• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Resiliensi: Impuls Control

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Penelitian

D.4. Aspek Resiliensi: Impuls Control

Pada aspek impuls control terdapat beberapa tema berbeda yang muncul dalam wawancara antara peneliti dengan

masing-masing partisipan. Tema-tema tersebut akan dijelaskan pada penjabaran dibawah ini

D.4.1. Kegiatan Tidak Produktif

Selama menghadapi kesulitan masing-masing partisipan memunculkan perilaku yang tidak produktif. Berikut kutipan wawancara berkaitan dengan tema tersebut.

“Jeleknya saya kalau lagi tertekan itu saya suka julid mas, ghibahin tetangga... puas gitu rasanya tapi saya ngerti sakjane itu gak baik dan gak produktif bikin capek sendiri”

(B_90-92) “Ngelamun mas saya, ngerokok saya juga jadi tambah banyak. Sempet mau terjun ke alkohol juga itu mas”

(K_114-115) “Apa ya mas, hal negatif ya? Saya jadi suka ngabisin waktu ke game itu mas, sebenernya baik gak baik sih mas, tapi game di hape itu nyita waktu saya, yang harusnya bisa ngelakuin hal lain saya pelariannya malah game itu, bisa 5-6 jam saya mas mantengin game di hape.”

(K_121-125) “waktu habis di depan hape. 8 jam itu harusnya saya bisa cari ide untuk usaha saya atau kalau memang waktu itu mau tutup, saya setidaknya mikir usaha lain yang bisa di jalanin.”

(F_86-89)

Ketika berada dalam situasi tertekan B memiliki kebiasaan membicarakan tetangga atau “ghibah”. K memiliki kebiasaan melamun dan merokok. K juga memiliki keinginan untuk mengkonsumsi alkohol. Selain

itu K juga banyak menghabiskan waktunya bermain handphone. Sama seperti K, F juga banyak menghabiskan waktunya untuk bermain handphone.

D.4.2. Mencari Ide atau Inovasi Baru

Pada aspek impuls control partisipan juga melakukan kegiatan mencari ide atau inovasi baru. Berikut adalah kutipan wawancara berkaitan dengan tema tersebut.

“kadang kalau udah capek atau bosen ya saya main game atau ngulik-ngulik ide buat bikin usaha baru atau menu baru mas”

(B_92-94) “Gak lama sih mas, gak sampe berhari-hari atau ber jam-jam... soalnya menurut saya itu kan buang-buang waktu ya.. kebanyakan saya pas nganggur itu ya jalan-jalan wisata kuliner sama pasangan sambil cari inspirasi buat bikin apalagi ya yang bisa dijual? Pokoknya sebisa mungkin saya bawa enjoy aja”

(B_102-106) “Ngerasa kalau main hape itu cuman pelarian mas lama-lama saya gak nyaman. Akhirnya pelan-pelan lah saya coba buat cari alternatif-alternatif untuk toko saya.”

(F_96-98) Disaat B mulai merasa bosan dengan ber-“ghibah”, B mulai mencari ide atau menu baru untuk usaha yang dijalani. B juga mencari insiprasi bersama pasangannya dengan wisata kuliner. F juga sedikit demi sedikit mencari

alternatif lain untuk usahanya ketika F mulai merasa bahwa bermain handphone adalah sebuah pelarian.

D.4.3. Konflik dengan Orang Sekitar

Masih pada aspek impuls control beberapa partisipan juga mengalami konflik dengan orang terdekatnya. Konflik tersebut meuncul akibat pikiran yang kalut dan tersirat sebuah keputus asaan dari dalam diri partisipan. Berikut adalah kutipan wawancara terkait hal tersebut.

“Emmm saya jadi berantem terus sama pasangan mas, ya pikiran udah butek mau gimana lagi”

(B_97-98) “saya sempet marah ke Ibu saya karena beliau nyuruh saya sabar. Saya bentak mas, saya mikirnya kan masa disuruh sabar terus, mau sampai kapan keadaan kayak gini.”

(F_75-78) B berkelahi dengan pasangannya ketika dalam situasi yang tertekan. B a mengatakan bahwa konflik tersebut muncul karena pikiran B yang kalut. Sedangkan F terlibat konflik dengan ibunya saat ibunya mencoba untuk menenangkan F namun F merasa bahwa keadaan yang ia alami sudah berlarut-larut dan tidak kunjung menemukan solusi.

D.4.4. Sensitif dan Mudah Marah

Selanjutnya dalam aspek impuls control partisipan merasa dirinya menjadi sensitif dan mudah marah ketika dalam situasi yang sulit. Berikut kutipan wawancara terkait hal tersebut.

“jadi sensitif apa-apa bikin marah, tapi ya sama mas kalau udah capek gitu saya lebih milih diem aja”

(B_99) B merasa dirinya menjadi mudah marah selama menghadapi kesulitan yang ia alami. Kemarahannya dapat muncul karena berbagai macam alasan. Ketika ia sudah merasa lelah meluapkan emosinya kemudian B memilih untuk berdiam diri.

D.4.5. Kurang Semangat Menjalankan Usaha

Ketika dihadapkan pada masalah, terdapat partisipan yang menjadi kurang semangat dalam menjalankan usahanya. Berikut kutipan wawancara terkait hal tersebut.

“Tentu mas, saya jadi kurang semangat bukanya. Biasanya sregep mas saya jam 10 pagi itu pasti buka, cuman karena saya tau bakal sepi itu sempet saya buka se moodnya saya mas, buka jam 1 siang, buka jam 12 gitu, tutupnya juga karena waktu itu ada aturan pemerintah ya, saya tutup jam 7 malam mas”

K kurang semangat ketika akan memulai usahanya. Jam operasional usahanya pun menjadi kurang teratur. Berubahnya jam operasional tersebut mengikuti mood dari K. Perilaku tersebut juga muncul karena K merasa bahwa hari itu akan sepi pelanggan.

D.4.6. Konsisten Pada Usaha

Dalam menghadapi masalah partisipan tetap konsisten pada usaha yang sedang ia jalani. Berikut adalah kutipan wawancara terkait hal tersebut.

“Kemarin pas pandemi kan banyak mas yang panen duit karena jualan alkes. Saya sebetulnya iri pengen juga kayak mereka, tapi kan itu trend doang mas, akhirnya alkes juga diatur pemerintah, harganya turun lagi, untung saya gak main alkes kemarin, mungkin saya bisa malah rugi mas. Saya tetep sama hobi saya aja, tetep di dapur, tetep masak.”

(B_163-167) Pada saat pandemi banyak orang yang mencoba peluang usaha baru yaitu berjualan alat kesehatan. Namun B tidak tergoda untuk mengambil peluang itu meskipun B dapat meraup keuntungan besar dengan berjualan alat kesehatan. B merasa bahwa jual beli alat kesehatan hanyalah trend usaha yang kurang terjamin kelangsungannya. Hal tersebut terbukti ketika pemerintah

melakukan regulasi terhadap jual-beli alat kesehatan yang membuat harga jual alat kesehatan menurun.

Dokumen terkait