• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Fasilitas penunjang

2.6 Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan fungsi dan peranan serta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, bisa dikatakan pelabuhan perikanan merupakan salah satu organisasi publik sehingga di dalam pelabuhan perikanan pasti terdapat aspek sosial ekonomi yang terjadi dan mempengaruhi kegiatan di dalamnya. Menurut Nugroho (2011), aspek sosial dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya mencakup:

1) Demografi (kependudukan)

Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi daya tarik ekonomi sehingga banyak orang mendekatinya sehingga menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk (nelayan, pedagang, dan pengolah).

2) Mata pencaharian

Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menjadi tempat bekerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya dengan berbagai jenis pekerjaan misalnya nelayan, bakul ikan, dan pedagang warung.

(1) Pola kerja

Sistem kerja pelaku ekonomi/stakeholder yang terlibat dalam aktivitas di pelabuhan perikanan meliputi waktu kerja, pembagian kerja, kerjasama, penghasilan, keterampilan, modal, dan teknologi.

(2) Produksi

Output usaha yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Termasuk siklus kegiatan produksi harian.

3) Menciptakan lapangan kerja

Keberadaan pelabuhan perikanan dapat membuka lapangan kerja berupa kesempatan usaha dan kerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya serta pendatang sehingga dapat mengatasi pengangguran.

(1) Kesempatan bisnis

Meliputi jenis dan tipe bisnis yang dikelola masyarakat, jumlah usaha, kompetisi usaha antar penduduk lokal dan pendatang, serta perijinan usaha.

(2) Kesempatan pekerjaan

Kesempatan kerja berada disektor formal maupun informal yaitu meliputi jumlah orang yang bekerja atau menggantungkan hidupnya di pelabuhan perikanan. Jumlah dan jenis pekerjaan baik formal maupun informal yang ada di pelabuhan perikanan.

4) Kelembagaan

Kelembagaan merupakan pola hubungan antar individu atau kelompok masyarakat baik hubungan formal maupun non formal. Dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan yang termasuk hubungan formal seperti koperasi perikanan (KUD Mina), kelompok usaha bersama, dan HNSI. Sedangkan yang termasuk hubungan non formal adalah hubungan antara nelayan dan pemilik modal.

Gambar 1 Pola kelembagaan dalam pelabuhan perikanan

Aspek ekonomi dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya meliputi (Nugroho, 2011):

Pola Hubungan Antar Individu atau Kelompok Masyarakat

Hubungan Non Formal Hubungan Formal

Hubungan nelayan dengan pemilik modal

1. Koperasi Perikanan (KUD Mina)

2. Kelompok Usaha Bersama 3. dll

1) Penyerapan tenaga kerja

Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menciptakan kesempatan kerja yang bersifat formal maupun informal sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal di institusi pemerintah, industri pengolahan, perdagangan/pemasaran, dan buruh. 2) Tumbuhnya industri pengolahan

Keberadaan pelabuhan perikanan dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan. Faktor pendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan antara lain:

(1) Bahan baku

Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang terjamin khususnya ikan sangat menentukan tumbuhnya industri pengolahan produk perikanan. (2) Peluang pasar

Peluang pasar ditandai oleh tingginya animo/permintaan masyarakat terhadap produk olahan produk perikanan.

(3) Dukungan pemerintah

Meliputi bantuan pelatihan keterampilan teknis, pembiayaan, kemudahan perijinan, dan insentif pajak.

3) Pusat pemasaran

Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan nelayan dengan adanya:

(1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat pelelangan ikan (TPI) menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan calon pembeli. Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan nelayan serta harga ikan lebih terjamin.

(2) Pasar ikan

Di sekitar PP dapat berkembang menjadi pasar ikan. Pasar ikan merupakan tempat pertemuan antara nelayan, pedagang, dan calon konsumen/pembeli.

4) Pertumbuhan ekonomi regional/lokal

Keberadaan pelabuhan perikanan akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional/lokal. Indikator pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan

usaha jasa dan non jasa kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta mobilitas penduduk.

(1) Usaha jasa dan non jasa

Meliputi jenis dan jumlah usaha, bentuk interaksi usaha dengan masyarakat serta keterlibatan penduduk lokal.

(2) Kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dengan adanya pelabuhan perikanan akan meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB.

(3) Mobilitas penduduk

Meliputi frekuensi keluar masuk pendatang, jumlah pendatang, jenis usaha yang dikembangkan oleh pendatang serta interaksi pendatang dengan penduduk lokal.

5) Peluang investasi

Keberadaan pelabuhan perikanan akan membuka peluang investasi di sektor perikanan yakni dibidang penangkapan, perdagangan ikan, dan industri pengolahan. Investasi di sektor perikanan akan menciptakan multiplier effect berupa:

(1) Membuka lapangan kerja; (2) Memacu pertumbuhan ekonomi.

2.7 Kinerja

Kinerja merupakan suatu konstruk (construct) yang bersifat multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya (Mahmudi, 2010). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi (Bastian (2001) dalam Herinugrah (2010). Menurut Mudzakir (2009), kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

2.7.1 Kinerja sosial

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Sedangkan sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam

masyarakat, seperti kehidupan nelayan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja sosial adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan manusia dalam masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan nelayan selama kurun waktu tertentu. Pencapaian kinerja yang tinggi merupakan suatu prestasi, oleh karenanya setiap organisasi dituntut untuk dapat selalu meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi kinerja organisasi, maka semakin tinggi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.

Konsep kinerja menurut Rummler dan Brache dalam Mudzakir (2009) dapat diterapkan pada 3 (tiga) tingkatan dalam organisasi, yaitu: tingkatan organisasi (organization level), tingkat proses (process level), dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas (job performer level). Tingkat organisasi menekankan pada hubungan organisasi dan fungsi-fungsi utamanya yang tergambar dalam kerangka dasar struktur organisasi serta mekanisme kerja yang ada, tingkat proses menekankan pada proses kegiatan antara fungsi, dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas menekankan pada individu-individu yang melaksanakan proses pekerjaan.

Menurut Mahmudi (2010), secara umum kinerja sosial akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan;

3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim;

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur dalam organisasi; 5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan serta perubahan

2.7.2 Kinerja organisasi

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan suatu organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Kinerja organisasi bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input) (Herinugrah, 2010).

Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Berikut adalah indikator kinerja organisasi menurut (Sobandi (2006) dalam Herinugrah (2010)):

1) Keluaran (Output)

Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan. Kedua, kuantitas pelayanan yang diberikan yang memenuhi persyaratan kualitas tertentu. Indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan yang memenuhi uji kualitas.

2) Hasil

Hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil. Ukuran itu mencakup akibat tidak langsung yang signifikan, dimaksud atau tidak dimaksud, positif atau negatif, yang terjadi akibat pemberian pelayanan yang diberikan.

3) Kaitan usaha dengan pencapaian

Kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Indikator yang mengaitkan usaha dengan pencapaian, meliputi dua hal. Pertama, ukuran efisiensi yang mengaitkan usaha dengan keluaran pelayanan, indikator ini mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran ditingkat tertentu dari penggunaan sumber daya di lingkungan organisasi. Kedua, ukuran biaya hasil yang menghubungkan usaha dan hasil pelayanan, ukuran ini melaporkan biaya per unit hasil, dan mengaitkan biaya dengan hasil sehingga managemen publik dan masyarakat bisa mengukur nilai pelayanan yang telah diberikan.

4) Informasi penjelas

Informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja suatu organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Ada dua jenis informasi penjelas yaitu pertama, faktor substansial yang ada diluar kontrol seperti karakteristik lingkungan dan demografi. Kedua, faktor yang dapat dikontrol seperti pengadaan staf.

Kinerja organisasi tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi (Ruky, 2001 dalam Herinugrah (2010)):

1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut;

2) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi;

3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan;

4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;

5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi;

6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya.

2.7.3 Kinerja pelabuhan

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja pelabuhan adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan yang terjadi di dalam pelabuhan selama kurun waktu tertentu.

Menurut Muis, (2010), indikator performace pelabuhan atau kinerja pelabuhan adalah prestasi dari output atau tingkat keberhasilan pelayanan, penggunaan fasilitas maupun peralatan pelabuhan pada suatu periode waktu tertentu, yang ditentukan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio perbandingan (prosentase). Indikator performance pelabuhan dapat dikelompokkan sedikitnya atas 3 (tiga) kelompok indikator (Muis, 2010), yaitu: 1) Indikator output (kinerja pelayanan kapal dan barang serta produktivitas

barang) indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai besarnya throughput lalu-lintas barang (daya lalu) yang melalui suatu peralatan atau fasilitas pelabuhan dalam periode waktu tertentu;

2) Indikator service (kinerja trafik), dasarnya merupakan indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai lamanya waktu pelayanan kapal selama di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan;

3) Indikator utilisasi (utilisasi fasilitas pelabuhan dan alat produksi) dipakai

Dokumen terkait