• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teluk Kupang telah menghasilkan data yang berkaitan dengan perkembangan gonad, antara lain: bobot gonad, IKG, diameter telur, histologi gonad, warna gonad, bobot tubuh, dan diameter tubuh.

4.1.1 Bobot Gonad

Hasil pengukuran bobot gonad secara keseluruhan berkisar antara 0.43 – 11.17 g dengan rata-rata 2.74 ± 0.21g (SD). Distribusi bobot gonad setiap bulan selama penelitian disajikan pada Gambar 5. Pada setiap bulan pengamatan didominasi oleh bobot gonad yang berukuran < 3.0 g. Persentase bobot gonad yang berukuran < 3.0 g didapatkan tinggi pada bulan Juni dan menurun pada bulan Juli. Selanjutnya meningkat dan terbanyak didapatkan pada bulan Oktober, kemudian menurun kembali pada bulan Desember.

Gambar 5 Distribusi bobot gonad (g) bulubabi pada setiap bulan pengamatan.

Bobot gonad sebesar 3.1 – 6.0 g ditemukan mulai dari bulan Juni dan terus meningkat hingga bulan September, selanjutnya menurun pada bulan Oktober dan meningkat kembali pada bulan Desember. Bobot gonad 6.1 – 9.0 g ditemukan

0 20 40 60 80 100 120

Juni Juli sept Oktb Des

F re k ue ns i bo bo t g o na d ( % ) <3.0 3,1 - 6.0 6,1- 9.0 9,1 - 12.0

pada bulan Juli dan September sedang bobot gonad 9.0 – 12.0 g hanya didapatkan pada bulan Juni hingga Juli dan tertinggi pada bulan Juni. Fluktuasi bobot gonad diduga berhubungan dengan tipe reproduksi bulubabi yang asinkronis, sehingga pada setiap bulan pengamatan, gonad bulubabi terdiri atas beberapa tahap perkembangan dan pemijahannya terjadi secara parsial.

Rata-rata bobot gonad berbeda signifikan diantara bulan pengamatan (p<0.05) namun tidak signifikan berbeda diantara sex (betina dan jantan) (p>0.05). Interaksi antara bulan dan sex menunjukkan pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap bobot gonad bulubabi (Lampiran 6). Rata-rata bobot gonad betina tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Oktober, sedang rata-rata bobot gonad jantan tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Oktober.

4.1.2 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Hasil pengamatan nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) secara keseluruhan berkisar antara 0.09 – 15.14% dengan rata-rata 4.24% ± 0.22 (SE). Rata-rata IKG T. gratilla tertinggi ditemukan pada bulan Desember sebesar 5.66% dan terendah pada bulan Oktober sebesar 3.09%. Rata-rata IKG mencapai puncak pada bulan Juli dan Desember. Distribusi IKG setiap bulan selama penelitian disajikan pada Gambar 6. Nilai IKG < 3.0% terbanyak ditemukan pada bulan Juni dan IKG 3.1 – 6.0 dan 6.1 – 9.0% terbanyak ditemukan pada bulan Desember. IKG yang lebih besar 9.1% ditemukan pada bulan Juni, Juli, dan Desember dan terbanyak ditemukan pada bulan Juni.

Gambar 6 Profil IKG (%) bulubabi pada setiap bulan pengamatan. 0 10 20 30 40 50 60 70

Juni Juli September Oktober Desember

Fr e k u e n si IK G ( % ) < 3,0 3,1 - 6,0 6,1 - 9,0 > 9,1

Seks ( jantan atau betina) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai IKG selama pengamatan (p>0.05), namun waktu (bulan pengamatan) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap nilai IKG dari jantan dan betina (p< 0,05) (Lampiran 6). Interaksi antara sex dan bulan (sex*bulan) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap IKG (p< 0.05). Rata-rata IKG betina pada bulan Juni berbeda signifikan dengan rata-rata IKG pada bulan Oktober, rata-rata IKG betina pada bulan juli berbeda signifikan dengan rata-rata IKG pada bulan September dan Oktober, rata-rata IKG betina pada bulan September berbeda signifikan dengan rata-rata IKG pada bulan Desember, dan rata-rata IKG betina pada bulan Oktober berbeda signifikan dengan rata-rata IKG pada bulan Desember. Rata-rata IKG betina tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juni. IKG jantan pada bulan Juni berbeda signifikan dengan rata-rata IKG bulan Desember, rata-rata IKG jantan pada bulan September berbeda signifikan dengan rata-rata IKG pada bulan Desember, rata-rata IKG jantan pada bulan Oktober berbeda signifikan dengan rata-rata IKG bulan Desember. Rata-rata IKG jantan juga tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juni.

4.1.3 Diameter Telur

Hasil pengamatan ukuran diameter telur menunjukkan bulubabi memiliki pola reproduksi tipe asinkronis. Berdasarkan pada 100 contoh oosit pada setiap individu dari beberapa individu bulubabi di setiap bulan pengamatan diperoleh data distribusi diameter telur T. gratilla yang disajikan pada Gambar 7. Pada setiap bulan pengamatan didapatkan oosit dalam beberapa kelas ukuran, namun lebih didominasi oleh oosit yang berukuran 51 – 75 µ m dan tertinggi didapatkan pada bulan September, sedang oosit yang berukuran 75 – 100 µ m (matang) ditemukan di setiap bulan pengamatan dan mencapai puncak pada bulan Desember. Hal ini menunjukkan pemijahan terjadi setiap bulan pengamatan dan puncaknya diduga setelah bulan Desember.

Gambar 7 Distribusi frekuensi diameter oosit (μm) bulubabi pada setiap bulan pengamatan.

Hasil pengamatan struktur histologi gonad disajikan pada Gambar 8 dan 9. Sediaan histologis yang ditampilkan pada Gambar 8a adalah testis dengan kondisi TKG I (recovery). Pada tahap ini, testis dicirikan oleh adanya spermatogonia dan spermatosit di sepanjang dinding folikel, lapisan spermatogonia tipis dan sisa-sisa spermatozoa berada dalam lumen. Pada tahap ini, aktivitas spermatogenik rendah. Pada tingkat perkembangan testis II (growing), produksi spermatogonia dan spermatosit meningkat di sepanjang tepi folikel. Akibatnya bagian dinding folikel jantan menjadi tebal. Selanjutnya pada gonad jantan TKG III (pre-mature), testis berukuran lebih besar dari TKG II. Jumlah spermatosit dan spermatid meningkat dan spermatozoa bermigrasi dari tepi ke pusat folikel. Akumulasi spermatozoa terpusat di dalam lumen testis namun area mereka masih terbatas (Gambar 8b).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Juni Juli September Oktober Desember

F re k ue ns i di a m e te r o o si t ( % ) Bulan Pengamatan <25 26-50 51-75 75-100

F FN SPT 100µ 100µ SPZ 100µ 100µ 100µ

Gambar 8 Struktur histologis testis dalam berbagai tahap perkembangan. Keterangan: A.berkembang; B. bertumbuh; C. pra matang; D. matang dan E.

salin. (F : folikel; FN: pagosit nutritif; SPT: spermatosit; SPZ: spermatozoa)

Pada gonad jantan yang berada pada TKG IV (mature), hampir seluruh ruang folikel diisi secara penuh oleh spermatozoa matang. Testis didominasi oleh kumpulan spermatozoa padat (Gambar 8c). Selanjutnya pada TKG V (partial spawning), kepadatan spermatozoa menurun mengikuti permulaan spawning yang ditandai dengan adanya celah ruang yang kosong terlihat dalam lumen. Beberapa bagian dari tambalan kecil sisa spermatozoa terlihat dekat dinding atau di dalam lumen (Gambar 8 d dan e).

A B

C D

F FN 100µ 100µ OV OM OB 100µ 100µ

Gambar 9 Stuktur histologis ovari dalam berbagai tahap perkembangan. Keterangan:

A. Ovari tahap berkembang (developing); B. Ovari tahap recovering; C. Ovari tahap pra matang (pre mature); D. Ovari tahap partial spawning. (F: folikel; FN: pagosit nutritif; OV: oosit vitelogenik; OM: oosit matang; OB: oosit bertumbuh).

Struktur histologis perkembangan gonad betina disajikan pada Gambar 9. Sediaan histologis yang ditampilkan pada gambar 9a adalah ovari dengan kondisi TKG I (developing /berkembang) yang ditandai oleh beberapa oogonia dan oosit primer gelap yang menempel disepanjang dinding folikel dan berada diantara pagosit nutritif. Oogonia berbentuk gelondongan sedang oosit primer berbentuk seperti bola dengan sebuah inti besar. Gambar 9b adalah telur dengan kondisi TKG I (recovering/pulih). Telur developing dan recovering berbeda dalam ukuran, telur developing berukuran lebih kecil dari pada recovering. Selanjutnya pada Gambar 9c ditunjukkan oosit TKG III (pre mature/ pra matang). Pada tahap ini, kepadatan pagosit nutritif menurun, dan ovari terdiri dari oosit pada semua tingkat perkembangan. Sejumlah ova yang matang terlepas dari dinding folikel menuju pusat lumen ovari. Pada ovari yang memasuki TKG IV (matang) ditandai oleh padatnya oosit matang di dalam lumen ovari. Pagosit nutritif tidak ada atau

C

A B

sebagian bergabung dengan oosit primer di dinding folikel. Selanjutnya pada telur TKG V (salin), ova matang kurang padat di dalam lumen mengikuti permulaan pelepasan ova (Gambar 9d).

4.1.4 Warna gonad

Warna gonad menjelaskan pada bulan Juni gonad bulubabi didominasi oleh warna oranye muda (36%), oranye (28%), dan coklat kehijauan (20%). Pada bulan Juli warna gonad didominasi oleh warna oranye ( 28.6%), krem (21.4%), coklat (14.3%), dan bening (14.3%). Warna gonad yang didapatkan pada pengamatan bulan Agustus didominasi oleh warna kuning 60%, oranye 20%, dan bening 20%. Pada bulan September warna gonad didominasi warna oranye sebesar 30% kemudian warna krem sebesar 26%. Warna gonad pada bulan Oktober didominasi warna oranye muda sebesar 30% kemudian krem sebesar 16.66%. Pada bulan Desember, warna gonad yang dominan adalah oranye sebesar 43.33% kemudian kuning sebesar 33.33% (Gambar 10). Adanya berbagai tampilan warna gonad menunjukkan pada setiap bulan pengamatan didapatkan gonad berada pada beberapa tahapan perkembangan. Gonad yang bening yang mengindikasikan tahapan berkembang (developing) didapatkan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Gonad yang berwarna coklat dan coklat kehijauan yang mengindikasikan tahapan recovering didapatkan pada bulan Juni, Juli, September, dan Oktober. Warna krem dan kuning mengindikasikan gonad jantan berada pada tahap pra matang dan matang, sedang warna oranye muda dan oranye mengindikasikan gonad betina berada pada tahapan pra matang dan matang.

Gambar 10 Warna gonad bulubabi setiap bulan selama penelitian. 0 20 40 60 80 100

JUNI JULI SEPT OKTB DES

% w a rn a bening hijau/coklat krem kuning oranye muda oranye

4.1.5 Bobot Tubuh dan Diameter Tubuh

Bulubabi T. gratilla yang ditangkap dari perairan Teluk Kupang setiap bulan selama 6 bulan pengamatan mempunyai diameter tubuh minimal 4.18 cm dan maksimal 8.06 cm, sedang bobot tubuh berukuran minimal 24.26 g dan maksimal 143.42 g. Diameter tubuh mengalami peningkatan dari bulan Juni hingga bulan September, dan selanjutnya menurun pada bulan Oktober. Bobot tubuh T. gratilla yang ditangkap dari bulan Juni hingga Desember menunjukkan pola yang berfluktuasi. Rata-rata bobot tubuh tertinggi didapatkan pada bulan September dan terendah pada bulan Oktober (Tabel 5).

. Tabel 5 Rata-rata diameter tubuh (cm), bobot tubuh (g), bulubabi yang ditangkap di alam (n= 10 – 30)

Bulan Diameter tubuh ± SE Bobot tubuh ± SE Juni Juli September Oktober Desember 5.53 ± 0.13 5.92 ± 0.17 6.96 ± 0.12 5.80 ± 0.10 5.97 ± 0.10 62.06 ± 7.47 58.88 ± 8.34 86.82 ± 5.11 41.12 ± 2.96 56.25 ± 2.44

Hasil analisis regresi menunjukkan hubungan antara diameter tubuh dengan bobot tubuh mengikuti persamaan Y= 4.60 + 0.02X artinya pertambahan diameter tubuh (cangkang) seiring dengan pertambahan bobot tubuh. Koefisien determinasi sebesar 0.815 menunjukkan ada hubungan linear yang kuat antara diameter tubuh dengan bobot tubuh (Gambar 11 ).

Gambar 11 Hubungan bobot tubuh (g) dengan diameter tubuh (cm).

BT DT 1 6 0 1 4 0 1 2 0 1 0 0 8 0 6 0 4 0 2 0 8 ,5 8 ,0 7 ,5 7 ,0 6 ,5 6 ,0 5 ,5 5 ,0 4 ,5 S 0 ,4 5 2 9 4 4 R- Sq 6 6 ,0 % R- Sq( adj ) 6 5 ,7 % DT = 4 ,7 0 3 + 0 ,0 2 2 7 0 BT

Hasil analisis regresi juga menunjukkan hubungan antara bobot tubuh dan IKG memberi persamaan IKG = 2.56 + 0.02 BT dengan R2 = 6.7% (Gambar 12). Hal ini menunjukkan IKG bertambah seiring dengan pertambahan bobot tubuh namun pertambahannya kecil. Sedang hubungan antara bobot tubuh dan bobot gonad ditunjukkan oleh persamaan bobot gonad = -0.60 + 0.05 BT dengan R2

BT IK G 160 140 120 100 80 60 40 20 16 14 12 10 8 6 4 2 0 S 2 ,5 4 1 0 3 R-Sq 6 ,7 % R-Sq( adj ) 6 ,0 % IKG = 2,564 + 0,02429 BT = 43.1% (Gambar 13).

Gambar 12 Hubungan antara IKG (%) dan bobot tubuh (g) bulubabi.

Bobot t ubuh ( g) b o b o t g o n a d ( g ) 160 140 120 100 80 60 40 20 12 10 8 6 4 2 0 S 1 ,7 3 4 7 8 R-Sq 4 3 ,0 % R-Sq( adj ) 4 2 ,5 % Bobot gonad = - 0,60 + 0,05 BT

Suhu rata-rata di perairan Teluk Kupang berkisar dari 24oC hingga 29.5oC. (Gambar 14). Suhu terendah pada bulan Juli dan tertinggi pada bulan Oktober. Fluktuasi suhu terjadi dari bulan Juli ke September dan dari bulan Oktober ke Desember. Salinitas rata-rata berkisar dari 31 – 34 ppt.

Gambar 14 Suhu rata-rata pada setiap bulan pengamatan.

Kondisi substrat yang ditemukan pada lokasi penelitian didominasi oleh campuran substrat pasir berlumpur dan pecahan karang. Kondisi substrat ini bersifat stabil selama penelitian dari bulan Juni hingga Desember. Jenis lamun dan makroalga yang sering ditemukan di lokasi penelitian adalah jenis Enhalus,

Euchema sp., Caulerpa, Sargassum sp., Padina, dan Gracilaria sp.

4.1.6 Pembahasan

Perkembangan gonad ikan pada umumnya ditandai oleh adanya peningkatan nilai indeks kematangan gonad (IKG) atau peningkatan bobot gonad. Kisaran nilai IKG biasanya digunakan untuk menentukan tingkat kematangan gonad ikan. Nilai IKG akan mencapai maksimum pada saat akan terjadi pemijahan dan akan mengalami penurunan pada saat pemijahan berlangsung hingga pemijahan selesai. Perkembangan pada ovari juga ditandai oleh peningkatan ukuran diameter oosit sebagai akibat dari akumulasi vitelogenin, selama proses vitelogenesis berlangsung. Vitelogenin adalah glikofosfoprotein yang merupakan komponen utama dari oosit yang sedang tumbuh yang dihasilkan di hati. Vitelogenesis adalah sintesis vitelogenin di hati dibawa rangsangan

0 5 10 15 20 25 30 35

Mei Juni Juli September Oktober Desember

S u h u o C

hormon estradiol-17β, yang selanjutnya diangkut dalam darah menuju oosit, diserap secara selektif dan selanjutnya disimpan sebagai bakal kuning telur. Pada saat vitelogenesis berlangsung, granula kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar.

Pengamatan bulubabi T. gratilla yang ditangkap di perairan Teluk Kupang dari bulan Juni hingga bulan Desember, memperlihatkan bobot gonad didominasi ukuran < 3.0 dan 3.1 – 6.0 g. Namun pada bulan Juni dan Juli ditemukan bobot gonad yang berukuran 6,1 – 12.0 g, selanjutnya menurun pada bulan September. Demikian halnya pada pengamatan IKG yang mencapai puncak pada bulan Desember. Hal ini menunjukkan kemungkinan terjadinya puncak pemijahan setelah bulan Desember (puncak pemijahan tertinggi). IKG akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan dan akan turun kembali setelah pemijahan (Effendie 1997). Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Aslan (2005) yang mendapatkan nilai IKG T. gratilla mencapai puncak pada bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober. Hal ini menunjukkan perkembangan gonad yang sangat bervariasi sehingga setiap bulan IKG mencapai puncak. Hal ini mungkin berhubungan dengan kelimpahan makanan yang tersedia di habitatnya. IKG bulubabi bervariasi dari suatu tempat ke tempat lainnya oleh karena siklus reproduksi bulubabi dipengaruhi oleh musim (suhu dan photoperiode) dan kondisi geografis (Siikavuopio et al. 2006).

Bobot gonad dan IKG antara jantan dan betina T. gratilla tidak berbeda secara signifikan (p>0,05), namun berbeda signifikan diantara bulan pengamatan. Hal ini menunjukkan siklus reproduksi yang sinkronis diantara sex namun tidak sinkronis diantara bulan pengamatan. Penelitian Lamare et al. (2002) pada bulubabi Evichinus chloroticus di Teluk New Zealand juga mendapatkan IKG antara jantan dan betina tidak berbeda signifikan namun IKG kedua seks berubah signifikan sepanjang tahun. Mereka juga mendapatkan siklus gametogenik dapat berkaitan dengan perubahan musiman IKG. IKG minimum jantan dan betina didapatkan ketika mayoritas populasi berada pada tahap kosong (spent) atau pulih kembali (recovery). Selanjutnya IKG meningkat selama diferensiasi dan proliferasi sel-sel germinal (tahap bertumbuh dan pra matang) dan mencapai

maksimum pada saat matang. IKG menurun pada saat terjadi pelepasan gamet (memijah).

Pengamatan diameter telur menunjukkan pada setiap bulan pengamatan ditemukan telur yang matang yang juga didominasi oleh bobot gonad 3.1 – 6.0 g atau IKG 3.1 – 6.0% dan mencapai puncak pada bulan Desember. Hal ini menunjukkan bahwa matang gonad umumnya dimulai pada bobot gonad 3.1 – 6.0 g, dan pemijahan terjadi setiap bulan dan mencapai puncak setelah bulan Juli dan Desember. Peningkatan diameter telur diikuti oleh peningkatan bobot gonad. Hal ini disebabkan ketika proses vitelogenesis berlangsung, granula dan globul kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga volume oosit membesar. Dengan adanya aktivitas oosit tersebut maka bobot gonad atau IKG juga akan meningkat (Yaron 1995).

Ditemukannya telur dalam beberapa kelas ukuran juga menunjukkan bulubabi T. gratilla mempunyai perkembangan gonad yang asinkronis oleh karena pada setiap bulan pengamatan ditemukan individu dengan gonad yang berkembang hingga memijah dan pulih. Pola perkembangan gonad T. gratilla mengindikasikan tipe pemijahan yang terus menerus sepanjang tahun dengan puncak pemijahan pada pertengahan hingga mendekati akhir tahun (Aslan 2005).

Berdasarkan pada pengamatan warna gonad setiap bulan pengamatan, gonad yang bening (belum berkembang) ditemukankan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Gonad berwarna coklat dan coklat kehijauan ditemukankan pada bulan Juni, Juli, September, dan Oktober. Warna gonad oranye muda dan oranye atau kuning muda, dan kuning mengindikasikan tingkatan gonad pra matang hingga matang ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Warna gonad oranye menunjukkan tingkatan matang pada gonad betina, sedang warna kuning menunjukkan tingkatan matang pada gonad jantan. Pola warna gonad sejalan dengan pola bobot gonad, IKG, dan ukuran diameter telur. Peningkatan bobot gonad atau IKG akan diikuti peningkatan ukuran diamater telur dan perubahan warna yang sesuai dengan tingkat perkembangan gonad.

Warna gonad berkualitas tinggi terbanyak ditemukan pada bulan Desember dan sedikit ditemukan pada bulan Oktober. Warna gonad berkualitas sedang terbanyak ditemukan pada bulan Oktober dan sedikit ditemukan pada

bulan September dan Desember. Kualitas rendah terbanyak ditemukan pada bulan Agustus dan sedikit ditemukan pada bulan Juni. Hasil ini mengindikasikan bahwa kualitas warna gonad berhubungan dengan fase perkembangan gonad. Warna gonad yang berkualitas tinggi umumnya didapatkan pada fase pertumbuhan, pra matang dan pematangan awal, sedangkan kualitas warna gonad yang rendah umumnya didapatkan pada fase pulih dan matang akhir atau menjelang pemijahan. Produksi dan kualitas gonad yang maksimal dihasilkan pada fase pertumbuhan dan matang gonad (Unuma et al. 1999).

Pada bulubabi, gonad berisi sel-sel gamet dan sel-sel pagosit nutritif. Tahapan perkembangan gonad dicirikan oleh keberadaan sel-sel yang dominan, pergerakan sel-sel gamet ke pusat lumen folikel, kepadatan sel-sel gamet, ukuran ketebalan lapisan folikel, dan ukuran diameter oosit (pada betina).

Perkembangan gonad baik pada jantan maupun betina dimulai dari perkembangan spermatogonium dan spermatosit primer atau oogonium dan oosit primer yang menempel di dinding folikel dan berada diantara sel pagosit nutritif. Pada awal perkembangan gonad, gonad bulubabi didominasi oleh sel pagosit nutritif dengan lapisan folikel yang tipis. Seiring dengan perkembangan gonad, sel-sel pagosit nutritif akan berkurang jumlahnya dan ketebalan lapisan folikel meningkat hingga pada tahap matang gonad. Spermatosit maupun oosit akan terus bertambah kepadatannya dan bergerak ke pusat lumen folikel seiring dengan kematangannya. Gonad yang matang ditandai oleh kumpulan spermatozoa maupun oosit yang padat dan terakumulasi di pusat lumen folikel tanpa sel-sel nutritif phagosit dan ketebalan lapisan folikel menurun. Pada tahapan partial spawning, kepadatan spermatozoa maupun oosit menurun dengan ruang kosong yang terlihat jelas dalam lumen, sedangkan dinding folikel mulai bertambah tebal oleh sel-sel pagosit nutritif. Berbeda dengan ikan teleleostei pada umumnya dimana spermatogonia ataupun oogonia tersusun secara acak tersebar satu demi satu dan tidak ada pengaturan urutan.

Hasil pengamatan setiap bulan selama penelitian memperlihatkan diameter tubuh berkisar 4.18 – 8.06 cm dengan rata-rata 5.97 ± 0.82. Diameter tubuh mengalami peningkatan dari bulan Juni hingga bulan September, dan menurun pada bulan Oktober. Hal ini berkaitan dengan umur pada saat penangkapan dalam

1 musim penangkapan dan aktifitas penagkapan. Bulubabi yang ditangkap jauh sebelum musim penangkapan umumnya memperlihatkan diameter tubuh yang kecil, demikian juga yang ditangkap setelah musim penangkapan. Sedang yang ditangkap pada musim penangkapan umumnya memperlihatkan diameter tubuh yang besar. Meskipun demikian, bila pada musim penangkapan kurang memberikan tekanan pada populasi bulubabi, maka bulubabi yang tertangkap setelah musim penangkapan akan memperlihatkan diameter tubuh yang bervariasi.

Bobot tubuh bulubabi yang ditangkap selama penelitian berkisar 24.26 – 143.42 g dengan rata-rata 57.77 g ± 27.9. Dari bulan Juni hingga Agustus, bobot tubuh terus menurun dan meningkat pada bulan September, selanjutnya menurun kembali pada bulan Oktober dan mulai meningkat pada bulan Desember.

Bobot tubuh bulubabi yang ditangkap di alam berkaitan dengan tipe substrat di habitatnya. Tipe substrat yang didominasi oleh campuran pasir berlumpur dan pecahan karang serta ditumbuhi oleh lamun yang pendek dengan kerapatan lamun yang tidak padat, biasanya memperlihatkan bobot tubuh yang lebih kecil. Sedang tipe substrat yang didominasi oleh campuran pasir berlumpur dan pecahan karang serta ditumbuhi oleh lamun yang agak tinggi dengan kerapatan lamun bervariasi tetapi ditumbuhi oleh berbagai jenis makroalga, umumnya memperlihatkan bobot tubuh yang besar.

Hasil analisis regresi memperlihatkan hubungan antara bobot tubuh dengan diameter tubuh yang kuat. Pertambahan diameter tubuh (cangkang) seiring dengan pertambahan bobot tubuh. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Aslan (2005) yang juga mendapatkan bahwa diameter tubuh sangat erat mempengaruhi bobot tubuh bulubabi. Namun hubungan antara bobot tubuh dengan IKG kurang kuat dibandingkan hubungan antara bobot tubuh dengan bobot gonad. Bulubabi yang bobot gonadnya besar belum tentu memiliki bobot tubuh yang besar pula dan sebaliknya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena sebagian besar rongga tubuh bulubabi dipenuhi oleh makanan dan air sehingga pada saat bulubabi ditangkap, apabila didapatkan bulubabi yang baru selesai makan maka sebagian besar rongga tubuhnya dipenuhi oleh makanan sehingga bobot tubuhnya tinggi, sebaliknya apabila didapatkan bulubabi yang belum makan maka makanan dalam rongga tubuhnya sedikit, sehingga bobot

tubuhnya rendah meskipun memiliki gonad yang besar. Dengan demikian penggunaan bobot gonad lebih tepat dalam mengidentifikasi perkembangan gonad bulubabi.

4.2 Perkembangan Gonad Bulubabi dalam Wadah Budidaya

Dokumen terkait