• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.2 GAMBARAN UMUM ORGANISASI

1.2.3 Aspek Strategis

Eksistensi Dinas Perikanan dan Pangan sebagai Perangkat Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi pelaksana pembangunan daerah, memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan khususnya bidang kelautan dan perikanan, dan bidang pangan. Sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, bahwa tujuan pembangunan kelautan dan perikanan nasional adalah:

1. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan. 2. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan. 3. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.

4. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi

Dengan demikian, prioritas pembangunan kelautan dan perikanan di daerah harus bersinergi dan mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Ada dua aspek strategis yang dapat mempengaruhi pembangunan kelautan dan perikanan yaitu aspek internal dan aspek eksternal.

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 22

1.2.3.1 Aspek Internal

Didalam aspek internal ada dua faktor penting yang berpengaruh, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kekuatan dan faktor-faktor yang berkaitan dengan kelemahan.

Pertama, faktor kekuatan. Yang menjadi kekuatan Kabupaten

Banyuwangi untuk mengembangkan pembangunan kelautan dan perikanan adalah:

1) Potensi alam

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi perikanan dan kelautan yang meliputi penangkapan dan budidaya. Potensi penangkapan yang meliputi laut, pesisir dan pantai dimana wilayah laut yaitu Selat Bali yang luasnya ± 960 mil2 dengan hasil Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang dominan hampir 80 % total produksi yang didaratkan per tahun, serta samudera Indonesia dengan dominasi ikan dasar (demersal) di samping ikan pelagis. Demikian pula terdapat potensi pantai sepanjang ±282 km merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau / tambak . Di kabupaten Banyuwangi terdapat 81 sungai dengan panjang ±735 km yang berfungsi untuk pertanian, perikanan, air minum dan lain-lain.

2) Jumlah penduduk yang cukup besar

Data tahun 2018 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi mencapai 1.735.845 jiwa (bertambah 37.812 jiwa dibanding tahun 2017). Dari angka penduduk tersebut diatas sekitar 27.144 orang berprofesi sebagai nelayan, 2.339 orang sebagai petani tambak dan 4.967 orang sebagai pembudidaya ikan. Jumlah pelaku usaha perikanan ± 43.391 orang, atau sekitar 2,6% dari penduduk Kabupaten Banyuwangi terjun di usaha bidang perikanan. Ada sedikit penurunan persentase jumlah pelaku usaha bila dibanding dengan tahun 2017.

3) Dukungan pemerintah

Pembangunan bidang kelautan dan perikanan sangat didukung oleh pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai kebijakan-kebijakan yang telah dibuat sebagai landasan untuk pembangunan kelautan dan perikanan. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, maka kabupaten/kota juga bisa dengan bebas mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Landasan hukum pembangunan kelautan dan perikanan antara lain:

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 23

- Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

- Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

- Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;

- Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

- Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil;

- Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah; Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan;

Kedua, faktor kelemahan. Di samping memiliki kekuatan, ada beberapa

kelemahan yang mempengaruhi pembangunan kelautan dan perikanan yaitu antara lain:

1) Nilai produk perikanan yang bersifat sangat fluktuatif.

Besar-kecilnya produksi perikanan di Kabupaten Banyuwangi sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Hal ini dikarenakan 70% dari total produksi perikanan merupakan kontribusi dari hasil perikanan tangkap, yang notabene sangat dipengaruhi oleh iklim dan musim. Di saat musim ikan berlimpah, harga ikan bisa menjadi sangat rendah. Selain itu hasil ikan tangkapan nelayan masih belum dikelola secara maksimal, yang memungkinkan adanya nilai tambah (value added) dari produk-produk itu.

2) Masih rendahnya kemampuan SDM pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam pengelolaan perikanan secara lestari dan bertanggungjawab.

3) Pemanfaatan infrastruktur pendukung kegiatan usaha kelautan dan perikanan belum optimal.

4) Berkurangnya wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan kelautan dan perikanan.

Berdasarkan UU 23/2014, pemerintah kabupaten/kota tidak memiliki kewenangan dalam pengelolaan ruang laut, konservasi, pengawasan sumber daya laut, dan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 24

1.2.3.2 Aspek Eksternal

Didalam aspek eksternal juga ada dua faktor penting yang berpengaruh, yaitu faktor yang berkaitan dengan kesempatan atau peluang dan faktor-faktor ancaman atau tantangan.

Pertama, faktor peluang. Yang menjadi peluang untuk mengembangkan

pembangunan kelautan dan perikanan adalah:

1) Tingginya permintaan produk olahan perikanan sebagai komoditas eksport. 2) Beberapa wilayah di Kabupaten Banyuwangi berpotensi untuk pengembangan

budidaya perikanan.

3) Bidang usaha perikanan dan keluatan dapat menjadi salah satu alternatif untuk mata pencaharian masyarakat.

4) Meskipun proporsi anggaran dari APBD Tk. II tidak begitu besar, namun Kabupaten Banyuwangi masih mendapat bantuan dari pemerintah pusat dan propinsi untuk pembangunan kelautan dan perikanan.

Kedua, faktor tantangan. Yang menjadi tantangan untuk

mengembang-kan pembangunan kelautan dan perimengembang-kanan adalah: 1) Perubahan iklim yang tidak menentu

Faktor iklim sangat mempengaruhi produksi perikanan tangkap. Sehingga kondisi pemanasan global yang berpangaruh terhadap perubahan iklim, sangat berpengaruh pula terhadap usaha perikanan tangkap. Para nelayan sangat terganggu karena pola iklim yang tidak menentu itu juga berpengaruh terhadap naik-turunnya ombak di laut. Konsekuensinya para nelayan mengalami kerugian akibat iklim yang tidak menentu tersebut.

2) Hama penyakit ikan

Hama penyakit ikan bagi budidaya perikanan menjadi salah satu ancaman yang harus rutin diatasi melalui baik melalui metode CBIB/CPIB , pemberian obat-obatan dan peningkatan kualitas air.

3) Kerusakan lingkungan dan bencana alam

Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan bertanggung jawab menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan habitat ikan seperti terumbu karang dan lain-lain. Hal ini dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah ikan yang berada di perairan Selat Bali. Sedangkan bencana alam bisa menyebabkan terjadinya

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 25

kerusakan di wilayah pesisir pantai dan menimbulkan aberasi pantai. Sehingga perlu dilakukan perbaikan dan pemeliharaan di wilayah pesisir pantai.

4) Persaingan antar daerah

Propinsi Jawa Timur memiliki beberapa Kabupaten/kota dengan potensi usaha kelautan dan perikanan yang baik. Antara lain Probolinggo, Situbondo, Blitar, Lamongan, dan Madura. Sehingga Kabupaten Banyuwangi harus bersaing dengan daerah lain untuk memperoleh alokasi dana dari pemerintah pusat. Juga harus bersaing didalam menarik para investor.

Dokumen terkait