• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam dokumen Etika dan Hukum Kesehatan (Halaman 151-156)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

G. ASPEK HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan akan seialu terkait dengan landasan hukum penerapan program keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan kebijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan. Sumber -sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program keselamatan dan kesehata kerja (K3) di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Undang - Undang No, 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja:

Diberilakukan pada tanggai 12 januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang keselamtan kerja. Dalam undang - undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-syarat keselamtan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.

2. Undang — Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja :

Dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat tentang kelamatan kerja yaitu :

a. Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamtan dan kesehatan kerja (K3) untuk melindungi keselamtan tenaga kerja.

b. Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan manajemen organisasi Iainya.

3. Undang — Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Pelindungan Konsunnen :

Pada pasal 2 menyebutkan bahwa pelindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, kesinambangan, keamanan dan keselamatan konsumen. Selanjutnya pasal 4 menyebutkan mengenai hak konsumen antara lin hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi barang dan jasa. Di dalam perundangan ini terkandung aspek keselamtan konsumen (consumer safety) dan keselamatan produk (product safely). 4. Undang — Undang No 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Undang-Undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (jamsostek) dimaksudkan untuk mengantikan Undang-Undang No. 2 tahun 1951 tentang pernyataan belakunya undang — undang (UU) kecelakaan No. 33 tahun 1947 dan peraturan pemerintah No. 33 tahun 1977 tentang asuransi sosial tenaga kerja (Astek). Undang-Undang (UU) ini mulai belaku sejak diundangkan pada tanggal 17 Februari 1992. Seperti di dalam konsideran undang-Undang (UU) ini bahwa dengan semakin meningkatnya peranan tenaga

kerja dalam membangun nasional dan semakin tinggi resiko yang mengancam keselamtan, dan kesejahtraan tenga kerja, maka perlu upaya pelindungan tenaga kerja. Pemberian perlindungan tenaga kerja adalah meliputi

pada saat.tenaga kerja melakukan perkerjaan dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja melalui program jaminan sosial tenaga kerja dengan mekanisme asuransi.

a. Pasal 6 (1) : dinyaatakan bahwa ruang lingkup program jamsostek meliputi : jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

b. Daftar penyakit yang timbul karena hubungan kerja diatur dalam keputusan presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

c. Penyelenggaran program jamsostek diatur dengan peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1993 meliputi : kepesertaan, iuran, besar dan tata cara pembayaran dan pelayanan jaminan sosial serta sanksi. Selanjutnya melalui peraturan pemerintah No. 28 tahun 2002 dilakukan perubahan ketiga atas peraturan pemerintah No. 14 tahun 1993, khusnya untuk mengubah ketentuan pasal 22 (1). Mengenai jaminan kematian dan lampiran II hurup A angka 3 mengenai besarnya santunan kematian (lumpusum)

d. Petunjuk teknis kepesrtaan dan pelayanan jamsostek diatur di dalam peraturan Meteri Tenaga Kerja No. Per — 05 / MEN / 1993.

5. Undang — Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Khusnya Pada Pasal 23 : Dinyatakan bahwa keselamatan kerja (K3) diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Secaragaris besar di dalam penjelasan undang — undang ini, di uraikan hal — hal sebagai berikut :

a. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk maksud agar setiap perkerja dapat berkerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas yang optiomal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

b. Upaya kesehatan kerja pada hakekatnya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penaykit, penyembuhan penyakit dan pemuliahan

kesehatan. Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan perkerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis perkerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan, dart proses kerja serta tempat atau lingkungan kerja.

c. Tempat kerja adalah tempat yang terbuka atau tertutup, bergerakatau tetap, yang dipergunakan untuk memproduksi barang dan jasa, oleh satu atau beberapa orang perkerja, temapat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 (sepuluh) orang.

6. Undang — Undang Higiene Perusahan No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvesi ILO No. 120 :

Mengenai higine dalam peniagaan dan kantor — kantor mulai sejak diundangkan pada tanggal 25 Februari 1961.

7. Undang — Undang Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2003 :

Tentang pengesahan konvensi ILO Nomor 81 mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam industry dan perdagangan dimaksudkan untuk dapat melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan secara efektif sesuai standar yang ditetapkan oleh International Lobour Organization (ILO).

8. Undang — Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung: Gedung memuat aspek keselamatan bangunan (building safety) antara lain :

1. Pasal 16 : Persyaratan keadalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

2. Pasal 17 : Persyaratan keselamtan bangunan gedung sebagai mana meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemapuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahya kebakaraan dan bahaya petir.

3. Pasal 21 : Persyaratan kesehatan bangunan gedungmeliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahyaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

9. Undang - Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 :

Dalam undang - undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, telah diatur dalam BAB tersendiri yaitu pada pasal pasal 164- 66, yang berisi sebagai berikut :

1. Upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh perkerjaan. Yang dimaksud upaya kesehatankerja ini, meliputi :

a. Perkerja di sektor formal b. Perkerja di sektor informal

c. Bagi setiap orang selain perkerja yang berada di lingkungan tempat kerja. 2. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja yang diatur oleh

ketentuan yang berlaku dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.

3. Pengelolahan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan magi tenaga kerja.

4. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil

pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

5. Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan perkerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharan, dan kesehatan kerja.

BAB 12

Dalam dokumen Etika dan Hukum Kesehatan (Halaman 151-156)