• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Atribusi Orang Tua pada Kesulitan Belajar Anak

1. Atribusi

a. Definisi Atribusi

Atribusi adalah proses individu mengidentifikasi penyebab perilaku

orang lain yang kemudian mencoba memahami sifat yang menetap dari

orang lain tersebut (Baron dan Byrne, 2004). Manusia umumnya tidak

puas hanya mengetahui apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga

ingin tahu alasan dibalik perilaku tersebut. Selain itu artibusi juga

yang kemudian individu menarik kesimpulan mengenai apa yang

mendasari perilaku orang lain tersebut (Dayakisni dan Hundaniah, 2009).

Kesimpulan, atribusi merupakan upaya aktif individu untuk mengetahui

serta memahami hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang lain.

b. Dimensi Atribusi

Wiener (dalam Khodijah, 2014) menjelaskan tiga dimensi atribusi

yaitu:

1) Sebab – Akibat (locus)

Ketika individu mengatribusikan perilaku orang lain maka

individu mencoba memahami faktor yang menyebabkan perilaku

tersebut apakah berasal dari faktor luar diri (eksternal) atau faktor

yang berasal dari dalam diri (internal) orang tersebut.

2) Stabil – Tidak Stabil (Stability)

Selanjutnya individu mempertimbangkan apakah faktor

penyebab perilaku tersebut bersifat stabil atau tidak stabil. Bersifat

stabil artinya penyebab perilaku tersebut hadir secara konsisten

mempengaruhi perilaku orang tersebut. Bersifat tidak stabil artinya

penyebab perilaku tersebut tidak konsisiten hadir atau tidak selalu

hadir mempengaruhi perilaku orang tersebut.

3) Dapat Dikontrol – Tidak Dapat Dikontrol ( Controllability )

Individu pada umumnya juga mempertimbangkan sebab

perilaku tersebut apakah merupakan hal yang dapat dikendalikan oleh

untuk dapat beratribusi dalam dimensi ini, individu secara otomatis

juga beratribusi melalui dimensi sebab-akibat. Sehingga yang terjadi

adalah individu mempertimbangkan sebab perilaku tersebut

merupakan hal internal yang dapat dikendalikan, hal eksternal yang

dapat dikendalikan, hal internal yang tidak dapat dikendalikan atau hal

eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh pelaku.

c. Sumber Kesalahan Atribusi

Baron dan Byrne (2004) menjelaskan beberapa sumber dasar

kesalahan dalam atribusi sebagai berikut :

1) Bias Korespondensi

Bias korespondensi adalah kecenderungan individu

mengabaikan penyebab eksternal yang jelas ikut mempengaruhi

timbulnya suatu perilaku. Bias ini disebabkan oleh karena individu

terlalu memfokuskan perhatiaannya pada perilaku orang lain, sehingga

konteks dimana perilaku itu terjadi menjadi terabaikan

2) Efek Aktor Pengamat

Efek aktor pengamat adalah kecenderungan untuk mengatribusi

perilaku diri disebabkan oleh faktor eksternal dan perilaku orang lain

disebabkan oleh faktor internal. Bias ini dapat terjadi karena individu

menyadari pengaruh eksternal pada perilakunya sendiri, namun tidak

3) Bias Mengutamakan Diri Sendiri

Bias mengutamakan diri adalah kecenderungan mengatribusikan

perilaku diri yang positif sebagai akibat dari faktor internal dan

perilaku diri yang negatif sebagai akibat faktor eksternal. Bias ini

terjadi karena pada umumnya manusia menyukai keberhasilan dan

mempercayai bahwa keberhasilan tersebut merupakan hasil dari

dirinya sendiri bukan akibat dari hal-hal yang berasal dari luar dirinya.

Bias ini juga dapat terjadi karena manusia pada umumnya memiliki

kebutuhan untuk melindungi diri dan meningkatkan self esteem.

d. Faktor yang Mempengaruhi Atribusi Orang Tua pada Anak

Menurut Scott A Miller dalam Jurnalnya yang berjudul “ Parents’s Attributions for Their Children’s Behavior” faktor – faktor yang dapat mempengaruhi atribusi orang tua pada perilaku anak adalah sebagai

berikut :

1) Faktor Objek Atribusi (Anak)

a) Usia Anak

Menurut Miller, orang tua akan memberikan penjelasan yang

berbeda mengenai perilaku anaknya yang berumur 5 tahun dengan

anaknya yang berumur 15 tahun. Hal ini dapat dikarenakan anak

umur 5 tahun memiliki kemampuan berfikir yang lebih rendah

dibandingkn dengan anak berusia 15 tahun. Pada umumnya, anak

bimbingan dan krontrol dari orang yang lebih dewasa untuk

membantunya mengontrol perilakunya sendiri.

b) Jenis Kelamin Anak

Jenis kelamin anak juga mempengaruhi atribusi orang tua,

terutama pada prestasi yang diharapkan dari anak. Didapati bahwa

ibu lebih menaruh harapan lebih tinggi pada anak lelaki mengenai

prestasi anak dimasa depan dibandingkan pada anak perempuan.

Ibu didapati lebih mudah puas pada prestasi yang diperoleh oleh

anak perempuannya dan tidak terlalu menaruh harapan besar pada

pencapaian anak perempuan dimasa depannya.

c) Bentuk Perilaku Anak

Yang terakhir adalah perilaku anak yang akan diatribusi,

apakah perilaku tersebut baik atau buruk. Didapati bahwa ibu

memiliki kecenderungan untuk mengatribusi perilaku yang positif

pada karateristik dan personal sang anak dari pada

menghubungkannya pada pengaruh eksternal. Berlaku juga

sebaliknya, yaitu ibu cenderung mengatribusikan perilaku negatif

dengan pengaruh eksternal pada anak.

2) Faktor Subjek (Orang tua)

Atribusi yang berbeda juga dapat timbul walaupun orang tua

mengatribusikan perilaku yang sama pada anak yang sama. Hal ini

secara umum dapat dikarenakan oleh pengalam atau emosi yang

a) Faktor dari perbedaan antara ayah dan ibu

Dari beberapa penelitian didapat beberapa perbedaan antara

atribusi ayah dan ibu. Ayah lebih sering menghubungkan pengaruh

eksternal pada perilaku anak dibandingkan dengan ibu. Disisi

lainnya ibu didapati lebih sering melihat pengaruh pengasuhan ibu

sendiri pada perilaku anak dibandingkan oleh ayah. Walau pun

tidak dapat dipastikan secara utuh perbedaan ini, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa ibu dan ayah memiliki perbedaan dalam

mengatribusi perilaku anak.

b) Individual differences among parents

Emosi atau mood yang sedang dialami oleh orang tua ketika

mengatribusi anak juga mempengaruhi atribusi itu sendiri. Seperti

didapati bahwa ibu yang sedang marah akan lebih cenderung

mengatribusi perilaku anak dengan lebih negatif. Atau juga ketika

ibu sedang senang, ibu juga akan cenderung mengatribusi perilaku

bermasalah anak dengan lebih negatif.

c) Cross Cultural Comparisons

Culture atau budaya keluarga juga mempengaruhi atribusi

orang tua. Budaya yang berbeda menaruh nilai-nilai dan harapan

yang berbeda pula, seperti budaya timur seperti Jepang dan China

lebih menaruh perhatian pada effort dari pada abiliti anak

d) Parent versus other adults

Tentu saja bila dibandingkan orang dewasa yang lain orang

tua akan lebih bias ketika mengatribusi perilaku anaknya. Namun

juga tidak dapat dipungkiri juga bahwa orang tua memiliki

pengalaman bersama anak dan pengetahuan lebih mengenai anak

mereka dibandingkan orang lain, seperti guru. Namun bila kita

melihat lebih spesifik pada masalah bagaimana performasi anak

dalam perlajaran disekolah, tentu saja atribusi guru akan lebih tepat

dibandingkan dengan orang tua, selain itu juga guru memiliki data

murid lain yang bisa dibandingkan pada prestasi si anak.

e) Parent versus childrens

Orang tua bisa saja mengatribusi perilaku anak secara positif,

namun bagi anak itu sendiri sebagai perilaku bisa saja memiliki

atribusi yang berbeda dari orang tuanya yang tentunya akan lebih

akurat dibandingkan dengan atribusi yang dibuat oleh orang tua.

Dokumen terkait