IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Analisis Kelayakan Usaha
4.2.3 Aspek Teknis dan Operasional
Analisis pada aspek ini dilakukan untuk mengetahui apakah usaha ini layak untuk dijalankan secara teknis. Adapun hal-hal yang
menjadi pertimbangan pada aspek teknis yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi lokasi usaha, proses produksi, dan proses penjualan dari usaha mie ayam Mbot ini.
a. Lokasi Usaha
Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam pendirian suatu usaha. Ada beberapa alasan atau faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi dalam pendirian suatu usaha. Pemilihan lokasi suatu usaha dapat berdasarkan kedekatan lokasi usaha dengan sumber bahan baku, kedekatan lokasi usaha dengan tenaga kerja, atau kedekatan lokasi usaha dengan konsumen. Dalam kasus mie ayam Mbot ini pemilihan lokasi didasarkan pada kedekatan lokasi dengan konsumen atau pasar. Hal ini dipilih karena usaha mie ayam Mbot ini merupakan usaha yang melakukan penjualan secara langsung (direct selling).
Lokasi yang dimiliki oleh mie ayam Mbot terletak di Surantaka, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang. Lokasi ini merupakan lokasi yang cukup strategis, terletak di tepi jalan dengan kawasan yang cukup ramai. Lokasi kios ini berjarak sekitar 4 KM dari lokasi produksi yang berada di Desa Tanggulun barat Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang. Jarak ini dinilai relatif dekat, karena dalam pemilihan lokasi ini yang menjadi pertimbangan adalah faktor kedekatan dengan pasar.
Kios yang dimiliki oleh mie ayam Mbot mampu menampung sekitar 12 konsumen sekaligus. Kios ini terdiri dari etalase yang berada di depan, tempat mencuci peralatan makan, deretan meja dan kursi, serta lemari pendingin untuk minuman. Untuk lebih lengkapnya bentuk layout kios dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Layout kios Mie Ayam Mbot
b. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan oleh mie ayam Mbot menitikberatkan pada produksi bahan-bahan pelengkap atau pun bahan penyusun untuk produk akhirnya nanti. Bahan-bahan yang diproduksi berupa produk-produk seperti bakso, bakso tahu, bakso telur, dan olahan ceker. Bahan-bahan pelengkap yang diproduksi berupa potongan ayam olahan, sambal, dan beberapa bahan tambahan lainnya.
Dalam proses produksi ini mencakup mengenai pemenuhan bahan baku yang digunakan. Semua bahan baku yang digunakan didapatkan dari pasar yang berjarak cukup dekat dari lokasi produksi. Intensitas pembelian bahan baku ini dilakukan berbeda- beda untuk tiap jenisnya, ada beberapa bahan yang harus dibeli
Keterangan gambar: A : Etalase
B : Lemari pendingin minuman C : Meja
D : Kursi
E : Kamar mandi/ tempat pencucian F : Tempat cuci/wastafel
A
C C D D D D D D D D D D D D B F Esetiap hari sampai ada yang dibeli seminggu sekali. Bahan yang harus dibeli setiap hari yaitu berupa tahu, sayuran, dan bumbu karena dibutuhkan dalam kondisi segar. Untuk pembelian bahan seperti daging ayam dilakukan beberapa hari sekali karena untuk proses produksi biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari. Untuk pembelian dan pengolahan daging sapi sebagai bahan baku bakso dilakukan seminggu sekali agar lebih efektif. c. Proses Penjualan
Proses penjualan yang dimaksud dalam hal ini yaitu proses bahan baku yang dihasilkan dari proses produksi untuk sampai pada konsumen. Bahan-bahan baku yang dihasilkan dari proses produksi selanjutnya akan dibawa oleh pekerja penjualan untuk sampai di lokasi kios. Jam operasional penjualan di kios yaitu pukul 10.00 - 20.00 WIB setiap harinya. Di lokasi kios ini pekerja penjualan akan mengolah bahan yang ada untuk menjadi produk yang diinginkan oleh konsumen. Untuk kasus pembelian pesan antar setelah mendapatkan pesanan melalui telepon pekerja penjualan kemudian akan menyiapkan produk yang dipesan untuk kemudian diantarkan pada konsumen, untuk layanan pesan antar ini konsumen tidak dibebani biaya tambahan, namun pada kasus-kasus tertentu terkadang ada konsumen yang memberi bayaran tambahan atas inisiatifnya sendiri. Layanan pesan antar ini mencakup daerah disekitar kios ini berada saja dengan jarak paling jauh sekitar 3Km. 4.2.4 Aspek Manajemen dan Organisasi
Analisis pada aspek menejemen dan organisasi mie ayam Mbot meliputi:
A. Struktur Organisasi
Mie ayam Mbot merupakan salah satu jenis usaha berskala kecil di bidang kuliner dengan produk berupa mie ayam. Usaha ini memiliki struktur organisasi yang masih sangat sederhana seperti dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi Mie Ayam Mbot
Gambar di atas menunjukan bahwa pemimpin usaha membawahi pegawai secara langsung, yang berarti bahwa pemimpin memberikan perintah atau arahan secara langsung kepada para pegawainya tanpa melalui perantara atau bagian tertentu dalam organisasi.
Mie ayam Mbot saat ini dimiliki secara langsung oleh Eko Kurniawan Khennedy. Pemilik mengambil keputusan dalam segala bidang aktivitas perusahaan dan menetapkan kebijakan perusahaan. Namun untuk mengetahui langsung kondisi dilapangan Pemilik terlebih dahulu melakukan diskusi dengan para pegawainya dalam mengambil atau menentukan suatu keputusan.
Tenaga kerja atau pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha terlebih bagi usaha yang melakukan penjualan secara langsung seperti usaha mie ayam Mbot. Pada dasarnya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu, tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap adalah pegawai yang memperoleh gaji setiap bulan, memiliki tanggung jawab yang lebih besar bagi kemajuan suatu usaha, dan terikat secara langsung dengan peraturan yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Tenaga kerja tidak tetap merupakan pegawai yang dibutuhkan atau dipekerjakan pada waktu-waktu dan bagian terentu saja. Mie ayam Mbot memiliki empat orang pegawai seperti terlihat pada gambar struktur organisasi yang semuanya merupakan pegawai tetap. Tenaga Penjualan Tenaga Penjualan Tenaga Produksi Tenaga Produksi
Pemilik
B. Deskripsi Pekerjaan
Pada usaha mie ayam Mbot ini pemilik sekaligus pemimpin memiliki empat orang tenaga kerja yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian produksi dan penjualan.
a. Pemilik (Pemimpin)
Pemilik yang sekaligus pemimpin dalam usaha ini memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan usaha ini. Pemilik bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dalam perusahaan. Pemilik memegang sepenuhnya tanggung jawab dalam pelaksanaan manajerial usaha mulai dari proses produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan keuangan. Pemilik juga bertanggung jawab dalam pengambilan setiap keputusan terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan.
b. Pekerja Produksi
Pekerja produksi bertanggung jawab terhadap proses produksi, dalam hal ini pada pembuatan bakso, pengolahan ayam campuran mie, pengolahan ceker, dan pengemasan sambal dan saus. Pekerja produksi juga bertugas dalam hal pembelian bahan baku.
c. Pekerja Penjualan
Pekerja penjualan bertanggung jawab dalam proses meracik dan menyajikan mie ayam atau produk lainnya. Petugas penjualan juga bertanggung jawab mengantarkan pesanan untuk pembelian pesan antar. Oleh karena itu pekerja penjualan harus dapat meracik mie ayam dan bergantian dalam mengantar pesanan. Pekerja penjualan merupakan bagian yang sangat vital bagi usaha ini karena pekerja inilah yang berhadapan langsung dengan konsumen sehingga dapat mempengaruhi secara langsung pandangan konsumen mengenai usaha ini.
C. Sistem Kompensasi
Sistem pemberian kompensasi kepada para pekerja di mie ayam Mbot ini dilakukan setiap akhir bulan. Hal ini juga dikarenakan mie ayam Mbot menggunakan tenaga kerja tetap yang memperoleh upah secara rutin setiap bulannya. Upah yang diberikan kepada para pekerja mie ayam Mbot yakni sebesar Rp. 750.000;- setiap bulannya. Jumlah tersebut merupakan upah yang diberikan kepada semua pekerja baik pekerja produksi maupun pekerja penjualan. Khusus bagi pekerja penjualan, mereka akan mendapat tambahan Rp. 10.000;- setiap harinya sebagai uang makan mereka. Selain upah yang didapat setiap bulannya para pekerja juga mendapatkan tunjangan hari raya setiap menjelang hari raya Idul Fitri yang besarnya sama dengan gaji satu bulan.
4.2.5 Aspek ekonomi dan Sosial
Dalam aspek ekonomi dan sosial akan dilihat seberapa besar dampak yang dihasilkan dari usaha ini terhadap kehidupan ekonomi dan sosial bagi lingkungan sekitar usaha ini berada. Dilihat dari aspek ekonomi, dengan adanya usaha Mie ayam Mbot ini dapat meningkatkan jumlah pendapatan baik bagi pemilik usaha maupun masyarakat sekitar dalam hal ini para pekerja serta bagi pemerintah daerah. Dilihat dari aspek sosial, dengan adanya usaha mie ayam Mbot ini akan membuka peluang kesempatan kerja dan dapat menyerap sejumlah tenaga kerja dari masyarakat sekitar, sehingga secara tidak langsung usaha ini membantu mengurangi jumlah pengangguran di daerah tersebut.
Seiring dengan perkembangan usaha mie ayam Mbot dengan meningkatnya skala usaha ini akan meningkatkan pula manfaat usaha ini pada aspek sosial dan ekonomi pada masa yang akan datang. Walaupun saat ini usaha mie ayam Mbot masih dalam skala yang cukup kecil akan tetapi sudah dapat dirasakan dengan jelas
manfaat positif pada aspek ekonomi dan sosial terutama bagi para pegawainya.
4.2.6 Aspek Lingkungan
Pada beberapa usaha tertentu aspek lingkungan merupakan aspek yang paling penting untuk dianalisis, biasanya pada usaha- usaha yang menghasilkan limbah yang cukup tinggi dan berbahaya bagi lingkungan. Pada usaha mie ayam Mbot limbah yang dihasilkan merupakan limbah sisa dari proses produksi dan limbah dari proses penjualan. Usaha ini tidak menghasilkan limbah berbahaya seperti bahan kimia dan lain-lain. Limbah yang dihasilkan serupa dengan limbah rumah tangga pada umumnya. Limbah yang dihasilkan dari pembersihan dan pengolahan bahan dibuang melalui saluran pembuangan yang tersedia, sedangkan limbah yang berupa sampah dari proses produksi dan akan dukumpulkan dalam tempat sampah yang selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan sampah (TPS) umum setiap harinya.
4.2.7 Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan dianggap oleh sebagian orang merupakan aspek yang paling penting dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan pada dasarnya alasan seseorang untuk melakukan usaha adalah untuk memperoleh peningkatan dari aspek keuangan. Analisis aspek keuangan pada usaha mie ayam Mbot ini terdiri dari rencana kebutuhan dana, rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, rencana penerimaan, dan analisis kriteria investasi.
1. Kebutuhan Dana
Kebutuhan dana untuk usaha mie ayam Mbot ini terdiri dari kebutuhan modal investasi dan kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal investasi pada usaha mie ayam Mbot terdiri dari biaya sewa bangunan selama lima tahun dan biaya untuk pemenuhan peralatan serta perlengkapan untuk kebutuhan produksi. Total kebutuhan dana investasi yang diperlukan oleh
mie ayam yaitu sebesar Rp. 51.173.000. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.
Tabel 4. Dana investasi usaha mie ayam Mbot
No Jenis Investasi satuan Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp)
1 2 3 4 5 6
A Bangunan
1 Sewa Bangunan Toko Tahun 5 7.500.000 37.500.000 B Alat dan Perlengkapan
1 Etalase bh 1 3.500.000 3.500.000 2 Meja bh 2 450.000 900.000 3 Kursi bh 12 25.000 300.000 4 Lemari Pendingin bh 1 1.900.000 1.900.000 5 Kompor bh 2 250.000 500.000 6 Freezer bh 1 2.500.000 2.500.000 7 Tabung Gas bh 2 600.000 1.200.000 8 Panci Besar bh 2 600.000 1.200.000 9 Wajan Besar bh 2 150.000 300.000 10 Panci Sedang bh 1 150.000 150.000 11 Sudip bh 2 10.000 20.000 12 Sudip Sayur bh 2 10.000 20.000 13 Saringan bh 2 20.000 40.000 14 Pisau bh 3 15.000 45.000
15 Kotak Tempat Mie bh 4 15.000 60.000
16 Mangkuk Besar lusin 3 50.000 150.000 17 Mangkuk Kecil lusin 2 60.000 120.000
18 Sendok lusin 4 10.000 40.000 19 Garpu lusin 2 10.000 20.000 20 Sumpit lusin 2 15.000 30.000 21 Tempat Sambal bh 4 7.500 30.000 22 Tempat Tisue bh 4 12.000 48.000 23
Banner ( Spanduk Nama
kios) bh 1 400.000 400.000
24
famplet (Selebaran
Iklan) paket 1 200.000 200.000
Total 51.173.000
Kebutuhan modal kerja pada usaha mie ayam Mbot terdiri dari pemenuhan biaya untuk bahan baku, biaya untuk kebutuhan kemasan, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Total kebutuhan dana modal kerja yang diperlukan oleh mie ayam Mbot yaitu
sebesar Rp. 4.477.750. Kebutuhan modal kerja yang dimaksud adalah modal kerja untuk kegiatan mingguan perusahaan pada tahun pertama beroperasi.
Tabel 5. Dana modal kerja usaha mie ayam Mbot.
No Jenis Biaya Satuan Jumlah Harga Nilai Persentase
A Bahan Baku 1 Mie Kg 45 10.000 450.000 14,20% 2 Daging Sapi Kg 7 70.000 490.000 15,46% 3 Daging Ayam Kg 35 35.000 1.225.000 38,66% 4 Tahu Bh 140 1.750 245.000 7,73% 1 2 3 4 5 6 7 5 Telur Kg 11 20.000 220.000 6,94% 6 Ceker Bh 280 500 140.000 4,42%
7 Teh Botol Pak 7 38.000 266.000 8,39%
8 Teh Gelas (Teh Eco) Dus 7 19.000 133.000 4,20% Total Nilai Bahan Baku 3.169.000 70,77% B Bahan Pelengkap 1 Penggilingan + Bumbu Kali 1 65.000 65.000 5,83% 2 Sayur Sawi Kg 35 5.000 175.000 15,70% 3 Saus Dus 2 20.000 40.000 3,59%
4 Sambal (Cabe Rawit) Kg 7 30.000 210.000 18,84%
5 Bumbu Ceker Paket 7 10.000 70.000 6,28%
6 Daun Bawang Kg 1,75 12.000 21.000 1,88% 7 Bawang Goreng Bks 14 6.000 84.000 7,54% 8 Vetsin Bks 7 8.000 56.000 5,02% 9 Garam Bks 7 750 5.250 0,47% 10 Kecap Bks 7 16.000 112.000 10,05% 11 Merica Kg 0,7 60.000 42.000 3,77% 12 Bawang Putih Kg 1,75 18.000 31.500 2,83% 13 Saori Bks 7 8.000 56.000 5,02% 14 Gula Putih Kg 3,5 12.000 42.000 3,77%
15 Air Mineral Gelas Dus 7 15.000 105.000 9,42% Total Nilai Bahan Pelengkap 1.114.750 24,90%
C Kemasan
1 Styrofoam Lbr 210 300 63.000 32,47%
2 Sumpit kayu Lusin 18 2.500 45.000 23,20%
3 Sendok Plastik Lusin 18 500 9.000 4,64%
4 Plastik sambal Pak 7 3.000 21.000 10,82%
5 Plastik kemasan Pak 7 8.000 56.000 28,87%
Total Nilai Kemasan 194.000 4,33%
Pemenuhan kebutuhan dana pada usaha mie ayam Mbot didapatkan sepenuhnya dari modal sendiri yaitu dari pemilik langsung.
2. Rencana Kebutuhan Fisik
Rencana kebutuhan fisik pada usaha mie ayam Mbot ini merupakan suatu perencanaan tentang kebutuhan fisik yang diperlukan oleh usaha ini selama periode usaha yang berlaku. Analisis rencana kebutuhan fisik ini dilakukan untuk mengetahui setiap kebutuhan fisik dalam menunjang aktifitas usaha secara detail dalam periode usaha setiap tahunnya. Kebutuhan fisik ini terdiri dari bangunan tempat usaha, peralatan dan perlengkapan produksi, bahan baku produksi, energi dan tenaga kerja. Bangunan yang dimaksud dalam hal ini adalah bangunan yang digunakan sebagai kios untuk berjualan yang didapatkan dengan sistem kontrak atau sewa.
Peralatan dan perlengkapan produksi terdiri dari berbagai berbagai peralatan memasak dan penunjangnya sesuai dengan tahapan produksinya seperti kompor,lemari pendingin,panci, wajan, dan lain sebagainya. Kebutuhan bahan baku terdiri dari bahan-bahan masakan seperti mie, daging sapi, daging ayam, tahu, telur, ceker, dan berbagai bahan pelengkap lainnya. Kebutuhan energi yang digunakan adalah energi listrik dan gas LPG yang digunakan dalam hal penerangan dan operasi lemari pendingin untuk listrik serta keperluan memasak untuk gas LPG. Kebutuhan tenaga kerja dipenuhi oleh 4 orang tenaga kerja yang terbagi menjadi 2 orang tenaga kerja produksi dan 2 orang tenaga kerja penjualan.
3. Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah hasil penjumlahan dari seluruh biaya yang diperlukan pada usaha mie ayam Mbot. Pada umumnya rencana anggaran biaya ini adalah jumlah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah dijelaskan
sebelumnya. Biaya-biaya yang termasuk dalam rencana anggaran biaya terdiri dari biaya bangunan yang didapat dengan cara sewa sebesar Rp. 37.500.000 untuk lima tahun, biaya peralatan dan perlengkapan sebesar Rp.14.433.000, biaya bahan baku produksi dan pelengkapnya sebesar Rp. 1.200.291.875, biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah, tunjangan, dan konsumsi sebesar Rp. 293.100.000, dan biaya lain-lain yang terdiri dari kebutuhan listrik, air, tisue, transport, dan gas sebesar Rp. 25.692.500.
Tabel 6. Ringkasan rencana anggaran biaya mie ayam Mbot.
Item Rencana Anggaran Biaya (Rp)
Sewa Bangunan 37.500.000
Peralatan dan Perlengkapan
Produksi 14.433.000
Bahan Baku Produksi dan
Pelengkapnya 1.200.291.875
Biaya Tenaga Kerja 293.100.000
Biaya Lain-lain 25.692.500
4. Rencana Penerimaan
Penerimaan merupakan semua bentuk pendapatan yang diperoleh perusahaan yang berupa kas masuk selama berjalannya usaha atau proyek. Penerimaan yang didapat oleh mie ayam Mbot berasal dari penjualan produk-produknya. Penjualan tersebut terdiri dari penjualan mie ayam, bakso kecil, bakso tahu, bakso telur, ceker, teh botol, dan teh gelas. Jumlah pendapatan tersebut merupakan pendapatan tahunan dengan peningkatan jumlah penjualan setiap tahunnya. Penerimaan mie ayam Mbot dapat dilihat pada Tabel 7,nilai pada tahun pertama merupakan nilai riil yang merupakan penjualan yang telah dilakukan mie ayam Mbot sejak Mei 2012, sedangkan untuk tahun berikutnya merupakan nilai proyeksi dari data yang ada.
Tabel 7. Rencana penerimaan mie ayam Mbot.
ITEM
TAHUN ANALISIS (JUMLAH PENERIMAAN) (Rp)
1 2 3 4 5 Mie Ayam 203.040.000 212.064.000 216.576.000 234.624.000 243.648.000 Bakso Kecil 21.714.000 32.900.000 44.180.000 44.180.000 44.180.000 Bakso Tahu 19.740.000 19.740.000 24.675.000 24.675.000 24.675.000 Bakso Telur 19.740.000 19.740.000 24.675.000 24.675.000 24.675.000 Ceker 13.160.000 16.450.000 16.450.000 16.450.000 16.450.000 Teh Botol 23.688.000 23.688.000 23.688.000 23.688.000 23.688.000 Teh Gelas (eco) 8.225.000 8.225.000 8.225.000 8.225.000 8.225.000 Total Penerimaan 309.307.000 332.807.000 358.469.000 376.517.000 385.541.000 Harga Pokok 204.696.750 226.551.750 248.201.125 259.481.125 266.061.125 Margin Laba 104.610.250 106.255.250 110.267.875 117.035.875 119.479.875 Biaya Operasional 63.758.500 63.758.500 63.758.500 63.758.500 63.758.500 Laba Operasional 40.851.750 42.496.750 46.509.375 53.277.375 55.721.375
5. Evaluasi Perhitungan Laba Rugi
Evaluasi perhitungan laba rugi disini merupakan perhitungan laba rugi usaha mie ayam Mbot selama satu tahun usaha ini telah berjalan. Hasil perhitungan ini akan menjadi bahan pertimbangan apakah usaha ini telah berjalan dengan layak atau tidak. Secara keseluruhan pada tahun pertama mie ayam Mbot ini beroperasi telah dapat menghasilkan laba penjualan atau profit on sales sebesar 10,74%. Untuk lebih lengkapnya perhitungan laba rugi usaha mie ayam Mbot pada tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel tersebut menyajikan perhitungan laba rugi usaha ini selama satu tahun yang dihitung sejak bulan Mei 2012.
Tabel 8. Perhitungan Laba Rugi tahun ke-1
6. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi bertujuan untuk menentukan kelayakan suatu usaha bila dilihat dari aspek keuangan. Kelayakan usaha mie ayam Mbot dapat dilihat melalui lima analisis kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PBP). Nilai hasil analisis dari kriteria penilaian investasi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai kriteria penilaian Investasi mie ayam Mbot
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (NPV) Rp. 93.879.397
Internal rate of Return (IRR) 68%
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 2,83
Break Event Point (BEP) (Tahun Pertama) Rp. 86.408.629
Payback Period (PBP) 1,45 tahun
a. Net Present Value (NPV)
Nilai NPV pada usaha mie ayam Mbot ini adalah Rp. 93.879.397 Nilai tersebut menunjukan jumlah keuntungan yang akan didapat oleh mie ayam Mbot selama lima tahun No Uraian Tahun ke-1 rataan per
bulan rataan per minggu A Inflow 309.307.000 25.775.583 6.581.000 B Outflow Biaya Variabel 209.835.250 17.486.271 4.464.580 Biaya Tetap 58.620.000 4.885.000 1.247.234 Penyusutan 1777017 148.085 37.809 Total Outflow 270.232.267 22.519.356 5.749.623 C L/R sebelum pajak 39.074.733 3.256.228 831.377 D Pajak (15%) 5.861.210 488.434 124.707 E Laba setelah pajak 33.213.523 2.767.794 706.671 F Profit on sales 10,74% 10,74% 10,74% G BEP 86.408.629 7.200.719 1.838.481
periode analisis berdasarkan nilai saat ini bila dinilai dengan tingkat suku bunga sebesar 12%. Nilai NPV tersebut menunjukan bahwa usaha mie ayam Mbot ini layak untuk dijalankan karena memenuhi syarat nilai NPV yang harus lebih besar dari nol.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan suatu usaha dapat dilihat apabila memiliki nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang diterapkan. Nilai IRR pada usaha mie ayam Mbot ini adalah 68%. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan yaitu sebesar 12 % sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR dari mie ayam Mbot ini dapat dikategorikan cukup tinggi. Tingginya nilai IRR ini dikarenakan biaya investasi yang cenderung kecil karena usaha ini mendapatkan tempat usahanya dengan cara sewa. c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah nilai dari kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba untuk tiap satuan investasi yang dikeluarkan. Nilai Net B/C dari usaha mie ayam Mbot adalah 2,83. Nilai tersebut menunjukan bahwa bahwa dari setiap Rp. 1 nilai investasi yang dikeluarkan maka usaha ini dapat menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 2,83. Salah satu syarat kelayakan suatu usaha yaitu harus memiliki nilai Net B/C yang lebit besar dari satu, maka usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki nilai 2,83 yang lebih besar dari satu.
d. Break Event Point (BEP)
Break Event Point merupakan nilai dari suatu keadaan dimana usaha yang dijalankan mengalami titik impas yaitu tidak mengalami kerugian dan keuntungan. Pada umumnya nilai dari BEP dapat berupa jumlah produk atau jumlah unit produk yang dijual, akan tetapi karena usaha mie ayam Mbot
ini memiliki produk yang beragam sehingga analisis nilai BEP ini dilakukan untuk menemukan jumlah harga atau penjualan produk pada titik impasnya. Nilai BEP pada tahun pertama usaha mie ayam Mbot ini yaitu sebesar Rp. 86.408.629. Nilai tersebut menunjukan bahwa usaha mie ayam Mbot ini harus melakukan penjualan minimal sebanyak Rp. 86.408.629 untuk mencapai titik impasnya atau tidak mengalami kerugian. Nilai BEP usaha ini untuk tahun kedua sampai kelima secara berurutan yaitu sebesar Rp. 84.203.571, Rp. 82.945.780, Rp. 83.408.124, dan Rp. 83.334.973.
e. Payback Period (PBP)
Payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu
yang diperlukan suatu usaha untuk mengembalikan jumlah investasi yang dikeluarkan di awal periode usaha. Usaha mie ayam Mbot ini memiliki nilai payback period sebesar 1,45 tahun atau selama 1 tahun 5 bulan dan 12 hari. Hal ini berarti bahwa usaha ini sudah dapat menutupi nilai investasinya pada pertengahan tahun keduanya beroperasi,atau sekitar bulan November tahun 2013.
4.3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan yang ada terhadap usaha yang dijalankan. Dalam penelitian ini dilakukan perubahan pada beberapa faktor yaitu, kenaikan biaya variabel, kenaikan harga daging sapi, kenaikan harga daging ayam, dan kenaikan harga daging ayam dan daging sapi. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kepekaan usaha ini terhadap perubahan faktor-faktor di atas. Analisis dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap faktor-faktor di atas hingga diperoleh nilai kelayakan investasi usaha tersebut mendekati kriteria tidak layak.
Analisis sensitivitas pada penelitian ini menghasilkan nilai maksimum perubahan pada faktor-faktor yang disebutkan di atas. Pada kenaikan biaya variabel diperoleh nilai sebesar 12,7%, nilai tersebut adalah
nilai yang dapat ditoleransi oleh usaha ini. Hal ini berarti bila terjadi kenaikan biaya variabel lebih dari 12,7% maka usaha ini menjadi tidak layak dijalankan. Nilai sensitivitas untuk kenaikan harga daging sapi diperoleh sebesar 82%, dimana usaha ini dapat cukup baik untuk mentoleransi kenaikan harga daging sapi. Hal tersebut berarti usaha ini masih layak untuk dijalankan selama kenaikan harga daging sapi tidak melebihi 82%. Nilai sensitivitas untuk kenaikan harga daging ayam diperoleh nilai sebesar 44,5%, nilai tersebut merupakan nilai batas kenaikan