• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 85-88)

C. Struktur Penduduk Menurut Usia Produktif

D.3. Karakteristik Penduduk Bekerja

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan

multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.

Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. Indikator variabel aspek daya saing daerah terdiri dari:

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteraan masyarakat manakala pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi dapat dilihat dari pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (angka konsumsi rumah tangga perkapita) dan pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi rumah tangga untuk non pangan).

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (angka konsumsi RT perkapita)

Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga perkapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi rumah tangga semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.

Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.

Berdasarkan data Susenas, pada Tahun 2009 pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Kabupaten Nias (sebelum pemekaran) mengalami penurunan dari Tahun 2008. Pengeluaran per kapita pada Tahun 2008 sebesar Rp. 323.991,- dan Tahun 2009 sebesar Rp. 298.849,- yang terdiri dari pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 201.606,- (67,46 persen) dan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp. 97.243,- (32,54 persen).

Persentase konsumsi bahan makanan di Kabupaten Nias tercatat sebesar 67,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran diperuntukkan untuk konsumsi makanan, berarti sebagian besar penduduk masih memprioritaskan pemenuhan untuk kebutuhan primer (makanan).

Hasil analisis konsumsi rumah tangga perkapita dapat disajikan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 2 - 40

Angka Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Kabupaten Nias Tahun 2008 s.d 2009 (dalam Rp)

No Uraian 2008 2009 2010

1. Total Pengeluaran RT 323.991 298.849 486.937

Sumber: BPS Kabupaten Nias

b. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi RT untuk non pangan)

Persentase pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan juga dapat menggambarkan keadaan kesejahteraan masyarakat suatu daerah, dimana semakin tinggi persentase pengeluaran untuk bukan makanan semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Tabel 2 - 41

Persentase Konsumsi RT non-Pangan Kabupaten Nias Tahun 2008 s.d 2009 (Rp)

NO Uraian 2008 2009 2010

1. Total Pengeluaran RT non Pangan 84.876 97.243 127.063 2. Total Pengeluaran 323.991 298.849 486.937 Sumber : BPS Kabupaten Nias

2.4.2. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Capaian Indikator Iklim Berinvestasi dilihat dari lama pengurusan ijin dan kondisi keamanan daerah (angka kriminalitas) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kemudahan Perijinan

Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One

Stop Services), melalui Badan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Nias. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. Dengan kemudahan perijinan berinvestasi diharapkan akan menarik minat investor dalam negeri maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Nias.

Dalam hal proses perizinan di Kabupaten Nias, telah diterbitkan Keputusan Bupati Nias Nomor: 061/118/K/2007 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu pada Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Nias dan Keputusan Bupati Nias Nomor: 061/117/K/2007 tentang Penetapan Tata Laksana Pelayanan Perizinan pada Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Nias. Dalam Keputusan Bupati Nias Nomor: 061/118/K/2007 tersebut telah diatur persyaratan dan lamanya pengurusan perizinan dan non perizinan di Kabupaten Nias antara lain sebagai berikut:

No Jenis Perizinan Lama Pengurusan Perizinan

PERIZINAN

1. Izin mendirikan bangunan 15 Hari Kerja 2. Izin usaha jasa konstruksi 15 Hari Kerja

3. Izin gangguan 14 Hari Kerja

4. Izin tempat penjualan minuman beralkohol 7 Hari Kerja

5. Izin tempat usaha 7 Hari Kerja

6. Izin usaha perdagangan 7 Hari Kerja 7. Izin usaha bengkel umum kendaraan bermotor 15 Hari Kerja 8. Izin gudang/ruangan 7 Hari Kerja 9. Izin usaha industri, izin perluasan dan tanda daftar industri 14 Hari Kerja 10. Izin penyewaan kios/losd pasar milik Pemerintah Daerah di

sekitar Kota Gunungsitoli dan pasar pekan di kecamatan se Kabupaten Nias

45 Menit

NON PERIZINAN

1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 14 Hari Kerja Sumber : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nias

b. Keamanan dan Ketertiban

Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Nias relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi oleh aparatur pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.

Tabel 2 - 42

Angka Kriminalitas Yang Terjadi

Di Wilayah Kabupaten Nias Tahun 2008 s.d. 2009 (Kasus)

No Jenis Kriminal 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah kasus pembunuhan 9 5 8 12 2. Jumlah kasus penganiayaan berat 138 1 8 21 3. Jumlah Kejahatan pencurian dengan

kekerasan 5 6 7 7

4. Jumlah kasus pencurian dengan

pembantaian 53 37 26 32

5. Jumlah kasus pencurian ringan 17 20 13 10 6. Jumlah kasus pencurian kendaraan

bermotor 9 14 2 17

7. Jumlah kasus pemerasan 49 20 22 17 8. Jumlah kasus perkosaan 6 10 6 7 9. Jumlah kasus pembakaran - - 1 1 10 Jumlah kasus perjudian 28 20 16 18 11 Jumlah kasus pengrusakan 28 10 16 23 12 Jumlah kasus penipuan 12 10 3 21 13 Jumlah kasus penggelapan 10 4 9 12 14. Jumlah kasus Kejahatan Narkotik 4 4 NA NA

Jumlah Tindak Kriminal Selama 1

Tahun 368 161 137 198

Jumlah Penduduk 442.019 442.548 443.492 444.502 Angka Kriminalitas 0,08 % 0,04 % 0,03 % 0, 04 % Sumber : Buku Nias Dalam Angka Tahun 2010.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan keamanan di wilayah Kabupaten Nias dilihat dari angka kriminalitas yang terjadi dari Tahun 2006 – 2008 mengalami penurunan namun pada Tahun 2009 angka kriminalitas yang terjadi kembali mengalami peningkatan. Hal ini perlu diantisipasi dan dukungan dari semua pihak, baik aparat keamanan, maupun masyarakat untuk menjaga agar kondisi keamanan tetap kondusif, sehingga menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya.

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 85-88)

Dokumen terkait