• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Uang Statis, terdiri dari:

2) Akses (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) a. Tidak ada pencacatan dana pada instrumen kartu

3.5 Analisis Data

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Berbagai masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi dan korelasi adalah: multikolinearitas, autokorelasi, dan normalitas.

a. Uji Normalitas

Widarjono (2015) menjelaskan bahwa salah satu asumsi model regresi adalah residual mempunyai distribusi normal. Apa konsekuensinya jika model tidak mempunyai residual yang berdistribusi normal? Uji t untuk melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen tidak bisa diaplikasikan jika residual tidak mempunyai distribusi normal.

Pengujian normalitas dengan uji chi-square goodness of fit. Jika nilai x2 kecil daripada nilai kritisnya (x2 tabel; df. = n-1-k; dimana n adalah banyaknya kelas dan k adalah banyaknya parameter yang diestimasi), maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan pengganggunya (disturbance ui) kemungkinan berasal dari distribusi hipotesis (distribusi normal). Langkah pengujian sebagai berikut :

Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

Jika nilai probabilitas ≤ 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Artinya adalah apabila probabilitas p lebih besar dari 0,05 maka model tersebut dikatakan normal. Apabila probabilitas p lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut dikatakan tidak normal. (Winarno, 2011)

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen). (Winarno, 2011) Gujarati dalam Ariefianto (2012) menyatakan bahwa multikolinearitas adalah fenomena sampling. Ia terjadi pada sampel dan bukan pada populasi. Hal ini tentu saja jika kita telah menspesifikasikan variabel yang masuk ke dalam model dengan benar (misalnya tidak ada variabel yang merupakan multiplikasi dari variabel lain). Dengan kata lain, jika dimungkinkan untuk bekerja pada populasi maka multikolinearitas tidak akan pernah menjadi suatu masalah.

Artinya apabila nilai Centered VIF masing-masing variabel independen lebih dari 10 maka model tersebut mengalami multkolinearitas. Apabila Centered VIF masing-masing variabel independen kurang dari 10 maka model tersebut tidak mengalami multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Autocorrelation adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang

38

bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross-section). Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.

(Winarno, 2011) 3.5.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk menguji apakah koefisien regresi yang telah diuji menghasilkan data yang signifikan (berbeda nyata) atau kegunaan uji ini untuk membuktikan kebenaan hipotesis secara statistik terhadap masing-masing koefisien regresi berganda. Maksud dari signifikan ialah suatu koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Dari hasil koefisien regresi berganda akan dapat diketahui baik secara bersama maupun terpisah terhadap variabel terikatnya yang kemudian dibandingkan dengan nilai tabel pada derajat bebas tertentu untuk menerima atau menolak hipotesis. Sebagai alternatif, anda dapat menggunakan pendekatan ini dengan memperoleh statistik uji yang relevan (misalnya, statistik uji t) dengan 44 hipotesis nol dan mencari nilai ρ untuk mendapatkan nilai tertentu dari statistik uji menurut distribusi probabilitas yang sesuai (misalnya, distribusi t, F, χ2 ). Jika probabilitas ini lebih kecil dari nilai α

yang telah ditetapkan sebelumnya, anda dapat menolak hipotesis nol. Tetapi jika probabilitas tersebut lebih besar dari α, jangan menolak hipotesis nol. Jika anda tidak ingin menetapkan nilai α terlebih dulu, cukup tampilkan nilai ρ dari uji statistik (Gujarati, 2007). Dalam metode regresi linear berganda terdapat beberapa metode uji hipotesis yang umum digunakan, diantaranya :

a. Uji Statistik t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing independen secara parsial mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, yaitu untuk mengetahui apakah setiap variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara signifikan. Dimana jika h > maka berpengaruh signifikan. Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan adalah 1%.

Hasil hipotesis thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel pada α = 1% maka berpengaruh Jika thitung < ttabel pada α = 1% maka tidak berpengaruh b. Uji Statistik F

Uji ini merupakan uji kecocokan model (goodness of fit) yang dilakukan secara bersama-sama digunakan untuk menguji pengaruh signifikan dengan variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Dimana jika h < , maka variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan atau model tidak

40

cocok) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 1%. Sementara apabila h > Ftabel maka, variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (signifikan atau model cocok) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terkait dapat dijelaskan perubahan variabel independen, dengan tingkat signigikansi sebesar 1%.

Selain itu, pengujian hipotesis dapat juga dilakukan dengan melihat p-value atau nilai probabilitas dari F-statistic pada Eviews. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

Apabila nilai Prob. F-statistic > 0,01 maka, variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama (simultan)

Apabila nilai Prob. F-statistic < 0,01 maka, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama (simultan).

c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis ini bertujuan mengetahui besarnya proporsi sumbangan pengaruh dari variabel independen, nominal transaksi uang e-money, nominal transaksi APMK, Mesin EDC (X1,X2,X3) terhadap variabel dependen, yaitu perputaran uang di Indonesia (Y). Semakin besar koefisien determinasi maka semakin kuat pengaruh terhadap variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika semakin kecil koefisien determinasi maka semakin kecil pengaruhnya terhadap variabel dependen. (Winarno, 2011)

Ketika seseorang sedang berjalan dan merasakan haus, kemudian ia akan mencari toko yang menjual minuman untuk membeli sebotol minuman yang dapat menghilangkan rasa hausnya. Dalam hal ini, seseorang tersebut mendapatkan sebuah nilai, yakni tenggorokan yang tidak haus. Untuk membayar atas sebotol minuman tersebut, ia memberikan penjual minuman tersebut selembar kertas dengan ciri khas seperti simbol-simbol tertentu, gambar gedung-gedung pemerintahan, gambar warga negara terkenal yang sudah meninggal dunia dan tanda tangan. Jika dilihat dari pertukaran yang terjadi, dimana sebotol minuman menjadi senilai dengan selembar kertas bergambar dengan berbagai ciri khas tersebut yang sebenarnya tidak bernilai apa-apa.

Bagi siapa pun yang telah hidup pada zaman perekonomian modern, kebiasaan tersebut tidak memiliki keanehan sama sekali. Walaupun uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik sama sekali, penjual minuman merasa yakin bahwa pada masa depan, pihak ketiga akan menerimanya sebagai ganti dari barang atau jasa yang menurut penjual minuman memiliki nilai. Sementara itu, pihak ketiga yakin bahwa orang keempat akan menerima uang tersebut, dan mengetahui bahwa ada orang kelima yang akan menerima uang tersebut, hingga seterusnya. Bagi penjual minuman dan bagi orang-orang lainnya dalam masyarakat pada zaman modern ini, uang tunai atau cek serta uang lainnya dapat mewakili klaim terhadap barang dan jasa pada masa yang akan datang.

42

Pada awalnya suatu sistem pertukaran ada karena manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Namun seringkali keterbatasan sumber daya menjadi masalah dalam hal memenuhi kebutuhan hidup. Keterbatasan tersebut kemudian mendorong setiap manusia untuk mencari orang lain yang memiliki barang yang dibutuhkannya dan mau bertukar dengan barang yang dimilikinya. Mereka melakukan tukar-menukar barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kekurangannya masing-masing. Maka, mulailah terjadi transaksi pertukaran yang dikenal dengan nama barter. Barang tertentu ditukar dengan barang yang lain. Namun sistem ini tidak dapat bertahan melihat banyak kekurangan yang dirasakan, salah satunya adalah tidak adanya nilai yang menjadi standar yang dapat disepakati secara umum.

Kesulitan-kesulitan itu kemudian mendorong manusia untuk menciptakan alternatif demi alternatif dalam hal pertukaran. Kemudian sampailah pada apa yang dikenal sebagai uang logam dan uang kertas sebagai alat tukar. Sejak itu sistem pembayaran terus berkembang hingga kini. Kendati demikian, meski dirasakan banyak keterbatasan, praktik barter masih ditemukan hingga kini, di saat mesin ATM telah merambah pojok-pojok mall, persimpangan jalan, atau di tempat-tempat umum. Di pedesaan misalnya, orang masih terbiasa menukar 1 liter beras dengan lauk pauk yang dijual pedagang keliling. Pedagang keliling akan menjual beras hasil barternya untuk mendapatkan uang. Beberapa suku terasing juga masih menggunakan transaksi barter dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Inovasi baru dalam bertransaksi tidak serta merta menghilangkan secara total praktik transaksi sebelumnya. (Pohan, 2011)

Dokumen terkait