• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot gonad bulubabi yang dihasilkan dalam percobaan ini tertinggi dihasilkan pada perlakuan G (32: 9) dan terendah dihasilkan pada perlakuan A (22: 9) (Gambar 21). Pada perlakuan A, B, dan C dengan kadar protein 22% dan rasio C/P masing-masing sebesar 9, 11, dan 13 kkal GE/g, bobot gonad tertinggi dihasilkan pada perlakuan C (22;13), sedang pada perlakuan G, H, I dengan kadar protein 32% dan rasio C/P sebesar 9,11, dan 13 kkal, bobot gonad tertinggi pada

perlakuan G (32;9). Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan kadar protein rendah dibutuhkan rasio C/P yang tinggi, sebaliknya pada perlakuan dengan kadar protein tinggi dibutuhkan rasio C/P yang rendah. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pada perlakuan G, protein pakan optimal dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot gonad bulubabi.

Gambar 21 Bobot gonad (g) bulubabi pada beberapa perlakuan protein;C/P dengan n= 3 – 7.

Selanjutnya kadar protein dan interaksi protein energi (C/P) nyata mempengaruhi peningkatan bobot gonad bulubabi (p<0.05) (Lampiran 8).

4.3.2 Protein Gonad

Rataan kadar protein gonad pada setiap perlakuan berkisar antara 48.25 – 64. 45% (Gambar 22). Induk bulubabi T. gratilla yang mendapat pakan perlakuan G (P.32% ; C/P.11) menghasilkan protein gonad tertinggi sebesar 64.45%. Hal ini menunjukkan peningkatan protein pakan dapat meningkatkan kandungan protein gonad bulubabi. Selanjutnya kadar protein pakan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kadar protein gonad (p< 0.05) (Lampiran 9).

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 A B C D E F G H I B o bo t g o na d ( g ) Protein;C/P

Gambar 22 Protein gonad bulubabi pada perlakuan protein;C/P.

4.3.3 Total karotenoid dan β-karoten

Total karotenoid gonad tertinggi dihasilkan pada perlakuan B sebesar 18.18 ppm, dan terendah pada perlakuan F sebesar 13.98 ppm. Rata-rata total karotenoid gonad cenderung menurun dengan peningkatan rasio energi protein dan terendah pada perlakuan rasio energi protein sebesar 13 kkal GE/g (Gambar 23).

Gambar 23 Kadar total karotenoid pada gonad bulubabi. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 A B C D E F G H I P ro te in g o na d ( % ) Protein: C/P 0 5 10 15 20 25 A B C D E F G H I T o ta l k a ro te no id g o na d ( ppm ) Protein;C/P

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akumulasi karotenoid gonad dipengaruhi oleh rasio energi protein dalam pakan. Peningkatan rasio energi protein pakan kemungkinan menyebabkan kurangnya pengambilan atau penyerapan karotenoid yang berikatan dengan protein ke gonad, sebagai akibat lebih tingginya kadar lemak pakan yang merupakan sumber energi utama dalam pakan.

Kadar β-karoten gonad tertinggi juga dihasilkan pada perlakuan B (6.26 ppm) dan terendah pada perlakuan F (4.78 ppm) (Gambar 24).

Gambar 24 Kadar β-karotin gonad bulubabi.

Kadar β-karoten memperlihatkan pola yang sama dengan kadar total karotenoid, dan jika dibandingkan dengan total karotenoid gonad, maka kadar β-karoten gonad hanya sekitar sepertiga bagian dari total karotenoid. Hal ini menunjukkan tiga perempat bagian dari total karotenoid dikonversi dalam bentuk lain, dan mungkin menjadi retinal, retinol, atau echinenon.

4.3.4 Warna Gonad

Warna gonad yang dihasilkan berada pada rating ke-2 dengan rata-rata skor warna gonad 2 – 2.83 yang mengindikasikan kualitas warna gonad yang baik. Penilaian warna gonad (Gambar 25) memperlihatkan pola yang sama dengan total karotenoid dan β-karoten gonad. Peningkatan rasio energi protein pakan (13 kkal GE/g) menghasilkan penurunan skor warna gonad. Hal ini berhubungan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 A B C D E F G H I B -k a rot in gona d (ppm ) Protein;C/P

dengan total karotenoid dan β-karoten gonad sebagai sumber pewarnaan pada gonad bulubabi.

Gambar 25 Penilaian warna gonad bulubabi.

Keterangan: 1 = sangat baik (kuning terang atau oranye) 2 = baik (kuning muda)

3 = cukup (kuning-coklat, oranye - coklat, merah coklat, krem)

4 = tidak baik (coklat gelap, abu-abu, hijau).

4.3.5 Tekstur Gonad

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tekstur gonad yang dihasilkan dari perlakuan yang diberikan berada pada rating ke-2 dan ke-3 dengan rata-rata 3.51– 2.1, namun umumnya berada pada rating ke-2 (Gambar 26). Hal ini menunjukkan bahwa formulasi pakan pada setiap perlakuan dapat menghasilkan tekstur gonad padat sedikit lembek hingga padat berbutir yang mengindikasikan tekstur gonad berkualitas cukup dan baik.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 A B C D E F G H I S k o r w a rn a Protein;C/P

0 1 2 3 4 5 A B C D E F G H I S k o r te k st ur Protein;C/P

Gambar 26 Penilaian tekstur gonad bulubabi. Keterangan: 1=sangat baik (padat halus) 2= baik (padat berbutir)

3 = cukup (lembek)

4 = tidak baik (cair/berlendir)

4.3.6 Rasa Gonad

Hasil penelitian menunjukkan rasa gonad bulubabi T. gratilla yang dihasilkan berada pada rating ke-1 dan ke-2 (Gambar 27). Hal ini menunjukkan bahwa formulasi pakan pada perlakuan yang diberikan dapat menghasilkan rasa gonad manis hingga sangat manis, yang mengindikasikan kualitas rasa yang baik hingga sangat baik. Peningkatan kadar protein pakan tidak menghasilkan rasa gonad yang pahit.

Gambar 27 Penilaian rasa gonad bulubabi.

Keterangan:

1 = sangat baik (sangat manis ) 2 = baik (manis)

3 = cukup (tidak manis dan tidak pahit) 4 = tidak baik (pahit)

0 1 2 3 4 A B C D E F G H I S k o r ra sa Protein;C/P

Pengamatan profil asam amino pada gonad bulubabi (Gambar 28) menunjukkan asam amino tertinggi yang terkandung di dalam gonad bulubabi adalah asam glutamat sebesar 0.98 – 1.24 ppm.

Gambar 28 Profil asam amino gonad bulubabi pada perlakuan kadar protein dan rasio energi protein.

Kandungan asam amino yang terendah dalam gonad bulubabi adalah sisteina sebesar 0.05 – 0.08 ppm. Tingginya kandungan asam glutamat dalam gonad bulubabi memberikan rasa gonad yang gurih (umami).

4.3.7 Pembahasan

Komponen utama vitelogenin adalah protein (lipoprotein). Kandungan protein pakan akan mempengaruhi kandungan protein gonad yang ditandai dengan peningkatan ukuran pagosit nutritif yang berkapasitas sebagai penyimpan protein. Selain kandungan protein, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan turut mempengaruhi kandungan protein gonad.

Pada penelitian ini didapatkan pakan dengan kadar protein 32% dan rasio energi protein (C/P) 9 kkal GE/g optimal meningkatkan bobot gonad dan kandungan protein gonad bulubabi Tripneustes gratilla. Penelitian Akiyama et al. (2001) pada Paracentrotus depressur yang berdiameter 15 mm mendapatkan bahwa bulubabi yang diberi pakan dengan kandungan protein 20, 30, dan 40%

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 A B C D E F G H I as am amin o ( ppm ) Perlakuan asam aspartat asam glutamat serin glisin histidin arginin treonin alanin prolin tirosin valin methionin sistein

mempunyai indeks gonad tertinggi (lebih tinggi) pada akhir penelitian dibandingkan dengan yang diberi pakan berprotein 10 dan 50%, meskipun secara statistik tidak berbeda signifikan. Pearce et al. (2004) mendapatkan bulubabi Strongylocentrotus droebachiensis dewasa (diameter tubuh 59.6 ± 4.1 mm) yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 19, 24, dan 29% menghasilkan indeks gonad yang tidak berbeda signifikan, namun signifikan lebih tinggi dari pakan kontrol (kelp) yang kandungan proteinnya 8.7%. Bulubabi Lytechinus variegatus yang berdiameter 14 mm yang diberi pakan 9,15, 21, dan 33% selama 14 minggu menunjukkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang maksimal pada pakan berprotein ≥ 21% (Hammer et al. 2004). Bertolak dari hal tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap spesies bulubabi membutuhkan kadar protein yang berbeda untuk pertumbuhan atau untuk produksi gonad dan dipengaruhi oleh umur/ukuran, namun pada umumnya bulubabi membutuhkan protein sekitar 20 – 40% dalam pakannya (Schlosser et al. 2005).

Pada penelitian ini didapatkan pula hubungan yang positif antara bobot gonad dengan protein gonad, yang ditunjukkan melalui persamaan regresi yaitu; protein gonad= 47.25 + 7.3 bobot gonad dengan R2 = 54.7%. Artinya semakin tinggi bobot gonad maka kadar protein gonad juga semakin meningkat dan sebaliknya. Pada akhir penelitian ini (minggu ke-7) didapatkan nilai bobot gonad yang lebih rendah dibandingkan pada penelitian tahap sebelumnya. Pemeriksaan histologis gonad menunjukkan sebagian bulubabi telah memijah sebelum dipanen. Bulubabi yang telah memijah menyebabkan penurunan nilai bobot gonad. Bila dibandingkan dengan penelitian tahap ke-2 (bulubabi hanya diberi pakan makroalga), maka lama waktu untuk mencapai matang dan memijah pada panelitian ke-3 ini lebih cepat sekitar 2 – 4 minggu. Pada penelitian ke-2, bulubabi mencapai matang dan memijah pada minggu ke-9 dan ke-11, sedang pada penelitian ke-3 ini bulubabi kebanyakan sudah memijah pada minggu ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa protein pakan efektif mempercepat perkembangan dan pematangan gonad bulubabi. Hal ini berhubungan dengan proses vitelogenesis, dimana terjadi akumulasi vitelogenin yang merupakan komponen utama dari protein ke dalam sel pagosit nutritif sehingga bobot gonad bertambah, proses perkembangan dan pematangan gonad cepat (Unuma, 1999). Selain protein,

cepatnya waktu proses perkembangan dan pematangan gonad pada penelitian ke-3 ini, kemungkinan disebabkan oleh peranan karotenoid yang terkandung di dalam pakan (0.155 – 0.464 ppm). Menurut Regunathan dan Wesley (2006), karotenoid mempunyai kemampuan memicu vitelogenesis udang dan berpengaruh langsung pada transkripsi gen hormon yang terlibat dalam pematangan ovari. Selama vitelogenesis, karotenoid dimobilisasi dari hepatopankreas ke ovari melalui hemolim dimana karotenoid tersebut terakumulasi dalam oosit sebagai bagian utama dari protein kuning telur (lipovitelin) (Torinsen dan Torinsen 1985; Lubzends et al. 2003; Regunathan dan Wesley 2006). Lipoprotein utama di dalam kuning telur adalah vitelin. Vitellin merupakan high density lipoprotein (HDL) yang sering berhubungan dengan karotenoid, vitelin ini sebenarnya adalah lipo- gliko-carotenoprotein (Chein et al. 1993).

Mutu warna gonad yang sangat baik apabila gonad berwarna kuning terang atau oranye merah; mutu yang baik apabila gonad berwarna kuning muda atau oranye; sedang mutu yang jelek apabila gonad berwarna pucat atau krem atau coklat. Pada penelitian ini, penggunaan tepung sargassum (sebagai sumber karotenoid) dan ekstrak sargassum sebanyak 0.03% dengan kandungan karotenoid pakan sekitar 0.155 – 0.464 ppm dan dengan adanya protein yang cukup, maka pakan perlakuan tersebut umumnya menghasilkan warna gonad yang berkualitas baik (kuning muda atau oranye). Warna kuning dan oranye pada gonad bulubabi dipengaruhi oleh pigmen karotenoid seperti β-karoten dan echinenon yang merupakan pigmen utama dalam gonad bulubabi. Total karotenoid dan β-karoten gonad berkisar 15 – 18 dan 5 – 6 ppm. Penelitian Robinson et al. (2002) pada Strongylocentrotus droebachiensis mendapatkan β-karoten yang terkandung dalam alga Dunaliella salina kering sangat efektif menghasilkan warna gonad berkualitas sangat baik (kuning terang/orange merah), tetapi konsentrasi yang sangat efektif ádalah 200 – 250 mg/kg berat kering pakan, lebih tinggi daripada total karotenoid pakan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni berkisar 0.155 – 0.464 ppm. Pearce et al. (2004) juga mendapatkan warna gonad Strongylocentrotus droebachiensis yang diberi pakan buatan tidak berbeda dengan yang diberi makroalga (kelp), pakan buatan yang digunakan terdiri dari β-karoten sebanyak 200 mg/kg dan tepung makroalga 22%. Hal ini menunjukkan

karotenoid alami yang diperoleh dari alga ataupun makroalga efektif menghasilkan pewarnaan gonad bulubabi yang baik. Karotenoid alami terdiri atas isomer 9-cis dan All-tras, sedang β-karoten sintetik hanya mengandung isomer All-trans. Adanya perbedaan bentuk isomer diduga berpengaruh terhadap aktivitas biologisnya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan penilaian warna gonad, total karotenoid dan β-karoten gonad cenderung menurun (perlakuan C, F, dan I) dengan peningkatan rasio energi protein pakan (13 kkal GE/g). Hal ini menunjukkan bahwa akumulasi karotenoid gonad dipengaruhi oleh rasio energi protein dalam pakan. Peningkatan rasio energi protein pakan kemungkinan menyebabkan kurangnya pengambilan atau penyerapan karotenoid yang berikatan dengan protein ke gonad, sebagai akibat lebih tingginya karbohidrat atau lemak pakan yang merupakan sumber energi utama dalam pakan. Selain itu, diduga karoten yang diserap oleh usus, sebagian dikonversi menjadi retinol melalui retinal. Retinol ditranspor dalam sistem sirkulatori, dan di dalam plasma berikatan dengan retinol-binding protein (RBP) yang disintesis di hati dan masuk ke oosit. Dalam bentuk retinal berikatan dengan vitelogenin (VTG) ditranspor menuju oosit melalui plasma selama vitelogenesis (Lubzens et al. 2003; Sammar et al. 2005). Di dalam gonad bulubabi, sebagian besar karoten juga dikonversi menjadi echinenon melalui isocriptoxantin (Plank et al 2002; Robinson et al. 2002; Shpigel et al 2005).

Tekstur gonad yang dihasilkan pada penelitian ini adalah padat sedikit lembek hingga padat berbutir yang mengindikasikan gonad berkualitas cukup hingga baik. Tekstur ini dipengaruhi oleh kadar air gonad (Gambar 29).

Gambar 29 Kadar air pada gonad bulubabi. 76 78 80 82 84 86 A B C D E F G H I K ad ar ai r (% )

Gonad yang mengandung kadar air rendah memiliki tekstur yang padat, sebaliknya gonad yang mengandung kadar air tinggi akan menghasilkan tekstur gonad yang lembek hingga berair. Kadar air pada gonad berkisar 79.4 – 85.3 %. Kadar air gonad menunjukkan pola yang sama dengan tektur gonad (Gambar 26).

Formulasi pakan pada perlakuan yang diberikan dapat menghasilkan rasa gonad bulubabi manis hingga sangat manis, yang mengindikasikan kualitas rasa yang baik hingga sangat baik. Pearce et al. (2002;2004) mendapatkan gonad bulubabi yang diberi pakan buatan memiliki rasa pahit hingga manis dan lebih jelek daripada yang diberi pakan kelp yang menghasilkan rasa sangat manis. Mereka mendapatkan bahwa rasa gonad dipengaruhi oleh peningkatan kadar protein pakan dan profil asam amino gonad. Rasa yang manis atau sangat manis dihubungkan dengan tingginya asam amino seperti; alanina, arginina, asam glutamat, glisina, lisina, serina, dan taurina. Sedangkan rasa gonad yang pahit dikaitkan dengan tingginya konsentrasi valina dan pulcherrimina. Murata et al. (2002) juga mendapatkan rasa gonad bulubabi Hemicentrotus pulcherrimus yang pahit diakibatkan oleh kandungan pulcherrimina yang tinggi. Namun pada penelitian ini penggunaan kadar protein pakan hingga 32% tidak menghasilkan rasa pahit. Profil asam amino gonad yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan konsentrasi asam glutamat yang tertinggi dalam gonad yang menyebabkan rasa gonad yang enak (umami).

4.4 Pengaruh Estradiol 17-β terhadap Perkembangan Gonad T. gratilla

Dokumen terkait