• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian yang ada, maka hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini sebagian besar bersumber pada beberapa penelitian terdahulu, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid untuk diuji. Adapun hipotesis yang muncul dalam penelitian ini, yaitu:

1. Return On Asset (ROA)

Kenaikan dividen pada perusahaan merupakan sinyal bagi para investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan keuntungan yang tinggi di masa mendatang (Brigham dan Houston, 2001). Sinyal ini menyimpulkan bahwa dividen akan dibagi dengan memperhatikan tingkat keuntungan. Oleh karena itu, apabila perusahaan hendak membagi dividen, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kenaikan dan penurunan keuntungan perusahaan. Tingkat laba menentukan pilihan relatif untuk membayar dividen kepada para pemegang saham, sedangkan stabilitas laba akan berpengaruh terhadap perkiraan besar laba dimasa mendatang. Dengan demikian, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan mampu menghasilkan arus kas bebas dan karenanya memperbesar peluang investasi yang baru dengan memanfaatkan arus kas bebas yang ada. Oleh

commit to user

lxiii

karena itu, membayar dividen lebih tinggi nantinya tidak mengganggu keuangan perusahaan.

Litner (1956) dan Baker (1958) mengungkapkan bahwa profitabilitas perusahaan sejak lama telah dijadikan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Indikasi dari pola pembayaran dividen perusahaan dipengaruhi oleh pendapatan tunai tahunan dan besar dividen tahun sebelumnya. Sedangkan Pruitt dan Gitman (1991) dalam penelitian mereka menunjukkan bahwa laba tunai tahunan dan laba tahun sebelumnya merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembayaran dividen (dalam Gill et al. 2010).

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu, dividen yang diambil dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Dengan kata lain, semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen (Sudarsi, 2002).

Salah satu proksi pengukuran profitabilitas adalah return on asset. Return on asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya (Ang, 1997). Semakin besar return on asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar. Sehingga dengan menggunakan return on

commit to user

lxiv

asset sebagai proksi dari profitabilitas diduga akan berkorelasi secara positif dengan dividend yield (DY).

H1 : Terdapat pengaruh yang positif antara Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Yield

2. Asset Growth

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi perusahaan akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,1997).

Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif. Jadi, manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan perusahaan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas, 1998). Menurut teori residual dividend,

commit to user

lxv

perusahaan akan membayar dividennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan aset dan pembayaran dividen.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan peluang investasi yang besar dan dengan kebutuhan pembiayaan yang kuat akan lebih suka mempertahankan daripada mendistribusikan pendapatan mereka. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar yang membutuhkan pendanaan untuk mempertahankan pertumbuhan dan profitabilitasnya diharuskan untuk membayar dividen yang rendah. Maka, asset growth perusahaan diharapkan secara negatif berhubungan dengan dividend yield (DY).

H2 : Terdapat pengaruh yang negatif antara Asset Growth terhadap Dividend Yield

3. Leverage Ratio

Sesuai dengan Pecking Order Theory bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih profitable akan menurunkan permintaannya akan debt, karena akan tersedia lebih banyak dana-dana internal untuk mendanai investasi. Sehingga ketergantungan pada kebutuhan dana eksternal akan kecil. Rasio hutang akan berhubungan terbalik dengan profit. Oleh karena itu, rendahnya profit maka akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Dengan demikian, hutang berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (Mutamimah, 2003).

Rasio dari leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal

commit to user

lxvi

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang mana ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto 2001). Selain itu, peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividen (Sudarsi, 2002).

Terdapat dua argumen yang mendukung saran mengenai leverage perusahaan. Pertama, dalam kerangka teori keagenan, utang dapat memainkan peran disiplin; dengan meningkatkan tingkat utang; arus kas bebas akan berkurang (Grossman dan Hart 1982; Jensen 1986; Stulz 1990). Kedua, perusahaan dengan rasio utang tinggi harus membayar dividen yang lebih rendah karena mereka telah melakukan komitmen sebelumnya bahwa penggunaan arus kas nantinya untuk melakukan pembayaran hutang dan untuk menghindari pinjaman modal.

Oleh karena itu, semakin rendah leverage ratio maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Sehingga leverage ratio perusahaan akan memiliki korelasi yang negatif terhadap dividend yield (DY).

H3 : Terdapat pengaruh yang negatif antara Leverage Ratio terhadap Dividend Yield

commit to user

lxvii

4. Market Value

Literatur menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berbanding terbalik dengan kemungkinan kebangkrutan (Ferri dan Jones 1979; Titman dan Wessels, 1988; Rajan dan Zingales 1995). Secara khusus, perusahaan besar memiliki akses lebih mudah pada modal eksternal dari pasar atau dikatakan memiliki kesempatan meminjam dari pasar modal. Selain itu, perusahaan besar cenderung lebih terdiversifikasi dan arus kas mereka lebih teratur dan lebih stabil.

Bagaimanapun, (Smith dan Watts, 1992) menunjukkan bahwa dasar teori pada pengaruh dari ukuran (size) perusahaan terhadap kebijakan pembayaran dividen sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses ke pasar modal yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif (Cleary, 1999).

Suatu perusahaan besar akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek menjadi lebih besar, dan perusahaan besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil (Chang dan Rhee, 1990 dan Harjono, 2002)

Dengan demikian, perusahaan-perusahaan besar seharusnya lebih bersedia untuk membayar dividen yang lebih tinggi. Dan sebagai pengganti pengukuran untuk ukuran perusahaan, maka digunakan total nilai pasar perusahaan atau

commit to user

lxviii

market value dan diharapkan akan berkorelasi positif dengan Dividend Yield (DY).

H4 :Terdapat pengaruh yang positif antara Market Value dengan Dividend Yield

commit to user

lxix

Dokumen terkait