• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Studi Kelayakan Proyek

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya dari berbagai kebutuhan. Pilihan terhadap suatu sumberdaya timbul karena adanya faktor kelangkaan dan adanya kebutuhan sumberdaya yang semakin meningkat.

Menurut Pramudya (1991), proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh suatu manfaat (benefit). Didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil (Gittinger, 1986). Karena sumber-sumber yang tersedia dan yang dapat digunakan sifatnya terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan antara berbagai penggunaan kompetitif dari berbagai sumberdaya.

Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisa sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang ada pengaruhnya tehadap kemungkinan proyek mencapai sukses (Edris, 1983). Disamping pengkajian mendalam atas semua faktor yang terlibat dalam proyek, studi kelayakan harus dapat menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibanding dengan sumber daya yang diperlukan (Soeharto, 2002)

Tujuan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Selain itu, Pramudya (1991) mengatakan bahwa studi kelayakan proyek ini perlu dilakukan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi di dalam suatu proyek yang tepat, dari berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan. Menurut Gray (2002), studi kelayakan proyek dapat juga digunakan untuk

mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.

Menurut Edris (1983) ada beberapa aspek penting yang perlu dikaji dalam suatu studi kelayakan proyek, antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional–manajemen - organisasi, aspek finansial dan aspek sosial ekonomi. a. Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek pasar ini menempati prioritas pertama dan utama dalam suatu studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pangsa potensial yang cukup.

Pengkajian aspek pasar memang mencakup lingkup yang amat luas, tetapi umumnya dibatasi kepada analisis masalah prakiraan permintaan dan penawaran produk, pangsa pasar serta strategi pemasaran (Soeharto, 1998).

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Berdasarkan analisa teknis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Pada dasarnya pengkajian aspek teknis ini terdiri dari penentuan letak geografis lokasi, pemilihan teknologi produksi, penentuan kapasitas produksi, denah instalasi dan bangunan instalasi (Soeharto, 2002)

c. Aspek Institusional - Manajemen - Organisasi

Aspek institusional membahas hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial masyarakat dan pemerintahan setempat serta susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi dan pemerintahan setempat (Gittinger, 1986).

Sedangkan aspek manajemen dan organisasi secara khusus mengkaji pertimbangan-pertimbangan pokok dalam membentuk suatu organisasi, bentuk kepemilikan usaha, skema organisasi, tenaga kerja (beserta spesifikasinya) serta jadwal proyek (Edris, 1983).

d. Aspek Finansial

Aspek finansial membahas cara untuk memperoleh modal/dana yang diperlukan untuk menjalankan proyek, serta bagaimana proyek dapat mengembalikan dana yang telah diperolehnya (Pramudya, 1991)

Sedangkan menurut Edris (1983), aspek finansial mencakup bagian-bagaian penting seperti : asumsi-asumsi pokok keuangan, jumlah biaya proyek, kebutuhan awal modal kerja, sumber pembiayaan proyek, laporan keuangan dan analisis keuangan.

e. Aspek Sosial Ekonomi

Menurut Soeharto (2002) pengkajian aspek sosial ekonomi menitikberatkan pada penelitian masalah biaya (cost), manfaat (benefit) dan kerugian atau beban (disbenefit) dari sudut kepentingan masyarakat/ nasional secara menyeluruh.

Sedangkan Edris (1983) mengungkapkan aspek sosial ekonomi ini dalam beberapa hal, seperti : bagaimana proyek berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja dan penghasilan masyarakat sekitar lokasi proyek dengan mengingat perbaikan standar hidup keluarga dan perorangan (aspek sosial) serta pajak-pajak, dengan memperlihatkan bertambah besarnya pendapatan daerah dan pusat yang dapat dipergunakan pemerintah untuk membangun masyarakat.

1. Analisis Finansial

Dalam proses mengkaji kelayakan proyek atau investasi dari aspek finansial, pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur proyek (Soeharto, 1998). Menurut Edris (1983) kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah proyek akan menguntungkan dalam suasana persaingan yang ada dan dalam perekonomian yang tidak menguntungkan keadaannya.

Pramudya (1991) mengatakan bahwa analisis finansial ini dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan. Nilai barang yang digunakan (misal: upah, harga barang) digunakan nilai yang berlaku di pasar (market price).

2. Kriteria Kelayakan Investasi

Dalam menilai suatu proyek atau usaha, kelayakan suatu usaha produksi sangat penting untuk dilihat agar keefektifan suatu proyek dapat direncanakan dan dianalisis. Mereka yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu proyek atau usaha harus mempertimbangkan banyak aspek yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Menurut Gray (2002), terdapat 3 macam kriteria investasi yang umum digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan, yaitu:

1. Net Present Value (nilai bersih sekarang) atau NPV merupakan selisih present valuearus manfaat dan biaya dihitung berdasarkandiscount rate. 2. Internal Rate of Return (tingkat hasil internal) atau IRR merupakan

discount rateyang menjadikan NPV suatu proyek = 0

3. Net Benefit Cost(rasio manfaat biaya netto) atauNetB/Cratiomerupakan angka perbandingan arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif.

Suatu proyek dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungannya diperoleh NPV > 0, IRR >Discount Rate, Net B/C≥ 1.

Tiga kriteria investasi yang disebutkan diatas memperhitungkan nilai waktu dan uang, sedangkan kriteria investasi yang tidak memperhitungkan nilai waktu dan uang adalah pay-back period (periode pengembalian). Menurut Soeharto (1995), pay-back period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selesih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun.Pay-back periodbiasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun.

Berdasarkan pay-back period ini, suatu proyek yang yang mempunyai periode pengembalian lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak dikembangkan (Soeharto, 1995).

Dokumen terkait