• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Pertumbuhan Sektor Perikanan Dalam PDRB

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.3 ANALISIS CAPAIAN KINERJA URUSAN PILIHAN

3.3.1 Persentase Pertumbuhan Sektor Perikanan Dalam PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Dan sektor perikanan sebagai salah satu sektor unggulan, memiliki kontribusi dan pengaruh yang besar terhadap PDRB.

Rata-rata pertumbuhan sub sektor perikanan dalam PDRB selama kurun waktu lima tahun terakhir (2014 – 2018), berada di angka 5,68 %. Penetapan target sub sektor perikanan mengikuti rata-rata pertumbuhan sub sektor pertanian dalam PDRB yaitu di angka 3%. Pertumbuhan sub sektor pertanian dalam PDRB cenderung berada di titik yang stagnan dan jenuh karena sangat terbatasnya potensi pengembangan lahan pertanian. Sedangkan pertumbuhan sub sektor masih bisa dikembangkan. Berikut adalah trend pertumbuhan sub sektor perikanan dalam PDRB selama lima tahun terakhir dan proyeksi angka tahun 2018 sebagaimana tergambar dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 3.1

Pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Dalam PDRB Tahun 2014-2018

*Sumber: BPS Kab. Banyuwangi

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 64 2014 2015 2016 2017 2018 Realisasi 84,829 86,428 73,113 68,353 102,362 Target 66,404 70,388 82,901 82,901 94,425 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 A xi s Ti tl e

3.3.2 Volume dan Nilai Produksi Perikanan

Jumlah dan nilai produksi perikanan adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan. Selain itu angka produksi ini juga menjadi salah satu komponen dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, meskipun trend fluktuasi jumlah produksi perikanan tidak selalu selaras dengan pertumbuhan PDRB sektor perikanan. Hal ini disebabkan banyaknya komponen yang digunakan dalam perhitungan PDRB. Namun jumlah dan nilai produksi perikanan dapat menggambarkan sejauh mana potensi sumberdaya perikanan telah dimanfaatkan oleh masyarakat.

Setelah selama dua tahun berturut-turut (2016 dan 2017) volume produksi perikanan mengalami penurunan dan tidak mampu mencapai target yang telah ditetapkan, maka pencapaian volume produksi perikanan pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produksi perikanan meningkat hingga 49,7% (102.362 ton) dibandingkan dengan tahun 2017 (68.353 ton). Pencapaian ini telah melampaui target yang ditetapkan untuk tahun ketiga dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2021.

Berikut adalah grafik perbandingan target dan realisasi volume produksi perikanan dalam kurun waktu lima tahun terakhir:

Gambar 3.2

Perkembangan Volume Produksi Perikanan Tahun 2014-2018

Peningkatan volume produksi perikanan tahun 2018 disebabkan karena kenaikan volume produksi perikanan tangkap yang naik 64,9% jika dibandingkan dengan tahun 2017. Faktor utama penyebab kenaikan produksi tangkap karena

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 65 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 60606 61319 44337 44841 73947 24217 25113 28776 23512 28415 Tangkap Budidaya

meningkatnya ketersediaan sumberdaya ikan dari jenis ikan pelagis (tongkol & kembung). Sebaliknya produksi komoditas ikan lemuru, yang dulu merupakan komoditas primadona, justru mengalami penurunan. Peningkatan SDI terjadi karena adanya peristiwa migrasi ikan pelagis ke Selat Bali, diperkirakan akibat adanya proses up welling.

Selain dipengaruhi oleh perikanan tangkap, produksi perikanan juga dipengaruhi oleh angka perikanan budidaya dimana mengalami peningkatan yang cukup besar (22%), setelah sempat menurun pada tahun 2017. Yang mana penurunan pada tahun 2017 dipengaruhi oleh penurunan jumlah produksi budidaya rumput laut yang cukup drastis karena faktor angin tenggara yang telah merusak sarana prasarana budidaya sehingga gagal panen

Ada tiga komoditas utama perikanan budidaya yang mempengaruhi angka produksi perikanan budidaya yaitu udang vannamei, lele dan rumput laut. Hampir 70% hasil produksi perikanan budidaya berasal dari budidaya tambak dengan komoditas udang vannamei. Selanjutnya diikuti oleh komoditas lele (17%) dan rumput laut (8%). Dan pada tahun 2018 jumlah produksi dari ketiga komoditas tersebut mengalami peningkatan rata-rata 25%.

Potret perkembangan perikanan tangkap dan budidaya dalam kurun lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 3.3

Perkembangan Nilai Produksi Perikanan Tahun 2014-2018

Kondisi nilai produksi perikanan tahun 2018 juga mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya volume produksi. Besarnya

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 66 1.89 2.1 2.3 2.53 2.78 1.87 2.09 1.75 1.67 2.587 2014 2015 2016 2017 2018 Target Realisasi

peningkatan 54,8% dibandingkan dengan tahun 2017. Yaitu dari Rp. 1,67 trilyun menjadi Rp. 2,58 trilyun.

Potret perbandingan target dan realisasi nilai produksi perikanan di Banyuwangi selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 3.4

Perbandingan Target dan Realisasi Nilai Produksi Perikanan Tahun 2014-2018

3.3.3 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Nelayan dan Pembudidaya Ikan Skala Kecil

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat perikanan ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas kelembagaan kelompok nelayan (KUB) dan pembudidaya ikan skala kecil (Pokdakan). Realisasi persentase peningkatan kelas kelompok pada tahun 2018 berada di angka 29,3%, atau sebanyak 125 kelompok dari total 426 kelompok pelaku utama perikanan yang aktif, telah tersertifikasi kelas kelompok. Dibandingkan dengan tahun 2017 dimana jumlah kelompok yang sudah tersertifikasi sebesar 78 dari 403 kelompok aktif.

Sertifikasi kelas kelompok digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian kelompok. Ada 3 klasifikasi kelas kelompok perikanan yaitu:

1. Kelas Pemula adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan range nilai terbawah dan terendah dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan,

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 67

kemitraan/kerja sama, dan akses informasi pasar, serta diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Kepala Desa/ Lurah.

2. Kelas Madya adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan range nilai menengah dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih terbatas, dan diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Camat.

3. Kelas Utama adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan range nilai tertinggi dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan sampai pelaksanaan meskipun masih terbatas, dan diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Bupati.

Berikut adalah data jumlah KUB nelayan dan Pokdakan berdasarkan kelas kelompok pada tahun 2018:

Tabel 3.10

Data Jumlah Kelompok Nelayan dan Pembudidaya Ikan Skala Kecil Tahun 2018

Kelas Kelompok KUB Nelayan Pokdakan/ UPR

Terdata aktif 175 123

Pemula 49 74

Madya 4 -

Utama 1 -

Jumlah 229 197

Di tahun 2018 satu kelompok KUB nelayan telah berhasil dikukuhkan menjadi kelompok kelas utama yaitu KUB SAMUDERA BAKTI, dan tiga kelompok dikukuhkan di kelas madya yaitu KUB PESONA BAHARI, KUB PANTAI REJO dan KUB BAROKAH.

Kelompok nelayan di Kabupaten Banyuwangi sudah sering menjadi role model dan percontohan bagi kelompok nelayan di dalam dan luar kabupaten. Terutama kelompok nelayan yang telah tersertifikasi kelas kelompok utama dan

Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi 68

madya. Mereka menjadi sumber inspirasi bagi kelompok nelayan yang masih bersertifikasi pemula.

Meningkatnya kinerja pembangunan perikanan di Banyuwangi khususnya di bidang perikanan tangkap, membuat Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan Juara 2 Lomba Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tingkat Provinsi Tahun 2018 untuk Kategori Bidang Perikanan Tangkap. Aspek yang dinilai adalah pengelolaan SDI, kelembagan nelayan, dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap. Tentunya hal ini merupakan prestasi yang cukup membanggakan bagi Kabupaten Banyuwangi. Dan kedepan masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan kinerja pembangunan yang maksimal.

3.3.4 Analisis Kinerja Program dan Kegiatan Pembangunan Bidang

Dokumen terkait