• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Dalam dokumen Etika dan Hukum Kesehatan (Halaman 165-168)

ASPEK HUKUM PENYAKIT MENULAR

E. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

PMS dikenal dengan sebutan Penyakit akibat Hubungan Seksua! (PHS) atau Sexually Transmitted Diseases (STDs) merupakan penyakit yang mengenai organ reproduksi lakilaki atau perempuan, terutama akibat hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin, bisa menyebabkan penderitaan, kemandulan dan kematian. Gejala penyakit ini mudah dikenali, dilihat dan dirasakan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering tidak disadari.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang menyebabkan AIDS, virus ini menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian paling utama dari sistem kekebalan tubuh. Ketika HIV masuk ke dalam tubuh maka dapat ditemukan di dalam darah, cairan sperma (semen) dan cairan vaginal. AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala yang secara berangsur-angsur menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Virus HIV masuk kedalam tubuh melewati perantaraan cairan tubuh seperti darah, sperma dan cairan vagina, kemudian masuk aliran darah, selanjutnya HIV merusak system kekebalan tubuh individu. Perkembangan HIV yangtidak berbahaya menjadi berbahaya karena sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, yang akan mengakibatkan semua penyakit mudah masuk kedalam tubuh.

Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV yaitu: 1) A, abstinence, memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi, terutama seks pranikah, 2) B, be faithful, saling setia, C, condom, menggunakan kondom secara konsisten dan benar,

3) D, drugs, tolak penggunaan NAPZA, 5) E, equipment, jangan pakai jarum suntik bersama.

Di dunia setiap liari lebih dari 5000 (lima ribu) kaum muda usia 15-24 tahun terjangkit HIV, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan setengah dari kasus HIV/AIDS terjadi pada usia remaja 15-24 tahun yang merupakan usia produktif dan sebagian dari mereka tinggal di negara berkembang. Tingglnya kasus HIV/ AIDS di kalangan usia produktif merupakan persoalan yang sangat serius bagi sebuah bangsa, segala upaya harus dilakukan

untuk penanggulangannya mengingat informasi mengenai HIV/AIDS masih sangat terbatas, disebabkan akses remaja untuk mendapatkan informasi masih sangat kurang.

Menurut. Piot (2005) Indonesia merupakan negara baru yang menjadi sorotan dalam upaya pemberantasan HIV/AIDS di dunia. Indonesia dikatakan berada di tepi jurang epidemi HIV/AIDS. Meski pun angka prevalensi HIV/AIDS di Indonesia terbilang kecil, akan tetapi proses transmisinya terbilang cukup cepat. Belum lagi banyak pakar berpendapat penyebarang kasus HIV/AIDS seperti fenomena gunung es dimana angka yang sesungguhnya jauh Iebih besar daripada angka yang ada sekarang ini, Sejak ditemukannya kasus HIV/AIDS pertama kali di Indonesia tahun 1987, kini tercatat sedikitnya ada Iebih 8000 kasus, yaitu 4065 HIV dan 4186 AIDS (data per September 2006).

Tiga hal utama yang dikhawatirkan di Indonesia dalam penyebaran HIV/AIDS: 1) kalangan pengguna narkotika suntik, 2) kalangan pekerja seks komersial dan kliennya, 3) di Papua HIV/ AIDS telah masuk ke Iingkungan masyarakat biasa. Kemudian Piot juga mengatakan Asia merupakan salah satu daerah risiko penyebaran HIV/AIDS yang tinggi, mengingat pada 2005 ada sekitar 8,3 juta prang terinfeksi di Asia, termasuk 1,1 juta infeksi baru dan 520 ribu meninggal.

Tingkat prevalensi HIV/AIDS di Asia Iebih rendah dari pada Afrika, sementara jumlah penduduk Asia cukup besar sehingga kita harus selalu waspada dengan perkembangan HIV/AIDS ini. Di China prevalensi HIV/AIDS 18 sampai 56 persen pada pengguna narkoba suntik dan di Indiajumlah penularan meningkat cukup signifikan di kalangan perempuan yang tertular dari suaminya, data tahun 2003 memperlihatkan ada 5,1 juta penduduk yang terinfeksi. Di Vietnam jumlah penderita HIV/AIDS meningkat dua kali lipat menjadi 263 ribu pada tahun 2005 dan di Thailand program penanggulangan AIDS mencapai kesuksesan dengan penurunan prevalensi hingga angka 1,5 persen tahun 2003.

Di Indonesia jumlah total penderita HIV/AIDS 11604 kasus dengan rincian 4617 kasus HIV dan 6987 kasus AIDS, dengan kematian 1651 kasus. Dad 6987 penderita AIDS ini 3675 adalah AIDS yang disebabkan IDU. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sangat mengancam, ini disebabkan adanya keterkaitan dengan faktor risiko, terutama perilaku seksual dan penggunaan NAPZA suntik yang semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. Hasil penelitian perilaku diketahui Iebih dari separuh laki-laki kelompok tertentu baik yang telah menikah maupun belum, pernah berhubungan seks dengan wanita penjaja seks, dan sembilan diantara sepuluh orang tidak selalu menggunakan kondom, dan angka ini merupakan yang terendah

dibanding negara Asia lainnya. Perilaku berisiko Iaki-Iaki dapat tertular dan menularkan HIV kepada pasangannya, istrinya selanjutnya kepada bayinya.

Data dari WHO menunjukan, kurang dari 111 kasus penyakit menular seksual diderita oleh kelompok usia di bawah 25 tahun. Kaum muda dan remaja memang sangat berisiko tinggi terhadap PMS termasuk HIV/AIDS. Setiap lima menit remaja di bawah 25 tahun terinfeksi HIV dan setiap menit 10 perempuan usia 15-19 tahun melakukan aborsi tidak aman.

Menurut Wilopo, pada seminar Hari Kependudukan Dunia 2003 mengatakan, saat ini ada sekitar 1 miliar penduduk usia remaja memasuki perilaku reproduksi dan seksual yang dapat membahayakan atau justru mengancam kehidupannya. Secara pragmatis masalah remaja harus difokuskan pada tiga aspek besar: 1) sebagian besar remaja belum memahami masalah kesehatan reproduksinya, sehingga mereka mengalami kehidupan reproduksi yang tidak sehat termasuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, 2) sebagian dari mereka melakukan perilaku seksual yang berisiko tinggi yang rentan terhadap PMS dan HIV/AIDS, kecanduan obat-obatan psikotropika, 3) partisipasi sedini mungkin sekelompok remaja dan pemuda (15-24 tahun) dalam proses pembangunan perlu ditingkatkan.

Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi FE U! (2002) menyebutkan secara umum terlihat ada ketimpangan pengetahuan HIV/AIDS dan PMS lainnya. Untuk itu diperlukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) berkaitan dengan PMS lain selain HIV/AIDS. Pengetahuan ini diperlukan karena banya'< PMS yang sangat berbahaya. Untuk itu diperlukan terobosan agar sumber informasi tentang pengetahuan PMS dan HIV/AIDS adalah pihak yang dekat dengan remaja, sebagai sumber informasi yang diharapkan adalah dari orang tua, teman dan petugas kesehatan.

Tanjung et a/. (2003) menyebutkan bahwa HIV/AIDS merupakan jenis PMS yang paling dikenal responden 72,77 persen, selain itu juga sipilis dan gonore. Kebanyakan sumber informasi tentang PMS dan HIV/AIDS sebagian besar didapatkan dari media cetak dan elektronik.

BAB 13

Dalam dokumen Etika dan Hukum Kesehatan (Halaman 165-168)