• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Kepatuhan Administrasi Pajak bagi Wajib Pajak Hiburan di

4.3.1.1 Aspek Yuridis

Dalam kepatuhan perpajakan, aspek yuridis merupakan kepatuhan wajib pajak yang mana kepatuhan dilihat dari ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada. Dalam aspek yuridis, terdapat empat indikator yang harus diperhatikan, yaitu pendaftaran wajib pajak, pelaporan SPT, penghitungan SPT dan pembayaran pajak.

Dasar hukum pemungutan pajak hiburan di Kota Serang ini didasari atas Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa aspek yuridis meliputi empat indikator penting yaitu pendaftaran wajib pajak, pelaporan SPT, penghitungan SPT, dan pembayaran pajak. Pada indikator pertama yaitu pendaftaran wajib pajak. Pada indikator ini, seluruh objek pajak daerah diwajibkan untuk mendaftarkan usahanya menjadi wajib pajak terlebih dahulu baik usaha perorangan maupun usaha perusahaan untuk membantu pembangunan daerah. Adapun mekanisme yang harus dilakukan para objek pajak hiburan untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, berikut pemaparan menurut Kepala Seksi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang:

“Sebelum mendaftar menjadi wajib pajak terlebih dahulu mendaftarkan ke Badan Perizinan untuk izin usahanya, BPTPM melaporkan kepada kami bahwa ada Wajib Pajak baru. Ketika sudah selesai dan terdaftar di Perizinan baru bisa mengurus ke kita sebagai wajib pajak, nanti calon wajib pajak mengisi formulir yang kami berikan, kalau sudah mengisi baru bisa terdaftar sebagai wajib pajak. Kalau sudah terdaftar menjadi wajib pajak sebagai bukti menjadi wajib pajak itu akan mendapatkan NPWP yang seperti ini (sambil menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu tempat hiburan). Jika sudah ada nomor pokoknya berarti dia sudah bisa disebut sebagai wajib pajak.” Wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah, 02 Juli 2014, pukul 09.55 WIB.

Seperti yang dipaparkan oleh Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah bahwa mekanisme pendaftaran untuk menjadi wajib pajak hiburan yaitu mendapatkan izin tempat usaha terlebih dahulu dari Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal agar usaha yang digeluti menjadi legal, kemudian setelah terdaftar dan telah memiliki izin, BPTPM melaporkan kepada DPKD

bahwa ada calon Wajib Pajak baru, kemudian para pengusaha baru dapat mendaftar menjadi wajib pajak kepada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah untuk pendaftaran pajak hiburan tersebut. Kemudian setelah mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, objek pajak tersebut sudah bisa melakukan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Peneliti menanyakan juga kepada Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang, terkait pendaftaran ijin usaha hingga dapat menjadi wajib pajak, berikut pemaparannya:

“Berhubungan dengan DPKD, karena kalau sudah memiliki izin-izinnya pasti dikenakan pajak. Nanti kita melapor ke Pihak DPKD bahwa ada wajib pajak baru yang harus disurvei tempatnya. Sebelum dibangun seharusnya izin terlebih dahulu. Makanya sebelum dibangun harus koordinasi dengan dinas terkait yaitu ke BPTPM dan kewenangan administrasinya ada di BPTPM.” Wawancara dengan Kasie Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang, 18 Juli 2014 10.13 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan Kepala BPTPM Kota Serang dapat peneliti analisis bahwa jika tempat usaha hiburan telah memiliki izin-izin yang dipenuhi maka secara otomatis tempat usaha hiburan itu akan terdaftar sebagai wajib pajak karena dari izin inilah pihak BPTPM melaporkan kepada DPKD bahwa akan ada wajib pajak baru. Setelah BPTPM melaporkan kepada DPKD, maka DPKD langsung mensurvei tempat usaha tersebut untuk didaftarkan sebagai wajib pajak dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah untuk penyetoran tiap bulannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Serang bahwa

dalam hal pendaftaran sebagai wajib pajak memang seharusnya seperti itu, tetapi masih ada saja yang belum terdaftar sebagai wajib pajak. Maka dari itu, peneliti menanyakan hal yang sama kepada para wajib pajak hiburan. Adapun pemaparan yang dipaparkan oleh salah satu pengelola tempat hiburan di Kota Serang yang terdaftar sebagai wajib pajak di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang:

“Mekanisme menjadi wajib pajak yang pertama penyediaan lahan terlebih dahulu, kemudian material pembangunan serta gedungnya barulah kita daftar izin-izin bangunannya kepada BPTPM. Perizinan dari BPTPM yaitu IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Kita buat permohonan bahwa sudah memiliki IMB baru bisa daftar menjadi wajib pajak. Nanti ada pihak DPKD survei ke tempat kami, didata, dan didaftarkan serta diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, setelah itu diberikan tarifnya.” Wawancara dengan Pengelola One-futsal, 03 Juli 2014, pukul 21.40 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola one futsal di atas dapat peneliti analisis bahwa untuk mendaftar menjadi wajib pajak harus memiliki ijin pembangunannya terlebih dahulu yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ke Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Serang, kemudian baru bisa daftar sebagai wajib pajak. Setelah terdaftar di BPTPM, pihak DPKD mensurvei tempat futsal ini untuk didata menjadi wajib pajak kemudian diberikan NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) setelah itu diberikan tarif yang sesuai dengan Peraturan Daerah.

Hal yang sama diungkapkan oleh pengelola tempat hiburan lainnya yang terdaftar sebagai Wajib Pajak di DPKD Kota Serang:

“Kalau di kami izinnya yaitu izin usaha bola sodok atau bilyard. Izinnya yaitu dari lingkungan, surat koordinasi dari Desa, tokoh agama, ke Kecamatan, Dinas Ketertiban, Dinas Pariwisata, KONI, BPTPM, baru ke

pajak.” Wawancara dengan pengelola Bilyard Ramayana, tanggal 03 Juli 2014, pukul 20.30 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Bilyard Ramayana di atas dapat peneliti analisis bahwa mekanisme perizinan pada bola sodok berbeda dengan izin pada futsal karena pada izin bola sodok ini lebih banyak dibandingkan dengan futsal dan harus memiliki izin juga dari pihak Dinas Pariwisata serta KONI dahulu baru bisa mendapatkan izin dari BPTPM Kota Serang. Setelah terdaftar izin usahanya, maka baru bisa daftar sebagai wajib pajak ke DPKD Kota Serang. Dari pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa mekanisme menjadi wajib pajak memang seharusnya seperti itu berdasarkan hasil wawancara beberapa informan yang telah peneliti wawancara.

Lain halnya yang diungkapkan dengan salah satu pengelola tempat hiburan yang tidak terdata sebagai wajib pajak, berikut pemaparannya:

“Disini tidak kena pajak. Kalau untuk masalah dikenakan pajak atau tidak itu urusan pegawai pajak. Tidak ada olahraga yang dikenakan pajak. Tetapi kalau masalah perizinannya di kami ada” Wawancara dengan pengelola Puspita Gym Ciracas Serang, 16 Juli 2014 pukul 20.30 WIB. Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan pengelola Gym Ciracas dapat peneliti analisis bahwa tempat gym ini hanya memiliki izin pendirian usaha saja tetapi tidak membayar kewajibannya sebagai wajib pajak. Padahal di dalam Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 17 Tahun 2010 tempat Gym/Fitness masuk ke dalam objek dari pajak hiburan. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa kurangnya pemantauan langsung ke tempat-tempat hiburan yang dilakukan oleh Dinas terkait mengenai pendaftaran sebagai wajib pajak dan kurangnya pemahaman yang diberikan atas kewajibannya sebagai wajib pajak hiburan.

Padahal sudah tertera didalam Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah bahwa Objek Pajak Hiburan adalah sebagai berikut:

a. Tontonan film;

b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan busana; c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d. Pameran;

e. Diskotik, Karaoke, Klab malam, dan sejenisnya; f. Sirkus, akrobat, dan sulap;

g. Permainan bilyar, golf, dan boling;

h. Pacuan kuda, Kendaraan bermotor, dan Permainan ketangkasan;

i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center), dan

j. Pertandingan olahraga termasuk futsal, sepak bola, voli, bola basket dan sejenisnya.

Dari data di atas, tertera jelas bahwa Gym/ Fitness Center termasuk ke dalam salah satu dari objek pajak yang seharusnya dikenakan pajak tetapi Gym/ Fitness Center ini tidak terdaftar sebagai wajib pajak. Adapun, data yang peneliti dapat bahwa ada beberapa tempat Gym/ Fitness Center yang tidak tertera sebagai Wajib Pajak Hiburan di Kota Serang, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Data Wajib Pajak Hiburan di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

No. Nama tempat hiburan Kecamatan

1. Celebrity Salon & Aerobic Serang

2. CIA Futsal Serang

3. CV. Nur Alfan Serang

3. Flamengo Futsal Serang

4. Jurassic Island Serang

6. Mall Serang Bilyard Serang

7. Matahari Graha Fantasi Time Zone (MOS) PT Serang

8. Merdeka Serang I AC Serang

9. Mutiara Water Park Cipocok

10. One Futsal Cipocok

11. Pelantha Bilyard Serang

12. Pelita Bilyard Serang

13. Radar Banten Arena Futsal Serang

14. Royal Bilyard Serang

15. Sanggar Senam Azalia Serang

16. Sundindo Primaland PT. Cipocok Jaya

17. Tribens Futsal Walantaka

18. Wangsa Jaya Futsal Serang

19. Yumaga Sport Centre Serang

20. Zona 2000 Serang

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, 2014

Dari data di atas, terlihat bahwa hanya ada 2 (dua) nama Gym/Fitness Center/ Pusat Kebugaran di Kota Serang yang tertera sebagai wajib pajak hiburan yaitu Celebrity Salon dan Aerobic, dan Sanggar Senam Azalia, padahal pada kenyataannya di lapangan masih ada 4 (empat) objek pajak hiburan berupa Gym/ Fitness Center yang ada di Kota Serang. Hal ini diindikasikan bahwa kurangnya pemantauan yang dilakukan oleh Dinas terkait serta kurangnya kesadaran wajib pajak akan kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak hiburan, sebagaimana yang dipaparkan oleh Kepala Seksi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa:

“Untuk tempat hiburan yang belum terdaftar, kami upayakan didaftarkan karena kalau dia sudah memiliki izin kita proses untuk didaftarkan menjadi wajib pajak. Hanya mungkin waktunya saja, mungkin para subjek pajak belum sempat kesini atau sebaliknya. Belum ada tindak lanjut untuk wajib pajak yang seperti itu, jadi upaya dari kita sudah, hanya prosesnya saja. Perdanya ada, bahwa Gym seperti itu dikenakan pajak. Kita juga sudah berupaya agar semua menjadi wajib pajak, tetapi masih ada saja wajib pajak yang merespon tetapi belum paham akan kewajibannya sehingga mereka tidak mau membayar pajak. Wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran Dan Pendataan Pajak Daerah, tanggal 02 Juli 2014 pukul 09.55 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah di atas dapat peneliti analisis bahwa untuk tempat hiburan yang belum terdaftar sebagai wajib pajak sebenarnya sudah diupayakan agar terdaftar karena jika sudah memiliki izin dari BPTPM, pihak DPKD memproses tempat usaha tersebut agar menjadi wajib pajak. Tempat hiburan yang belum terdaftar ini kemungkinan para subjek pajak belum sempat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ataupun sebaliknya dari pihak DPKD juga belum sempat mensurvei tempat usaha tersebut. Pihak DPKD sudah mengupayakan agar semua terdaftar menjadi wajib pajak tetapi kenyataannya masih ada saja tempat usaha yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak padahal pihak DPKD sudah memberitahukan bahwa tempat usaha tersebut harus mendaftar menjadi wajib pajak. Subjek pajak hiburan tersebut telah diberitahu oleh DPKD agar menjadi wajib pajak, subjek pajak tersebut merespon tetapi tetap saja membandel dan belum paham akan kewajibannya sehingga mereka tidak membayar pajak. Padahal seharusnya semua yang berbentuk pusat kebugaran seperti tempat senam,

Gym, fitness, dan semacamnya itu wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak karena sudah tertera di dalam peraturan daerah tentang pajak daerah.

Kemudian, peneliti menanyakan kembali mengenai sanksi terkait objek pajak yang tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Berikut pemaparan dari Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah:

“Yang berbentuk seperti senam atau fitness itu dikenakan pajak. Perdanya ada, sudah kita upayakan juga, tinggal prosesnya saja. Kita sudah berupaya agar semua bisa jadi wajib pajak. Kalau untuk pengenaan sanksi itu ada di pihak Sat-Pol PP sebagai pengawas. Kalau untuk yang tidak mendaftar tidak ada sanksi. Kalau sudah ada izin, sudah jadi wajib pajak, kalau belum berarti dia ilegal. Bisa dicabut sama yang izin, bisa ditutup sama satpol –PP.

(Berbicara mengenai Gym/ Fitness yang tidak terdaftar sebagai wajib pajak). Wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran Dan Pendataan Pajak Daerah, tanggal 02 Juli 2014, pukul 09.55 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti analisis bahwa belum ada tindak lanjut yang diberikan kepada wajib pajak yang belum mendaftarkan diri, tetapi seharusnya pemberian sanksi kepada wajib pajak yang seperti itu berada di Sat-Pol PP karena Sat-Pol PP ini bertugas sebagai pengawas. Kemudian, pemberian sanksi kepada wajib pajak yang belum mendaftarkan sebagai wajib pajak tidak ada sanksi yang dikenakan karena mereka belum mendaftar sebagai wajib pajak makanya tidak ada sanksi yang dikenakan. Jika sudah ada izin berarti sudah terdaftar sebagai wajib pajak dan jika belum terdaftar berarti tempat tersebut ilegal dan bisa ditutup oleh Sat-Pol PP.

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menanyakan kepada Sat-Pol PP mengenai sanksi yang seharusnya diterima oleh wajib pajak yang tidak terdaftar, berikut pemaparannya:

“Kalau untuk wajib pajak yang tidak terdaftar bukan ada di ranah kami, tetapi kalau untuk pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak yaitu adanya penutupan tempat usaha. Itu juga berdasarkan laporan dari DPKD, jika ada tempat usaha yang mau ditutup

baru kita bergerak.” Wawancara dengan Kepala Bidang Trantib Pol-PP Kota Serang, hari rabu 19 Agustus 2014 pukul 10.40 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Trantib Pol-PP Kota Serang di atas dapat peneliti analisis bahwa pihak Sat-Pol PP yang memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak. Sanksi yang dikenakan untuk wajib pajak yang tidak membayar pajak yaitu ditutupnya tempat usaha mereka. Itupun jika DPKD melaporkan kepada pihak kami bahwa ada tempat usaha yang akan ditutup, baru Sat-Pol PP bergerak tetapi jika tidak ada laporan dari DPKD, Sat-Pol PP tidak bisa berbuat apa-apa.

Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa kurangnya ketegasan dari Pemerintah akan wajib pajak yang kurang kesadarannya dalam mendaftar sebagai wajib pajak. Padahal Dinas terkait pun telah mengetahui bahwa ada objek pajak yang belum mendaftarkan diri tetapi belum ada tindak lanjut dari Dinas terkait mengenai hal tersebut. Kemudian, mengenai sanksi yang dikenakan untuk objek pajak yang tidak mendaftarkan diri pun tidak ada, sanksi yang dikenakan hanyalah untuk wajib pajak yang tidak membayar pajaknya sehingga hal tersebut yang membuat para wajib pajak tidak patuh serta tidak memiliki kesadaran dalam kewajibannya.

Lain halnya dengan informan Subjek Pajak yang telah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, tetapi nama tempat tersebut tidak tertera sebagai wajib pajak hiburan di data Dinas Pengelolaan Keungan Daerah Kota Serang. Berikut pemaparannya:

“Sebelum dibangun itu ada izinnya terlebih dahulu, baru bisa dibangun. Mekanisme perizinannya yaitu di RT, RW, Kelurahan, kemudian baru

Kota. Di Kota itu Izin Mendirikan Bangunan sama izin menggunakan bangunan. Kalau disini izin menggunakan bangunannya yaitu untuk tempat futsal. Setelah itu baru bisa daftar menjadi wajib pajak.”

Wawancara dengan pengelola Futsal Kenewae, tanggal 16 Juli 201 pukul 21.00 WIB.

Dari hasil wawancara dengan pengelola Futsal Kenewae di atas dapat peneliti analisis bahwa sebelum mendaftar menjadi wajib pajak hiburan ada izin yang harus dipenuhi, yaitu harus memiliki izin dari RT, RW, serta Kelurahan baru bisa mendapatkan izin dari kota yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Setelah mendapatkan IMB tersebut barulah bisa mendaftar sebagai wajib pajak. Dari pernyataan di atas bahwa dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa informan ini telah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, karena informan ini mengetahui mekanisme dalam pendaftaran sebagai wajib pajak seperti apa, dan memang benar mekanisme yang dipaparkan tersebut adalah mekanisme yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi di dalam data Wajib Pajak Hiburan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang tidak tertera nama objek pajak hiburan tersebut, hal ini diindikasikan adanya kelalaian atau belum terdatanya objek pajak hiburan tersebut sebagai wajib pajak hiburan. Padahal wajib pajak ini membayar pajak sudah lama yaitu semenjak tahun 2012, tetapi dalam data dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah tidak tertera nama wajib pajak tersebut seperti data yang telah peneliti paparkan sebelumnya.

Kemudian, hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari informan Wajib Pajak Karaoke berikut ini:

“Hanya SITU, SIUP, kemudian KTP pemilik, Izin Usaha dari notaris. Kemudian dari notaris ke BPTPM, setelah mendapatkan izin dari BPTPM baru ke DPKD untuk jadi wajib pajak, setelah itu baru dapat NPWP.”

Wawancara dengan pengelola Safana Cafe Resto dan Family Karaoke, tanggal 07 Agustus 2014 pukul 16.00 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Safana Cafe Resto dan Family Karaoke di atas dapat peneliti analisis bahwa untuk mendapatkan NPWP sebagai bukti telah menjadi wajib pajak adalah dengan menyertakan SITU (Surat Izin Tempat Usaha), SIUP, KTP pemilik, kemudian izin dari notaris. Setelah mendapatkan izin dari notaris baru notaris meminta izin kepada BPTPM Kota Serang, setelah itu baru bisa daftar ke DPKD sebagai wajib pajak.

Pengelola mengetahui bagaimana mekanisme menjadi wajib pajak maka secara tidak langsung pengelola ini berarti telah mendaftarkan tempat usahanya ini untuk menjadi wajib pajak. Sama halnya dengan futsal kenewae di atas, mereka telah mendaftar menjadi wajib pajak tetapi pada data yang peneliti dapatkan bahwa tidak terteranya nama-nama tersebut pada data wajib pajak hiburan di DPKD Kota Serang.

Kemudian indikator selanjutnya yaitu indikator pelaporan SPT yang mana pelaporan SPT ini juga hal yang penting dalam perpajakan. Pelaporan SPT adalah Wajib pajak melaporkan SPT tersebut kepada Dinas. SPT adalah Surat Pemberitahuan dari Dinas untuk wajib pajak agar wajib pajak melaporkan pajak yang terutang sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. Adapun pemaparan yang disampaikan oleh Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendatan Pajak Daerah:

“SPT itu kalau di kita namanya SPTPD yaitu Surat Pemberitahuan Pajak Daerah karena di kita mengurus daerah. Kalau untuk itu mereka yang mengisi sendiri kalau sudah diisi disetorkan tiap bulan ke kita pajak beserta formulirnya bukan kita yang mengisi. Setiap mereka melaporkan dan menyetorkan pajak kita berikan juga formulirnya untuk bulan-bulan berikutnya.” Wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah 02 Juli 2014, pukul 09.55 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah di atas dapat peneliti analisis bahwa pelaporan SPT atau Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dari wajib pajak melaporkan SPT nya kepada fiskus. Setiap bulan para wajib pajak melaporkan SPTPD tersebut kepada fiskus tetapi dalam pengisiannya mereka yang mengisi sendiri SPTPD tersebut. Kemudian, diberikan formulir SPTPD tersebut untuk bulan depan.

Pemaparan yang diungkapkan Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah ini, sesuai dengan para informan yang berhasil peneliti wawancarai. Adapun pernyataan yang sama yang diungkapkan oleh informan wajib pajak hiburan, yaitu pengelola Futsal yang terdata: “SPTPD itu dari Dinas yang kesini memberikan suratnya nanti kita yang antar jika akan membayar pajaknya.” Wawancara dengan pengelola Futsal Yumaga, tanggal 03 Juli 2014 pukul 21.00 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Futsal Yumaga di atas dapat peneliti analisis bahwa pelaporan SPTPD itu diberikan oleh Dinas kepada para wajib pajak, setelah wajib pajak mengisi formulir yang diberikan nanti pada saat pembayaran para wajib pajak yang mengantarkan SPTPD tersebut ke DPKD untuk pembayaran pajaknya juga. Hal yang sama pun diungkapkan oleh informan wajib pajak yang tidak terdata, berikut pemaparannya: “Nanti ada petugasnya kesini memberikan slipnya, kemudian kita laporkan langsung kesana.” Wawancara dengan pengelola Futsal Kenewae, tanggal 16 Juli 2014, pukul 21.00 WIB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola futsal Kenewae di atas dapat peneliti analisis bahwa petugas pajak yang memberikan SPTPD sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran, agar pada saat tanggal pembayaran pajak para wajib pajak hanya melaporkan langsung SPTPD tersebut sehingga dapat mengefisienkan waktu. Dari hasil wawancara peneliti dengan para informan-informan memang dalam sistem pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) seharusnya seperti itu dan hal tersebut memudahkan serta mengefisiensikan waktu para wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak terutangnya.

Selanjutnya, indikator penting yang ketiga dalam aspek yuridis ini yaitu mengenai penghitungan pajak. Penghitungan ini merupakan hal yang menentukan seberapa besar pajak terutang yang harus mereka bayar kepada daerah. Dengan ini para wajib pajak menghitung pajak terutangnya sendiri kemudian disetorkan kepada daerah, dan daerah menghitung serta mengecek kembali apakah pajak yang terutang yang dibayarkan adalah benar dan sesuai dengan apa yang ada di dalam perundang-udangan serta di Peraturan Daerah. Adapun penjelasan yang dilontarkan oleh Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan Pajak Daerah adalah

Dokumen terkait