• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.4. Aspek Kesejahteraan Rakyat

Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggi merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap daerah. Namun manfaat tersebut harus juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain, aspek pemerataan juga menjadi pertimbangan penting dalam keberhasilan pembangunan. Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Provinsi DKI Jakarta.

2.4.1 Indeks Gini

Indeks Gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh dalam suatu daerah. Ukuran kesenjangan Indeks Gini berada pada besaran 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai 0 (nol) pada indeks gini menunjukkan tingkat pemerataan yang sempurna, dan semakin besar nilai Gini maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok penduduk berdasarkan golongan pengeluaran.

35

Gambar 2.15 Indeks Gini DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Nasional 2012-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

Tabel 2.7 Indeks Gini & Tingkat Ketimpangan Provinsi DKI Jakarta 2012-2017

No. Tahun Indeks Gini Tingkat Ketimpangan Kelompok Penduduk 40% Terendah 40% Menengah 20% Teratas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. 2012 0,397 Sedang 15,67 33,94 50,39 2. 2013 0,364 Sedang 17,59 31,51 50,90 3. 2014 0,436 Sedang 14,83 31,83 53,34 4. 2015 0,421 Sedang 16,57 33,48 49,95 5. 2016 0,397 Sedang 16,49 37,29 46,22 6. 2017 0,409 Sedang 17,16 34,30 48,54

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2018

Gambar 2.15 memperlihatkan perbandingan Indeks Gini Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Nasional. Dari gambar tersebut terlihat bahwa Indeks Gini DKI Jakarta pada tahun 2012, angka Indeks Gini DKI Jakarta berada di atas Indeks Gini Nasional, Banten, maupun Jawa Barat. Hal tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan ketimpangan pendapatan dalam struktur masyarakat DKI Jakarta. Namun setelah itu, Indeks Gini DKI Jakarta mengalami tren yang menurun hingga tahun 2017. Untuk melihat secara lebih lengkap mengenai persentase pendapatan kelompok penduduk di DKI Jakarta, maka hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7.

36

2.4.2 Tingkat Kemiskinan

Walaupun tren PDRB per kapita Provinsi DKI Jakarta menunjukkan tren yang positif namun persentase penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami tren yang cenderung meningkat. Walaupun demikian kenaikan persentase penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta dalam periode 2012-2015 tidak mencapai 1%. Persentase penduduk miskin naik dari 3,71% pada tahun 2012 menjadi 3,75% pada tahun 2016.

Gambar 2.16 Persentase Penduduk Miskin Provinsi DKI Jakarta, Pulau Jawa, dan Nasional Tahun 2012-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2018

2.4.3 Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan pembangunan non fisik suatu daerah yang direpresentasikan oleh tiga dimensi, yakni umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kualitas hidup yang layak. Dengan pengukuran IPM ini, setidaknya ada 3 manfaat yang diperoleh, diantaranya adalah: i) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk); ii) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara; dan iii) IPM juga dapat digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

37

Sejak tahun 2010 BPS telah menggunakan metode baru dalam penentuan IPM. Perubahan tersebut mencakup data yang digunakan dan metode perhitungan. Dengan mengganti angka melek huruf dengan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. Sementara itu dari sisi pendapatan PNB per kapita menggantikan PDB per kapita karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Selain itu dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Hal tersebut menunjukkan dalam mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.

Capaian IPM Provinsi DKI Jakarta sendiri dari tahun 2012-2016 dengan menggunakan perhitungan baru meningkat dari 77,53 menjadi 79,60. Dengan metode perhitungan baru ini, IPM Provinsi DKI Jakarta memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan 33 provinsi lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup masyarakat DKI Jakarta dapat dikatakan lebih baik dibandingkan 33 provinsi lainnya di Indonesia. Nilai IPM DKI Jakarta dan perbandingannya dengan Nasional dan Provinsi Banten maupun Jawa Barat dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.17 Perbandingan IPM Provinsi dan Nasional Dengan Menggunakan Metode Baru Tahun 2012-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018

2.4.4 Indeks Kesetaraan Gender

Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia

38

antara laki-laki dan perempuan. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2015, IPG DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan perbaikan kesetaraan gender dalam indikator-indikator pembentuk IPM.

Tabel 2.8 Indeks Pembangunan Gender Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2011-2015

No. Indikator

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Indeks Pembangunan Gender DKI Jakarta 74,01 74,66 74,98 94,60 94,72 2. Indeks Pembangunan Gender Nasional 89,52 90,07 90,19 90,34 91,03

Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak, 2018

2.4.5 Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi DKI Jakarta dan perkembangan Angka Melek Huruf Nasional dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.18 Angka Melek Huruf DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012-2016

Sumber : Bappeda dan Statistik Nasional, 2018

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa capaian Angka Melek Huruf Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 hingga 2016 telah melampaui capaian Nasional. Perkembangan Angka Melek Huruf DKI Jakarta selama kurun waktu 2010-2016 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meskipun demikian, capaian Angka Melek Huruf tersebut masih belum mencapai target MDG’s, yakni 100% pada tahun 2015.

39

2.4.6 Usia Harapan Hidup

Angka usia harapan hidup penduduk di Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu 2012 hingga 2016 telah melampaui angka usia harapan hidup nasional. Pada tahun 2016 angka usia harapan hidup di DKI Jakarta mencapai 72,49 tahun, sedangkan angka usia harapan hidup nasional pada tahun 2016 sebesar 70,90 tahun. Adapun angka harapan hidup standar nasional adalah 71 tahun (WHO, 2014). Hal ini bermakna kesehatan penduduk di DKI Jakarta telah melampaui standar nasional. Lebih lanjut, perkembangan usia harapan hidup di DKI Jakarta tahun 2010-2016 dapat disimak dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.19 Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012-2016

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

2.4.7 Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk di DKI Jakarta mengalami tren meningkat, pada tahun 2012 tercatat sebesar 0,06% kemudian menjadi 0,22% pada tahun 2016. Meskipun demikian, pencapaian indikator ini telah melampaui target yang ditetapkan dalam MDG’s yaitu sebesar 3,60%. Dengan demikian pencapaian balita gizi buruk di DKI Jakarta berdasarkan target MDG’s tergolong berhasil. Uraian lebih rinci disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.9 Persentase Balita Gizi Buruk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-2016

No. Uraian

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah balita gizi buruk 573 598 677 1.088 2.020 2. Jumlah balita 908.764 843.773 875.558 481.928 934.422

40

No. Uraian

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3. Persentase balita gizi buruk 0,06% 0,07% 0,08% 0,23% 0,22%

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2018

2.4.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Kondisi ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan adanya penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada tahun 2013 TPAK di DKI Jakarta sebesar 71,56%, kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2016 tercatat sebesar 66,91% atau dengan kata lain, dari 100 orang penduduk berusia 15 tahun ke atas, sebanyak 66 orang diantaranya memasuki pasar lapangan kerja.

Tabel 2.10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi DKI Jakarta 2012-2016

No. Uraian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Angkatan Kerja (ribu orang) 5.368,57 5.180,01 5.063,48 5.092,22 5.178,84 1.1. Bekerja (ribu orang) 4.838,59 4.712,84 4.634,37 4.724,03 4.861,83 1.2. Menganggur (ribu orang) 529,98 467,18 429,11 368,19 317,01 2. Bukan Angkatan Kerja (ribu

orang)

2.133,62 2.427,87 2.537,99 2.578,37 2.561,05

3. Penduduk Usia 15 tahun keatas (ribu orang)

7.502,19 7.607,88 7.601,47 7.670,59 7.739,89

4. TPAK 69,36 71,56 66,61 66,39 66,91

5. TPT 9,87 9,02 8,47 7,23 6,12

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2018

Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan. Data tenaga kerja menunjukkan bahwa pada tahun 2012 sebesar 90% dari angkatan kerja yang ada memperoleh pekerjaan, atau dengan kata lain terdapat 10% angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan atau menganggur. Pada tahun 2016 persentase angkatan kerja yang memperoleh pekerjaan naik menjadi sebesar 94% dari angkatan kerja yang ada memperoleh pekerjaan atau sebesar 6% angkatan kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Data tersebut menunjukkan tren jumlah pengangguran yang berkurang. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

41

Tabel 2.11 Rasio Penduduk yang Bekerja di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012-2016

No. Uraian

Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Penduduk yang bekerja (ribu orang)

4.838,60 4.712,84 4.634,37 4.724,03 4.861,83

2. Angkatan kerja (ribu orang) 5.368,60 5.180,00 5.063,50 5.092,22 5.178,84 3. Rasio penduduk yang bekerja (%) 90% 91% 92% 93% 94%

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta,2018

Dokumen terkait