• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN LITERATUR

2.1. Perkembangan Kampung Wisata di Kota Surabaya

2.4.2. Aspek Form

Aspek fisik (form) ini memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi sense of place. Aspek fisik berkontribusi untuk membuat sebuah setting lingkungan lebih mudah dibaca oleh pengguna, dimana lingkungan tersebut dapat diidentifikasi, diorganisir dan diarahkan oleh masyarakat (Lynch, 1960). Sebuah place yang dapat dibaca memungkinkan orang membentuk citra yang jelas dan akurat dan dapat membantu pengguna untuk mengorientasikan diri yang dipengaruhi oleh beberapa aspek form dalam urban design seperti paths, edges, districts, nodes, dan landmark (Lynch, 1960).

Dalam sebuah lingkungan terbangun, menurut Lynch (1997), sense of place merupakan faktor yang menciptakan sebuah link atau hubungan antara manusia dengan lingkungan (place). Sense of place membuat hubungan antara keduanya menjadi satu kesatuan yang unite. Sebuah ruang (space) juga harus memiliki identitas yang jelas dan harus dapat dikenali (identifiable), mudah diingat (memorable), dan jelas (obvious) untuk dapat menciptakan sebuah sense of place (Lynch, 1997).

Dalam konteks lingkungan kampung, permukiman informal ini memiliki karakter yang khas dan unik dalam bentuk fisik maupun budaya yang tidak dimiliki tipe perumahan lain seperti perumahan formal. Menurut Hutama (2014), aspek form di dalam kampung erat kaitannya dengan ruang publiknya. Ruang publik kampung dapat mewadahi interaksi sosial yang memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan sense of place masyarakat. Ruang publik tersebut antara lain dapat dilihat di tabel 2.6 berikut.

23 mulai dari luas sampai sempit

Secara general, gang di kampung terhubung langsung dengan teras rumah penduduk. Dimana ruang privat banyak berubah menjadi ruang semi publik atau bahkan publik. Ruang ini adalah ruang yang paling banyak mewadahi interaksi masyarakat.

Kios/ Warung HBE, konstruksi semi permanen

Di kampung kota, kios atau warung bukan hanya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan warga, namun juga sebagai titik berkumpul warga untuk melakukan sosialisasi. Tempat ini dapat mewadahi interaksi sosial yang lebih lama dan memberika suatu simbol atau identitas terhadap sebuah kelompok masyarakat.

Toilet Umum Pemakaian untuk umum, biasanya ditemukan di tempat yang tidak terekspos

Dalam beberapa kampung dengan kepadatan tinggi, toilet umum ada untuk penggunaan bersama, biasanya

digunakan ibu ibu untuk mencuci pakaian secara bersama.

Fasilitas sosial dalam kampung sudah pasti memiliki peran yang signifikan dalam mewadahi interaksi sosial masyarakatnya dan menjadi sebuah sistem sosial yang mengikat komunitas (Setiawan, 2010).

Lapangan dan Open Space

Ukurannya terbatas, bagian dari sisa lahan, dan beragam

Atmosfer dari sebuah lapangan atau open space di kampung bisa beragam dan digunakan untuk aktifitas yang beragam seperti perayaan/events, interaksi sosial, memasak bersama, mengeringkan pakaian, dan lain sebagainya.

Tabel 2.6. Aspek Form Sense of Place di dalam Kampung menurut Hutama (2014)

24

Dari beberapa contoh karakter fisik tersebut, dapat disimpulkan beberapa aspek form /physical atributes yang mempengaruhi sense of place di sebuah kampung, khususnya kampung wisata adalah sebagai berikut :

Aspek Form Sense of place pada Kampung Wisata

Measurements

Sistem Setting atau Layout kampung (Phunter, 1991)

Built Form and Building Facade (Phunter, 1991) (Ujang, 2010) Street Furniture (Phunter, 1991)(Ujang, 2010)

Landmark Kampung (Montgomery, 1998) Sumber: penulis (2018)

1. Sistem Setting atau Layout Kampung

Dari layout kampung ini dapat dianalisa konfigurasi setting spasial dari studi kasus kampung wisata. Konfigurasi spasial kampung ini mencakup konfigurasi layout penataan unit rumah warga di dalam kampung dan pembagian fungsi dan ruang pada gang di kampung wisata tersebut.

Dalam hal ini, setting spasial memiliki keterkaitan erat dengan sistem aktifitas.

Dimana sistem aktivitas manusia akan ditentukan oleh konteks kultural dan sosial (Rapoport, 1977). Cara hidup dan sistem kegiatan, akan menentukan macam dan wadah bagi kegiatan tersebut. Wadah yang dimaksud adalah ruang-ruang yang saling berhubungan dalam satu sistem tata ruang dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Lingkungan permukiman kampung sebagai bagian dari hasil karya arsitektur yang berkembang dari tradisi masyarakat setempat merupakan gambaran langsung budaya masyarakatnya. Menurut Rapoport (1977) lingkungan ini mampu mencerminkan nilai-nilai yang dianut, keinginan-keinginan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya. Dengan demikian apabila nilai, keinginan dan kebiasaan tersebut berubah, terjadi pula perubahan dalam konteks spasialnya.

Tabel 2.7. Aspek Form Sense of Place pada Kampung Wisata

25 Kesimpulan yang bisa ditarik pada faktor perubah sistem setting adalah adanya penekanan pada aspek manusia pelaku dan sosial budaya sebagai faktor perubah. Faktor-faktor mata pencaharian atau peran dalam masyarakat, kepercayaan, nilai dan norma-norma yang dianut, pola interaksi sosial masyarakat merupakan penentu suatu tatanan spasial akan tetap bertahan atau berubah.

2. Building Form & Facade

Building form merupakan bagaimana sebuah bangunan terlihat, seberapa tingginya, seberapa jauhnya dari pedestrian, visibilitas, dan langgam arsitekturalnya (Downtown Frediction, 2016). Building form dan building facade ini secara individual memiliki karakteristik yang unik, dimana secara kolektif dapat mendefinisikan sense of place (Sans Fransisco Planning, 2015)

Dalam hal kampung wisata, building form and facade ini dinilai cukup penting dalam mendefinisikan sense of place. Dimana aspek aspek yang diperhatikan antara lain adalah gaya arsitektural bangunan dan kondisi bangunan di kampung wisata studi kasus.

Gambar 2.7. Hubungan antara sistem setting dengan aspek aspek lainnya yang mempengaruhi (Sumber: Rapoport, 2003, halaman 155)

26

3. Street Furniture

Secara empiris, street furniture adalah agregat struktural jalan, drainase dan jalur utilitas, trotoar, dan persimpangan (Ade, 2013). Dalam konteks kampung wisata, street furniture yang akan dibahas antara lain adalah komponen sidewalks, komponen drainase, dan komponen gang itu sendiri. Dalam hal ini terkait eran jalan atau gang di kampungs sebagai public space utama yang mewadahi kegiatan domestik maupun wisata.

4. Landmark Kampung

Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta terdapat perbedaan skala dalam lingkungannya. Landmark adalah elemen penting dari bentuk sebuah lingkungan karena membantu orang mengenali suatu daerah.

Selain itu landmark bisa juga merupakan titik yang menjadi ciri dari suatu kawasan (Lynch, 1975). Sehingga dari penjelasan aspek form sense of place pada konteks kampung wisata dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Sumber Form Sistem Setting

atau Layout Kampung

Konfigurasi ruang dalam layout

kampung untuk

mengidentifikasi sosio spasial lingkungan arsitektural dan kondisi kampung

 Gaya Arsitektural Bangunan

 Kondisi Bangunan

Phunter gang terkait dengan fungsi jalan sebagai public space utama di

Landmark Landmark yang bisa berfungsi sebagai titik yang menjadi identitas dari suatu kawasan

 Landmark Warga Tabel 2.8. Aspek Form Sense of Place pada Kampung Wisata

Sumber: Penulis (2018)

27 2.4.3. Aspek Activities Sense of place

Dalam fungsinya untuk mewadahi aktifitas penggunanya, sebuah place dituntut untuk dapat responsif, fungsional, dan vital. Vitalitas dapat diartikan sebagai kemampuan atau keaktifan sebuah place dalam mewadahi aktifitas sebagai sebuah hasil dari intensitas dan keragaman aktifitas yang dihasilkan oleh penggunanya (Jacobs, 1961; Montgomery, 1998). Place yang baik adalah sebuah lingkungan yang memiliki keragaman fisik (form), ekonomi, dan keragaman sosial, memiliki periode aktifitas dan keaktifan yang relatif panjang sehingga dapat berkontribusi terhadap public space yang vital dan aman (Jacobs, 1999).

Dalam hal aktifitas yang terjadi di kampung wisata, terdapat perubahan yang signifikan dari aktifitas kampung sebagai hunian informal yang memiliki aksses terbatas (penduduk dan pengguna jalan yang terbatas) menjadi memiliki fungsi aktifitas ganda, yakni hunian dengan aktfitas domestik primer dan fungsi komersial sebagai kampung wisata, yang mana harus memiliki aksesibilitas dan keterbukaan yang tinggi terhadap wisatawan (orang eksternal kampung). Dalam hal ini terdapat banyak perubahan pola aktifitas masyarakat, baik itu aktifitas domestik maupun aktifitas sosial antar warga maupun wisatawan. Aspek aspek tersebut antara lain adalah:

Aspek Activity Sense of place pada kampung

Measurements

Activity (Phunter, 1991) (Montgomery, 1998) (Ujang, 2010) Behaviour Patterns (Phunter, 1991)

Flow (Montgomery, 1998)

Social Interactions and Mixture of People (warga dan turis) (Ujang, 2010) (Vali, 2014)

Sumber: penulis (2018 1. Aktifitas

Terdapat beberapa tipe klasifikasi aktifitas, menurut Gehl (2006) yang berpendapat bahwa ada dua tipe aktifitas yang bisa dilakukan di area outdoor, yakni necessary activities dan optional activities. Dimana necessary activities adalah aktifitas yang dianggap wajib dan harus dilakukan masyarakat setiap harinya, seperti berbelanja, pergi sekolah, pergi bekerja. Sedangkan optional activities adalah aktifitas yang terjadi ketika terdapat sebuah keinginan, waktu Tabel 2.9. Aspek Activity Sense of Place pada Kampung Wisata

28

yang dialokasikan, dan tempat. Contoh optional activities antara lain adalah jalan jalan, duduk santai, dan membaca koran. Sehingga, ketika kondisi lingkungan luar (outdoor environment) cukup baik, makan optional activity akan semakin meningkat, begitu juga dengan aktifitas sosial. Gehl (2013) menambahkan disamping necessary dan optional activity, terdapat social activity yang terjadi bergantung pada kehadiran orang lain di area publik.

Dalam konteks aktifitas yang terjadi pada kampung wisata di Kota Surabaya, aktifitas diklasifikasikan menjadi necessary activity; social activity; optional activity. Sedangkan social activity sendiri dibagi menjadi 2 yakni aktifitas sosial sesama warga kampung dan aktifitas sosial dengan wisatawan.