• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis dan PHBS .1 Sub Sektor Air Limbah

LAYANAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN

B. Pembiayaan Sanitasi

4. Nama Pengusaha Daur Ulang: Salim Jaya 2

3.2 Aspek Teknis dan PHBS .1 Sub Sektor Air Limbah

Pengelolaan air limbah di Kabupaten Buleleng mencakup:

- Pengelolaan oleh masyarakat secara individual : pembuatan septic tank perorangan

- Pengelolaan oleh masyarakat secara komunal: pembuatan septic tank yang dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat (≥ 100 KK). Septic tank komunal (sanimas = sanitasi berbasis masyarakat) sudah dilaksanakan pada Tahun 2006 di Kelurahan Banjar Bali dengan melayani 104 KK, dan Tahun 2007 di Kelurahan Kampung Baru direncanakan dapat melayani 101 KK ( 321 jiwa).

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 59

Kondisi sanimas di Kelurahan Kampung Baru kurang berfungsi optimal karena: • Air Limbah Rumah Tangga dan Limbah Industri tahu tempe bercampur

menjadi satu;

• Menimbulkan bau tidak sedap;

• Air meluap sehingga menimbulkan banjir;

• Sekarang tidak berfungsi dan oleh masyarakat pipa dijebol sehingga air limbah langsung menuju ke laut (menimbulkan pencemaran air).

- Pengelolaan air limbah oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), dengan cara menguras limbah tinja dari rumah-rumah penduduk yang dikemudian dibuang dan diproses di IPLT Bengkala.

IPLT Bengkala terletak di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan yang

dibangun

tahun 1994 dan dimanfaatkan Tahun 1995, yang berkapasitas 25.000,- liter per hari dengan sistem pengelolaan Imhoff Tank, Kolam Anaerobic, Kolam Fakultatis, Kolam Naturasi, Kolam Pengering Lumpur (sistem Gravitasi). Kapasitas Lumpur yang diolah dalam 1 (satu) hari pada IPLT Bengkala adalah 1,06 m3/hari, dimana masih sangat jauh dari beban maksimum kapasitas pengolahan yang ada yaitu 27 m3/hari.

Di Kabupaten Buleleng belum terdapat instalasi pengolahan air limbah yang terpusat untuk mengolah air buangan

dari kegiatan domestik ini. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Buleleng membuang limbah/air buangan domestiknya melalui septic tank (untuk black water). Dari studi EHRA di

Kabupaten Buleleng (2010) bahwa sekitar 80,6% yang melaporkan menggunakan jamban siram ke septik tank, sementara proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 13,7% (tidak memiliki fasilitas BAB sekitar 5,3%). Sedangkan untuk grey water langsung disalurkan ke saluran drainase atau

Sanimas di Kel. Br. Bali

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 60

langsung dibuang ke sungai. Hasil pengamatan tenaga enumerator dalam studi EHRA di Kabupaten Buleleng menunjukkan lebih dari separuh rumah tangga di Kabupaten Buleleng atau sekitar 63,6% memiliki akses pada saluran air di depan atau di sekitar rumahnya. Sementara, sekitar 36,4% rumah tangga teramati tidak memiliki akses pada saluran air limbah.

3.2.2 Sub Sektor Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan saat ini di Kabupaten Buleleng yaitu : 1. Masyarakat

Masyarakat di Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan pengelolaan sampah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sistem yaitu:

• Masyarakat di lokasi yang wilayahnya merupakan wilayah pelayanan/sudah terjangkau oleh pelayanan pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng (Perda No 4 Tahun 2008 Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Masyarakat tersebut melaksanakan pengelolaan secara perorangan maupun dengan sistem kawasan mengumpulkan sampah dari sumbernya (Rumah Tangga) dikumpulkan di TPS (Tong/Kontainer, bak sampah, transfer station atau transfer depo) terdekat.

• Masyarakat yang belum terjangkau pelayanannya oleh pelayanan pemerintah. Mereka melaksanakan pengelolaan sendiri dengan menampung sampah pada tempat tertentu dan dibakar atau menampung pada galian kemudian ditimbun.

• Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan Pemerintah, hanya memindahkan sampah dari sumbernya kemudian dikumpulkan pada tempat tertentu yang terbuka, jurang, bahkan di saluran terbuka (got, sungai/kali).

2. Pemerintah

Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Buleleng melaksanakan pengelolaan persampahan masih dengan sistem Pola Kumpul-Angkut-Buang. Sampah yang terkumpul di TPS baik yang dikumpulkan oleh masyarakat maupun yang dikumpulkan oleh Tenaga Kebersihan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Buleleng selanjutnya diangkut dengan truk-truk pemerintah untuk dibuang ke TPA Bengkala (untuk wilayah tengah dan timur) dan TPA Pangkung Paruk untuk wilayah barat.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 61

Jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Bengkala rata-rata 258,46 m³/hari, sedangkan TPA Pangkungparuk rata-rata 51 m³/

hari.

Produksi sampah yang dihasilkan pada Tahun 2009 sebesar 1.950,72 m3/hari dengan komposisi 87,25% merupakan sampah organik dan 12,75% merupakan sampah anorganik. Pelayanan

pengelolaan masih terpusat di Kota Singaraja. Wilayah yang telah terjangkau pelayanan persampahan oleh pemerintah Kabupaten Buleleng adalah 44 Desa/Kelurahan, dimana 19 desa/kelurahan berada di Kota Singaraja dan 25 Desa/Kelurahan di luar Kota Singaraja. Pelayanan persampahan untuk daerah perkotaan sudah mencapai 80%, untuk daerah perdesaan baru mencapai 26%. Dari Studi EHRA bahwa 40,7% Rumah Tangga menerima layanan pengangkutan sampah dan 59,3% tidak menerima layanan persampahan.

Dari studi EHRA terhadap 1036 rumah tangga, dapat diketahui cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kabupaten Buleleng yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.15

Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Buleleng dari Studi EHRA Tahun 2010

No. Cara Pembuangan Sampah Frekuensi Prosentase

1. Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas 247 23.9

2. Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas 175 16.9

3. Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur 8 0.7

4. Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar 72 7.0

5. Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan 6 0.6

6. Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan 10 0.9

7. Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar 87 8.4

8. Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo 191 18.5

9. Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah 13 1.3

10. Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil 120 11.6

11. Dibuang di luar rumah: selokan/ parit 2 0.2

12. Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka 33 3.2

13. Langsung dibakar 35 3.3

14. Langsung dikubur 3 0.3

15. Lainnya 34 3.3

Total 1036 100.0

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 62

Kabupaten Buleleng memiliki Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) yaitu Bengkala dan TPA Pangkung Paruk. TPA Bengkala dibangun pada Tahun 2003 dan mulai beroperasi Tahun 2004 yang berlokasi di Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan. Jarak TPA Bengkala dari ibukota kabupaten (Kota Singaraja) sekitar 20 km, jarak dari permukiman 1,5 km sedangkan jarak dari sungai terdekat 2 km. TPA Bengkala dengan luas 4,84 Ha yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana antara lain; kantor, gudang, garase alat berat, mesin Incenerator (pembakaran sampah), Bak Licit, Sumur Pantau, mesin pencacah, mesin genset dan Alat Berat seperti Excavator (1 unit), buldozer (1 unit) dan dump truck (1 unit),. Rata-rata jumlah sampah yang masuk TPA Bengkala 280 m³/hari. Sistem pengelolaan di TPA Bengkala menggunakan sistem sanitary landfill sejak Tahun 2008.

3.2.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan

Dalam wilayah Kota Singaraja terdapat beberapa sungai yang berfungsi sebagai pembuang utama dari sistem drainase. Pada satu sistem terdapat beberapa saluran sekunder maupun tersier yang merupakan satu kesatuan pola aliran menuju pembuang akhir yakni sungai

.

Kondisi gorong-gorong sebagai pendukung dari

sistem drainase makro, saat ini kondisinya perlu peningkatan, dari sekian banyak jumlah gorong-gorong yang ada hampir sebagian besar mengalami masalah yang sama, yakni tersumbat akibat sampah atau endapan sedimen. Saat memasuki musim penghujan banyak gorong-gorong tidak mampu mengalirkan air drainase, sehingga sering mengakibatkan genangan air di sekitar jalan atau perumahan. Hal ini terjadi karena kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di saluran-saluran drainase, dengan harapan nantinya sampah yang dibuang tersebut akan dialirkan oleh air yang melalui saluran drainase tersebut.

Pendukung prasarana drainase mikro dalam hal ini bentuk saluran dan teknologi yang mendukung dalam pelaksanaan pelayanan drainase masih menggunakan sistem sederhana, yakni mengalirkan air-air buangan dari perumahan, jalan atau tempat terbuka lainnya langsung menuju saluran drainase dan dilanjutkan ke daerah buangan (sungai atau laut).

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 63

Banjir merupakan permasalahan umum dalam bidang drainase, seperti yang terjadi di beberapa titik penting di wilayah Kota Singaraja sebagai ibukota Kabupaten Buleleng yaitu:

Banjir Kampung Baru:

Ada beberapa permasalahan diantaranya: 7. Banjir melanda Kampung Baru setiap hujan;

8. Sodetan saluran subak Kayu Upas tidak berfungsi karena adanya endapan; 9. Dasar saluran masih alami (dari tanah);

10. Tidak ada pintu air yang bisa membelokkan aliran saat terjadi hujan;

11. Belum ada sodetan dari hilir Pangkung Padang Keling menuju Sungai Buleleng; dan

12. Belum ada saluran buangan air subak Kayu Upas dilining terutama saluran buangan disebelah perumahan.

Banjir Sebelah Barat Labarong

Ada beberapa permasalahan diantaranya:

4. Gorong-gorong di jalan utama Singaraja-Gilimanuk perlu diperbesar/diperlebar;

5. Pipa melintang saluran perlu diturunkan atau dinaikkan bila memungkinkan atau gorong-gorong dibuat berupa siphon dibawah pipa yang ada; dan

6. Sodetan yang ada dihulu (sodetan dekat Jalan Laksamana perlu dioptimalkan dengan membuat pelimpah samping sekitar 20 cm dari saluran irigasi).

Banjir Kawasan Perumahan Jalak Putih

Ada beberapa permasalahan diantaranya:

3. Terjadi peluapan di kawasan perumahan Jalak Putih akibat penyempitan saluran diantara rumah;

4. Terjadi peluapan di hulu (Pangkung Pasut, di sebelah utara Jalan Laksamana) karena belum dilining.

Banjir Kawasan LC Bakti Seraga

Ada beberapa permasalahan diantaranya: 3. Saluran disebelah timur RS Swasta kecil;

4. Intake irigasi hulu (disaluran irigasi Bakti Seraga di sebelah selatan Jalan Laksamana tidak dilengkapi dengan pintu yang baik, sehingga member

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 64

peluang bila aliran besar aliran menuju LC akan sangat besar dan mengakibatkan luapan di kawasan LC).

3.2.4 Sub Sektor Air Bersih/Minum

Saat ini layanan air bersih di Kabupaten Buleleng dikelola oleh PDAM Kabupaten Buleleng dan beberapa desa yang mengelola secara langsung pendistribusian secara swadaya. Unit/cabang yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Buleleng adalah:

• PDAM Kabupaten Buleleng • Cabang Celukan Bawang • Cabang Seririt

• Unit Sambirenteng • Cabang Air Sanih • Cabang Busungbiu • Cabang Pancasari

Sedangkan pengelolaan air bersih yang dikelola PAM Desa yaitu: • Kecamatan Gerokgak dengan pengelolaan PAM Desa : 14 unit. • Kecamatan Seririt dengan pengelolaan PAM Desa : 8 unit. • Kecamatan Busungbiu dengan pengelolaan PAM Desa : 9 unit. • Kecamatan Banjar dengan pengelolaan PAM Desa : 15 unit. • Kecamatan Sukadasa dengan pengelolaan PAM Desa : 13 unit. • Kecamatan Buleleng dengan pengelolaan PAM Desa : 11 unit. • Kecamatan Sawan dengan pengelolaan PAM Desa : 16 unit.

• Kecamatan Kubutambahan dengan pengelolaan PAM Desa : 11 unit. • Kecamatan Tejakula dengan pengelolaan PAM Desa : 10 unit.

PDAM Kabupaten Buleleng telah mampu melayani 19 Kelurahan perkotaan dengan prosentase pelayanan telah mencapai 90,08% dan pelayanan pada tingkat perdesaan dengan prosentase pelayanan air bersih mencapai sebesar 24,01%. Tingkat pelayanan air bersih yang dikelola PDAM rata-rata telah mencapai 27,12% dari jumlah penduduk Kabupaten Buleleng.

Sistem sarana dan prasarana penyediaan & pengelolaan air minum di Kabupaten Buleleng dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:

c. Sistem Non Perpipaan

Pelayanan air minum non perpipaan di Kabupaten Buleleng 24,73% atau sekitar 159.016 jiwa penduduk yang mendapatkan air minum dengan sistem non perpipaan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 65

d. Sistem perpipaan

Prosentase pelayanan air minum perpipaan di Kabupaten Buleleng sekitar 74,90% atau 481.639 jiwa. Tingkat pelayanan air minum perpipaan tersebut sudah melampaui target RPJMN 2009 yaitu 66% pelayanan perkotaan dan 30% pelayanan pedesaan. Tapi di lapangan di temui beberapa permasalahan antara lain jaringan pipa transmisi dan distribusi sudah banyak yang rusak dengan tingkat kebocoran > 50% (umur pipa > 20 tahun), kondisi/debit sumber air banyak yang sudah berumur.

Permasalahan air bersih di Kabupaten Buleleng yaitu:

- Menurunnya kuantitas dan kualitas debit air akibat kerusakan lingkungan pada sumber mata air disebabkan adanya perubahan fungsi lahan di sekitar mata air. - Lokasi sumber air jatuh dari permukiman, lintas desa kecamatan bahkan lintas

kabupaten sehingga pengawasan tidak efisien dan membutuhkan investasi pemeliharaan yang mahal.

- Sumber air berada di atas tanah milik perorangan, sehingga sulit dalam pemanfaatannya.

- Perkembangan permukiman berada dielevasi lebih tinggi dari sumber air. Hal tersebut menyebabkan kesulitan pendistribusian dan membutuhkan biaya mahal dalam pemanfaatan sumber tersebut di sisi lain kemampuan masyarakat rendah. Selain itu bisa mencemari dan mempersempit daerah tangkapan air.

- Kompleksnya kebutuhan pemanfaatan sumber air baik untuk pertanian dan air bersih yang sulit dapat diselesaikan.

- Kesadaran masyarakat masih rendah terutama dalam pengamanan sumber air yang seharusnya wajib dilindungi dan dilestarikan secara bersama-sama.

- Sarana dan prasarana air minum banyak yang berumur lebih dari 20 tahun dengan tingkat kebocoran diatas 50 %.

- Management pengelolaan air minum pedesaan belum bisa bekerja secara optimal karena beberapa hal.

3.2.5 Aspek PHBS

Puskesmas di Kabupaten Buleleng yang seluruhnya berjumlah 20 buah, di samping dalam kesehariannya melayani kesehatan masyarakat juga melakukan pemantauan rumah tangga-rumah tangga yang melaksanakan prilaku hidup bersih dan sehat. Dari 31.040 rumah tangga yang dipantau, sejumlah 13.597 rumah tangga sudah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 66

berprilaku hidup bersih dan sehat atau 43,80%. Persentase tersebut sudah melampaui target dalam SPM yang ditentukan sebesar 30%.

Tabel 3.16

Prosentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Kabupaten Buleleng Tahun 2009

No. Kecamatan Puskesmas

Rumah Tangga Jumlah Dipantau Ber PHBS % 1. Tejakula Tejakula I 1.050 416 39,62 Tejakula II 1.050 365 34,76 2. Kubutambahan Kubutambahan I 1.050 439 41,81 Kubutambahan II 1.680 665 39,58 3. Sawan Sawan I 1.470 698 47,48 Sawan II 1.470 642 43,67 4. Buleleng Buleleng I 3.320 1.244 37,47 Buleleng II 1.050 490 46,67 Buleleng III 1.680 895 53,27 5. Sukasada Sukasada I 1.890 823 43,54 Sukasada II 1.260 460 36,51 6. Banjar Banjar I 2.310 1.294 56,02 Banjar II 1.260 820 65,08 7. Seririt Seririt I 1.680 361 21,49 Seririt II 1.470 634 43,13 Seririt III 1.470 666 45,31 8. Busungbiu Busungbiu I 2.100 993 47,29 Busungbiu II 1.050 563 53,62 9. Gerokgak Gerokgak I 1.680 689 41,01 Gerokgak II 1.050 440 41,90 Jumlah 31.040 13.597 43,80

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) BULELENG 67

BAB IV

Strategi keberlanjutan layanan

Dokumen terkait