• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan ulasan-ulasan mengenai kebijakan dividen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi dividend yield diantaranya adalah return on asset (ROA), asset growth, leverage ratio, dan market value. Sehingga diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan dividen perusahaan yang ditunjukkan dengan dividend yield dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Dimana faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan baik secara positif maupun negatif.

ROA (salah satu ukuran profitabilitas) merupakan ukuran efisiensi pengelolaan sumber dana yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Robert Ang (1997) menyatakan bahwa return on asset diukur dari nilai laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total asset yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan aset yang digunakan untuk operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Nilai ROA yang semakin tinggi akan mencerminkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding total asset yang semakin tinggi pula dan semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Lalu, apabila tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan maka semakin besar ROA semakin besar dividen yang dibayarkan dan jika perusahaan tersebut memiliki kebijakan dividend payout ratio yang stabil maka perusahaan tersebut

commit to user

lviii

jika memperoleh keuntungan atau laba akan cenderung membayar dalam jumlah yang lebih besar dari tingkat keuntungan yang didapatkan sebagai dividend. Maka, semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Hal tersebut diperkuat teori Information Content or Signaling Hypothesis, dimana Mondigliani-Miller menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu keuntungan yang baik di masa yang akan datang. Selain itu, Solberg dan Zorn (1992) menemukan bahwa profitabilitas yang ditunjukkan dengan ROA yang lebih tinggi maka diperkirakan membuat perusahaan menghasilkan dividen yang lebih tinggi. Jadi, perusahaan yang memiliki keuntungan atau laba yang tinggi melalui aset yang dimilikinya yang tercermin dalam return on asset (ROA) akan menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam dividend yield (DY).

Asset Growth menunjukkan pertumbuhan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Menurut Riyanto (1994), semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana di waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Semakin besar pertumbuhan aset diharapkan semakin besar hasil operasional perusahaan yang dihasilkan dari penggunaan aset tersebut. Tetapi, teori free cash flow hypothesis menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif. Dan, menurut teori residual dividend, perusahaan akan membayar dividen jika hanya tidak memiliki

commit to user

lix

kesempatan investasi yang menguntungkan. Adanya hubungan yang negatif antara pertumbuhan aset dengan dividen tersebut sesuai dengan pendapat Myers dan Majluf (1984) bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset yang tinggi akan membayar dividen yang rendah daripada perusahaan yang pertumbuhannya asetnya rendah. Sehingga, pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan semakin besar tingkat kebutuhan dana yang digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan dalam bentuk aset. Jadi, asset growth akan berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.

Leverage Ratio yang dalam penelitian ini adalah Debt to Total Asset merupakan rasio antara total hutang (total debts) terhadap total aktiva (total assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Jika perusahaan memiliki nilai leverage ratio yang semakin tinggi, maka harus diimbangi dengan profitabilitas yang semakin tinggi. Karena semakin besar leverage ratio maka semakin besar biaya bunga yang dibayarkan perusahaan. Jadi, jika perusahaan memiliki profitabilitas yang rendah, maka akan berdampak pada laba yang dihasilkan yang semakin kecil, sehingga perusahaan akan kesulitan untuk membayar biaya bunga sehingga pembayaran dividen akan semakin kecil karena sebagian besar keuntungan perusahaan digunakan untuk membayar biaya bunga. Penelitian dari Chang dan Rhee (1990) dan Sutrisno

commit to user

lx

(1999) menunjukkan bahwa tingkat hutang yang lebih tinggi akan diikuti dengan pembayaran dividen perusahaan yang lebih rendah, dengan demikian leverage ratio mempunyai hubungan yang negatif dengan pembayaran dividen. Maka, dengan semakin meningkatnya rasio leverage (beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian besar laba akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka laba bersih (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Sehingga leverage ratio akan berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.

Market Value merupakan nilai total dari semua saham dari perusahaan yang beredar di pasar modal. Market Value digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dan membantu investor untuk mendiversifikasi investasi pada beberapa perusahaan dengan beragam ukuran perusahaan ataupun beragam risiko yang berbeda. Suatu perusahaan yang memiliki nilai market value yang besar akan mudah untuk memiliki akses pendanaan ke pasar modal. Perusahaan besar dengan akses ke pasar modal yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan yang diproksikan dengan market value dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif (Cleary, 1999). Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal, maka berarti fleksibilitas perusahaan tersebut lebih besar dalam mendapatkan pendanaan dari pasar modal yang dapat digunakan untuk ekspansi perusahaan ataupun untuk investasi pada proyek yang memiliki NPV yang positif.

commit to user

lxi

Dan dari ekspansi maupun investasi yang dilakukan perusahaan diharapkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin besar. Sehingga, perusahaan dengan market value yang besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan market value kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa market value akan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

Atas dasar analisis faktor-faktor tersebut maka pengaruh dari masing-masing variabel tersebut terhadap dividend yield dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Gambar II.1

Bagan Kerangka Pemikiran

H1 (+) H2 (-) H3 (-) H4 (+) H1 : Return on Asset (ROA) (X1) H2 : Asset Growth (X2)

Dividend Yield (Y1)

H4 : Market Value (X4) H3 : Leverage Ratio (X3)

commit to user

lxii

Menurut kerangka pemikiran tersebut, maka yang merupakan variabel independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diwakili oleh return on asset (ROA), asset growth, leverage ratio, dan market value. Sedangkan yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan dividen yang diwakili oleh dividend yield.

Dokumen terkait