• Tidak ada hasil yang ditemukan

Financing Feasibility Analysis and Strategy of Enterprise Development Broom at Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Financing Feasibility Analysis and Strategy of Enterprise Development Broom at Karawang"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

DI KARAWANG

VERA SILVIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam Tugas

Akhir yang berjudul:

Analisis Kelayakan Pembiayaan dan Strategi Pengembangan Usaha Sapu

di Karawang

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing,

kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan

untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Jakarta, November 2011

(3)

Karawang. Supervised by H. Musa Hubeis as chairman and Suryahadi as member.

Having regard to the potential market broom, both in and outside the country, PT. XYZ has decided to capture the market opportunities with increase its production capacity by trying to enter the domestic market previously the entire results of export-oriented production. To take advantage of market opportunities and change the orientation of the product then the company needs the support fund from a financial institution bank that can help the achievement of corporate goals. The role of financial institutions, banking in this case is channeling financing in the form of investment.

The purpose of the study is to (1) Knowing aspects management, technical and production, finance and marketing company in carrying out the feasibility of the arrangement of financing, (2) Analyzing the feasibility of granting financing of PT. XYZ according to the provisions of the bank, (3) Drawing up development strategies of broom business at Karawang.

The methods used in this study : ( 1) Analysis of financial ratios used were : liquidity ratio, leverage, cash flow ratio and profitability ratio, (2) Feasibility analysis of invesment criteria that is used Net Present Value (NPV), Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). The methods used for the marketing strategy is Segmentating, Targeting and Positioning (STP) method and management strategy by usind analysis of Internal Strategic Factor Analysis Sumarry (IFAS), External Strategic Factor Analysis Sumarry (EFAS), Strength, Weakness, opportunities and Threats (SWOT) and Matrix Quantitative Strategic Planning (QSPM). The next set of marketing strategy by using marketing mix.

On the basis of feasibility analysis through aspect of management which is supported by the long experience of the board of directors and managers of company in the industrial broom. Technical aspect and the production is supported by a complete business facilities and own property, large of installed capacity and a good mastery of technical production. Aspect of marketing that is supported by the market remains and business prospects. The Financial aspect of supporting investment feasibility of a plan to build plant in Desa Purwasari, Karawang, with an Net Present Value (NPV) positive of Rp. 831,16 million and an Internal Rate of Return (IRR) of 18,63% (higher than the capital interest of 13,50%), and a Pay Back Period (PBP) for 6 year 1 month PBP (shorter than the 7-year credit term). PT. XYZ meet the requirements of 6

C’s analysis (Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economy and Constraint). Result of the identification of internal factors there are five strengths and five weaknesses but on external factors there are four opportunities and four threats. In this case is obtained Internal Factor Analysis Summary (IFAS) of 2,559 and External Factor Analysis Summary (EFAS) of 2,721, the position of business in the matrix of IE located in the fifth (growth). The most appropriate strategies development of broom business at Karawang are maintaining good relations with customers and improve product quality and service (score 6,03), improved sales and expanding market share (score 5,22), recruiting skilled employees and improve the marketing skills (score 5,21). These three strategies can be implemented simultaneously, due to mutual support to each other.

(4)

Karawang. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Suryahadi sebagai anggota.

Kabupaten Karawang dengan luas sebesar 1.753.27 Km2 terletak di bagian Utara Propinsi Jawa Barat. Secara administratif Kabupaten Karawang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten Bogor dan Cianjur disebelah Selatan, Kabupaten Purwakarta disebelah tenggara, Kabupaten Bekasi di sebelah Barat dan Kabupaten Subang disebelah Timur. Sebagian besar lahannya (175.327 Ha) digunakan untuk pertanian dalam hal ini Kabupaten Karawang terkenal sebagai Lumbung Padi Nasional. Walaupun sebagaian besar lahan di wilayah Kabupaten Karawang digunakan untuk pertanian, namun tidak sedikit pula digunakan untuk industri, yaitu ditunjukkan dengan tumbuhnya beberapa kawasan industri di Kabupaten Karawang yang terdiri dari ± 455 perusahaan dari berbagai industri, baik produksi barang maupun jasa.

Terdapat beberapa industri sapu berbasis ekspor di daerah Karawang, salah satunya adalah PT. XYZ yang telah mengalami perjuangan yang berat selama beberapa tahun terakhir pada saat perekonomian Indonesia memburuk. Salah satu sisi positif dari menurunnya nilai tukar rupiah, khususnya terhadap nilai dolar adalah perusahaan berorientasi ekspor semakin memiliki keunggulan kompetitif, dimana produk yang ditawarkan lebih murah dengan mutu standar internasional. Perusahaan ini menjadi semakin kompetitif, karena industri sapu hampir 95% komponennya berasal dari dalam negeri. Terdapat ± 30 perusahaan sejenis di daerah Karawang dengan skala usaha berbeda.

Dengan memperhatikan potensi pasar, baik dalam maupun luar negeri akan sapu, PT. XYZ telah memutuskan untuk menangkap peluang pasar yang ada dengan meningkatkan kapasitas produksinya dengan mencoba merambah pasar domestik yang sebelumnya seluruh hasil produksi berorientasi ekspor. Untuk memanfaatkan peluang pasar dan perubahan orientasi produk tersebut, maka perusahaan membutuhkan dukungan dana dari lembaga keuangan bank yang dapat membantu pencapaian tujuan dari perusahaan. Peran lembaga keuangan, perbankan dalam hal ini adalah penyaluran pembiayaan dalam bentuk investasi.

Tujuan kajian untuk (1) Mengetahui aspek-aspek manajemen, teknis dan produksi, keuangan dan pemasaran perusahaan dalam pelaksanaan penyusunan kelayakan pembiayaan, (2) Menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan pada PT. XYZ menurut ketentuan Bank dan (3) Menyusun strategi pengembangan usaha sapu di Karawang.

Dalam kajian ini dianalisis aspek kelayakan usaha industri sapu PT. XYZ berupa analisis rasio keuangan dan analisis kelayakan investasi. Analisis rasio keuangan yang

digunakan adalah rasio likuiditas (Current Ratio) dan leverage (Debt Equity Ratio), rasio arus

kas (Earning Before Interest, Tax and Depreciation per total hutang) dan rasio profitabilitas (Earning After Tax per penjualan bersih). Analisis pembiayaan dalam pemberian kredit terhadap

calon debitur menggunakan 6 C’s analysis yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economy and Constraint. Sedangkan, analisis kelayakan suatu kegiatan usaha

menggunakan 5 (lima) kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Pay Back Period

(PBP), Break Even Point (BEP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return

(IRR). Metode yang digunakan untuk penentuan strategi pemasaran adalah metode

Segmentating, Targeting and Positioning (STP) dan penetapan strategi menggunakan analisis

(5)

Berdasarkan analisa kelayakan yang dilakukan melalui aspek manajemen yang didukung direksi dan manajer perusahaan memiliki pengalaman cukup lama di industri Sapu, aspek teknis dan produksi yang didukung fasilitas usaha lengkap dan milik sendiri, kapasitas terpasang cukup besar dan penguasaan teknis produksi yang baik, aspek pemasaran yang didukung pasar yang tetap dan prospek usaha terbuka, aspek keuangan mendukung kelayakan investasi dari rencana pembangunan pabrik di Desa Purwasari, Karawang dengan NPV positif Rp. 831,16 juta, IRR 18,63% lebih besar dari tingkat bunga modal 13,50%, PBP selama 6 tahun 1 bulan lebih cepat dibandingkan dengan jangka waktu kredit investasi selama 7 tahun dan PT.

XYZ memenuhi syarat 6 C’s.

Hasil identifikasi faktor internal terdapat lima (5) kekuatan dan lima (5) kelemahan, sementara pada faktor lingkungan eksternal terdapat empat (4) peluang dan empat (4) ancaman. Dalam hal ini didapatkan IFAS 2,559 dan EFAS 2,721, posisi usaha pada matriks IE terletak pada sel 5 (pertumbuhan). Strategi pertumbuhan pada sel 5 merupakan pertumbuhan usaha itu sendiri. Didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, profit atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara perluasan lahan usaha, mengembangkan produk melalui proses pengolahan, menambah mutu produk atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

Hasil matriks IE selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Hasil analisis SWOT untuk usaha Sapu di Karawang : (a) Strategi S-O : Mempertahankan pasar yang ada dan memperluas pasar sasaran dan

menghasilkan produk bermutu dengan teknologi handal; (b) Strategi W–O : Menarik tenaga

kerja terampil dan meningkatkan efektifitas tenaga pemasaran, pengendalian biaya produksi dengan mempercepat proses produksi dengan perbaikan sistem produksi dan peningkatan

teknologi dan menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan; (c) Strategi S–T :

Mempertahankan mutu produk yang baik dan harga bersaing guna mengantisipasi persaingan

dan menghindari ketergantungan dengan satu pemasok; (d) Strategi W – T : Pemasaran ke luar

dan dalam negeri, penetapan harga bersaing dan gudang tempat penyimpanan bahan baku memenuhi syarat.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan , penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

(7)

DI KARAWANG

VERA SILVIA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama Mahasiswa : Vera Silvia

Nomor Pokok : P054094015

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Suryahadi, DEA

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah,

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(9)

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmatnya, sehingga Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil

Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penulisan ini kiranya tidak

dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan

penulisan laporan akhir ini.

2. Dr. Ir. Suryahadi, DEA selaku Anggota Komisi pembimbing yang juga telah memberikan

pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir

ini.

3. Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing yang juga

telah memberikan pengarahan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi pada Program Studi Industri Kecil Menengah,

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Gideon Gunawan Soetanto dan segenap staf dari PT. XYZ yang telah membantu

dalam memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan dan penyelesaian laporan

akhir ini.

6. Suami, anak-anak dan kedua orang tua tercinta atas segala pengorbanan, dorongan,

semangat, cinta kasih dan doa serta kepada semua pihak yang telah membantu selesainya

Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis berharap agar Tesis ini berguna dan memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan.

Oleh karena itu penulis menerima segala masukan berupa saran dan kritik untuk perbaikan dan

penyempurnaan di masa mendatang.

Jakarta, November 2011

(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 02 Februari 1977, sebagai anak ke dua

dari empat bersaudara dari Bapak T. Ginting dan Ibu R. Barus. Pendidikan Sarjana ditempuh di

Program Studi Manajemen Keuangan, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi

Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 2003

dan saat ini menjadi Relationship Officer pada Sentra Kredit Kecil Bekasi.

Penulis menikah pada tahun 2005 dengan Charles Augustinus Simamora, SE dan

dikaruniai dua orang putri bernama Michelle Winona Joyceline Simamora (6 tahun) dan Jessica

(11)

Halaman

ABSTRACT ... i

RINGKASAN ... ii

PRAKATA ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 3

C. Tujuan ………... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelayakan Usaha …..………... 5

B. Strategi Pengembangan Usaha ………... 12

C. Usaha Sapu ………... 21

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian………... 25

B. Pengumpulan Data………... 25

C. Pengolahan dan Analisa Data...………... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Perusahaan………... 31

B. Analisa Kelayakan Pemberian Pembiayaan pada PT. XYZ ... 31

1. Aspek Manajemen………... 31

2. Aspek Teknis dan Produksi………... 34

(12)

6. 6 C’s analysis………... 51

C. Strategi Pengembangan Usaha Sapu………... 52

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan………... 61

B. Saran…………..………... 62

DAFTAR PUSTAKA... 63

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kegiatan ekspor Kabupaten Karawang tahun 2006 – 2010 ……... 1

2. Penilaian bobot faktor strategik perusahaan dengan metode matriks banding berpasangan………...… 17 3. Matriks SWOT …...………. 19

4. QSPM ………. 21

5. Peralatan dan mesin-mesin produksi PT. XYZ………... 37

6. Realisasi penjualan PT. XYZ……….. 40

7. Rencana investasi perusahaan……….. 43

8. Laba/rugi perusahaan………... 44

9. Neraca perusahaan………... 45

10. Rasio keuangan perusahaan……….... 45

11. Penarikan dana investasi………... 46

12. Proyeksi laba–rugi………... 47

13. Proyeksi neraca………... 48

14. Proyeksi Rasio keuangan………... 48

15. Perhitungan NPV………... 49

16. Perhitungan PBP………... 49

17. Proyeksi perhitungan BEP usaha Sapu PT. XYZ……… 50

18. Faktor strategik internal usaha Sapu di Karawang……… 53

19. Faktor strategik eksternal usaha Sapu di Karawang……… 55

20. Matriks SWOT usaha Sapu di Karawang ………... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hasil produksi PT. XYZ ………...… 2

2. Lingkungan eksternal dan internal perusahaan ………... 16

3. Matriks IE Model GE ………...…... 18

4. Jenis-jenis sapu ... 21

5. Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ………...….. 32

6. Cash life cycle... 32

7. Proses produksi Sapu PT. XYZ………...…... 35

8. Lokasi usaha PT. XYZ... 36

9. Peralatan produksi Sapu PT. XYZ ... 37

10. Bahan baku... 39

11. Bahan pembantu ... 39

12. Lokasi pabrik baru PT. XYZ ... 43

13. Proyeksi penjualan dan laba bersih PT. XYZ ... 47

14. Hubungan antara biaya dengan penjualan dan BEP ... 48

(15)

Nomor Halaman

1. Kuesioner kajian ………...…... 66

2. Laporan keuangan dan laporan keuangan proyeksi …………... 73

3. Proyeksi arus kas…...………...… 77

4. Asumsi pembuatan arus kas………... 84

5. Total skor pembobotan dan rating IFAS usaha Sapu di Karawang... 85

6. Total skor pembobotan dan rating EFAS usaha Sapu di Karawang.... 86

7. Nilai faktor internal dan eksternal usaha Sapu di Karawang... 87

8. Alternatif strategi pengembangan usaha Sapu di Karawang... 88

(16)

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional selama tahun 2010 mencapai 6,1%

dengan peran investasi dan ekspor yang meningkat. Ke depan, perekonomian

Indonesia diperkirakan terus membaik dengan sumber pertumbuhan semakin

berimbang. Di tahun 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 6,0% - 6,5%

dan dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 7% dalam jangka

menengah (Deperindag, 2010).

Kabupaten Karawang dengan luas sebesar 1.753.27 Km2 terletak di

bagian Utara Propinsi Jawa Barat. Secara administratif Kabupaten Karawang

berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten Bogor dan Cianjur

disebelah Selatan, Kabupaten Purwakarta disebelah tenggara, Kabupaten

Bekasi di sebelah Barat dan Kabupaten Subang disebelah Timur. Sebagian

besar lahannya (175.327 Ha) digunakan untuk pertanian, maka Kabupaten

Karawang terkenal sebagai Lumbung Padi Nasional. Walaupun sebagaian

besar lahan di wilayah Kabupaten Karawang digunakan untuk pertanian,

namun tidak sedikit pula digunakan untuk industri. Hal ini dibuktikan dengan

tumbuhnya beberapa kawasan industri di Kabupaten Karawang. Industri di

Kabupaten Karawang, yaitu ± 455 perusahaan dari berbagai industri baik

produksi barang maupun jasa (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,

2010).

Kegiatan ekspor Kabupaten Karawang selama kurun waktu lima tahun

terakhir (2006- Juni 2010) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kegiatan ekspor Kabupaten Karawang tahun 2006 - 2010

Tahun Nilai Ekspor (USD) Negara Tujuan

2006 639.555.713,09 USA, Itali, Jepang, Belgia, India, Pakistan, Singapura,

Denmark, Belanda, Inggris, Perancis, Australia, Korea, Afrika, China, dll.

2007 883961.415,31 Sda

2008 1.119.803.691,03 Sda

2009 649.947.119,3 Sda

2010 112.969.656,03 Sda

(17)

Terdapat beberapa industri Sapu berbasis ekspor di daerah Karawang.

PT. XYZ perusahaan industri sapu berbasis ekspor yang telah mengalami

perjuangan yang berat selama beberapa tahun terakhir pada saat

perekonomian Indonesia memburuk. Salah satu sisi positif dari menurunnya

nilai tukar rupiah, khususnya terhadap nilai dolar adalah perusahaan

berorientasi ekspor semakin memiliki keunggulan kompetitif, dimana produk

yang ditawarkan lebih murah dengan mutu standar internasional. Perusahaan

ini menjadi semakin kompetitif, karena industri sapu hampir 95%

komponennya berasal dari dalam negeri.

Gambar 1. Hasil produksi PT. XYZ

Dengan memperhatikan potensi pasar, baik dalam maupun luar negeri

akan sapu, PT. XYZ telah memutuskan untuk menangkap peluang pasar yang

ada dengan meningkatkan kapasitas produksinya dengan mencoba merambah

pasar domestik yang sebelumnya seluruh hasil produksi berorientasi ekspor.

(18)

maka perusahaan membutuhkan dukungan dana dari lembaga keuangan bank

yang dapat membantu pencapaian tujuan dari perusahaan. Peran lembaga

keuangan, perbankan dalam hal ini adalah penyaluran pembiayaan dalam

bentuk investasi maupun modal kerja.

Untuk itu, perusahaan mengajukan permohonan kerjasama dengan

Bank ABC dalam rangka investasi perusahaan untuk mengembangkan industri

sapu yang didasari dengan pembuatan studi kelayakan atas investasi yang

akan dilakukan tersebut. Maka dari itu dilakukan kajian berjudul Analisis

Kelayakan Pembiayaan dan Strategi Pengembangan Usaha Sapu di Karawang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan, maka permasalahan yang

dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, aspek

pemasaran, aspek sosial dan aspek keuangan yang dilakukan oleh PT.

XYZ dalam penyusunan kelayakan pembiayaan ?

2. Bagaimana kelayakan pembiayaan yang disusun oleh PT. XYZ dapat

diterima oleh Bank ?

3. Bagaimana bentuk strategi pengembangan usaha sapu di Karawang ?

C. Tujuan

1. Mengkaji aspek-aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, aspek

pemasaran, aspek sosial dan aspek keuangan perusahaan dalam

pelaksanaan penyusunan kelayakan pembiayaan.

2. Menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan pada PT. XYZ menurut

ketentuan Bank.

(19)

A. Kelayakan Usaha

Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisa kelayakan

usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam pengambilan

keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Dalam bentuk yang lebih

umum studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada

pihak yang terkait dengan usaha tersebut, misalnya investor, kreditur dan

pemerintah. Dengan adanya studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran

sampai seberapa jauh pendirian dan pengembangan usaha tersebut layak

dilaksanakan ditinjau dari berbagai aspek antara lain organisasi, pemasaran,

teknik/operasi dan keuangan (Zubir, 2006).

Analisis proyek dilakukan untuk mengambil keputusan dalam

menentukan pemilihan investasi yang tepat dari berbagai alternatif yang dapat

dilaksanakan (Pramudya, 2006). Menurut Pramudya (2006), yang dimaksud

suatu proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah

sumber daya untuk memperoleh manfaat. Kegiatan ini membutuhkan biaya

yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek bisnis, diperlukan

suatu perencanaan secara sistematis dan terpadu melalui serangkaian kegiatan

yang pada akhirnya akan mencerminkan suatu studi kelayakan. Pembahasan

unsur-unsur pada rencana bisnis akan dicakup dalam pembahasan aspek-aspek

dari studi kelayakan yang cocok, yang disesuaikan dengan karakteristik proyek

bisnis yang direncanakan.

Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Aspek Manajemen Operasional

Analisis manajemen operasional perusahaan meliputi kebutuhan

tenaga kerja, bentuk dan struktur organisasi perusahaan. Analisis

kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada kebutuhan pada proses produksi,

manajemen dan proses administrasi. Struktur formal organisasi dapat

(20)

2. Aspek Pemasaran

Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran pada suatu usaha,

ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang (Husnan dan Suwarsono,

1991) : (a) Potensi pasar bagi produk yang tersedia untuk masa mendatang.

Permintaan dan penawaran produk pada masa mendatang, dihitung

menggunakan metode peramalan; (b) Pangsa pasar yang dapat diserap oleh

usaha tersebut dari keseluruhan pasar potensial, serta perkembangan pangsa

pasar tersebut dimasa mendatang; dan (c) Jenis strategi bauran pemasaran

yang digunakan untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan.

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dari unit usaha dalam

rangka untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran

terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan,

bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (Kotler, 1997). Pada dasarnya,

strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan

peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning,

unsur bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Bauran pemasaran

terdiri dari empat unsur yang dikenal dengan 4 P (four P), yaitu Product

(produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi) (Tjiptono,

1997).

a. Strategi Produk

Strategi produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang

dilaksanakan oleh suatu perusahaan berkaitan dengan produk yang

dipasarkan (Tjiptono, 1997). Strategi produk yang tepat akan

menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan lebih unggul

dari para pesaingnya.

Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan,

karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan

manusia. Produk dapat mencakup sesuatu benda fisik, jasa, prestise,

tempat, organisasi maupun ide. Lima (5) komponen yang terdapat pada

produk formal adalah desain atau bentuk coraknya, daya tahan atau

mutu, daya tarik atau keistimewaan, pengemasan atau bungkus dan

(21)

b. Strategi Harga

Strategi Harga adalah satu-satunya strategi yang menghasilkan

pendapatan penjualan bagi perusahaan (Tjiptono, 1997). Strategi ini

meliputi memilih metode penetapan harga produk, memodifikasi harga

yang sudah ada, serta memprakarsai dan menanggapi perubahan harga.

Tujuan dari strategi harga adalah mempertahankan pangsa harga,

mencapai keuntungan maksimum dan mencapai pertumbuhan

penjualan yang tinggi. Sebelum penetapan harga dilakukan,

perusahaan harus menentukan apa yang ingin dicapai dari produk yang

dipasarkannya, dengan mempertimbangkan faktor pelanggan, pesaing

dan biaya produksi.

c. Strategi Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang harus dilakukan

oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirim dan

menyampaikan barang yang dipasarkan kepada konsumen (Tjiptono,

1997). Dalam pendistribusian ini dibutuhkan penyalur-penyalur, baik

milik perusahaan itu sendiri maupun yang bukan milik perusahaan.

Perusahaan yang bergerak di bidang distribusi ada beberapa macam, di

antaranya agen, penyalur, distributor, pedagang besar, pengecer dan

perwakilan dagang di luar negeri. Dalam hal ini, perusahaan harus

mengerti berbagai jenis pengecer, pedagang grosir dan perusahaan

distribusi fisik.

d. Strategi Promosi

Promosi merupakan suatu kegiatan menentukan dalam

meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produk. Promosi

menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam

mengkonsumsikan keistimewaan produk yang akan dipasarkan,

membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran

untuk membeli produk tersebut (Kotler, 1997). Kegiatan promosi tidak

boleh terhenti hanya pada memperkenalkan produk kepada konsumen

saja, akan tetapi perlu dilanjutkan agar konsumen menjadi tertarik dan

(22)

Alat-alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan suatu

produk ada beberapa macam (Kotler, 1997), yaitu (a) Iklan (surat

kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain), (b) Promosi penjualan

(memberikan contoh produk kepada calon konsumen atau demonstrasi

di tempat yang ramai), (c) Publisitas, (d) Personal selling (door to

door selling, mail order, telephone selling dan direct selling).

3. Aspek Sosial

Aspek sosial, yaitu berkenaan dengan dampak sosial dari usaha

Sapu milik PT. XYZ, seperti pengaruh terhadap lingkungan dan

pemerataan pendapatan.

4. Aspek Keuangan

Analisis keuangan mencakup analisis rasio keuangan, analisis

kelemahan dan kekuatan di bidang keuangan akan sangat membantu dalam

menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang

(Sartono, 1997). Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas,

rasio arus kas dan rasio profitabilitas. Selain itu, analisis keuangan juga

dapat dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut

layak atau tidak dengan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value

(NPV), Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan berjangka pendek tepat pada

waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya

aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang

meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan (Sartono, 1997).

b. Rasio Kas

Rasio kas menunjukkan sejauhmana efisiensi perusahaan dalam

menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Perputaran total

(23)

keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan

mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini ditentukan oleh perputaran

unsur aktiva itu sendiri (Sartono, 1997).

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan

perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan

penjualan, aset maupun laba bagi modal sendiri. Semakin tinggi

profitabilitas berarti semakin baik, akan tetapi profitabilitas (profit

margin) sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan (Sartono, 1997).

d. NPV

NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama

umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada

waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama

waktu tertentu. Kriteria NPV (Gittenger, 1986) sebagai berikut :

1) NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan.

2) NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi

(manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang

dikeluarkan sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian

subyektif pengambilan keputusan)

3) NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak

dilaksanakan.

e. PBP

PBP merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan

investasi awal (Newman, 1990). PBP juga merupakan rasio

keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai perbandingan

keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan satu (1),

proyek tersebut dapat dijalankan.

f. BEP

BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang

harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas

(24)

sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga proyek

tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba.

Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka

proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo,

1993).

g. Net B/C

Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang

yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka

ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap

tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1,

maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka

proyek tidak layak untuk dilaksanakan (Gittenger, 1986).

h. IRR

Presentase keuntungan yang diperoleh atau investasi bersih dari

suatu proyek, atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus

penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol

disebut IRR. Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto, maka

proyek layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih kecil

dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan (Gray, 1992).

Dalam pemberian kredit, bank akan melakukan analisa terhadap calon

debitur. Dalam analisa tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

formulasi 4 P’s, yaitu :

a. Personality

Bank perlu mengetahui dengan sebaik-baiknya tentang diri pribadi calon

debitur, terutama yang menyangkut pendidikan, pergaulan dan

kebiasaannya. Dengan diketahuinya kepribadian calon debitur itu layak

(25)

b. Purpose

Bank perlu menganalisa tentang keperluan kredit yang diajukan oleh calon

debitur, agar dapat diketahui apakah keperluan kredit tersebut dapat

dibiayai oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan sektor pembiayaan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. Prospect

Melalui perkembangan usaha calon debitur selama beberapa waktu yang

lalu, bank akan dapat mengetahui perkiraan perkembangan usaha calon

debitur di masa mendatang, apakah usahanya akan semakin meningkat

atau malah sebaliknya, terutama setelah kredit diberikan.

d. Payment

Analisa yang penting khususnya terhadap permohonan kredit modal kerja

adalah seberapa besar kemampuan calon debitur didalam membayar

kembali kredit yang diberikan kepadanya. Kemampuan membayar ini

dapat ketahui oleh bank dari analisa prospek, serta kemampuan di dalam

perdagangan dan mengatasi persaingan.

Selain formulasi 4 P’s tersebut, hal-hal lain yang perlu diperhatikan

dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhinya 6 C’s analysis (Rivai dan Permata, 2006), yaitu :

a. Character

Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini

adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana itikad/kemauan nasabah

untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan

perjanjian yang telah ditetapkan.

b. Capital

Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin

tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank

(26)

sendiri akan merupakan benteng yang kuat, agar tidak mudah mendapat

goncangan dari luar, misalkan jika terjadi kenaikan suku bunga, komposisi

modal sendiri inipun perlu ditingkatkan.

c. Capacity

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan

dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana calon

debitur mampu mengembalikan atau melunasi kewajibannya (ability to

pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.

d. Collateral

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Agunan tersebut harus dinilai oleh bank

untuk mengetahui sejauhmana risiko kewajiban finansial nasabah kepada

bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan

dan status hukumnya.

e. Condition of Economy

Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang

kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan dan calon debitur.

f. Constraint

Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan pendirian suatu

usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau

pembakaran batu bara.

B. Strategi Pengembangan Usaha

Menurut Chandra (2001) strategi korporat untuk pasar baru dapat

terbagi atas beberapa alternatif, yaitu :

1. Strategi pengembangan pasar (market development strategy), yaitu

(27)

Alternatif ini dipilih jika pasar saat ini sudah stagnan atau peningkatan

pangsa pasar sudah sulit dilakukan, karena pangsa pasar yang sudah

sangat tinggi atau karena pesaing sudah sangat kuat. Cara yang dapat

dilakukan adalah dengan mengidentifikasi pemakaian baru atau

pemakai baru.

2. Strategi ekspansi baru (market expansion strategy), yaitu berekspansi ke

pasar geografis baru. Cara yang dilakukan adalah dengan membuka pasar

di daerah baru.

3. Strategi diversifikasi (diversification strategy), yaitu strategi

mengembangkan produk baru untuk pasar baru. Situasi ini diterapkan

jika sudah tidak ada lagi peluang pertumbuhan untuk produk saat ini atau

pasar saat ini, lingkungan pasar yang dilayani sudah tidak stabil dan

berdampak pada fluktuasi penjualan atau laba.

Menurut Kotler (1997), langkah-langkah pokok dalam pemasaran

target adalah segmentasi pasar (segmentation), penentuan pasar (targeting)

dan penentuan posisi produk (positioning). Segmentasi pasar adalah tindakan

membagi-bagi pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda

yang mungkin menginginkan bauran produk/pemasaran yang berlainan.

Dalam tahap penentuan pasar, penjual memilih segmen pasar yang terbaik.

Untuk melakukannya perusahaan harus mengevaluasi potensi laba

masing-masing segmen, daya tarik struktural segmen, serta tujuan dan sumber daya

perusahaan. Pemilihan pasar ini akan menentukan pesaing perusahaan.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap posisi pesaing dan memutuskan posisi

terbaik bagi perusahaan. Kegunaan dari analisis ini adalah untuk mengetahui

keunggulan perusahaan pesaing. Strategi penentuan posisi produk perusahaan

dapat dipergunakan dalam penentuan strategi pemasaran perusahaan

selanjutnya.

Menurut Porter (2007), dalam menghadapi persaingan terdapat tiga

pendekatan strategis generik yang secara potensial akan berhasil mengungguli

perusahaan lain dalam suatu industri, yaitu :

(28)

Strategi ini bertujuan untuk mencapai keunggulan biaya

menyeluruh dalam industri melalui seperangkat kebijakan fungsional

yang ditujukan pada sasaran utama ini. Keunggulan biaya memerlukan

konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, usaha yang terus

menerus dalam mencapai penurunan biaya, karena pengalaman,

pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggan

marginal serta meminimalkan biaya-biaya umum dan administrasi. Perhatian besar manajerial yang besar terhadap pengendalian biaya

sangat diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

Memiliki posisi biaya yang rendah akan membuat perusahaan

memperoleh hasil laba di atas rataan dalam industrinya, meskipun ada

kekuatan persaingan yang besar. Posisi biaya memberikan kepada

perusahaan tersebut ketahanan terhadap rivalitas dari para pesaing,

karena biayanya yang lebih rendah memungkinkannya untuk dapat

menghasilkan laba setelah para pesaingnya mengorbankan labanya demi

persaingan. Posisi biaya rendah juga melindungi perusahaan dari pembeli

yang kuat, karena pembeli hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk

menekan harga sampai tingkat harga dari para pesaing paling efisien

berikutnya.

2. Diferensiasi

Strategi diferensiasi adalah strategi mendiferensiasikan produk

atau jasa yang ditawarkan perusahaan, yaitu menciptakan sesuatu yang

baru yang dirasakan oleh industri secara menyeluruh sebagai hal unik.

Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam

bentuknya, antara lain rancangan atau merk, teknologi, karakter khusus,

pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, atau bidang-bidang lain.

Diferensiasi memberikan penyekat pada persaingan akibat

adanya loyalitas merk dari pelanggan dan mengakibatkan berkurangnya

kepekaan terhadap harga. Diferensiasi juga meningkatkan margin laba

yang mengjindarkan kebutuhan akan posisi biaya rendah. Diferensiasi

menghasilkan margin yang lebih tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk

(29)

3. Fokus

Strategi ini memfokuskan diri pada kelompok pembeli, segmen

lini produk, atau pasar wilayah geografis tertentu. Strategi fokus

dikembangkan untuk melayani target tertentu secara baik, dan semua

kebijakan fungsional dikembangkan atas pemikiran ini. Dengan

penerapan strategi ini, perusahaan akan mampu melayani target

strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan pesaingnya. Strategi ini mengkombinasikan antara posisi biaya

rendah dan keunikan yang dirasakan oleh pelanggan.

Menurut Zubir (2006), aspek pemasaran merupakan faktor strategik

atau kunci dari keberhasilan proyek. Hal-hal penting yang perlu dianalisis

dalam aspek pemasaran adalah :

1. Produk/jasa yang ditawarkan

2. Permintaan pasar dan prospeknya

3. Perkembangan penawaran dan prospeknya

4. Market share dan market space

5. Program pemasaran yang meliputi daerah pemasaran dan

pengembangannya, kebijakan harga jual dan sistem pembayaran,

saluran distribusi dan promosi.

Inti dari perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan

perusahaan dengan lingkungannya (Porter, 2007). Walaupun lingkungan yang

relevan sangat luas, mencakup kekuatan sosial dan juga

kekuatan-kekuatan ekonomi, aspek kunci dari lingkungan perusahaan adalah industri di

mana perusahaan tersebut bersaing (Porter, 2007). Untuk itu diperlukan

analisis mengenai lingkungan bisnis agar dapat diketahui kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman (Gambar 2) yang dihadapi oleh perusahaan,

sehingga dapat ditentukan arah dan kebijakan yang sebaiknya dilakukan

perusahaan dalam mengelola bisnisnya (Umar, 2005).

Lingkungan bisnis terbagi atas lingkungan internal dan lingkungan

(30)

industri. Lingkungan jauh dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, ekonomi dan

teknologi. Sedangkan lingkungan industri dipengaruhi oleh aspek hambatan

masuk, daya dalam industri. Struktur industri mempunyai pengaruh kuat

dalam menentukanaturan main persaingan selain juga strategi-strategi yang

secara potensial tersdia bagi perusahaan (Porter, 2007). Gambar 1

menunjukkan hubungan antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal

perusahaan.

Lingkungan jauh

Lingkungan industri

Lingkungan internal

Gambar 2. Lingkungan eksternal dan internal perusahaan (Rangkuti, 2006).

Penyusunan strategi perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

secara sistematis mempengaruhi perusahaan. Tujuan utama perencanaan

astrategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi

internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan

lingkungan yang dihadapi (Rangkuti, 2006). Perencanaan strategik (Renstra)

sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk

yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari

sumber daya yang ada.

Perumusan strategi perusahaan dapat dilakukan dengan analisis Strength,

Weakness, opportunities and Threats (SWOT). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi

(31)

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), dan secara

bersamaam dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman

(threats). Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal

dan eksternal. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perusahaan.

Analisis faktor internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan

matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External Strategic

Factor Analysis Summary (EFAS) dan matriks profil kompetitif.

Tahapan kerja pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2006) adalah :

a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta yang

menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

b. Masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap posisi strategis perusahaan (Tabel 2). Penentuan bobot dilakukan

dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu peubah

dengan peubah lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan

skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan adalah :

1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal.

2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator horisontal.

3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategik perusahaan metode matriks banding berpasangan

Faktor Strategik

Internal/eksternal

A B C ... Bobot

A

B

C

....

Total

(32)

c. Masing-masing faktor kemudian diberi rating dengan skala 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi perusahaan bersangkutan.

Peubah yang bersifat positif (peubah yang termasuk kategori kekuatan dan

peluang) diberi nilai mulai dari 1 - 4 (sangat baik). Sedangkan peubah yang

bersifat negatif, diberi nilai mulai dari 1 (jika nilai ancaman/kelemahannya

sangat besar) sampai dengan 2 (jika nilai ancaman/kelemahannya sedikit)

d. Masing-masing bobot dikalikan dengan rating, sehingga diperoleh nilai

untuk masing-masing faktor.

e. Nilai masing-masing faktor dijumlahkan untuk memperoleh nilai faktor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

3,0 integrasi vertikal integrasi horizontal

MEN

Nilai yang telah diperoleh dianalisis dengan matriks Internal-External

(IE) model General Electric (GE-Model) yang ditunjukkan pada Gambar 3.

(33)

sehingga dapat diketahui arah strategi yang akan diterapkan. Total skor strategi

internal menunjukkan kekuatan bisnis perusahaan sedangkan total skor strategi

eksternal menunjukkan kemenarikan industri.

Hasil analisis dengan menggunakan IFAS dan EFAS disusun untuk

menggambarkan faktor strategik perusahaan dengan menggunakan matriks

SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan

dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2006).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif

strategik (Tabel 3) dan selanjutnya dilakukan analisis bauran pemasaran terdiri

(34)

Tahap terakhir dari perumusan adalah tahap keputusan, dimana alat

analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah Matrix Quantitative Strategic

Planning (QSPM). Matriks ini menggunakan masukan dari tahap input dan tahap pemanduan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik (David, 2004).

QSPM merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi

alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan

eksternal yang telah dikenali sebelumnya.

QSPM terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) Bobot, yang diberikan

sama dengan yang ada pada matriks IFAS dan matriks EFAS, (2) Nilai daya

tarik, (3) Total nilai daya tarik, dan (4) Jumlah total nilai daya tarik. QSPM

dapat dilihat pada Tabel 4. Menurut David (2004) ada enam (6) langkah yang

diperlukan untuk mengembangkan QSPM adalah :

Langkah 1 : Mendaftarkan peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan

atau kelemahan internal perusahaan dalam kolom kiri QSPM.

Langkah 2 : Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal.

Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFAS dan

EFAS.

Langkah 3 : Memeriksa tahap kedua (pemanduan) matriks dan

mengidentifikasi strategi alternatif yang dapat

dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.

Langkah 4 : Menetapkan Nilai Daya Tarik (AS) yang menunjukkan daya

tarik relatif strategi dalam alternatif set tertentu. Nilai daya

tarik tersebut adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 =

cukup menarik, 4 = amat menarik.

Langkah 5 : Menghitung Total Nilai Daya Tarik dengan mengalikan bobot

dengan nilai daya tarik.

Langkah 6 : Menghitung jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah ini

mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam

setiap strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi

(35)

Tabel 4. QSPM

Faktor-faktor Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2

AS1 TAS1 AS2 TAS2 (a) (b) (a x b) (c) (a x c)

Peluang

Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

Jumlah Total Nilai Daya Tarik

Keterangan :

As = Nilai Daya Tarik; TAS = Total Nilai Daya Tarik

C. Usaha Sapu

Sapu adalah salah satu alat pembersih yang terdiri dari bagian serat

atau serabut kaku dan biasanya terpasang atau terikat kepada suatu pegangan

silindris. Bentuk sapu hampir selalu mengalami perubahan mulai dari bahan

ranting-ranting pohon hingga seikatan serat-serat alami. Pada mulanya, sapu

memiliki bentuk bulat, bentuk yang mudah dibuat tapi kurang efisien untuk

melakukan pembersihan. Sapu dapat diikatkan ke sebuah pegangan, baik yang

pendek untuk pembersih debu, maupun panjang untuk menyapu lantai atau

perapian. Jenis-jenis sapu yang diproduksi PT. XYZ dapat dilihat pada Gambar

(36)

Gambar 4. Jenis-jenis sapu (PT. XYZ, 2011)

(37)
(38)

Sapu terbagi menjadi beberapa varian, yaitu sapu lidi, sapu ijuk, dan

sapu plastik. Tiap-tiap varian ini ditujukan untuk berbagai keperluan. Sapu ijuk

misalnya, ada yang untuk di dalam rumah dan ada untuk di teras. Begitupula

sapu lidi, ada untuk merapihkan tempat tidur dan menyapu sampah. Pemilihan

sapu adalah penting, karena mutu sapu akan menentukan kebersihan kamar

selain teknik penyapuan itu sendiri. Sapu ijuk memiliki sifat lentur dan terbuat

dari bahan alami yang sangat tahan lama dan tidak akan lapuk, maka nyaman

digunakan dan mampu membersihkan debu di lantai dengan baik. Keberadaan

sapu ijuk makin terancam dengan maraknya sapu plastik di pasaran. Jika

dicermati sapu plastik tidak dapat membersihkan sebersih sapu ijuk, karena

sifat sapu plastik yang kaku. Selain itu menggunakan sapu plastik juga tidak

senyaman sapu ijuk. Sapu ijuk mudah ditemukan di pasar tradisional,

sedangkan di supermarket atau hypermarket lebih banyak sapu plastik. Harga

sapu ijuk bervariasi. Lebih jauh, sapu ijuk dapat digunakan dalam jangka

waktu relatif lama, selama digunakan secara wajar. Dengan bahan terbuat dari

bahan alami, sapu ijuk merupakan pilihan utama untuk menyapu kamar atau

ruangan. Selain nyaman untuk digunakan, sapu ijuk mampu membersihkan

lebih bersih dibanding sapu-sapu sintetis seperti sapu plastik.

Usaha kerajinan sapu di Karawang, khususnya sapu ijuk, masih tetap

mampu bertahan, meski di tengah persaingan berbagai produk rumah tangga

serba modern. Hal tersebut dikarenakan permintaan konsumen dari sejumlah

(39)

III.

METODE KAJIAN

A. Lokasi dan Waktu Kajian

Lokasi kajian di industri sapu PT. XYZ yang berlokasi di Dusun III

Rt.13/05 Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang.

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

pertimbangan ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen

perusahaan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lokasi kajian.

Pelaksanaan kajian dimulai dari bulan Mei sampai dengan November 2011.

B. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder

yang bersifat kuantitatif dan kualitatif terhadap studi kelayakan pembiayaan

pengembangan usaha industri sapu di PT. XYZ. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara : (1) Studi kepustakaan (eksplorasi); (2) Pengamatan langsung

dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi, keuangan dan

pemasarannya; (3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara

dengan manajemen perusahaan yang terdiri dari pemilik perusahaan, bagian

produksi, bagian keuangan dan bagian pemasaran PT. XYZ dan pemilik

perusahaan sejenis di daerah Karawang. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada

Lampiran 1.

C. Pengolahan dan Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam kajian ini dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data, editing data, pengolahan

dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen dan umum, aspek teknis dan produksi, aspek

pemasaran dan sosial. Aspek manajemen meliputi sejarah perusahaan,

organisasi dan manajemen. Aspek teknis dan produksi meliputi lokasi

perusahaan, proses produksi, fasilitas usaha dan pemasok. Aspek pasar

meliputi pemasaran, prospek usaha, persaingan dan strategi pemasaran. Aspek

(40)

Aspek analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek

kelayakan usaha industri Sapu PT. XYZ. Metode analisis yang digunakan

dalam kajian ini adalah analisis rasio keuangan dan analisis kelayakan

investasi. Analisis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas

(Current Ratio) dan leverage (Debt Equity Ratio), rasio arus kas (Earning Before Interest, Tax and Depreciation/ Total hutang) dan rasio profitabilitas (Earning After Tax /Penjualan bersih).

Analisis kelayakan suatu kegiatan usaha digunakan lima (5) kriteria

investasi, yaitu NPV, PBP, BEP, Net B/C dan IRR (Sartono, 1997).

a. Rasio likuiditas (CR) dan leverage (DER)

Aktiva lancar

Current Ratio =

Hutang lancar

Total hutang

Debt to Equity Ratio =

Total modal sendiri

b. Rasio kas

EBITDA

Casflow Ratio =

Total hutang Keterangan :

EBITDA (Earning Before Interest, Tax and Depreciation) = EBIT

ditambah biaya penyusutan

EBIT (Earning Before Interest and Tax) = Laba sebelum pajak dan biaya

bunga

c. Rasio profitabilitas

EAT

Profitabilitas Ratio =

Penjualan bersih Keterangan :

EAT (Earning After Tax) = EBT dikurangi pajak pendapatan ditambah pendapatan atau biaya luar biasa kemudian dikurangi keuntungan atau

(41)

EBT (Earning Before Tax) = Laba sebelum pajak pendapatan

d. NPV

Menurut Gittenger (1986), NPV menunjukkan keuntungan yang diperoleh

selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada

waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu

tertentu. Rumusnya sebagai berikut :

PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali

pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 1997).

Rumus PBP adalah :

penjualan sama dengan biaya-biaya. Dengan kata lain, tingkat produksi

(42)

Penerimaan

Menurut Gittenger (1986), Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai

bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang

negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada

setiap tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan.

Rumusnya sebagai berikut :

Menurut Gray et al (1992), IRR menunjukkan persentase keuntungan yang

diperoleh atau investasi bersih dari suatu proyek, atau tingkat diskonto

yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV)

(43)

Analisis pembiayaan dalam pemberian kredit terhadap calon debitur digunakan 6

C’s analysis (Rivai dan Permata, 2006) yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economy and Constraint.

Metode yang digunakan untuk penentuan strategi pemasaran adalah

metode Segmenting, Targeting and Positioning (STP) dan penetapan strategi

dengan menggunakan analisis IFAS, EFAS dan SWOT. Selanjutnya disusun

strategi pemasaran dengan menggunakan bauran pemasaran (marketing mix).

Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis mengenai STP

perusahaan saat ini. Hasil analisis aspek pemasaran tersebut kemudian

dikombinasikan dengan hasil analisis keuangan sehingga dapat ditetapkan

kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan menggunakan matriks IFAS. Peluang

dan ancaman yang dihadapi perusahaan dianalisis dengan menggunakan matriks

EFAS. Kekuatan yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan pangsa pasar, mutu

produk, penguasaan teknis, kapasitas terpasang dan kelengkapan sarana.

Kelemahan perusahaan berkaitan produktivitas tenaga kerja, penetapan harga dan

tenaga pemasaran yang belum optimal, keterbatasan modal dan bahan baku

mudah rusak. Peluang yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan ketersediaan

pelanggan tetap, pemasok tetap, prospek pasar, dan peningkatan ekspor. Ancaman

yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan persaingan dari perusahaan sejenis,

ketersediaan bahan baku, fluktuasi nilai tukar rupiah dan kebijakan negara tujuan

ekspor.

Untuk menentukan bobot dari IFAS, EFAS dan profil kompetitif

perusahaan digunakan kuesioner yang diajukan kepada pakar, dalam hal ini

kepada pemilik perusahaan PT. XYZ dan pemilik perusahan sejenis di Kabupaten

Karawang. Dari hasil analisis diperoleh gambaran mengenai kondisi internal dan

eksternal perusahaan. Skor IFAS dan EFAS dituangkan dalam Matriks IE Model

GE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat secara lebih detail.

Selanjutnya matriks IFAS dan EFAS dikombinasikan dalam matriks SWOT yang

menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pemasaran perusahaan. Untuk

mengevaluasi dan menganalisa secara objektif alternatif strategi yang dihasilkan

dari matriks SWOT, serta menentukan strategi prioritas yang dapat

(44)

A. Keadaan Umum Perusahaan

PT. XYZ berdiri pada tahun 1993 di Karawang, Jawa Barat. Pada

awal berdirinya, PT. XYZ mengkhususkan diri untuk memproduksi berbagai

jenis sapu untuk pasar ekspor tujuan Jepang. Hal ini dibuktikan dengan

Azumma Industrial Co. Ltd., sebuah perusahaan Jepang yang terletak di daerah

Hamamatsu, yang sejak tahun 1993 hingga sekarang tetap memesan produk

PT. XYZ untuk dipasarkan di seluruh Jepang.

Pada mulanya kapasitas hanya 8.500 buah Sapu per bulan. Namun

seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya minat pasar ekspor

terhadap produk PT. XYZ, maka PT. XYZ melayani permintaan ekspor dari

negara-negara lain diluar Jepang seperti Korea, Taiwan, China dan India.

Mulai tahun 2008 PT. XYZ juga melayani permintaan sapu untuk pasar

domestik. Saat ini PT. XYZ telah menambah kapasitas produksi hingga mampu

memproduksi 37.000 buah sapu per bulan dengan komposisi 80% produksi

digunakan untuk memenuhi pasar ekspor dan 20% untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri.

B. Analisa Kelayakan Pemberian Pembiayaan pada PT. XYZ

1. Aspek Manajemen

Perusahaan dipimpin oleh Bapak Iwan yang merupakan pemilik

sekaligus direktur dan menjalankan operasional perusahaan. Pengalaman

usaha Bapak Iwan sejak tahun 1993 (18 tahun), dinilai cukup lama dan

dapat membawa perusahaan untuk berkembang lebih baik. Meskipun

perusahaan tergolong dalam perusahaan keluarga, namun usaha ini

dikelola secara profesional.

Manajemen PT. XYZ didukung oleh Direksi dan Manajer yang

rataannya mempunyai pengalaman dalam bidangnya masing-masing

selama minimal lebih dari 5 tahun. Dukungan SDM seperti tersebut di

(45)

perencanaan yang cukup baik, serta direksi yang memiliki pengalaman

cukup baik dalam mengelola industri Sapu, maka PT. XYZ diperkirakan

dapat memenuhi target usahanya.

Gambar 5. Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ

Jumlah tenaga kerja saat ini berjumlah 126 orang yang terdiri

dari 4 orang staf, 2 orang tenaga pemasaran dan tenaga administrasi di

kantor pusat dan 120 karyawan pabrik. Perusahaan telah memiliki

struktur organisasi yang jelas, ketersediaan key manager dan kejelasan

pembagian tugas dan wewenang. Struktur organisasi dapat dilihat pada

Gambar 5.

Kemampuan manajemen dalam mengelola resiko dapat dilihat

melalui cash life cycle analysis yang digambarkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Cash life cycle

Komisaris

Direktur

Manajer Operasional

Manajer Pemasaran

Manajer Keuangan

Produksi

Logistik

Quality Control

Pemasaran

Shipment

R & D

Keuangan

Akuntansi

Personalia Umum

PEMBELIAN

PIUTANG PRODUKSI

(46)

Jenis risiko yang ada dari cash life cycle analysis adalah :

a. Risiko pembelian

1) Ketersediaan bahan baku dapat diatasi karena bahan baku yang

dipergunakan terdiri dari beberapa jenis, yaitu ijuk, rumput

sorgum dan palmyra.

2) Ketergantugan terhadap pemasok dapat diatasi dengan menjalin

kerjasama dengan lebih dari satu (1) pemasok.

b. Risiko proses produksi

1) Risiko penyimpanan bahan baku yang disebabkan bahan baku

mudah rusak, dapat diatasi dengan langsung mengirim barang

yang sudah jadi ke tempat pelanggan.

2) Risiko proses produksi adalah pekerjaan yang tidak memenuhi

standar yang menyebabkan klaim dari pelanggan yang diatasi

dengan penerapan standar mutu yang ketat dan proses Quality

Control (QC), mulai dari pembelian bahan hingga barang dikirim.

3) Terjadinya bencana kebakaran merupakan risiko besar bagi

perusahaan, mengingat bahan-bahan produksi bersifat mudah

terbakar. Kejadian bencana kebakaran akan berpengaruh besar

terhadap tingkat produksi perusahaan. Namun hal tersebut dapat

diatasi dengan melakukan penutupan asuransi kebakaran terhadap

bahan-bahan produksi.

c. Risiko penjualan

1) Kegiatan produksi PT. XYZ selama ini berdasarkan pesanan

langsung yang diterima dari pelanggan. Oleh karena itu, PT. XYZ

memiliki ketergantugan yang tinggi terhadap

perusahaan-perusahaan yang selama ini telah menjadi pelanggan sehingga

apabila sewaktu-waktu pelanggan menghentikan

pesanan-pesanannya, maka hal ini akan sangat mempengaruhi kegiatan

usaha perusahaan. Untuk mengantisipasi hal ini, maka perusahaan

terus mencari peluang pasar yang potensial.

2) Selama ini produk-produk perusahaan relatif menghadapi

(47)

mampu memenuhi kualifikasi produk seperti yang diminta pasar,

dimana perusahaan menjual hasil produksinya. Namun prospek

bagi perusahaan diperkirakan masih relatif baik, karena telah

dikuasainya jalur pemasaran yaitu telah dipunyai langganan

(buyer) tetap.

3) PT. XYZ merupakan perusahaan yang penjualan produknya

dominan ekspor, dengan demikian penerimaan penjualan

ditentukan oleh mata uang asing, terutama dolar AS. Penguatan

rupiah akan mengurangi pendapatan perusahaan dalam

penjabaran rupiah, sehingga dapat mempegaruhi kinerja keuangan

perusahaan.

4) Perubahan kebijakan negara tujuan ekspor perusahaan, seperti

kebijakan fiskal dan kebijakan “International Labelling Scheme”

dapat mempengaruhi perolehan pendapatan perusahaan.

d. Risiko piutang

Seluruh pembayaran dilakukan secara tunai, untuk menghindari

terjadinya piutang macet.

2. Aspek Teknis dan Produksi

2.1. Lokasi usaha

Perusahaan berlokasi di Dusun III Rt.13/05 Desa Kalibuaya,

Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang dan seiring dengan volume

usaha yang semakin berkembang maka PT. XYZ berencana membuka

pabrik baru di Desa Purwasari, Kabupaten Karawang dengan lokasi lebih

strategik, karena terletak di pinggir jalan raya, sehingga memudahkan

dalam pengiriman dan bongkar muat barang. PT. XYZ berencana untuk

membangun pabrik di Desa Kalibuaya sebagai area produksi untuk

pemrosesan material dasar hingga tahap perakitan awal dan selanjutnya

barang yang telah siap untuk perakitan lanjutan akan dikirim ke lokasi

pabrik di Desa Purwasari. Pada area ini dilakukan tahap perakitan lanjut,

pengemasan produk, penyimpanan dan distribusi. Dengan lokasi strategik,

terletak di pinggir jalan utama dan dekat dengan pintu tol Karawang

(48)

2.2. Proses Produksi

Proses produksi Sapu pada dasarnya adalah menyatukan

(assembly) dari semua bagian sapu, secara ringkas terdiri dari tiga (3) bagian, yaitu :

a. Material sapu biasanya dari bahan ijuk, rumput sorgum dan

palmyra.

b. Head Sapu yang terbuat dari bahan plastik atau kayu.

c. Stick Sapu dari bahan kayu atau kayu yang dilapisi plastik.

Pengeringan dan pengikatan bahan baku pasang head

pasang paku max potong/gunting

pasang stick/gagang sapu pasang label

packing

(49)

2.3. Fasilitas usaha

a. Bangunan Pabrik

Kegiatan produksi saat ini dilakukan di pabrik yang berlokasi di

Desa Kalibuaya, Karawang. Bangunan pabrik berdiri di atas tanah

seluas 15.680 m2, meliputi :

1) Pabrik dan kantor

2) Gudang

3) Mess

Gambar

Gambar 3.  Matriks IE Model GE (Rangkuti, 2006)
Tabel 3.  Matriks SWOT (Rangkuti, 2006)
Gambar 4.  Jenis-jenis sapu (PT. XYZ, 2011)
Gambar 5. Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan soal-soal instrumen asesmen HOTS dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan soal-soal

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal penguasaan materi dan

Dasar Pemukiman Berbasis Masyarakat Belanja Barang dan Jasa Jasa Konsultansi 17.500.000,00 1 Paket Kota Cimahi APBD 01-Feb-13 28-Feb-13 01-Mar-13 01-Apr-13 158 DPU 6

Perlu dilakukan pengukuran berat daun pada kondisi kering oven serta penyulingan untuk tiap dimensi daun dari masing-masing jenis, karena dengan cara itu memungkinkan

Daftar Bank Umum Syariah yang Memenuhi

Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara selisih kedua kelompok pada tekanan darah sistolik( p =0,005) dan tekanan arteri rerata( p =0,009) yang terjadi antara pra preload dengan

Below we go we provide Heart Of Europe: The Past In Poland's Present By Norman Davies book collections that you need. Lots of varieties of publications from several fields

dana yang ada unt uk pembangunan bidang inf rast rukt ur Cipt a Karya yang meliput i sumber. pem erint ah pusat , pemerint ah daerah, perusahaan daerah, sert a dunia