• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ath-Thab' (Watak/Terkunci)

Dalam dokumen Shohib Aziz Zuhri – Bahaya hawa nafsu (Halaman 146-153)

Telaah Analitik tentang Dunia dan Akhirat

I. Pendek Angan-angan

3. Ath-Thab' (Watak/Terkunci)

Allah SWT berfirman: "....dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar ..." Q.S. Al-A'râf:100. Maksudnya ialah bahwa Allah membentuk (watak) hati bukan dari shibghah (bentukan) Allah; bentukan hawa nafsu dan dunia.

4. Al-Khatm (Tertutup)

Allah SWT berfirman: "Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutupi..." Q.S. Al-Baqarah:7. Al-Khatm (tertutup) lebih dahsyat daripada Ath-Thab' (terkunci).

5. Al-Aqfâl (Terkunci)

Allah berfirman: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alguran ataukah hati mereka terkunci? ..." Q.S. Muhammad:24.

6. Al-Taghlîf (Penyelimutan)

Allah SWT berfirman: "Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka". Q.S. Al-Baqarah:88.

Dan firman Allah: "..perkataan mereka: " Hati kami tertutup", bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya". Q.S. An-Nisâ':155.

7. At-Taknîn (Penyumbatan)

Allah SWT berfirman: "Mereka berkata: "Hati kami bera-da dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan ditelinga kami ada sumbatan". Q.S. Fushshilat:5.

Dan firman Allah: "...padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya". Q.S. Al-An'âm 25.

8. At-Tasydîd (Pengerasan)

Allah SWT berflrman: "Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka, dan kunci mati hati mereka..." Q.S. Yunus:88.

9. Al-Qaswah (Menjadi batu)

Allah berfirman: "Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya". Q.S. Az-Zumar:22.

Dan firman Allah: "Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras..." Q.S. Al-Hadîd:16.

Inilah gambaran-gambaran tentang tertutupnya hati serta berbagai keadaannya dan perkembangannya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Alquran yang mulia di atas. Bagaimana Dunia Bisa Berubah Menjadi Penjara?

Apabila hati manusia telah tertutup untuk Allah, maka dunia akan menjadi penjara manusia dan akan menguasainya sampai dia tak akan bisa keluar darinya. Karena penjara, pada dasarnya, berarti mengurung dan mengikat ruang gerak seorang agar tidak bisa keluar (lepas). Begitu pula dunia akan memenjarakan, mengikat ruang gerak dan mencegah bepergian atau kebebasan manusia. la juga akan mempengaruhi semua kehendak dan ambisi manusia dan akan memutuskan hubungannya dengan Allah SWT Pengertian ini telah terdapat dalam nash-nash keislaman termasuk dalam doa Imam Abu Ja'far Al-Bâqir as sebagai berikut: "Jangan Engkau jadikan dunia sebagai penjara bagiku”

Dan dalam do'a Imam Ja'far Ashl-Shâdiq as dikatakan: "Jangan Engkau jadikan dunia sebagai penjara dan perpisahan dengannya sebagai kesedihan bagiku.

Sungguh mengherankan! Bagaimana bisa seorang yang dipenjara ketika keluar darinya merasa sedih dan susah. Penjara ini berbeda dengan penjara-penjara lainya. Manusia sangat senangdan suka padanya. la mengurungjiwa dan membuatnya terpatri padanya sehingga tidak bisa berpisah dengannya. Jika dipaksa keluar darinya, dia akan kalut dan sedih.

Ketika manusia mulai mematrikan dunia pada dirinya, maka ia akan menjaringnya sebagaimana ubur-ubur (uhthubuth atau octopus) menjaring. Kemudian dunia akan membelenggu kaki dan tangannya, membatasi ruang geraknya dan menundukkannya. Imam Amirul Mukmin Ali as berkata: "Dunia bagaikan jaring (perangkap) yang akan menjerat orang yang menyenanginya (yang mencintainya).

Sekali lagi marilah kita menengok pada keterkaitan antara "penjara" dan "orang yang terpenjara" dalam nash-nash keislaman yaitu pada "... ia akan menjerat orangyang mencintainya."

Imam Ali as berkata: "Barangsiapa yang mencintai dinar dan dirham, maka dia adalah budak dunia.

"Penghuni" atau Ahli Dunia

Sesungguhnya dunia mempunyai penghuni (ahl). Begitu juga akhirat. Penghuni atau penggemar dunia adalah orang-orang yang ingin langgeng dan condong kepada dunia

sampai-sampai dia berat untuk meninggalkannya. Sama sebagaimana manusia yang berat berpisah dengan keluarganya.

Ahli akhirat adalah orang-orang hidup di dunia sebagaimana selainnya hidup; menikmati kesenangan dan kelezatan dunia sebagaimana orang lain, tapi mereka tidak pernah ingin kekal di dunia atau condongpadanya. Mereka ini disebut Ahlullah (orang Tuhan).

Ahli akhirat mempunyai ciri-ciri sebagaimana ahli dunia juga memiliki ciri-ciri. Kami menemukan ciri-ciri ahli dunia dalam hadis Mi'raj.

Rasulullah SAWW bersabda: "Ahli dunia adalah orang yang banyak makan, tertawa, tidur dan marah, tapi sedikit keridhaannya (kerelaan), tidak memafkan orang yang berbuat jelek (salah) padanya, dan tidak menerima alasan (ampunan) orang yang minta ampun. Dia malas berbuat ketaatan dan berani melakukan kemaksiatan. Keselamatannyajauh dan ajalnya dekat, tapi tidak pernah mawas diri. Sedikit manfaatnya, banyak bicaranya dan kurang rasa takutnya (kepada Allah).

"Para penggemar dunia tidak bersyukur saat ada rizki dan tidak sabar saat ada petaka. Mereka memuji diri sendiri dengan apa-apa yang mereka tidak kerjakan dan menuntut yang bukan hak mereka. Berbicara dengan khayalan, menyebut-nyebut kejelekan orang dan menyembunyikan kebaikan mereka"

Penggemar atau ahli dunia merasa tentram dengan dunia dan mendapatkan kesenangan dan ketenangan di dalamnya. Jiwa mereka hendak bersemayam padanya, padahal dunia bukanlah tempat yang abadi. Jika manusia sudah merasa senang terhadap dunia, maka dia benar-benar berada dalam pengkaburan dunia. Dia menganggap dunia sebagai tempat abadi padahal ia bukan begitu.

Amirul Mukminin Ali as berseru: "... Ketahuilah bahwa kamu diciptakan untuk akhirat bukan untuk dunia, untuk fana bukan untuk kekal (di dunia), untuk mati bukan untuk hidup. Dan karnu berada di tempat yang oleng tidak kukuh, tempat sementara tidak langgeng dan tempat untuk berbekal serta jalan menuju akhirat..."

"Berhati-hatilah! Jangan tertipu dengan apa yang kamu lihat dari kebaikan ahli dunia dan ketamakan mereka padanya. Sungguh Allah SWT telah memberitahumu tentangnya, mencirikan jati dirinya, dan menyingkapkan kejelekan-kejelekannya kepadamu...

Pengkaburan Dunia

Termasuk pengkaburan dunia ialah anggapan bahwa dunia itu tempat abadi yang akan dihuni dan ditempati manusia untuk selama-lamanya. Padahal dunia adalah tempat berlalu bukan tempat yang langgeng. Manusia yang ada di dunia itu seperti orang asing. Dia bertempat di situ hanya beberapa hari saja lalu berpindah ke akhirat. Walaupun demikian, manusia selalu ingin abadi dan menetap untuk selama-lamanya di dalamnya.

Rasulullah SAWW bersabda: "Jadikanlah dirimu di dunia seakan-akan kamu orang yang asing atau perantau.

Imam Ali as berkata: "Wahai manusia! Sungguh dunia merupakan tempat untuk berlalu, sedangkan akhirat tempat untuk menetap. Maka ambillah dari tempat berlalumu untuk tempat menetapmu.

Masalah ini bersifat mental. Artinya, manusia yang melintasi jalan, tidak akan mampu bertempat di dalamnya. Sebaliknya, orang yang menempati suatu rumah akan akrab dengannya.

Isa Al-Masih as, putra Maryam mempunyai untaian kata yang menarik dalam pengertian ini. Telah diriwayatkan dari beliau as yang demikian bunyinya: "Siapakah yang bisa membangun rumah di atas ombak laut?. Begitulah dunia. Maka janganlah kalian jadikan dunia sebagai tempat tinggal."

Dunia bukan tempat tinggal yang langgeng (tetap) sebagaimana ombak tidak ada yang tetap, maka mana mungkin jiwa akan tentram padanya? Mungkinkah manusia membuat rumah untuk dirinya di atas ombak laut?

Diriwayatkan bahwa Jibril as berkata pada Nuh as begini: "Wahai Nabi yang umurnya paling panjang, bagaimana Anda mendapatkan dunia ini? Nuh as menjawab: "Bagaikan rumah yang mempunyai dua pintu. Aku masuk yang satu dan aku keluar dari pintu yang lainnya.

Inilah perasaan suci yang dirasakannya oleh sesepuh para Nabi pada detik-detik akhir hidupnya. Inilah perasaan (pengakuan) yang jujur yang jauh dari pengkaburan dunia. Bila (manusia) menyayangi dunia dan merasa tentram padanya, maka perasaan suci itu tadi akan berubah menjadi kecintaan dan kegandrungan pada dunia yang berakibat pada terjerumusnya dia ke dalam perangkapnya, lalu ke dalam pengkaburannya. Keadaan inilah yang dialami ahli (penggemar) dunia; orang-orang yang membayangkan bahwa di dunia ada tempat tinggal yang tenang dan langgeng bagi manusia.

Dalam dokumen Shohib Aziz Zuhri – Bahaya hawa nafsu (Halaman 146-153)