• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Pengendalian Pencemaran Minyak di Perairan

2.4.2 Aspek Teknologi

Pada umumnya upaya penaganan pencemaran minyak dilaut dilakukan berdasarkan urutan prioritas yang dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap manusia secara langsung. Ada tiga teknik yang direkomendasikan untuk penanggulangan pencemaran minyak di perairan, meliputi:

1. Secara mekanik

Pada umumnya pengendalian pencemaran minyak di perairan laut secara mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan boom dan skimmer. Booms digunakan untuk melokalisasi dan mengendalikan pergerakan minyak dan skimmer digunakan untuk mengambil minyak. Boom berfungsi sebagai perangkap melingkar polutan minyak diperairan agar tetap pada lokasi tertentu sehingga minyak di perairan tidak menyebar. Prinsip kerja boom adalah menahan gerakan minyak dari aliran arus sehingga minyak tetap terkumpul didalam boom untuk kemudian dapat dipindahkan dari air laut dengan sistim penyedotan (Gambar 3).

34

Gambar 3 Pengendalian pencemaran minyak di perairan menggunakan oil boom (WWF, 2007)

Penyebaran minyak membentuk suatu lapisan yang tipis disebabkan karena adanya gerakan angin, gelombang, arus atau pasang-surut menyebabkan penanganan pencemaran minyak menjadi lebih sulit. Oleh sebab itu langkah utama yang perlu dilakukan adalah melokalisir pencemaran minyak pada suatu area sehingga masih mempunyai ketebalan yang besar. Upaya untuk melokalisir pencemaran minyak ini akan efektif dilakukan dengan menggunakan boom untuk menghalangi penyebaran minyak yang lebih luas. Penggunaan boom ini akan efektif pada kondisi perairan yang tenang. Apabila kecepatan arus lebih dari 0,75 knot maka lapisan minyak akan pecah menjadi butiran-butiran (droplet). Kelemahan lain dari penggunaan boom ini adalah sulitnya menjaga agar boom ini tetap tegak karena ada dorongan dari arus dan gelombang sehingga miring dan menyebabkan minyak menyebar ke luar.

Oil skimmer merupakan alat mekanis yang berfungsi mengambil minyak dari permukaan air berdasarkan berat jenis, tegangan permukaan dan medium bergeraknya. Prinsip kerja oil skimmer adalah mampu menyedot minyak dari air dengan menyerap minyak dengan material yang berpori atau mengikat minyak pada suatu material, kemudian memisahkannya dari air. Di dalam skimmer minyak akan dipisahkan dari air atas perbedaan berat jenisnya. Skimmer hanya dapat mengikat minyak dalam keadaan cair yang berada dipermukaan saja dan yang berbentuk droplet akan dilewatkan. Pada umumnya minyak Indonesia

35

bersifat parafinis sehingga skimmer sulit untuk dioperasikan untuk upaya pembersihan perairan. Oil skimmer akan bekerja efektif apabila kondisi air lautnya tenang.

2. Secara kimia

Dispersant merupakan bahan kimia yang mempunyai agent permukaan yang aktif yang dikenal dengan nama surfactant. Menurut IPIECA (2001), molekul surfactant mengandung dua bahagian, yaitu headgroup yang bersifat polar (hydrophilic) dan tailgroup yang bersifat non polar (oleophilic).

Dispersant dapat menyebabkan minyak pecah menjadi butiran-bituran kecil (droplet) yang terdiri atas molekul hydrophilic dan oleophilic yang mampu terdispersi ke badan air (Gambar 4). Hasil dispersi ini adalah semakin besarnya droplet minyak yang masuk ke dalam badan air sehingga mempercepat terlepasnya hidrokarbon yang mudah menguap ke atmosfir. Masuknya droplet ke badan air menyebabkan minyak lebih mudah terbiodegredasi karena luas permukaannya menjadi lebih kecil. Hal ini mencegah minyak untuk tidak terbawa oleh angin hingga ke pantai sehingga dapat mengurangi daya toksisitasnya dan mencegah kematian burung dan pengaruh yang merugikan kepada manusia.

Gambar 4 Aktivitas surfactant dan dispersi minyak menjadi droplet (IPIECA 2001)

36

Penggunaan dispersant tidak akan efektif pada air yang tenang karena membutuhkan gerakan gelombang agar dispersant tercampur dengan tumpahan minyak. Mulanya, dispersant yang dipakai merupakan zat pengemulsi dari campuran hidrokarbon diantaranya hidrokarbon aromatik, fenol, dan senyawa lain dengan konsentrasi tinggi yang bersifat racun terhadap kehidupan laut. Tetapi saat ini telah diproduksi dispersant yang tidak menggunakan senyawa hidrokarbon.

Pertimbangan ekonomi dan ekologi berperan penting sebagai skenario penggunaan dispersant. Prioritas penyemprotan dispersant pada area pantai wisata atau dermaga dapat menjadi pertimbangan secara ekonomi. Wilayah rawa bakau secara ekonomis memerlukan perlindungan prioritas namun pertimbangan ekologi penggunaan dispersant dapat menyebabkan kerusakan ekosistem (IPIECA 2001). Dispersant dapat disemprotkan pada polutan minyak dengan menggunakan helikopter ataupun boat (Gambar 5).

Gambar 5 Pengendalian pencemaran minyak di perairan menggunakan dispersant (WWF, 2007)

Berkaitan dengan perlengkapan kapal, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 juga menjelaskan tentang perlengkapan kapal baik dalam operasi maupun penanggulangan pencemaran minyak. Para produsen minyak dan gas sudah memiliki protap (prosedur tetap) dan fasilitas penanggulangan pencemaran minyak yang cukup memadai untuk digunakan dalam penanggulangan pencemaran minyak yang terjadi dalam lingkup

37

pelabuhan dan penanggulangan bencana pencemaran minyak yang terjadi diluar lingkungan pelabuhan (ADPEL 2008).

3. Secara biologi

Bioremediasi adalah suatu cara penanggulangan pencemaran minyak dengan memanfaatkan organisme tertentu yang dapat mendegredasi polutan minyak. Bioremediasi merupakan cara penanggulangan tumpahan minyak yang paling aman bagi lingkungan (Munawar et al. 2007).

Menurut Syakti (2004), mikroorganisme dapat memanfaatkan minyak sebagai sumber karbon untuk pembentukan biomasa dan energi bagi pertumbuhannya. Organisme tersebut terdistribusi secara luas di laut, dan cenderung berlimpah pada perairan yang tercemar minyak akibat buangan industri dan limbah cair domestik.

Mikroorganisme pengurai minyak yang biasa digunakan adalah sianobakteria dan alga biru. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi (Churchill 1995).

Komponen minyak bumi yang sulit terdegradasi jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi sehingga mikroba pendegradasi komponen ini jumlahnya lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi terdegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seiring dengan berkurangnya konsentrasi minyak dan berkurangnya substrat maka populasi bakteri ini jumlahnya berkurang hingga hilang (Sin 2001).

Penanggulangan pencemaran minyak harus terkoordinasi dengan melibatkan berbagai stakeholders yang meliputi pemerintah (Administrator Pelayaran, Pelindo, Kementrian Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan), pengusaha migas, operator kapal (nakoda/kapten kapal), nelayan setempat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan unsur masyarakat harus berkoordinasi

38

dalam menanggulangi pencemaran minyak di perairan. Koordinasi ini sangat penting dilakukan agar pencemaran yang terjadi dapat diatasi, dimana segenap komponen bahu membahu saling mengisi kekurangan dan saling tukar informasi.

Dokumen terkait