah ett all, 2012) mengemukakan bahwa kesejahteraan fisik difokuskan pada kesehatan. Optimum aging didapatkan pada posisi dimana fungsional lansia mencapai kondisi yang optimal atau maksimal. Fisik yang berfungsi baik memungkinkan lanjut usia untuk mencapai penuaan berkualitas. Ketidaksaiapan lansia menghadapi kondisi tersebut berdampak pada rendahnya pencapaian kualitas hidup. Fisik yang kurang berfungsi dengan baim akan menurunkan kesempatan lansia untuk mengaktualisasikan dirinya.

Kesehatan fisik adalah aspek dasar yang menentukan kualitas hidup. Kebebasan akibat dari kelemahan, penyakit dan

ketidakmampuan adalah pertimbangan penting. Keterbatasan fisik dapat mengurangi kemandirian dan menghalangi kebiasaan, aktivitas sosial dan pada tingkat yang lebih jauh akan menurunkan kepuasan hidup (Rohmah ett all, 2012: Schalock, 1997).

WHO menjelaskan bahwa dalam domain kesehatan fisik terdapat enam facet yang dijadikan indikator dalam menentukan kualitas kesehatan fisik diantaranya:

a. Aktifitas sehari-hari

b. Ketergantungan terhadap obat-obatan c. Energi dan kelelahan

d. Kemampuan gerak

e. Nyeri dan ketidaknyamanan f. Tidur dan istirahat.

g. Kapasitas kerja. (Venkatesh, 2015) 2. Faktor psikologis

Kestabilan kesejahteraan psikologis menjadi faktor yaqng berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis (Renwick & Brown dalam Rohmah ett all, 2012). kesejahteraan psikologis mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi. Kesejahteraan psikologis menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup lansia.

Faktor psikologis merupakan faktor yang penting dalam melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang dialami dalam hidup. Penurunan fungsi psikologis biasanya dipengaruhi oleh

penurunan fungsi fisiologis. Perubahan psikologis berasal dari kesadaran tentang merosotnya perasaan rendah diri lansia apabila dibandingkan dengan orang disekitarnya yang lebih muda. Penurunan terhadap kecerdasan emosional menyebabkan lansia menjadi mudah cemas, menyendiri, sering takut, merasa tidak dicintai, merasa gugup, sedih dan cenderung mudah depresi. Hal ini juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.

Kesehatan kognitif juga penting terhadap kualitas hidup lansia. Dimensi ini memiliki persepsi tersendiri tentang kepuasan hidup. Banyak peneliti mengatakan bahwa persepsi pribadi terkait kesehatan kognitif berhubungan erat dengan faktor sosial ekonomi, derajat interaksi sosial dan aspek situasi kehidupan (Larson dan Schalock, 1997).

WHO menjelaskan dalam aspek psikologis seseorang terdapat beberapa indikator yang menentukan kualitas psikologis nya. Indikator tersebut dibagi dalam enam facet dalam WHOQOL-BREEF, diantaranya:

a. Citra tubuh dan penampilan. b. Perasaan negatif.

c. Perasaan positive. d. Kepercayaandiri. e. Keyakinan Personal.

h. Kemampuan berfikir, belajar, mengingat dan berkonsentrasi. (Venkatesh, 2015)

3. Faktor sosial

Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan lansia memenuhi kebutuhan dasar dengan sebaik-baiknya. Blunden (1988) mencatat bahwa dimensi kesehatan sosial merupakan element penting pada kehidupan kebanyakan orang. Memiliki hubungan menjadikan seseorang mampu menentukan pilihan, beraktivitas dan menjadi objek yang dihormati merupakan komposisi penting dari kesehatan sosial (Rohmah ett all, 2012:Schalock, 1997).

WHO menjelaskan bahwa dalam domain hubungan sosial terdapat tiga facet yang dijadikan indikator dalam menentukan kualitas hubungan sosial diantaranya:

a. Hubungan personal. b. Dukungan sosial.

c. Aktivitas seksual. (Venkatesh, 2015) 4. Faktor lingkungan

Tempat tinggal yang baik akan meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Lingkungan hidup lansia sebaiknya dalam suasana yang tentram, damai, dan menyenangkan penghuninya sehingga

penghuni merasa betah. Salah satu aspek dalam kesejahteraan lingkungan adalah kesehatan material.

Kesehatan material adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan kebebasan terkait dengan pendapatan, hidup dengan sebagian kualitas fisik yang dapat diterima dan memiliki kepemilikan materil adalah bagian dari kualitas dan kuantitas (Rohmah ett all, 2012 : Schalock, 1997).

WHO menjelaskan bahwa dalam domain lingkungan terdapat delapan facet yang dijadikan indikator dalam menentukan kualitas lingkungan diantaranya:

a. Sumber keuangan.

b. Kebebasan, keamanan fisik, keamanan lingkungan. c. Ketersedian dan kualitas layanan fisik dan sosial. d. Lingkungan.

e. Kesempatan mendapatkan informasi. f. Berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi. g. Lingkungan fisik (Polusi,kebisingan). h. Transportasi. (Venkatesh, 2015)

Dokumen terkait