• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Pasar, Teknis dan Manajemen

1. Aspek Pasar

Dalam tujuan untuk mengembangkan suatu usaha, maka aspek pasar dari hasil produksi patut diketahui. Selain mempertimbangkan pasar dari produk yang

dihasilkan, perlu juga dilakukan pertimbangan terhadap persaingan usaha yang semakin tajam. Aspek pasar ini sangat penting sehingga menjadi tempat atau prioritas utama dari produsen atau investor untuk mempertimbangkan pendekatan yang akan digunakan untuk merebut minat konsumen.

DILA ini dibuat secara semi mekanis, dengan bantuan mesin, namun sebagian besar pengerjaannya dibuat oleh manusia. Hasil akhirnya akan berupa alat pembuat got melintang (DILA) siap pakai. Cara pemakaian alat ini adalah dengan menggandengkannya pada traktor roda 4, sama seperti penggunaan bajak singkal maupun rotari. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, fungsi atau kegunaan DILA ini adalah sebagai pembuat got melintang sekaligus saluran drainase permukaan di kebun tebu, khususnya kebun tebu lahan kering.

Keistimewaan dari DILA ini adalah terdapatnya sepasang pengeruk dibagian belakangnya sehingga dapat mengatasi masalah penumpukan buangan tanah pada kedua sisi saluran, yaitu dengan mengangkat tumpukan tanah yang terdapat ditengah saluran dan menaruhnya ditumpukan guludan. Pada alat lain sejenis yang telah ada (furrower, kair maupun rotary ditcher), buangan tanah di kanan dan kiri saluran tampak menumpuk sehingga diperlukan tenaga manual (manusia) untuk menyingkirkan tumpukan tanah itu karena menghalangi jalannya air (menyebabkan kemampatan). Selain itu, DILA ini tidak menggunakan tenaga PTO dalam proses penggerakannya. Hal ini tentunya akan meminimalkan dan meringankan kerja traktor.

Dengan melihat aspek pasar yang sangat penting ini, maka perusahaan atau proyek yang dijalankan ini harus mempertimbangkannya sematang mungkin. Untuk DILA ini tentu saja pasarnya adalah perusahaan gula dan kebun tebu di seluruh Indonesia. Namun, mengingat sebagian besar perkebunan/areal tebu terdapat di pulau Jawa, maka target utama pemasaran DILA ini adalah di pulau Jawa. Pulau Jawa ini memberikan kontribusi 67% dari total hasil tebu di seluruh Indonesia. Dengan luas areal tebu yang mencapai 322 445 ha (tahun 2004), diperlukan alat-alat modern seperti DILA ini untuk membantu pengolahan dan persiapan lahan tanamnya sehingga berpengaruh dalam peningkatan produkstivitas tebu.

Dengan melihat luas areal perkebunan tebu yang mencapai 322 445 ha tersebut, tentu saja prospek penjualan alat ini akan sangat baik, karena produk sejenis belum pernah diproduksi dan dipasarkan di dalam negeri. Produk sejenis yang ada (furrower, kair, rotary ditcher) baru dapat dibeli secara impor dengan harga yang lebih mahal, dan kadang kurang sesuai dengan kontur dan jenis tanah kebun tebu di Indonesia. Selain itu, produk sejenis yang telah ada belum dapat memenuhi fungsi yang diinginkan.

Mengingat ini adalah perusahaan pertama yang memproduksi DILA pembuat got melintang di Indonesia, maka persaingan belum terlalu berat. Selain itu karena DILA ini merupakan produk yang telah dipatenkan, maka perusahaan pembuat DILA yang akan didirikan ini akan memegang seluruh lisensi penjualan DILA (memonopoli usaha produksi DILA). Jadi diasumsikan bahwa seluruh permintaan dan kebutuhan DILA di Indonesia akan dipenuhi oleh perusahaan pembuat DILA ini. Jika ada perusahaan lain yang ingin memproduksi DILA ini, maka perusahaan lain itu harus membayarkan royalti kepada perusahaan pembuat DILA ini.

Kompetitor dari luar negeri untuk produk sejenis sudah cukup banyak, namun produk yang dijual tidaklah sama persis. Persaingan ini dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas produk serta menjual produk dengan harga yang murah, lebih murah dibandingkan produk lain yang sejenis. Harga yang murah sangat penting, karena di Indonesia selama ini konsumen masih lebih mementingkan harga yang murah dibandingkan kualitas produk. Namun tetap, harga yang murah juga harus disertai dengan kualitas produk yang baik.

a. Permintaan dan Penawaran

Melihat dari target pemasarannya yang berupa perkebunan dan petani tebu, maka perlu dilakukan suatu perkiraan permintaan. Dengan luas lahan tebu yang mencapai 322 445 ha pada tahun 2004, maka dapat diperkirakan prospek penjualan DILA ini akan baik, mengingat kegiatan pengolahan lahan sebelum tanam merupakan proses yang paling berat dari keseluruhan proses budidaya tanaman tebu. Proses pengolahan lahan ini mengkonsumsi energi sekitar ⅓ dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya (Suastawa, 2001).

Untuk mengurangi konsumsi energi yang besar itu, maka diperlukan suatu sistem pengolahan lahan yang modern menggunakan alat-alat yang modern.

Kebutuhan DILA di Indonesia didapatkan dengan menghitung Kapasitas Lapang Efektif (KLE) DILA dan luasan lahan yang harus diolah pada setiap musim tanam. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 1, didapatkan nilai KLE DILA sebesar 5.7 ha/jam.

Diasumsikan bahwa dalam satu hari DILA dapat beroperasi selama 5 jam (studi kasus PG Jatitujuh), sehingga DILA dapat mengolah 28.5 ha lahan per hari.

Untuk studi kasus kebutuhan DILA di PG Jatitujuh yang memiliki luas lahan plant cane sebesar 1800 ha dan waktu pengolahan lahan efektif tiap tahun selama 105 hari (Hidayat, 2005), maka hanya diperlukan 1 unit DILA dengan asumsi bahwa luas lahan plant cane yang harus diolah adalah sama setiap hari selama waktu pengolahan lahan efektif, yaitu 17.14 ha per hari selama 105 hari.

Namun, penggunaan DILA pada PG Jatitujuh dianggap kurang efektif menurut nilai KLE-nya. Dengan kemampuan DILA mengolah lahan seluas 28.5 ha per hari hanya dipakai untuk mengolah lahan seluas 17.14 ha per hari.

Perhitungan kebutuhan DILA di Indonesia juga didapatkan dengan menghitung luasan lahan yang mengalami plant cane setiap tahunnya. Diasumsikan tiap tahunnya, lahan tebu yang mengalamiplant caneadalah 1/3 dari total luas lahan tebu yaitu sekitar 107 481.667 ha. Namun tidak semua lahanplant cane ini akan diolah menggunakan mekanisasi yang modern. Oleh karena itu, dengan mengasumsikan bahwa 1/3 dari lahanplant canetersebut akan mengalami pengolahan secara manual (sistem Reynoso), maka luasan lahan plant cane di Indonesia tiap tahunnya adalah 71 654.45 ha (2/3 dari 107 481.667 ha).

Mengingat kemampuan DILA mengolah 28.5 ha lahan per hari dengan waktu kerja efektif 105 hari, maka diperlukan 24 unit DILA untuk mengolah lahan seluas 71 654.45 ha dengan asumsi luasan lahan yang diolah adalah sama setiap hari selama 105 hari efektif pengolahan yaitu seluas 682.42 ha.

Dari total kebutuhan DILA per tahun yang mencapai 24 unit, maka perusahaan pembuat DILA ini akan memproduksi seluruhnya. Proses produksinya sendiri tidak akan berlangsung sekaligus (24 alat) dalam satu tahun, namun akan

memproduksi DILA sebanyak 12 unit. Hal ini disebabkan asumsi bahwa konsumen tidak akan langsung membeli DILA ini pada tahun pertama, melainkan bergantian di tahun pertama dan kedua.

Umur ekonomis dari DILA ini adalah 3 tahun. Hal ini diasumsikan berdasarkan beratnya kerja DILA di lapangan serta luasnya lahan yang harus diolah pada setiap musim tanam. Pada tahun ketiga produksi, konsumen dianggap akan membeli DILA ini sebagai stok selain DILA yang sudah dibeli pada tahun sebelumnya. Barulah pada tahun keempat, konsumen yang membeli pada tahun pertama akan melakukan reinvestasi karena umur ekonomis alat yang sudah habis. Jika dibandingkan dengan umur ekonomis alat dan mesin pertanian lain yang biasanya mencapai 5 tahun, maka umur DILA ini dapat dikategorikan cepat. Selain mempertimbangkan kerja DILA yang cukup berat, juga dipertimbangkan dari segi perawatan DILA sendiri. Jika DILA mengalami proses maintanance yang baik, maka umur ekonomisnya juga akan lebih lama.

b. Program Pemasaran

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan pasar dari DILA ini, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern antara lain adalah kualitas produk, harga jual dan pemasaran. Sedangkan faktor ekstern meliputi persaingan pasar dan masalah transportasi produk.

b.1. Kapasitas Pemasaran

Berdasarkan perhitungan total kebutuhan DILA di Indonesia (Lampiran 1), maka tiap tahun perusahaan akan memproduksi 12 unit DILA. Keadaan ini diasumsikan tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan penerimaan yang didapatkan juga tetap selama umur proyek (10 tahun).

Harga jual DILA yang ditetapkan adalah sebesar Rp15 253 909/ unit.

b.2. Sasaran Pemasaran

Sasaran pemasaran DILA ini adalah pabrik gula, petani dan pemilik perkebunan tebu di seluruh Indonesia, khususnya kebun tebu lahan kering. Luas areal kebun tebu di Indonesia tahun 2004 adalah sebesar 322 445 ha, dengan spesifikasi 248 566 ha milik BUMN dan 73 879 ha milik swasta. Luasan areal kebun tebu terbesar sejauh ini masih didominasi pulau Jawa, oleh karena itu target pemasaran terbesar adalah di pulau Jawa.

b.3. Standar Harga dan Pola Distribusi

Dari perhitungan yang telah dibuat maka diperoleh harga produksi DILA per unitnya adalah sebesar Rp 15 253 909. Harga DILA ini akan menjadi patokan harga untuk penjualan, tentunya setelah ditambahkan dengan persenan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Dengan demikian, proyek diharapkan akan mampu bersaing dalam merebut minat konsumen.

Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan pelayanan yang baik seperti ketepatan waktu pengiriman, sistem pembayaran, dan kompensasi atas kerusakan produk (penggantian atau servis).

Dalam hal penjualan DILA ini, pembayaran akan dilakukan secara tunai atau maksimal jatuh tempo setelah 1 (satu) bulan dengan persyaratan uang muka sebesar minimal 50% dari harga penjualan.

Dokumen terkait