• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesatan dan Penyimpangan

Dalam dokumen Shohib Aziz Zuhri – Bahaya hawa nafsu (Halaman 31-40)

Allah SWT berfirman: " ... maka ia termasuk orang-orang yang sesat." lni adalah konsekuensi logis bagi mereka. Karena orang yang mengikuti hawa nafsu pasti akan lalai terhadap dzikrullah dan setan pun mengusainya. Maka ia tidak mungkin mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar dan hidupnya pun tidak akan lurus. Seluruh hidup dan sepak-terjangnya selalu dalam kebingungan dan kesesatan.

5. Kerakusan

Allah berfirman: "... maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga)...".

Inilah penyakit yang dikenal dengan nama "anjing gila". Penyakit ini berupa rasa haus yang tidak dapat terpuaskan. Dihardik atau dibiarkan, anjing dalam keadaan seperti ini akan terus menjulur-julurkan lidahnya.

Demikian juga orang yang mengikuti hawa nafsu. Dia akan selalu merasakan haus terhadap dunia, segala keindahan dan harta benda duniawi bahkan dengan kesemuannya itu pun tidak akan memuaskannya baik diwaktu kaya mau pun miskin. Sebagaimana anjing gila yangselalu menjulurkan lidahnya, baik ketika ada air atau tidak, bahkan ia tidak merasa puas dengan minum air.

Rasulullah SAWW bersabda: "Bilamana anak cucu Adam mempunyai dua lembah emas, niscaya dia mengharapkan yang ketiganya.

Ketika menjawab pertanyaan orang yang mengeluhkan kerakusannya kepada dunia, Imam Shâdiq as berkata: "Jika sesuatu yang mencukupimu itu memuaskanmu, maka yang sedikit saja sudah mengayakaumu. Jika sesuatu yang mencukupimu itu tidak juga memuaskanmu, maka semua apa yang ada di dunia ini tidak akan memuaskanmu.

Terapi Hawa Nafsu

Kemampuan Destruktif Hawa Nafsu

Peran penting dan manfaat hawa nafsu pada manusia, sebanding clengan besarnya potensi dan kemampuannya. Dan besar potensinya sebanding lengan daya rusaknya. Tak diragukan lagi, hubungan timbal balik yang demikian itu benar-benar ada dalam jiwa manusia.

Hawa nafsu merupakan motor siklus kehidupan. Tanpanya, yakni tanpa seksualitas, keposesifan, egoisme, selera makan-minum, mekanisme bela-diri dan daya amarah, gerobak kehidupan manusia lakkan pernah bergerak.

Peranannya yang besar, efektif dan efisien sebagai penggerak sebanding dengan peranannya sebagai perusak.

Imam Ali as berkata: "Amarah akan merusak hati dan menjauhkannya dari kebenaran.

Imam Ali as juga berkata: " Banyak akal yang lunglai akibat gencarnya keinginan. Antara Pengekangan dan Pengumbaran Hawa Nafsu

Oleh sebab itu, sikap yang benar dalam menghadapi hawa nafsu bukanlah pengekangan total. Karena, hawa nafsu adalah faktor yang berguna menggerakkan kehidupan manusia. Mengabaikan dan menyia-nyiakan peran hawa nafsu akan mengakibatkan lumpuhnya faktor terpenting yang ada dalam diri manusia sebagai penggerak utama kehidupannya. Bahkan, pengekangan dan pengebirian naluri akan menebarkan gejolak jiwa yang sangat tidak sehat bagi kepribadian manusia. Sebaliknya, mengumbar tuntutan hawa nafsu tanpa pernah membatasi adalah sikap yang tidak bisa dibenarkan juga. Sebab, pada saat itu. peran positifnya akan berubah menjadi peran perusak. Dan ini sungguh membahayakan kehidupan manusia.

Atas dasar ini, Islam menentukan sikap jalan tengah atau moderat terhadap hawa nafsu; la mengakui peran pentingnya dan tidak melecehkan keberadaannya.

Allah SWT berfirman: "Diperhiaskan pada manusia kecintaan kepada berbagai syahwat (apa-apa yang diingini); dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang..." Q.S. Âli ‘Imrân 14.

Dan firman Allah SWT: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..." Q.S. Al-Kahfi 46.

Pada titik ini, Alquran mengakui keberadaan hawa nafsu dan menganggapnya sebagai perhiasan dan keindahan. Islam tidak pernah memandangnya sebagai hal yang jelek dan keji bagi kehidupan manusia.

Titik di atas sangat penting untuk memahami sikap Islam terhadap hawa nafsu dan syahwat di mana Islam membolehkan mengikuti ajakan syahwat dengan menikmati keindahan kehidupan manusia.

Allah SWT berfirman: "Makanlah di antara rizki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu..." Q.S. Thâhâ 81.

Allah SWT berfirman: "... dan jangonlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) dunia..." Q.S. Al-Qashash 77.

Di sisi lain, Islam tidak memperkenankan manusia mengikuti semua ajakan hawa nafsu atau hanyut dalam menurutinya tanpa ada pengendali dan pembatasan.

Abu Abdillah as berkata: "Janganlah kamu biarkan nafsu dan kemauannya, karena kemauan nafsu membawa kebinasaan.

Islam juga menetapkan seperangkat penghalang dan pembatas aktivitas hawa nafsu dan syahwat. Dan ini adalah poin ketiga tentang sikap Islam dalam membatasi gerak Hawa nafsu, seperti memenuhi kebutuhan seksual tidak dilarang syariat dan bukan masalah

yang hina. Namun. Islam membolehkan dan menganjurkannya dengan meletakkan batasan-batasan menurut ketentuan aturan syariat.

Dan contoh lain, cinta harta tidak dilarang oleh Islam, malahan dibolehkan. Namun, Islam meletakkan beberapa ketentuan untuk mengaturnya.

huku-huku keislaman. Dalam huku ini selain memberi pengantar dan editor beliau |uga ikut andil dalam menterjemahkannya. Sekarang sebagai staf ahli pada Penerbit Pesona Bandung.

hal. 78, 85, 86; Al-Jawâhirus Saniyah Fi Al-Ahâdîts Al-Qudsiyah, karya Al-Hur Al-Amili hal. 322. Dan diriwayatkan pula oleh Syaikh Muhammad Al-Madany dengan redaksi yang hampir sama dalam kitab Al- Ittihâfât Al-Saniyah Fi Al-Ahâdîts Al-Qudsiyah hal. 37, cet. II.

padanya adalah dua hal : 1. Keinginan yang kuat (sikap rakus) 2. Angan-angan. Diriwayatkan oleh Anas dari Rasulullah (Dalam Kitab Al-Jâmi’ush Shaghîr, karya Suyûthî, bagian huruf Ba, Juz II, Hal, 371. Aku pernah berteman dengan seorang hamba yang saleh, jiwanya ditentramkan oleh Allah sejak masa mudanya. Waktu aku berjumpa dengannya, ia berumur 90 tahun. Suatu ketika ia berkata padaku: Sesungguhnya induk syahwat ada tiga hal: 1. Seks 2. Harta 3. Kedudukan. Sungguh aku bisa untuk mengendalikan diri dari yang pertama dan yang kedua semenjak usia mudaku, tapi untuk yang ketiga, aku masih selalu merasakan bahayanya dan aku takut terjerumus dalam cengkeramannya.

dengan kaidah ini.

Shaghîr.

BAGIAN KEDUA

Tugas Akal dalam Menggendalikan Hawa Nafsu

Akal memainkan peran penting dalam membatasi dan mengendalikan hawa nafsu manusia. la juga berperan mem bantu manusia agar tidak selalu memenuhi segala ajakan nafsunya.

Kata 'aql atau 'iqâl dalam bahasa Arab mempunyai arti 'ikatan' dan 'pembatasan'. Dan begitulah peran yang harus diambil akal dalam menghadapi hawa nafsu manusia.

Pengertian ini telah disinyalir dari hadis Rasulullah SAWW sebagai berikut:

"Sesungguhnya akal merupakan pengikat kebodohan. Sedang nafsu bak binatang yang sangat buas.

Sebenarnya banyak sekali riwayat yang menjelaskan pengertian ini, di antaranya ialah: Imam Ali as berkata: "Pikiranmu akan menunjukkan pada jalan yang rasyâd (lurus).

Imam Ali as berkata pula: "Jiwu memendam berbagai hasrat hawa nafsu. Dan akal yang bertugas melarang dan mencegahnya.

Dari Imam Ali as: "Jiwa itu liar. Dan tangan-tangan akallah yang akan memegang kekangnya.

Dari Imam Ali as: "Hati memendam berbagai hasrat jahat, dan akal yang mencegahnya.

Dari Imam Ali as: "Buah akal ialah benci dunia dan mengekang hawa nafsu.

Peran yang dimainkan akal dalam kehidupan manusia ialah menahan dan membatasi gerak laju hawa nafsu serta mencegah sikap ekstremis dalam memenuhi segala luntutan liawa nafsu.

Besar kesempurnaan dan kekuatan akal, sebesar taufik yang dimiliki manusia dalam mengendalikan gerak hawa nafsu.

Imam Ali as berkata: "Akal yang sempurna akan mencegah tabiat jelek. Artinya, menahan dan menundukkan hawa nafsu meru pakan tanda sehatnya akal.

Imam Ali as berkata: "Peliharalah akal dengan menen tang hawa nafsu dan menjauhkan diri dari duni

Imam Bâqir as berkata: "Akal (yang sebenarnya) ialah yanig menentang hawa nafsu. Imam Ali as bertutur: "Barangsiapa menjauhi hawa, maka akan selamat/sehat akalnya.

Akal dan hawa nafsu sania-sama berperan vital dalam hidup manusia. Hawa nafsu memotori siklus hidup manusia, sedang akal berperanan sensitif dalam membatasi, mengen dalikan, serta mencegah hegemoni dan perusakan hawa nafsu atas totalias manusia.

Akal dan Agama

Tugas agama sama dengan tugas akal dalam membatasi hawa nafsu dan mengendalikan tindakan-tindakannya yang semena-mena. Visi kerja akal dan agama sangat bersesuaian. Karena, agama adalah fitrah.

Allah berfirman: "... (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus..." Q.S. Ar- Rûm 30.

Fitrah, yang mengusai manusia dan sepenuhnya di terima akal itu adalah agama Allah yang jadikan-Nya sebagai petunjuk bagi manusia. Maka dari itu, agama menopang peran akal dalam mengendalikan hawa nafsu. Di lain pihak, agama memerankan akal dalam mengendalikan hawa nafsu. Sesungguhnya, akal dan a gama ialah dua sisi dari satu mata uang.

Imam Ali asberkata: "Akal adalah syariat dalam (inter nal) dan syariat adalah akal luar (eksternal).

Imam Mûsâ bin Ja'far as berkata: "Sungguh Allah mempunyai dua hujjah atas manusia; hujjah Zhâhir dan Bâthin. Adapun hujjah yang tampak ialah para rasul as, Nabi as dan Imam as. Sedangkan hijjah yang tersembunyi ialah akal.

Dari Imam Shadiq as: "Hujjah Allah atas para hamba- Nya ialah nabi. Dan hujjah antara para hamba dan Allah adalah akal.

Tiga Peran Akal

Akal mempunyai tiga peran penting dalani kehidupan manusia. 1. Mengenal Allah SWT ialah pangkal dan titik-tolak tugas akal.

2. Keraatan mutlak kepada segala perintah Allah SWT Mengenal rubûbiyyah Allah dengan baik akan menghasilkan ketaatan dan 'ubûdiyyah.

3. Takwa keparla Allah SWT, yang merupakan sisi lain dari ketaatan kepada Allah. Ketaatan kepada Allah mempu nyai dua sisi;

Pertama, melaksanakan kewajiban. Kedua, mencegah diri dari keharaman.

Takwa adalah mencegah jiwa daii hal-ihwal yang di haramkan.

Barang kali beberapa nash di bawah ini bisa mempei1- jelas tiga peran akal tersebut. Rasulullah SAWW bersabda: "Akal terbagi menjadi tiga bagian, dan barangsiapa menyandangnya, maka sempurnalah akalnya, dan yang tidak, dia tidak berakal:

1. Makrifat yang benar tentang Allah SWT. 2. Ketaatan yang mutlak kepada Allah SWT.

Adapun maksud rlari 'sabar dalam menjalankan perin tah-Nya' ialah ketakwaan dan pengekangan hawa nafsu. Sebab menahan dan menundukkan hawa nafsu memerlukan kesabaran.

Di bawah ini saya akan mengurai ketiga peran akal di atas.

Dalam dokumen Shohib Aziz Zuhri – Bahaya hawa nafsu (Halaman 31-40)