B. Analisa Kelayakan Pemberian Pembiayaan pada PT XYZ
3. Aspek Pemasaran
Usaha yang dikelola adalah produksi atau pembuatan sapu yang berbahan ijuk, sorgum dan palmyra dengan target pasar 80% untuk memenuhi pasar ekspor dan 20% memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada mulanya seluruh hasil produksi ditujukan untuk ekspor ke Jepang, namun seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya minat pasar ekspor terhadap produk PT. XYZ, maka PT. XYZ melayani permintaan ekspor dari negara-negara lain diluar Jepang seperti Korea, Taiwan, China, dan India. Dan mulai tahun 2008 PT. XYZ juga melayani permintaan sapu untuk pasar domestik. Realisasi penjualan selama periode tiga (3) tahun terakhir, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Realisasi penjualan PT. XYZ
Tahun Penjualan (Rp. juta) Rataan/bulan (Rp. juta) 2008 4.095,40 341,28 2009 3.895,40 324,62 2010 6.604,70 550,39
Prospek usaha industri Sapu saat ini dan untuk masa mendatang dinilai cukup baik, mengingat sifat barang merupakan barang yang penggunaannya cepat aus/habis sehingga dalam waktu yang tidak lama barang ini harus diganti dan sebagian besar rumah tangga memerlukannya, sehingga kebutuhannya relatif kontinu dan ada kecenderungan meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah rumah tangga. Terlebih lagi di negara Jepang untuk setiap rumah membutuhkan lebih dari lima (5) jenis Sapu yang disesuaikan dengan peruntukannya. Prospek ini juga didukung dengan telah dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyainya
langganan (buyer) tetap.
Beberapa pelanggan tetap PT. XYZ adalah : a. Azumma Industrial Co. Ltd di Jepang
b. Yaguchi Trading Co. Ltd di Jepang
c. Hsien Lang International Corp. di Taiwan d. Birgma Asia Inc. di Swedia
e. PT. 3M Indonesia di Indonesia
f. Indomaret di Indonesia
Persaingan dari perusahaan sejenis relatif kecil, karena PT. IKS merupakan satu-satunya pemasok untuk AI Co. Ltd., sebuah perusahaan Jepang yang terletak di daerah Hamamatsu, yang sejak tahun 1993 hingga sekarang tetap memesan produk PT. XYZ untuk dipasarkan di seluruh Jepang. Untuk menjaga pasar yang telah ada dan harapan untuk memperoleh pasar yang baru, PT. XYZ melakukan strategi pemasaran, yaitu :
a. Tetap menjalin hubungan baik yang telah dibina selama ini baik
dengan buyer di luar negeri maupun lokal.
b. Menjaga mutu produk yang dihasilkan dan ketepatan waktu
pengiriman.
c. Menetapkan harga jual yang cukup bersaing.
d. Mencari pemasok dengan mutu barang yang baik, namun harga lebih
bersaing.
e. Mencari peluang pasar baik dalam dan luar negeri.
4. Aspek Sosial
Usaha industri Sapu pada suatu daerah harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dampak yang akan ditimbulkan akibat dari adanya industri sapu milik PT. XYZ.
a. Lingkungan
Karawang terkenal sebagai Lumbung Padi Nasional. Walaupun sebagaian besar lahan di wilayah Kabupaten Karawang digunakan untuk pertanian, namun tidak sedikit pula digunakan untuk industri. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya beberapa kawasan industri di Kabupaten Karawang. Industri di Kabupaten Karawang, yaitu ± 455 perusahaan dari berbagai industri, baik produksi barang maupun jasa, salah satunya industri sapu dari beragam jenis bahan baku. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi merupakan tanggungjawab semua pihak. Industri sapu PT. XYZ menghasilkan limbah ijuk, rumput sorgum, palmyra dan serbuk kayu. Limbah tersebut dapat diproses menjadi pupuk organik, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
b. Masyarakat
Industri sapu PT. XYZ dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Ampas ijuk, rumput sorgum, palmyra dan serbuk kayu yang diolah menjadi pupuk organik. Hal tersebut memberikan dua keuntungan sekaligus kepada masyarakat sekitar lokasi usaha, pertama terciptanya lapangan kerja dan yang kedua
dihasilkan benefit dari penjualan pupuk organik. Selain itu,
keberadaan PT. XYZ cukup memiliki kontribusi dalam pembangunan Desa Kalibuaya yaitu pembangunan jalan desa dan tempat ibadah.
5. Aspek Keuangan
Dalam rangka pengembangan usaha, maka perusahaan berencana menambah bangunan pabrik (Gambar 12), untuk itu PT. XYZ mengajukan permohonan tambahan Kredit Investasi kepada Bank ABC. Biaya pembangunan pabrik Rp. 3.991.286.300,- (Tabel 7). Sumber pendanaan dari modal sendiri Rp. 801.286.300,- (20%) dan kredit bank Rp. 3.190.000.000,- (80%). Pengembalian kredit selama tujuh (7) tahun
(90 bulan), termasuk enam (6) bulan masa tenggang pembayaran
angsuran pokok (grace period).
Tabel 7. Rencana investasi perusahaan
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Penyediaan Lahan 1,574,100,000.0
2. Perencanaan dan Ijin 66,000,000.0
3. Pembangunan
3.1. Bangunan Pabrik dan Kantor 1,998,894,700.0
3.2. Bangunan Guest House 320,306,300.0
3.3. Rumah Jaga 31,985,300.0
Total 3,991,286,300.0
Gambar 12. Lokasi pabrik baru PT. XYZ
Data keuangan PT. XYZ berdasarkan laporan keuangan home
statement periode per 31-12-2008; 31-12-2009 dan 31-12-2010 seperti dimuat pada Tabel 8.
Hasil pendapatan (penjualan) dari usaha pada tahun 2009 mengalami penurunan 4,9%, antara lain karena dampak dari kondisi perekonomian global yang kurang kondusif, sehingga mempengaruhi penjualan ekspor PT. XYZ. Penjualan tahun 2010 mengalami peningkatan cukup nyata hingga mencapai 69,6%. Peningkatan tersebut karena kondisi perekonomian mulai stabil dan permintaan ekspor sapu meningkat.
Laba perusahaan tahun 2009 dan 2010 lebih rendah dibandingkan tahun 2008, disebabkan meningkatnya biaya penjualan,
umum, administrasi dan operasional masing-masing 1,4% dan 6,5% dari tahun 2008 dan biaya penyusutan, serta biaya bunga kredit.
Tabel 8. Laba/rugi perusahaan
Desember Desember Desember 2008 2009 2010 a. Pendapatan 4,095.4 3,895.4 6,604.7 b. Pertumbuhan (%) 5.1 (4.9) 69.6 c. Laba 409.7 283.2 336.8 d. Profit Margin (%) (c / a) 10.0 7.3 5.1 Sumber : PT. XYZ, 2011 Uraian LABA / RUGI
Pada Tabel 9, jumlah aktiva lancar menunjukkan tren yang meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas usaha, aktiva lancar didominasi oleh persediaan (per 31-12-2010 Rp. 1.238,10 juta), yaitu persediaan bahan baku, bahan setengah jadi dan persediaan barang siap jual. Hal ini disebabkan kebijakan perusahaan untuk persediaan untuk menunjang kelancaran proses produksi maka strategi perputaran persediaan lebih lama terutama bahan baku ijuk dan kayu.
Jumlah aktiva tetap pada tahun 2010 meningkat Rp. 886,1 juta berupa pembelian kendaraan operasional, mesin-mesin dan renovasi bangunan pabrik di Telagasari, sehingga saldo akhir aktiva tetap per 31- 12-2010 sebesar Rp. 1.786,70 juta. Hutang lancar mengalami kecenderungan yang meningkat pada tahun 2010, hal ini disebabkan meningkatnya hutang usaha. Modal perusahaan meningkat setiap tahun, karena seluruh keuntungan ditanamkan kembali ke dalam usaha untuk memperkuat struktur permodalan. Total aset perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, peningkatan tersebut karena dialokasikannya seluruh laba tahun berjalan ke dalam struktur modal perusahaan dan adanya peningkatan hutang dan harta tetap.
Tabel 9. Neraca perusahaan
Desember Desember Desember 2008 2009 2010
a. Aktiva Lancar 1,909.8 2,157.3 2,351.5 b. Aktiva Tetap 1,235.1 1,072.3 1,786.7 c. Total Harta (a + b) 3,144.9 3,229.6 4,138.2 d. Hutang Lancar 1,117.1 1,018.7 1,590.5 e. Hutang Jangka Panjang 100.0 0.0 0.0 f. Total Hutang (d + e) 1,217.1 1,018.7 1,590.5 g. Total Modal 1,927.8 2,211.0 2,547.7 h. Total Hutang + Modal (f + g) 3,144.9 3,229.6 4,138.2
Sumber : PT. XYZ, 2011
Uraian
NERACA
Pada Tabel 10 menunjukkan PT. XYZ per 31 Desember 2010 memiliki CR = 1,48 kali dan DER = 0,62 kali, dengan demikian telah
memenuhi financial covenant yang ditentukan Bank dimana untuk CR
minimal 1,0 kali dan DER maksimal 2,5 kali. Net Working Capital
(NWC) per 31 Desember 2010 menunjukkan penurunan menjadi Rp. 761,03, karena meningkatnya hutang usaha menjadi Rp. 726,90 juta untuk pembelian bahan baku.
Tabel 10. Rasio keuangan perusahaan
Perputaran piutang tahun 2010 selama satu (1) hari. Perputaran piutang cukup singkat, karena perusahaan telah menetapkan kebijakan pembayaran secara tunai untuk pembeli domestik dan untuk pembeli di
luar negeri dengan sistem pembayaran menggunakan Letter of Credit
Pengendapan persediaan tahun 2010 selama 109 hari yang relatif lebih lama dari periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena untuk mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat. Lamanya pengendapan ini masih wajar, mengingat barang yang diproduksi merupakan barang tahan lama, namun penumpukan persediaan akan mengganggu perputaran modal kerja secara keseluruhan, karena menimbulkan dana tidak produktif.
Investasi dilakukan pada awal tahun 2010. Penarikan dana investasi (Tabel 11) dilakukan secara bertahap, karena pembangunan pabrik dilakukan selama enam (6) bulan.
Tabel 11. Penarikan dana investasi
Kredit investasi mulai ditarik sejak awal pembangunan proyek. Penarikan kredit tersebut sudah dikenakan biaya bunga yang disebut
bunga selama periode konstruksi (interest during construction atau IDC).
Asumsi yang mendasari penyusunan arus kas adalah sesuai dengan Lampiran 4 sedangkan proyeksi arus kas ditunjukkan dalam Lampiran 3. Arus kas merupakan catatan atas penerimaan dan pengeluaran kas dalam satu periode (12 bulan). Arus kas terdiri dari penerimaan kas (arus kas masuk) dan pengeluaran kas (arus kas keluar).
Dari proyeksi arus kas yang dilakukan untuk tujuh (7) periode sesuai jangka waktu pengembalian kredit, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengembalikan kredit investasi yang diperoleh dari
proceed yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa proyek bankable.
Dengan asumsi peningkatan penjualan rata-rataan 15% per tahunnya, maka diproyeksikan perusahaan dapat mencapai laba bersih positif selama jangka waktu tujuh (7) tahun, sehingga menunjukkan
perusahaan menguntungkan (Tabel 12). Proyeksi neraca untuk tujuh (7) periode ke depan menunjukkan bahwa sampai dengan akhir tahun ke tujuh (7), fasilitas kredit investasi dapat diselesaikan (Tabel 13). Harta lancar cenderung meningkat dari Rp. 1.916,99 juta pada tahun ke satu (1) menjadi Rp. 6.689,27 juta pada tahun ke tujuh (7). Peningkatan harta lancar yang sangat nyata ini terutama bersumber dari peningkatan kas kumulatif yang semakin besar.
Tabel 12. Proyeksi laba – rugi (Rp. juta)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
a. Penjualan bersih 7,710.40 8,866.96 10,197.00 11,726.55 13,485.54 15,508.37 17,834.62 b. Harga pokok penjualan 4,722.62 5,432.79 6,255.86 7,211.83 8,313.83 9,560.91 11,012.88 c. Biaya penjualan, umum dan administrasi 1,580.63 1,817.73 2,090.39 2,403.94 2,764.54 3,179.22 3,656.10 e. Laba operasional (a + b + c) 1,407.15 1,616.45 1,850.76 2,110.78 2,407.17 2,768.24 3,165.65 f. Biaya lainnya 45.00 13.10 13.10 13.10 - - - g. Biaya penyusutan 230.48 289.26 289.26 289.26 289.26 289.26 289.26 h. Laba sebelum bunga dan pajak (e - f - g) 1,131.67 1,314.09 1,548.40 1,808.42 2,117.91 2,478.98 2,876.39 i. Biaya bunga 437.20 538.66 422.36 302.86 228.83 140.40 37.69 j. Laba sebelum pajak (h - i) 694.46 775.43 1,126.04 1,505.56 1,889.08 2,338.58 2,838.70 k. Pajak pendapatan 208.34 232.63 337.81 451.67 566.73 701.58 851.61 l. Laba bersih setelah pajak (j - k) 486.12 542.80 788.23 1,053.89 1,322.36 1,637.01 1,987.09
Sumber : Data primer (data diolah kembali)
Uraian 0,0 2.000,0 4.000,0 6.000,0 8.000,0 10.000,0 12.000,0 14.000,0 16.000,0 18.000,0 20.000,0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Ju ta Ru p ia h Tahun
penjualan Laba bersih
Gambar 13. Proyeksi penjualan dan laba bersih PT. XYZ
Total aktiva dan pasiva meningkat dari Rp. 7.464,49 juta pada tahun 2011 menjadi Rp. 10.501,22 juta (Tabel 13).
Tabel 13. Proyeksi neraca (Rp. juta)
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kas dan bank 573.98 573.98 573.98 1,059.57 2,103.71 3,389.40 5,110.19 Persediaan 1,034.59 1,086.43 1,067.61 1,269.83 1,180.36 1,035.46 865.70 Biaya dibayar dimuka 308.42 354.68 407.88 469.06 539.42 620.33 713.38
Total Harta Lancar (a) 1,916.99 2,015.09 2,049.47 2,798.46 3,823.49 5,045.19 6,689.27
Harta tetap bersih 5,547.51 5,258.25 4,968.99 4,679.73 4,390.47 4,101.21 3,811.95
Total Harta Tetap (b) 5,547.51 5,258.25 4,968.99 4,679.73 4,390.47 4,101.21 3,811.95 Total Harta (a + b) 7,464.49 7,273.34 7,018.46 7,478.19 8,213.96 9,146.40 10,501.22
Kredit bank jangka pendek (Bank ABC) 1,258.04 819.07 125.82 0.00 0.00 0.00 0.00 Hutang usaha 62.60 67.61 77.75 89.41 102.83 118.25 135.99 Bagian lancar hutang jangka panjang (Bank AB 300.00 360.00 480.00 600.00 720.00 650.00 0.00
Total Hutang Lancar (c ) 1,620.64 1,246.68 683.58 689.41 822.83 768.25 135.99
Kredit bank jangka panjang (Bank ABC) 2,810.00 2,450.00 1,970.00 1,370.00 650.00 0.00 0.00
Total Hutang Jangka Panjang (d) 2,810.00 2,450.00 1,970.00 1,370.00 650.00 0.00 0.00
Total Hutang (c + d) 4,430.64 3,696.68 2,653.58 2,059.41 1,472.83 768.25 135.99
Modal disetor 300.00 300.00 300.00 300.00 300.00 300.00 300.00 Laba ditahan 2,247.73 2,733.85 3,276.66 4,064.88 5,118.78 6,441.13 8,078.14 Laba periode berjalan 486.12 542.80 788.23 1,053.89 1,322.36 1,637.01 1,987.09
Total Modal (e) 3,033.85 3,576.66 4,364.88 5,418.78 6,741.13 8,378.14 10,365.23
Total Hutang dan Modal (d + e) 7,464.49 7,273.34 7,018.46 7,478.19 8,213.96 9,146.39 10,501.22
Sumber : Data primer (data diolah kembali)
Perbandingan harta lancar dibandingkan denga hutang lancar (CR) selama periode proyeksi semakin membaik, yaitu 1,18 kali (2011) menjadi 49,19 kali pada periode 2017 (Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan likuid. Perbandingan antara hutang dengan modal
(DER) selama periode proyeksi semakin membaik dengan
kecenderungan nilai DER yang menurun dari 1,46 kali pada periode 2011
menjadi 0,01 kali pada periode 2017, maka perusahaan dinilai solvable.
Proyeksi ratio arus kas yaitu Earning Before Interest, Tax and
Depreciation (EBITDA) per total hutang menunjukkan kecenderungan semakin baik pada selama tujuh (7) periode. Ratio profitabilitas yaitu
Earning After Tax (EAT) per penjualan kecenderungan meningkat, menunjukkan kemampuan perusahaa mendapatkan laba semakin baik dengan berkembangnya perusahaan.
Tabel 14. Proyeksi Rasio keuangan
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Current Ratio (X) 1.18 1.62 3.00 4.06 4.65 6.57 49.19
Debt Equity Ratio (X) 1.46 1.03 0.61 0.38 0.22 0.09 0.01
EBITDA/DEBT (%) 84.05 128.61 268.83 304.27 292.55 360.33 2,327.87
Profit Margin (%) 6.30 6.12 7.73 8.99 9.81 10.56 11.14
Hasil perhitungan NPV (Tabel 15) dengan perhitungan bunga
memperoleh nilai NPV positif Rp. 831,16 juta, maka proyek layak dilaksanakan.
Tabel 15. Perhitungan NPV
Tahun EAT *) Penyusutan Proceeds DF Nilai sekarang
(Rp. Juta) 13,50% (Rp. juta) 1 2 3 = (1+2) 4 5 = 3 x 4 1 486.12 117.56 603.68 0.88106 531.88 2 542.80 117.56 660.36 0.77626 512.61 3 788.23 117.56 905.79 0.68393 619.50 4 1,053.89 117.56 1,171.45 0.60258 705.90 5 1,322.36 117.56 1,439.92 0.53091 764.47 6 1,637.01 117.56 1,754.57 0.46776 820.72 7 1,987.09 117.56 2,104.65 0.41213 867.38 a. PV dari Proceeds 4,822.45
b. PV dari Outlays (total investasi) 3,991.29
c. Nilai NPV (a - b) 831.16
*) EAT (Earning After Tax)
IRR diperoleh 18,63%, yang berarti lebih besar daripada biaya modalnya (tingkat bunga modal 13,50%), maka proyek dinilai layak
untuk dilaksanakan. Perhitungan Pay Back Period (PBP) berguna untuk
menghitung jangka waktu pengembalian investasi dengan total nilai
sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Pada Tabel 16 terlihat bahwa
akumulasi nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan hingga akhir tahun ke enam (6) masih negatif. Akumulasi PV arus kas mulai positif pada tahun ke tujuh (7).
Tabel 16. Perhitungan PBP (Rp. juta)
Outlays 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PV Proceeds 531.88 512.61 619.50 705.90 764.47 820.72 867.38
Akumulasi PV (3,991.29) -3,459.41 -2,946.79 -2,327.30 -1,621.40 -856.93 -36.21 831.16
Dengan PV proceeds Rp. 867,38 juta pada akhir tahun ke tujuh
(7), dan akumulasi PV negatif Rp. 36,21 juta pada tahun ke enam (6), maka untuk menutupi kekurangan arus kas bersih sampai dengan tahun ke enam (6) tersebut dibutuhkan waktu selama satu (1) bulan. Hasil ini
diperoleh dengan membagi akumulasi PV tahun ke enam (- Rp. 36,21
juta) dengan PV proceeds tahun ke tujuh (Rp. 867,38 juta), sehingga
dapat disimpulkan bahwa PBP akan diperoleh pada 6 tahun 1 bulan. Nilai PBP yang diperoleh lebih cepat jika dibandingkan dengan jangka waktu kredit investasi (7 tahun), sehingga investasi dinilai layak dilaksanakan.
Tabel 17 menunjukkan perhitungan BEP pada perusahaan. Hubungan antara biaya dan penjualan dapat dilihat pada Gambar 14. Tabel 17. Proyeksi perhitungan BEP usaha sapu PT. XYZ
0,0 2.000.000.000,0 4.000.000.000,0 6.000.000.000,0 8.000.000.000,0 10.000.000.000,0 12.000.000.000,0 14.000.000.000,0 16.000.000.000,0 18.000.000.000,0 20.000.000.000,0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jut a R up ia h Tahun Penjualan BEP (Rp) Total biaya TVC TFC
Gambar 14. Hubungan antara biaya dengan penjualan dan BEP
Dari data tersebut terlihat bahwa untuk memperoleh keuntungan, harga jual per unit minimal harus melebihi Rp. 13.634,- (2011), Rp. 13.628,- (2012), Rp. 13.451,- (2013), Rp. 13.293,- (2014), Rp. 13.207,- (2015), Rp. 13.137,- (2016) dan Rp. 13.085,- (2017). Jumlah penjualan untuk mencapai BEP masing-masing berturut-turut sebesar 355.892 unit (2011), 408.799 unit (2012), 452.043 unit (2013),
502.738 unit (2014), 567.945 unit (2015), 643.810 unit (2016) dan 732.751 unit (2017).
Net B/C ratio merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif.
Berdasarkan analisis perhitungan Net B/C ratio diperoleh nilai Net B/C
ratio 1,20. Nilai Net B/C ratio lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa investasi layak untuk dilaksanakan.
6. 6 C’s analysis
Analisa yang dilakukan terhadap permohonan tambahan Kredit Investasi PT. XYZ berdasarkan penilaian terhadap 6C :
a. Character
Character key person perusahaan dinilai baik, cukup terbuka dalam memberikan informasi mengenai kondisi usaha dan kewajiban kepada Bank dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
b. Capital
Rencana pembangunan pabrik dengan biaya pembangunan
Rp. 3.991.286.300,- (Tabel 5) dan sumber pendanaan dari modal sendiri Rp. 801.286.300,- (20%) dan kredit bank Rp. 3.190.000.000,- (80%).
c. Capacity
Kemampuan (capacity) key person dalam menjalankan usahanya
dinilai mampu yang didukung oleh pengalaman sejak tahun 1993 (± 18 tahun).
d. Collateral
Barang-barang yang diserahkan PT.XYZ sebagai agunan kredit dinilai cukup dan dapat menutup fasilitas kreditnya.
e. Condition of Economy
Prospek usaha industri sapu saat ini dan untuk masa mendatang dinilai cukup baik, mengingat sifat barang merupakan barang yang penggunaannya cepat aus/habis, sehingga dalam waktu yang tidak lama barang ini harus diganti. Prospek ini juga didukung dengan telah
dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyainya langganan/buyer
tetap. Keberadaan PT. XYZ juga memperoleh manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi usaha yaitu ikut menciptakan lapangan kerja dan menunjang pembangunan sosial di daerah setempat.
f. Constraint
Hambatan yang mungkin timbul adalah fluktuasi nilai tukar rupiah dan kebijakan negara tujuan ekspor, hal tersebut dapat diatasi dengan mempelajari regulasi negara tersebut. PT. XYZ saat ini tidak hanya tergantung pada pelanggan luar negeri, tetapi pemasaran produk telah merambah pasar domestik sejak tahun 2008.