• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5. Uji Asumsi Klasik

3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian

kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini diajukan dengan

menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan

adalah apabila nilai p>0.05, maka disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki

sebaran normal, sedangkan apabila nilai p<0.05, maka disimpulkan bahwa subjek

penelitian tidak memiliki sebaran normal.

3.5.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terdapat

multikolinieritas dalam data dari variabel-variabel independennya. Maksudnya

adalah tidak ada korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi

relatif tinggi pada variabel-variabel independennya (Husein,2007). Adanya

multikolinieritas sempurna akan berakibat bahwa koefisien regresi tidak dapat

ditentukan dengan standar devasi menjadi tak terhingga. Jika multikolinieritas

kurang sempurna, maka koefisien regresi meskipun terhingga akan mempunyai

standar deviasi yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan mudah.

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas juga dapat menggunakan korelasi (r)

dimana korelasi diatas 0,8 menunjukkan adanya multikolinieritas (Gujarati,2003).

Cara mengatasi multikolinieritas sebagai berikut: (a) transformasi tabel. Jika

terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolinieritas maka dapat

dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk logaritma

natural atau bentuk-bentuk transformasi lainnya, sehingga nilai t hitung yang

mempengaruhi variabel dependen. (b) meningkatkan jumlah data sampel. Dengan

adanya peningkatan jumlah data sampel diharapkan mampu menurunkan standars

error disetiap variabel independen dan akan diperoleh model yang benar-benar

bisa menaksir koefisien regresi secara tepat.

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan

varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi

yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot

dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai

residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada

grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau

sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan

adalah uji Glejser, uji Park atau uji White. Beberapa alternatif solusi jika model

menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke

dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai

positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan

variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.5.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu

periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa

variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data

observasi sebelumnya.

Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji

dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan

uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah

autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan

mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized

difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan

variabel lagi dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga

data observasi menjadi berkurang 1.

3.5.5. Uji Linearitas

Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun

mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai

penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear.

Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear

sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah

elastisitas.

Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear

atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment

bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk

mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan

secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat

3.6. Definisi Operasional

3.6.1. Faktor Penentu Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Ada enam (6) faktor penentu Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yaitu makanan

dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi.

Makanan dan minuman adalah standar kebutuhan asupan gizi seorang pekerja

untuk kebutuhan 1 (satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

dalam Rupiah (Rp).

Sandang adalah standar kebutuhan pakaian seorang pekerja untuk kebutuhan

1 (satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 dalam Rupiah

(Rp). Perumahan adalah standar kebutuhan tempat tinggal seorang pekerja untuk

kebutuhan 1 (satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 dalam

Rupiah (Rp). Pendidikan adalah standar kebutuhan untuk menuntut ilmu seorang

pekerja untuk kebutuhan 1 (satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13

Tahun 2012 dalam Rupiah (Rp). Kesehatan adalah standar kebutuhan untuk

berobat dan menjaga kesehatan seorang pekerja untuk kebutuhan 1 (satu) bulan

berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 dalam Rupiah (Rp).

Transportasi adalah standar kebutuhan biaya transportasi seorang pekerja untuk

kebutuhan 1 (satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 dalam

Rupiah (Rp).

3.6.2. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Menurut Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah standar kebutuhan seorang

pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1

(satu) bulan berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2012 yang diukur dengan

makanan dan minuman, sandang, perumahan pendidikan, kesehatan dan

transportasi supaya dapat hidup dan bekerja secara layak.

Penelitian ini menggunakan batasan sesuai dengan Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 yaitu Pedoman Survei Harga dan Penetapan Nilai Kebutuhan

Hidup Layak (KHL). Survei ini melalui beberapa proses yaitu,

1. Pembentukan Tim Survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) oleh Ketua

Dewan atau Bupati/Walikota.

2. Pelaksanaan Survei.

3. Pengolahan Data.

4. Pelaporan.

Setelah melalui beberapa proses ini dan nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

telah disetujui oleh Gubernur, maka Depnakertrans Sumatera Utara secaa resmi

mengeluarkan nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) kepada publik. Nilai ini yang

akan digunakan dalam penelitian.

3.6.3. Upah Minimum Provinsi (UMP)

Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah bulanan terendah yang terdiri

dari upah pokok termasuk tunjangan tetap yang berlaku untuk seluruh

kabupaten/kota di satu propinsi berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara

dalam Rupiah (Rp). Ketentuan Keputusan Gubernur dalam menentukan Upah

Minimum Provinsi (UMP) meliputi:

a. Upah Minimum sebagaimana dimaksud adalah Upah Bulanan Terendah yang

terdiri dari Upah Pokok termasuk Tunjangan Tetap.

b. Upah Minimum hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang tingkatannya paling

c. Bagi pekerja/buruh yang berstatus tetap, tidak tetap dan dalam masa

percobaan, upah yang diberikan oleh pengusaha serendah-rendahnya sebesar

Upah Minimum Kabupaten (UMK).

d. Upah pekerja harian lepas ditetapkan secara upah bulanan yang dibayarkan

berdasarkan jumlah hari kehadiran dengan perhitungan upah sehari :

1) Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 (enam) hari dalam

seminggu, upah bulanan dibagi 25 (dua puluh lima);

2) Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari dalam

seminggu, upah bulanan dibagi 21 (dua puluh satu);

e. Bagi perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketentuan UMK dapat

mengajukan penangguhan Upah Minimum tersebut kepada Gubernur atau

Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum berlakunya Surat

Dokumen terkait