• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Resiliensi Pada Wirausahawan Yang Terdampak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Penelitian

D.14. Dinamika Resiliensi Pada Wirausahawan Yang Terdampak

Pandemi covid-19 membawa dampak pada ketiga partisipan terutama pada menurunnya pendapatan dari ketiga partisipan tersebut. Partisipan kehilangan pangsa pasarnya karena aktivitas masyarakat yang terbatas. Menurunnya pendapatan tersebut juga menyebabkan neraca usaha mereka berada pada posisi merugi. Kerugian yang dialami oleh B terjadi karena dirinya harus menggunakan uang di luar usahanya untuk membayar gaji dan keperluan usahanya. Kondisi pasangan B yang masih ada pemasukan selama bekerja menjadi ojek online sedikit banyak membantu B dalam menghadapi kesulitan tersebut. Berbeda dengan F yang hanya memiliki sumber pemasukan utama melalui usahanya, F mengalami kerugian dengan membuang komoditas dagangannya yang terlanjur membusuk karena tidak ada pelanggan yang berbelanja di warungnya sehingga F harus meminjam uang ayahnya untuk perputaran operasional usahanya. Sama dengan K yang menjadikan usahanya sebagai sumber utama pemasukannya. K mengalami kerugian karena toko cukurnya sepi sehingga dirinya sulit untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membayar sewa tokonya, meskipun pada akhirnya teman-teman K dan pemilik tanah tempat toko K sedikit membantu K untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan juga menangguhkan biaya sewa tokonya.

Kesulitan tersebut menyebabkan partisipan merasakan stress dan merespon kesulitan tersebut dengan perilaku dan sikap terentu. Partisipan B merasakan kebingungan atas kondisinya dan memiliki untuk berdiam diri di dalam rumah selama beberapa waktu. Dirinya juga merasakan putus asa atas kondisi tersebut. Perasaan itu juga dialami oleh partisipan K, dimana dirinya hanya bisa berpasrah ketika mengalami kesulitan akibat pandemi covid-19. Partisipan F menyikapi kesulitan tersebut dengan merasa gagal. Perasaan itu muncul karena dirinya merasa tidak bisa mempertanggungjawabkan warung yang diberikan oleh orangtuanya. Perasaan gagal itu juga memicu F untuk menjadi individu yang muda tersinggung. F merasa dirinya mudah tersinggung terutama ketika ada orang yang mencoba untuk membantunya atau memberi ia masukan.

Di tengah kesulitan yang partisipan alami, beberapa partisipan tidak menyalahkan orang lain atau merasa kecewa atas apa yang mereka alami. Partisipan B dan K merasa bahwa diri mereka telah cukup mengupayakan agar usaha mereka tetap bertahan di masa pandemi. Mereka juga merasa bahwa apa yang terjadi pada mereka juga dialami oleh orang lain sehingga tidak ada yang perlu disalahkan atas kondisi ini. Namun partisipan F justru merasa kecewa dan menyalahkan dirinya sendiri karena ia merasa dirinya tidak mampu menanggulagi dampak yang warungnya alami selama pandemi covid-19. F juga merasa iri kepada wirausahawan lain yang mampu

menemukan peluang dalam kesulitan pandemi dan berhasil meraup keuntungan besar melalui jual beli kesehatan. Kendati demikian rasa iri tersebut menjadi pemacu bagi F untuk tetap berusaha karena F merasa bahwa setiap orang pasti mampu untuk melampaui kesulitan dengan cara dan waktu mereka masing-masing. Untuk mengendalikan emosinya, K juga melakukan banyak ibadah. K merasa dengan beribadah dirinya menjadi lebih tenang dan tidak reaktif dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.

Selain respon-respon emosi, partisipan juga memunculkan beberapa perilaku selama menghadapi kesulitan. Beberapa partisipan memunculkan perilaku atau kegiatan yang tidak produktif. Selama berada dibawah tekanan B melakukan kebiasan ber “ghibah” atau “julid”. Kegiatan tersebut menyita waktunya untuk melakukan hal lain yang lebih produktif. K dan F menghabiskan waktunya dengan bermain handphone. Mereka menghabiskan waktu 5 sampai 8 jam untuk bermain handphone. Kegiatan bermain handphone itu juga diikuti dengan keinginan K untuk mengkonsumsi alkohol meskipun hal tersebut tidak pernah ia lakukan karena pertolongan teman-temannya yang selalu menemani K. K juga merasa bahwa waktu yang ia habiskan di depan layar handphone adalah salah satu bentuk pelariannya dalam menghadapi masalah. Setelah menyadari hal itu K mencoba untuk mencari ide-ide atau alternatif lain untuk tetap mempertahankan usahanya. Mencari ide dan inovasi baru untuk usaha

juga dilakukan oleh B setelah B merasa jenuh dengan kebiasaannya ber “ghibah”. Ide-ide itu B dapatkan dengan ber wisata kuliner bersama pasangannya. F juga mencari ide atau solusi untuk usahanya setelah merasa tidak nyaman dengan kebiasaanya menghabiskan banyak waktu di depan handphone.

Beberapa partisipan juga sempat mengalami konflik dengan orang di sekitarnya karena stress yang mereka alami. B berkonflik dengan pasangannya karena merasa lebih sensitif dan mudah marah. F juga berkonflik dengan ibunya ketik ibunya berusaha untuk menguatkan F melalui kondisi ini. F merasa masukan dari ibunya itu tidak membantu dan justru membuat F marah.

Selain itu terdapat partisipan yang merasa kurang semangat untuk menjalankan usahanya ketika menghadapi kesulitan. Selama pandemi K membuka tokonya dengan perasaan kurang semangat dan tidak konsisten dengan jam operasional tokonya karena K merasa bahwa tokonya akan sepi pelanggan.

Disamping perilaku dan respon emosi, Selama pandemi partisipan juga berusaha untuk mengidentifikasikan masalah mereka. Mereka mencoba untuk menemukan akar permasalahan yang menyebabkan menurunnya pendapatan. Setelah menemukan masalah, mereka berusaha untuk menyusun strategi serta memperbaiki kinerja mereka terutama dalam pelayanan dan marketing usaha yang mereka jalani. B, F, dan K menyadari bahwa sepinya pelanggan diakibatkan

karena ketakutan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah sehingga mereka merancang pelayanan atas jasa dan penjualan produk mereka dengan sistem online dan juga mengadakan pelayanan delivery.

Dari alternatif yang ditemukan oleh ketiga partisipan dalam mempertahankan usaha mereka, partisipan juga merasa bahwa mereka menjadi solusi bagi orang-orang disekitar mereka. B dan F melalui pelayanan pesan antarnya mempermudah pelanggan mereka untuk tetap dapat membeli produk mereka tanpa harus meninggalkan rumah. K melalui pelayanan cukur door-to-door nya mempermudah pelanggan yang membutuhkan jasa cukur rambut tanpa harus meninggalkan rumah mereka.

Upaya partisipan dalam menggali potensi usahanya dan memperbaiki pelayanan serta marketing usaha mereka didasari pada harapan yang mereka miliki tentang masa depan yang lebih baik. B dan K sama-sama merasa yakin ahwa kondisi sulit yang mereka hadapi pasti akan berlalu. Selain itu mereka juga memiliki harapan untuk mengembangkan usaha hingga mereka dapat membuka cabang bahkan F juga berharap suatu saat dapat menjual produk taninya sendiri.

Partisipan juga menunjukan empati mereka kepada orang-orang disekitar mereka terutama para wirausahawan lain yang terdampak covid-19. Mereka sedih memikirkan bagaimana cara wirausahawan yang terdampak covid-19 dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Partisipan juga turut merasakan kesedihan

ketika melihat banyaknya karyawan yang terkena PHK dan harus dirumahkan karena covid-19. Perasaan sedih melihat banyak karyawan yang di PHK mendorong K dan F untuk mempertahankan karyawan mereka, sehingga karyawan mereka dapat tetap memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Kesedihan itu juga mendorong B untuk mengembangkan usahanya karena dirinya sempat merumahkan beberapa karyawan kateringnya ketika usahanya mengalami kerugian. Suatu saat B ingin mempekerjakan kembali karyawan yang ia rumahkan ketika usaha warung kopinya sudah berkembang.

Dari perjuagan dan upaya partisipan menghadapi kesulitan akibat pandemi covid-19, mereka dapat mengambil beberapa hikmah dibalik kesulitan tesebut. B belajar untuk ikhlas dan menghadapi permasalahan dengan lapang dada. K dan F belajar untuk tidak mudah menyerah dan selalu berpikir positif. Ketiga nya juga belajar untuk selalu mensyukuri keadaan.

Keberhasilan partisipan untuk mempertahankan usahanya tentu juga didukung oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri mereka ataupun dari orang-orang disekitar mereka. Ketiga partisipan memiliki kemampuan untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki dan kesempatan yang telah mereka terima untuk tetap berkecimpung di dunia usaha. Selain itu K juga mampu untuk melakukn introspeksi diri melalui ibadahnya sehingga K dapat memperbaiki kesalahan dan belajar dari kesalahannya selama menghadapi pandemi covid-19.

Kemudian B juga memiliki kemampuan dalam membaca situasi atau trend pasar sehingga ia tidak terjerumus dalam trend jual-beli alat kesehatan yang menyelamatkan dirinya dari kerugian yang lebih besar. B yang terbiasa dengan pola hidup sederhana juga merasa menghadapi pandemi bukanlah beban yang teramat berat dan membuat B tidak terjebak dalam kondisi stress yang berlarut-larut. F juga memiliki kemampuan yang menjadi pegangannya ketika menghadapi kesulitan. F memiliki kemauan untuk belajar terutama mempelajari hal yang berpengaruh pada perkembangan usahanya.

Ketiga partisipan juga mendapatkan insight dan bantuan dari sosok panutan mereka. Ayah B memberikan perhatian yang membuat B merasa kuat dalam menghadapi masalahnya, beliau juga memberikan wejangan untuk B agar selalu hidup prihatin sehingga B terbiasa dalam menghadapi kesulitan hidup dan kesulitan akibat pandemi covid-19. Kemudian ayah K juga membantu K dengan menjadi tempat untuk bertukar pikiran, selain itu ayah K juga memberikan pinjaman uang sehingga K dapat memenuhi keperluan tokonya. Beliau yang menjadi inspirasi bagi K untuk tetap bertahan selama pandemi, karena ayah K pernah mengalami kesulitan berupa PHK ketika krisis moneter di tahun 1996 dan mampu bertahan melalui kesulitan itu. Sosok Ibu F juga menjadi inspirasi bagi F untuk tetap bertahan di masa sulit. Ibu F mengalami kesulitan dalam bentuk sakit kanker yang membuatnya harus kelar masuk rumah sakit. Namun Ibu

F selalu berpesan untuk memandang kesulitan sebagai pembelajaran dan bentuk cinta Tuhan kepada hambanya.

Selain dari sosok panutan mereka mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan karyawan mereka. Pasangan B selalu membantu B terutama dalam hal yang menyangkut kegiatan usahanya. Pasangan B juga mengambil peran sebagai tempat bernaung dalam menghadapi kesulitan dan memenuhi kebutuhan afeksi dari B. Selain itu pemasukan dari pasangan B yang saat ini masih bekerja sebagai ojek online juga sedikit banyak membantu B dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga membuat B mampu menggaji karyawan kateringnya sebelum tutup. Kemudian teman-teman serta karyawan K dan F menyediakan diri mereka untuk menjadi teman berbagi cerita dan pikiran. Bahkan salah satu teman K ada yang meminjamkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan toko K. K juga menerima bantuan dari pemilik tanah tempat lapaknya berdiri, sehingga K tidak perlu mengkhawatirkan tentang biaya sewa lapaknya. Setelah berhasil melampaui kesulitan selama pandemi, partisipan merasakan dampak dari reiliensi. Dampak tersebut berupa dampak psikologis dan dampak ekonomis. Partisipan merasa puas dan bangga setelah mampu menemukan solusi yang membuat usaha mereka mampu bertahan di masa pandemi. Selain itu F juga merasa lebih percaya diri dalam menjalankan usahanya. K juga merasa bahwa dirinya secara emosi lebih stabil setelah menemukan solusi untuk

usahanya. Ketiga partisipan merasa bahwa usaha mereka secara finansial berangsur mambaik dan dapat berkembang lewat solusi yang mereka temukan.

Dokumen terkait