• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ATRIBUSI ORANG TUA PADA KESULITAN BELAJAR ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

Gloria Hartanti Simanjuntak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anan. Subjek penelitian ini adalah 34 orang anak yang berada dalam masa perkembangan pertengahan dan akhir anak dengan renta usia 6 – 14 tahun yang masih aktif bersekolah dan 34 orang ibu yang memiliki anak dengan karakteristik tersebut. Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antara atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan sua skala dalam model Likert yaitu skala Atribusi dan skala Motivasi Belajar. Reliabilitas kedua skala diperoleh dengan teknik Alpha – Cronbach dari program SPSS for windows versi 16.00. Berdasarkan uji asumsi yang dilakukan dengan mengunakan korelasi Pearson Product Moment dengan program SPSS for windows versi 16.00 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,260 dengan signifikansi sebesar 0,069 (p > 0,01), yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara atribusi orang tua dan motivasi belajar anak.

(2)

CORRELATION PARENT’S ATTRIBUTION TO CHILD’S DIFFICULTY LEARNING AND CHILD’S MOTIVATION TO LEARN

Gloria Hartanti Simanjuntak

ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between parent’s attribution to child’s difficulty learning and child’s motivation to learn. Subjects in this research consisted of 34 childs who was in their mid and late child, has 6-14 years old, still active in school and 34 mothers who have child with this characteristics. Hypothesis in this research there was correlation correlation between parent’s attribution to child’s difficulty learning and child’s motivation to learn. Data in this research were obtained by use two Likert scales, Atrribution scale and Motivation to Learn scale. Reliability of scales were obtained by use Alpha- Cronbach technique of SPSS program for windows version 16.00. The assumption test were obtained by Chi Square technique of SPSS program for windows version 16.00 and were obtained significance level was 1,000 ( p>0,05),

which was there no correlation between parent’s attribution to child’s difficulty learning and child’s motivation to learn.

(3)

i

HUBUNGAN ATRIBUSI ORANG TUA PADA KESULITAN BELAJAR ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Gloria Hartanti Simanjuntak NIM : 109114161

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Karya ini saya persembahkan untuk :

Orang tua saya yang kuat,

diri sendiri dan mereka yang sedang berjuang melawan dirinya

(7)
(8)

vi

HUBUNGAN ATRIBUSI ORANG TUA PADA KESULITAN BELAJAR ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

Gloria Hartanti Simanjuntak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anan. Subjek penelitian ini adalah 34 orang anak yang berada dalam masa perkembangan pertengahan dan akhir anak dengan renta usia 6 – 14 tahun yang masih aktif bersekolah dan 34 orang ibu yang memiliki anak dengan karakteristik tersebut. Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antara atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan sua skala dalam model Likert yaitu skala Atribusi dan skala Motivasi Belajar. Reliabilitas kedua skala diperoleh dengan teknik Alpha – Cronbach dari program SPSS for windows versi 16.00. Berdasarkan uji asumsi yang dilakukan dengan mengunakan korelasi Pearson Product Moment dengan program SPSS for windows versi 16.00 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,260 dengan signifikansi sebesar 0,069 (p > 0,01), yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara atribusi orang tua dan motivasi belajar anak.

(9)

vii

CORRELATION PARENT’S ATTRIBUTION TO CHILD’S DIFFICULTY

LEARNING AND CHILD’S MOTIVATION TO LEARN Gloria Hartanti Simanjuntak

ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between parent’s attribution to child’s

difficulty learning and child’s motivation to learn. Subjects in this research consisted of 34 childs who was in their mid and late child, has 6-14 years old, still active in school and 34 mothers who have child with this characteristics. Hypothesis in this research there was correlation correlation

between parent’s attribution to child’s difficulty learning and child’s motivation to learn. Data in

this research were obtained by use two Likert scales, Atrribution scale and Motivation to Learn scale. Reliability of scales were obtained by use Alpha- Cronbach technique of SPSS program for windows version 16.00. The assumption test were obtained by Chi Square technique of SPSS program for windows version 16.00 and were obtained significance level was 1,000 ( p>0,05),

which was there no correlation between parent’s attribution to child’s difficulty learning and

child’s motivation to learn.

(10)
(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

karunia, pertolongan, kasih dan bimbinga-Nya pada penulis sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Atribusi Orang Tua

pada Kesulitan Belajar Anak dan Motivasi Belajar Anak” dalam rangka

memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis

mendapatkan begitu banyak bantuan dan doa dari berbagai pihak. pada

kesempatan ini, dengan penuh rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, Msi. selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Ketua Program Studi

Fakultas Psikologi,arahan

3. Alm. Ibu Dra. Lusia Partidarmanastiti, M.S. selaku dosen pembimbing

akademik dan dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan,

semangat, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Sylvia Carolina MYM, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi atas

waktu dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk tetap optimis

(12)

x

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi atas bimbingan, pengarahan, dan

didikannya kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan di

Fakultas Psikologi.

6. Karyawan di sekretariat Fakultas Psikologi dan di Laboratorium Fakultas

Psikologi atas bantuannya dalam menyempurnakan perjuangan penulis

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

7. Bapak Drs. Hotlan Simanjuntak selaku ayah atas dukungan, doa, nasehat,

arahan, semangat, rasa percaya yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis mampu menempuh perkuliah di Fakultas Psikologi

Universitas Yogyakarta ini. Terima kasih atas kesabaran dan kasih sayang

yang telaha diberikan kepada penulis sehingga penulis menjadi optimis

dan semangat dalam menghadapi kendala-kendala selama menyelesaikan

pendidikan Psikologi ini.

8. Ibu Rimenda Surbakti, S.Pd. selaku ibu atas kasih sayang dan kesabaran

yang tidak pernah habis, atas kepercayaan dan keoptimisan akan

kemampuan penulis, atas dukungan dan doa yang diberikan kepada

penulis. Penulis tidak akan mampu percaya diri bila bukan karena ibu

Rimenda Surbakti yang mengajarkannya kepada penulis.

9. Bapak Herry Ferdinan Linggom Suranta Simanjuntak, S. T. dan keluarga

selaku saudara atas perhatiannya, kasih sayangnya yang diberikan kepada

penulis. Penulis juga berterima kasih karena banyak hal yang telah dibagi

(13)

xi

wawasan penulis semakin terbuka dan mampu memandang sesuatu dari

sisi yang berbeda.

10.Saudara Mazmur Arnoldi Simanjuntak, S.T. selaku saudara atas perhatian

dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis. Penulis juga

berterima kasih karena penulis mampu memjadi pribadi yang lebih kuat,

disiplin, lebih realistis, lebih tangguh, mampu memprioritaskan hal yang

penting, lebih fokus dan lebih berani berkat kritikan dan tukar pikiran dari

saudara Mazmur Arnoldi Simanjuntak.

11.Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010 atas kerja sama dan

dukungannya. Semoga kita bisa menjadi berkat dimana pun kita berada.

12.Sahabat-sahabat Naposobulung di gereja Huria Kristen Batak Protestan

Yogyakarta atas dukungan, pengalaman, dan perhatiannya kepada penulis.

Semua apa pun yang terjadi sungguh sangat berarti. Rogate, Jansen, Ruth,

Deni, Areri, Okta, Bang Iwan, Etha, Ariva, Frangki, Gabriel, Wulan,

Daniel, David, Riki, Bang Riko,Yanti, Naomi, Firman, Janwesh, Mario,

Tulus dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak sempat disebutkan disini

namun ada didalam hati.

13.Semua pihak yang membantu penulis dalam mencari data penelitian atas

bantuannya. Bantuan ini sungguh sangat berarti bagi penulis.

14.Semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi subjek

penelitian.

15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat

(14)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat terbuka terhadap masukan berupa kritik dan saran agar skripsi

ini dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Penulis juga berharap bahwa skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Penulis

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Manfaat Teoritis... 7

(16)

xiv

BAB II. LANDASAN TEORI... 8

A. Motivasi Belajar... 8

1. Definisi Motivasi Belajar... 8

a. Definisi Motivasi... 8

b.Definisi Belajar... 8

2. Karakteristik Anak dengan Motivasi Belajar Tinggi... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... 10

4. Aspek Motivasi Belajar... 10

B. Atribusi Orang Tua pada Kesulitan Belajar Anak... 11

1. Atribusi... 11

a. Definisi Atribusi... 11

b.Dimensi Atribusi... 12

c. Sumber Kesalahan Atribusi... 13

d.Faktor yang Mempengaruhi Atribusi Orang Tua pada Anak... 14

2. Kesulitan Belajar... 17

a. Definisi Kesulitan Belajar... 17

b.Karakteristik Umum Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar... 18

c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Anak... 18

d.Jenis Kesulitan Belajar... 20

3. Anak dan Orang Tua... 21

(17)

xv

b.Perkembangan Hubungan Anak dan Orang Tua... 23

C. Dinamika Hubungan Atribusi Orang Tua pada Kesulitan Belajar Anak dan Motivasi Belajar Anak... 23 D. Hipotesis... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian... 28

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 28

C. Definisi Operasional ... 28

D. Subjek Penelitian... 29

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 30

F. Metode Pengumpulan Data... 30

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 37

1. Validitas... 37

2. Reliabilitas... 37

3. Seleksi Aitem... 38

H. Teknik Analisis Data... 42

1. Uji Normalitas... 42

2. Uji Linearitas... 42

3. Uji Hipotesis... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Deskripsi Subjek... 45

(18)

xvi

D. Hasil Penelitian... 51

1. Uji Asumsi... 51

a. Uji Normalitas... 51

b. Uji Linearitas... 52

2. Uji Hipotesis... 53

E. Pembahasan... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran... 57

1. Subjek Penelitian... 57

2. Guru... 58

3. Penelitian Selanjutnya... 58

DAFTAR PUSTAKA... 60

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Diagram 2.1 Skema Hubungan Atribusi Orang Tua pada Kesulitan

Belajar Anak dan Motivasi Belajar Anak... 27

Tabel 3.1 Blue Print Skala Atribusi Sebelum Uji Coba... 34

Tabel 3.2 Blue Print Sebaran Aitem pada Skala Atribusi Sebelum Uji Coba... 35

Tabel 3.3 Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba... 36

Tabel 3.4 Blue Print Sebaran Aitem Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba... 36

Tabel 3.5 Blue Print Seleksi Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba... 39

Tabel 3.6 Blue Print Sebaran Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba.... 40

Tabel 3.7 Blue Print Seleksi Aitem Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba... 41

Tabel 3.8 Blue Print Sebaran Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba.... 42

Tabel 4.1 Deskripsi Ibu... 45

Tabel 4.2 Deskripsi Anak... 46

Tabel 4.3 Deskripsi Data Penelitian... 47

Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian Dimensi Atribusi... 48

Tabel 4.5 Uji Normalitas... 51

Tabel 4.6 Uji Liniearitas... 52

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Skala Atribusi dan Motivasi Belajar... 63 Lampiran 2 :

Hasil Seleksi Aitem Skala Atribusi dan Motivasi Belajar... 90 Lampiran 3 :

Reliabilitas Skala Atribusi dan Motivasi Belajar... 97 Lampiran 4 :

Uji Deskriptif Mean Empirik... 99 Lampiran 5 :

Uji Normalitas... 102 Lampiran 6 :

Uji Linearitas... 110 Lampiran 7 :

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana anak mengalami

hambatan dalam proses belajar yang membuat anak tidak dapat mencapai

hasil belajar atau prestasi yang maksimal (Rumini dalam Irham dan Wiyani,

2014). Banyak jenis hambatan dalam proses belajar seperti kekacauan

belajar, ketidakmampuan anak dalam mengikuti kegitan belajar,

ketidakmampuan anak dalam menguasai materi pelajaran, keterlambatan

anak dalam memahami materi, dan anak yang berpotensi tinggi memiliki

prestasi yang rendah (Warkitri dalam Irham dan Wiyani, 2014).

Kesulitan belajar ini memiliki faktor penyebabnya sendiri-sendiri.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (dalam Irham dan Wiyani, 2014)

faktor-faktor penyebab hambatan belajar anak dapat dikategorikan kedalam dua

sumber yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak (eksternal) dan faktor

yang berasal dari dalam diri anak (internal). Faktor eksternal merupakan

penyebab yang berasal dari luar diri anak seperti kondisi ruangan belajar,

beratnya materi pembelajaran, cara guru dalam menerangkan materi,

gangguan dari teman sekelas, gangguan dari beban pekerjaan lain diluar

sekolah yang menggangu anak dalam belajar diluar sekolah, kodisi keluarga

(22)

kemampuan intelegensi anak, kondisi fisik anak, kepercayaan diri anak,

motivasi belajar anak.

Reformasi dalam dunia pendidikan Indonesia sudah sungguh sangat

diperlukan (Baswedan, 2014). Perhatian yang dibutuhkan untuk merevolusi

kondisi pendidikan Indonesi tentunya tidak hanya cukup dari pemerintah

saja namun juga sangat diperlukan bantuan dari tiap keluarga. Keluarga

adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Kinerja akademik

anak sangat didukung dan dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi didalam

rumah atau bersama keluarganya.

Sebelum dapat membantu anak dalam mengatasi kesulitan beljar yang

dialaminya, baik pemerintah maupun orang tua perlu untuk melihat hal-hal

apa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar tersebut dapat muncul

sehingga prestasi yang diraih anak rendah. Setiap anak memiliki faktor

penyebab yang berbeda-beda namun salah satu faktor eksternal umum yang

menjadi hambatan adalah mutu pendidikan Indonesia yang masih buruk.

Masih terdapat 75% sekolah di Indonesia yang tidak memenuhi standar

layanan minimum pendidikan (Baswedan, 2014). Nilai rata-rata uji

kompetensi guru di Indonesia sebesar 44,5 dimana nilai ini masih jauh dari

nilai yang diharapan yaitu 70. Berdasarkan pada pemetaan The Learning

Curve-Pearson pada tahun 2013 dan 2014 menunjukkan bahwa mutu

(23)

Faktor eksternal tidak hanya datang dari pihak sekolah saja, kondisi

keluarga juga memiliki pengaruh bagi prestasi yang dapat diraih oleh anak

didik. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak.

Kinerja akademik anak sangat didukung dan dipengaruhi oleh hal-hal yang

terjadi didalam rumah atau bersama keluarganya (Baswedan, 2014). Dengan

kata lain adalah bila keluarga tidak dapat berperan baik dan kurang mampu

mendukung anak dalam pendidikannya dapat menjadi tambahan hambatan

bagi anak untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Ada banyak hal yang dapat keluarga, terutama orang tua, berikan bagi

anak untuk dapat mendukung anak dalam proses belajarnya seperti

memasukkan anak kedalam sekolah yang berfasilitas lengkap yang tentunya

didukung oleh ekonomi keluarga, komunikasi yang baik dan positif, waktu

bersama anak, membantu anak untuk disiplin, mengapresiasi hasil belajar

anak, dan masih banyak lainnya. Dari sekian banyak hal yang dapat

dilakukan orang tua pada anak, beberapa perilaku orang tua pada anak

dipengaruhi oleh atribusi orang tua pada anaknya.

Atribusi adalah proses individu mengidentifikasi penyebab perilaku

orang lain yang kemudian mencoba memahami sifat yang menetap dari

orang lain tersebut (Baron dan Byrne, 2004). Atribusi merupakan bentuk

dasar dan yang mempengaruhi bentuk dari sosial kognitif seseorang atau

pola pemikiran seseorang (Miller, 1995). Pola pemikiran orang tua

(24)

bagaimana perilaku orang tua terhadap anaknya, yang karenanya akan

mempengaruhi pola perkembangan anak.

Dalam beratribusi pada umumnya individu atau orang tua melihat

suatu perilaku melalui tiga dimensi (Baron dan Byrne, 2004). Pertama

adalah dimensi locus (sebab-akibat) dimana orang tua melihat apakah faktor

penyebab prestasi rendah anak berasal dari dalam diri anak atau luar diri

anak. Kedua adalah stability (stabil-tidak stabil) dimana orang tua

mempertimbangkan apakah faktor penyebab hadir secara konsisten hadir

atau tidak selalu hadir mempengaruhi perilaku anak. Ketiga adalah

Controllability (dapat dikontrol-tidak dapat dikontrol) dimana orang tua

mempertimbangkan apakah faktor penyebab merupakan hal yang dapat

dikendalikan oleh anak atau tidak.

Selain faktor eksternal, faktor internal anak pun ikut berpengaruh pada

munculnya kesulitan belajar pada anak. Rasa malas, kurang disiplin, tidak

punya daya juang, motivasi belajar yang kurang merupakan faktor – faktor

internal anak yang dapat mengganggu anak dalam belajar. Seperti dimensi

ketiga dari atribusi diatas, faktor internal anak dapat dimasukkan kedalam

dua kategori yaitu faktor internal yang dapat dikontrol oleh anak dan faktor

internal yang tidak dapat dikontrol oleh anak.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat

dikontrol oleh anak. Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh dua hal yaitu

(25)

(Winkel dalam Khodijah, 2014). Hal yang berada dalam diri anak yang

dapat mempengaruhi motivasi belajar anak salah satunya adalah sikap anak.

Kekuatan kontrol anak ini ditentukan oleh bagaimana sikap anak dalam

mengatasi hambatan belajar demi mencapai tujuan belajar yang

dicita-citakan. Bila anak bersikap lemah terhadap hambatan yang ada, bisa jadi

motivasi belajar anak rendah dan bila anak bersikap tegas dan kuat untuk

mencapai tujuan belajarnya bisa menjadikan motivasi belajar anak tinggi.

Selain hal yang berada dalam diri anak, motivasi belajar anak juga

dipengaruhi oleh hal yang berada diluar diri anak. Hal yang berada diluar

diri anak yang dapat mempengaruhi motivasi belajar anak salah satunya

adalah peran dari orang tua. Apakah orang tua memberikan penghargaan

ataukah orang tua hanya memberikan hukuman bagi anak tentunya

mempengaruhi bagaimana motivasi belajar anak. Sampai pada penjelasan

ini kita dapat melihat bahwa motivasi belajar anak tidak hanya dapat

dikontrol oleh anak saja namun juga berada dibawah pengaruh orang tua.

Hal ini ikut turut menjelaskan bagaimana pola perilaku orang tua

mempengaruh pola perkembangan anak.

Hubungan antara orang tua dan anak tentu penting bagi pendidikan

anak seperti yang telah dibahas sebelumnya, walau pun seiring berjalannya

tumbuh kembang anak tingkat ketergantungan anak pada orangtua menurun

(Desmita, 2008). Walau pun ketergantungan anak menurun namun anak,

(26)

meluangkan banyak perhatiannya pada orang tuanya. Anak memperhatikan,

memperlajari dan memahami bagaimana perilaku, sikap, motivasi orang tua

serta aturan yang dimainkan oleh orang tua. Selain bentuk perilaku yang

terlihat langsung oleh anak, hal-hal seperti motivasi orang tua, harapan

orang tua terhadap anak juga dapat dipahami dan disadari oleh anak yang

tentunya memberikan banyak pengaruh bagi kondisi intrinsik anak seperti

kepercayaan diri dan lain lainnya. Melihat kepada bagaimana pola

pemikiran orang tua dapat mempengaruhi pola pertumbuhan anak, maka

penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan atribusi orang

(27)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara atribusi orang tua pada kesulitan belajar

anak dan motivasi belajar anak ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan

antara atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi di

bidang ilmu pengetahuan Psikologi terutama pada bidang atribusi orang

tua pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi masyarakat, terutama bagi orang tua, guru dan peneliti

berikutnya mengenai hubungan atribusi orang tua pada kesulitan belajar

(28)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Belajar

1. Definisi Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu Movere (Prawira, 2011).

Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong dan yang

mengarahkan perilaku individu (Petri dalam Khodijah, 2014). Kekuatan

tersebut ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi

(tindakan) individu untuk dapat mencapai tujuannya (McDonald dalam

Khodijah, 2014). Selain sebagai pendorong, motivasi juga menjaga

kelangsungan perilaku individu tersebut (Eggen dan Kauchak dalam

Khodijah, 2014). Maslow (dalam Prawira, 2011) menyebutkan bahwa

motivasi bersifat tetap, tidak berakhir, berfluktuasi, kompleks dan

menjadi karakteristik dasar bagi perilaku individu. Berdasarkan pada

beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya

dorong dalam diri individu yang ditandai dengan timbulnya afektif dan

perilaku individu untuk mencapai tujuannya.

b. Definisi Belajar

Belajar adalah proses mengamati, membaca, mengimitasi, mencoba

sesuatu sendiri, mendengarkan dan mengikuti petunjuk (Spears dalam

(29)

pengetahuan, memperoleh kompetensi, mempertajam keterampilan,

membentuk kebiasaan, membentuk sikap, mengatasi kendala dan proses

beradaptasi (Crow dkk; Bell dkk dalam Khodijah, 2014). Sejalan dengan

definisi sebelumnya, belajar merupakan proses kognitif yang

mentransformasikan stimulus dari lingkungan ke dalam fase pemrosesan

informasi untuk memperoleh suatu kapabilitas yang baru (Gagne dan

Briggs dalam Khodijah, 2014). Belajar merupakan proses dimana anak

memadukan konsep baru dan konsep lama yang telah diterimanya dari

lingkungan (Fosnot dkk dalam Khodijah, 2014). Proses belajar anak

ditandai oleh berubahnya perilaku anak yang disebabkan oleh

pengalaman belajar anak (Cronbach dalam Khodijah, 2014). Perilaku

atau tingkah laku hasil belajar anak tersebut memiliki sifat yang relatif

menetap pada diri anak (Morgan dalam Mustaqim, 2001). Kesimpulan,

belajar merupakan proses mengamati, membaca, mengimitasi, mencoba,

mendengarkan dan mengikuti petunjuk untuk memperoleh pengetahuan,

kompetensi, mempertajam keterampilan, membentuk kebiasaan yang

baik, memperoleh kemampuan mengatasi kendala dan membantu proses

beradaptasi.

2. Karakteristik Anak dengan Motivasi Belajar Tinggi

Menurut Irham dan Wiyani (2014), Anak yang memiliki motivasi

belajar tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

(30)

b. Anak tidak mudah putus asa atau memiliki ketahanan untuk tetap

berusaha ketika menghadapi hambatan dalam belajar.

c. Anak mampu mempertahan fokus selama belajar.

d. Anak aktif terlibat selama proses belajar.

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Winkel (dalam Khodijah, 2014), faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar anak adalah sebagai berikut :

a. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

anak. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian, kebutuhan, minat,

nilai, aspirasi, pengalaman, pendidikan, cita-cita dan sikap yang dimiliki

oleh anak.

b. Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari hal diluar diri

anak. Faktor ekstrinsik dapat berupa hukuman atau penghargaan dari

guru dan atau orang tua.

4. Aspek Motivasi Belajar

Menurut Chernis dan Goleman (dalam Azizah, 2014) motivasi belajar

memiliki beberapa aspek yaitu :

a. Dorongan mencapai sesuatu

Anak dengan motivasi belajar yang baik memiliki tujuan dan

berjuang untuk mencapai tujuannya tersebut.

(31)

Anak memiliki rasa memiliki tugas dan kewajiban untuk belajar

dengan baik. Anak memiliki rasa tangung jawab untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang dimilikinya dengan baik.

c. Inisiatif

Inisiatif merupakan pemikiran pribadi anak untuk memulai

menyelesaikan tugasnya tanpa disuruh terlebih dahulu oleh orang tua.

Inisiatif juga merupakan kesiapan untuk bertindak atau melakukan

sesuatu berdasakan peluang atau kesepatan yang tersedia.

d. Optimis

Optimis adalah sikap gigih dalam mengejar tujuan walau pun anak

mengalami kegagalan atau kemunduran. Optimis membuat anak tidak

gampang menyerah dan putus asa ketika mengalami kegagalan atau

kesulitan dalam kegiatan belajarnya.

B.Atribusi Orang tua pada Kesulitan Belajar anak.

1. Atribusi

a. Definisi Atribusi

Atribusi adalah proses individu mengidentifikasi penyebab perilaku

orang lain yang kemudian mencoba memahami sifat yang menetap dari

orang lain tersebut (Baron dan Byrne, 2004). Manusia umumnya tidak

puas hanya mengetahui apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga

ingin tahu alasan dibalik perilaku tersebut. Selain itu artibusi juga

(32)

yang kemudian individu menarik kesimpulan mengenai apa yang

mendasari perilaku orang lain tersebut (Dayakisni dan Hundaniah, 2009).

Kesimpulan, atribusi merupakan upaya aktif individu untuk mengetahui

serta memahami hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang lain.

b. Dimensi Atribusi

Wiener (dalam Khodijah, 2014) menjelaskan tiga dimensi atribusi

yaitu:

1) Sebab – Akibat (locus)

Ketika individu mengatribusikan perilaku orang lain maka

individu mencoba memahami faktor yang menyebabkan perilaku

tersebut apakah berasal dari faktor luar diri (eksternal) atau faktor

yang berasal dari dalam diri (internal) orang tersebut.

2) Stabil – Tidak Stabil (Stability)

Selanjutnya individu mempertimbangkan apakah faktor

penyebab perilaku tersebut bersifat stabil atau tidak stabil. Bersifat

stabil artinya penyebab perilaku tersebut hadir secara konsisten

mempengaruhi perilaku orang tersebut. Bersifat tidak stabil artinya

penyebab perilaku tersebut tidak konsisiten hadir atau tidak selalu

hadir mempengaruhi perilaku orang tersebut.

3) Dapat Dikontrol – Tidak Dapat Dikontrol ( Controllability )

Individu pada umumnya juga mempertimbangkan sebab

perilaku tersebut apakah merupakan hal yang dapat dikendalikan oleh

(33)

untuk dapat beratribusi dalam dimensi ini, individu secara otomatis

juga beratribusi melalui dimensi sebab-akibat. Sehingga yang terjadi

adalah individu mempertimbangkan sebab perilaku tersebut

merupakan hal internal yang dapat dikendalikan, hal eksternal yang

dapat dikendalikan, hal internal yang tidak dapat dikendalikan atau hal

eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh pelaku.

c. Sumber Kesalahan Atribusi

Baron dan Byrne (2004) menjelaskan beberapa sumber dasar

kesalahan dalam atribusi sebagai berikut :

1) Bias Korespondensi

Bias korespondensi adalah kecenderungan individu

mengabaikan penyebab eksternal yang jelas ikut mempengaruhi

timbulnya suatu perilaku. Bias ini disebabkan oleh karena individu

terlalu memfokuskan perhatiaannya pada perilaku orang lain, sehingga

konteks dimana perilaku itu terjadi menjadi terabaikan

2) Efek Aktor Pengamat

Efek aktor pengamat adalah kecenderungan untuk mengatribusi

perilaku diri disebabkan oleh faktor eksternal dan perilaku orang lain

disebabkan oleh faktor internal. Bias ini dapat terjadi karena individu

menyadari pengaruh eksternal pada perilakunya sendiri, namun tidak

(34)

3) Bias Mengutamakan Diri Sendiri

Bias mengutamakan diri adalah kecenderungan mengatribusikan

perilaku diri yang positif sebagai akibat dari faktor internal dan

perilaku diri yang negatif sebagai akibat faktor eksternal. Bias ini

terjadi karena pada umumnya manusia menyukai keberhasilan dan

mempercayai bahwa keberhasilan tersebut merupakan hasil dari

dirinya sendiri bukan akibat dari hal-hal yang berasal dari luar dirinya.

Bias ini juga dapat terjadi karena manusia pada umumnya memiliki

kebutuhan untuk melindungi diri dan meningkatkan self esteem.

d. Faktor yang Mempengaruhi Atribusi Orang Tua pada Anak

Menurut Scott A Miller dalam Jurnalnya yang berjudul “ Parents’s

Attributions for Their Children’s Behavior” faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi atribusi orang tua pada perilaku anak adalah sebagai

berikut :

1) Faktor Objek Atribusi (Anak)

a) Usia Anak

Menurut Miller, orang tua akan memberikan penjelasan yang

berbeda mengenai perilaku anaknya yang berumur 5 tahun dengan

anaknya yang berumur 15 tahun. Hal ini dapat dikarenakan anak

umur 5 tahun memiliki kemampuan berfikir yang lebih rendah

dibandingkn dengan anak berusia 15 tahun. Pada umumnya, anak

(35)

bimbingan dan krontrol dari orang yang lebih dewasa untuk

membantunya mengontrol perilakunya sendiri.

b) Jenis Kelamin Anak

Jenis kelamin anak juga mempengaruhi atribusi orang tua,

terutama pada prestasi yang diharapkan dari anak. Didapati bahwa

ibu lebih menaruh harapan lebih tinggi pada anak lelaki mengenai

prestasi anak dimasa depan dibandingkan pada anak perempuan.

Ibu didapati lebih mudah puas pada prestasi yang diperoleh oleh

anak perempuannya dan tidak terlalu menaruh harapan besar pada

pencapaian anak perempuan dimasa depannya.

c) Bentuk Perilaku Anak

Yang terakhir adalah perilaku anak yang akan diatribusi,

apakah perilaku tersebut baik atau buruk. Didapati bahwa ibu

memiliki kecenderungan untuk mengatribusi perilaku yang positif

pada karateristik dan personal sang anak dari pada

menghubungkannya pada pengaruh eksternal. Berlaku juga

sebaliknya, yaitu ibu cenderung mengatribusikan perilaku negatif

dengan pengaruh eksternal pada anak.

2) Faktor Subjek (Orang tua)

Atribusi yang berbeda juga dapat timbul walaupun orang tua

mengatribusikan perilaku yang sama pada anak yang sama. Hal ini

secara umum dapat dikarenakan oleh pengalam atau emosi yang

(36)

a) Faktor dari perbedaan antara ayah dan ibu

Dari beberapa penelitian didapat beberapa perbedaan antara

atribusi ayah dan ibu. Ayah lebih sering menghubungkan pengaruh

eksternal pada perilaku anak dibandingkan dengan ibu. Disisi

lainnya ibu didapati lebih sering melihat pengaruh pengasuhan ibu

sendiri pada perilaku anak dibandingkan oleh ayah. Walau pun

tidak dapat dipastikan secara utuh perbedaan ini, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa ibu dan ayah memiliki perbedaan dalam

mengatribusi perilaku anak.

b) Individual differences among parents

Emosi atau mood yang sedang dialami oleh orang tua ketika

mengatribusi anak juga mempengaruhi atribusi itu sendiri. Seperti

didapati bahwa ibu yang sedang marah akan lebih cenderung

mengatribusi perilaku anak dengan lebih negatif. Atau juga ketika

ibu sedang senang, ibu juga akan cenderung mengatribusi perilaku

bermasalah anak dengan lebih negatif.

c) Cross Cultural Comparisons

Culture atau budaya keluarga juga mempengaruhi atribusi

orang tua. Budaya yang berbeda menaruh nilai-nilai dan harapan

yang berbeda pula, seperti budaya timur seperti Jepang dan China

lebih menaruh perhatian pada effort dari pada abiliti anak

(37)

d) Parent versus other adults

Tentu saja bila dibandingkan orang dewasa yang lain orang

tua akan lebih bias ketika mengatribusi perilaku anaknya. Namun

juga tidak dapat dipungkiri juga bahwa orang tua memiliki

pengalaman bersama anak dan pengetahuan lebih mengenai anak

mereka dibandingkan orang lain, seperti guru. Namun bila kita

melihat lebih spesifik pada masalah bagaimana performasi anak

dalam perlajaran disekolah, tentu saja atribusi guru akan lebih tepat

dibandingkan dengan orang tua, selain itu juga guru memiliki data

murid lain yang bisa dibandingkan pada prestasi si anak.

e) Parent versus childrens

Orang tua bisa saja mengatribusi perilaku anak secara positif,

namun bagi anak itu sendiri sebagai perilaku bisa saja memiliki

atribusi yang berbeda dari orang tuanya yang tentunya akan lebih

akurat dibandingkan dengan atribusi yang dibuat oleh orang tua.

2. Kesulitan Belajar

a. Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak menunjukkan

kesenjangan antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi

akademik yang dicapai anak pada kenyataannya (Blassic dan Jones

dalam Irham dan Wiyani, 2014). Kesulitan belajar juga dapat diartikan

sebagai suatu keadaan dimana anak mengalami hambatan-hambatan

(38)

optimal (Rumini dalam Irham dan Wiyani, 2014). Dapat disimpulkan

bahwa kesulitan belajar adalah keadaan dimana prestasi anak jauh lebih

rendah dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh anak

dikarenakan adanya hambata-hambatan yang dialami anak selama proses

belajar.

b. Karakteristik Umum Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar

Karakteristik umum anak yang mengalami kesulitan belajar adalah

sebagai berikut (Bassett dkk; Chalfant; National Joint Committee on

Learning Disabilities dalam Ormrod, 2008) :

1) Sulit mempertahankan atensi ketika datang distraksi.

2) Keterampilan membaca buruk.

3) Strategi belajar dan menghafal buruk.

4) Sulit menyelesaikan tugas yang melibatkan penalaran abstrak.

5) Kurang memahami diri dan memiliki motivasi rendah dalam

menyelesaikan tugas akademik terutama bagi mereka yang tidak

menerima bantuan khusus dalam bidang yang sulit bagi mereka.

6) Keterampilan motorik yang buruk.

7) Keterampilan sosial yang buruk.

c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Anak

Abu Ahmadi dan Supriyono (dalam Irham dan Wiyani, 2014)

menjelaskan faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut :

(39)

Faktor Intern adalah faktor penyebab yang berasal dari diri anak.

Faktor intern dibagi menjadi dua yaitu :

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang menyebabkan anak mengalami

kesulitan belajar diantaranya adalah sakit keras, kurang sehat,

kelemahan atau cacat tubuh, dan lain sebagainya.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat menyebabkan anak mengalami

kesulitan belajar diantaranya adalah inteligensi rendah, bakat

rendah, minat rendah, motivasi rendah, kesehatan mental yang

kurang baik, kepribadian dan kebutuhan yang khusus.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor penyebab kesulitan belajar yang

berasal dari luar diri anak. Faktor Eksternal dibagi menjadi dua yaitu:

a) Faktor Nonsosial

Faktor nonsosial penyebab kesulitan belajar diantaranya

adalah peralatan belajar yang tidak memadai dan tidak lengkap,

kondisi ruang belajar yang kurang layak, kurikulum yang tidak

efetif diterapkan bagi keselurahan anak, waktu proses

belajar-mengajar yang tidak disiplin, kurangnya tenaga guru, guru yang

kurang mampu mengampu mata pelajaran, guru yang menuntut

standar yang terlalu tingi bagi kemampuan anak dan lain

(40)

b) Faktor Sosial

Faktor sosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada

anak diantaranya adalah kondisi keluarga yang tidak mendukung

proses belajar anak, hubungan antara guru dan anak, hubungan

orang tua dan anak, pola pengasuhan orang tua, hubungan antar

saudara, teman bermain dan lingkungan sosial yang tidak

mendukung dan tidak sesuai dengan proses belajar anak diluar

sekolah.

d. Jenis Kesulitan Belajar

Warkitri (dalam Irham dan Wiyani, 2014) menjelaskan beberapa

jenis kesulitan belajar yang sering dialami oleh anak sebagai berikut :

1) Kekacauan Belajar

Kekacauan belajar adalah ketika proses belajar anak terganggu

karena munculnya suatu hal yang bertentangan dengan tujuan awal

dari pembelajarannya. Hal tersebut seperti teman yang mengganggu

selama proses belajar dikelas atau seperti tanggung jawab pekerjaan

rumah yang terlalu berat sehingga anak tidak memiliki waktu dan

tenaga untuk belajar kembali dirumah.

2) Ketidakmampuan Belajar

Ketidakmampuan belajar adalah ketika anak menunjukkan

gejala tidak mampu mengikuti kegiatan belajar dan atau menghindari

kegiatan belajar sehingga hasil belajar yang dicapai rendah.

(41)

Disfungsi belajar adalah ketika anak tidak mampu menguasai

materi pelajaran walau sudah mengikuti proses belajar dengan tekun.

Pada jenis kesulitan belajar ini, anak tidak menunjukkan adanya

gangguan secara mental, alat indra, ataupun gangguan fisik dan

psikologis lainnya.

4) Kurang Berprestasi

Kurang berprestasi adalah ketika anak dengan potensi

intelektual tinggi atau diatas normal memiliki prestasi belajar yang

rendah.

5) Lambat Belajar

Lambat Belajar adalah ketika anak sangat lambat menerima dan

memahami materi yang dipelajarinya dan membutuhkan waktu yang

lebih lama dibandingkan anak lain yang memiliki potensi intelektual

yang sama.

3. Anak dan Orang Tua

a. Perkembangan Masa Pertengahan dan Masa Akhir Anak.

Periode masa pertengahan dan masa akhir anak menurut

Aristoteles (dalam Husdarta dan Kusmaedi, 2010) berlangsung sejak

usia 7 tahun sampai 14 tahun. Disamping itu, Kohnstamm (dalam

Husdarta dan Kusmaedi, 2010) menyatakan bahwa periode ini

berlangsung dari umur 6 tahun hingga 12 tahun. Ahli lainnya, Hurlock

(42)

berlangsung mulai usia 6 tahun hingga 11 tahun. Maka, berdasarkan

pada pendapat tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa periode

pertengahan dan akhir anak atau masa anak sekolah (school age)

berlangsung pada usia 6 tahun hingga 14 tahun.

Desmita (2008) menyatakan bahwa salah satu tanda yang

menunjukkan bahwa anak mulai memasuki masa pertengahan dan masa

akhir anak adalah masuknya anak ke sekolah dasar. Aristoteles dan

Kohnstamm (dalam Husdarta dan Kusmaedi, 2010) menyebut periode

ini sebagai masa anak sekolah. Sejalan dengan hal tersebut, Havighurst

(dalam Husdarta dan Kusmaedi, 2010) menyatakan bahwa salah satu

tugas perkembangan anak pada periode ini adalah mengembangkan

keterampilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan

berhitung. Ketika anak memasuki usia 7 tahun, Piaget (dalam Santrock,

2002) menjelaskan bahwa terjadi perkembangan kognitif pada anak

yaitu berkembangnya pemikiran praoperasional menjadi pemikiran

operasional konkret. Pemikiran operasional konkret adalah operasi dari

tindakan mental yang memungkinkan anak untuk melakukan secara

mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Berdasarkan pada

beberapa penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa salah satu karakteriktik

yang nampak pada anak yang memasuki periode ini adalah

berkembangnya pemikiran kognitif anak yang beriringan dengan tugas

perkembangan anak yaitu mengembangkan keterampilannya dalam

(43)

b. Perkembangan Hubungan Anak dan Orang Tua.

Pada periode ini tingkat ketergantungan anak pada orang tua

berkurang dibandingkan dengan periode perkembangan sebelumnya

(Desmita, 2008). Kontrol dari orang tua terhadap anak juga ikut

berkurang seiring anak memasuki periode ini. Hal ini tidak mengartikan

bahwa orang tua benar-benar melepas kontrolnya pada anak namun orang

tua tetap mengontrol atau mengawasi anaknya secara tidak langsung.

Pada periode pertengahan dan akhir anak ini, anak lebih banyak

mempelajari dan memahami mengenai sikap, motivasi orang tua, aturan

dalam keluarga yang memampukan anak untuk lebih dapat

mengendalikan tingkah lakunya sendiri.

C.Dinamika Hubungan Atribusi Orang tua pada Kesulitan Belajar Anak dan

Motivasi Belajar Anak.

Kesulitan belajar adalah keadaan dimana prestasi anak jauh lebih rendah

dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Hal ini dapat

dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang dialami anak selama proses

belajar.

Pada umumnya anak yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan

beberapa ciri perilaku lain seperti sulit mempertahankan atensi ketika datang

distraksi, keterampilan membaca buruk, strategi belajar dan menghafal buruk,

sulit menyelesaikan tugas yang melibatkan penalaran abstrak, kurang

(44)

menerima bantuan khusus dalam bidang yang sulit bagi anak, keterampilan

motorik buruk dan keterampilan sosial buruk ( Bassett dkk; Chalfant; National

Joint Committee on Learning dalam Ormrod, 2008).

Motivasi belajar yang rendah menjadi ciri bagi anak yang mengalami

kesulitan belajar, terutama bagi anak yang tidak menerima bantuan khusus

dalam bidang yang sulit bagi anak (Bassett dkk, Chalfant, National Joint

Committee on Learning Disabilities dalam Ormrod, 2008). Motivasi belajar

adalah daya dorong dalam diri anak untuk mengamati, membaca, mengimitasi,

mencoba, mendengarkan dan mengikuti petunjuk dengan tujuan untuk

memperoleh pengetahuan, kompetensi, mempertajam keterampilan,

membentuk kebiasaan yang baik, memperoleh kemampuan mengatasi kendala

dan membantu proses beradaptasi.

Anak dengan motivasi yang tinggi memiliki ciri seperti memiliki

ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau memiliki ketahanan untuk

tetap berusaha ketika menghadapi hambatan dalam belajar, mampu

mempertahankan fokus selama belajar, aktif terlibat selama proses belajar

(Irham dan Wiyani, 2004).

Meningkatkan motivasi belajar anak merupakan salah satu langkah yang

dapat diambil untuk membantu anak mengatasi kesulitan belajar. Menurut

Winkel (dalam Khodijah, 2014) ada dua golongan faktor yang dapat

mempengaruh tinggi-rendahnya motivasi belajar anak yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri

(45)

faktor yang berasal dari luar diri anak seperti dukungan dari orang tua. Hal ini

menunjukkan bahwa selain peran dari diri sendiri, peran dari luar diri anak pun

diperlukan guna meningkatkan motivasi belajar anak.

Peran dari orang tua dibutuhkan dalam membantu anak menunbuhkan

motivasi belajarnya, terutama bagi anak-anak yang mengalami kesulitan

belajar. Atribusi orang tua pada kesulitan belajar adalah upaya aktif orang tua

untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut.

Menurut Wiener (dalam Kodijah, 2014) atribusi memiliki tiga dimensi

yaitu dimensi locus, stability dan controllability. Dix dan Grusec (dalam

Miller, 1995) menemukan bahwa atribusi orang tua pada perilaku anak

merupakan faktor utama yang mepengaruhi respon orang tua terhadap perilaku

anak. Bagaimana perilaku anak mendapatkan respon dari orang tua ditentukan

oleh bagaimana atribusi orang tua pada perilaku anak tersebut. Secara garis

besar hasil penelitian Dix dan Grusec menemukan bahwa perilaku anak yang

negatif akan membuat orang tua lebih marah ketika orang tua mengatribusikan

perilaku negatif disebabkan oleh faktor yang berada dari dalam diri anak yang

dapat dikontrol oleh anak.

Respon orang tua sampai kepada anak dalam interaksi antara orang tua

dengan anaknya. Dalam interaksi antara orang tua dan anak ini, anak

mempelajari dan memahami mengenai sikap, motivasi, perilaku dari orang

tuanya (desmita,2009). Ketika orang tua dapat memberikan respon yang tepat

(46)

belajarnya, sehingga anak merasa terpahami. Hal ini dapat menjadi salah satu

faktor eksternal dalam meningkatkan motivasi belajar anak.

D.Hipotesis Penelitian

(47)

Interaksi antara anak dan orang tua

SKEMA HUBUNGAN ATRIBUSI ORANG TUA PADA KESULITAN BELAJAR ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

Anak mengalami kesulitan reaksi kepada anak dalam bentuk emosi dan perilaku anak memperhatikan reaksi

orang tua terkait kesulitan belajar yang dialaminya

Karakteristik umum anak yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut (Bassett dkk; Chalfant; National Joint Committee on Learning Disabilities dalam Ormrod, 2008) :

1) Sulit mempertahankan atensi ketika datang distraksi.

2) Keterampilan membaca buruk. 3) Strategi belajar dan menghafal buruk. 4) Sulit menyelesaikan tugas yang

melibatkan penalaran abstrak.

5) Kurang memahami diri dan memiliki motivasi rendah dalam menyelesaikan tugas akademik terutama bagi mereka yang tidak menerima bantuan khusus dalam bidang yang sulit bagi mereka. 6) Keterampilan motorik yang buruk. 7) Keterampilan sosial yang buruk.

anak merasa dipahami dan terbantu dalam mengatasi

kesulitan belajarnya

motivasi belajar tinggi

Atribusi orang tua mempengaruhi reaksi

(48)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.

Penelitian korelasional adalah penelitian yang meneliti sejauh mana variasi

dalam satu faktor berkaitan dengan variasi dalam faktor lainnya berdasarkan

pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti hubungan antara atribusi orang tua pada kesulitan anak dan motivasi

belajar anak.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah atribusi orang tua pada kesulitan

belajar anak.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar anak.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Atribusi Orang Tua pada Kesulitan Belajar Anak

Atribusi orang tua pada kesulitan belajar anak adalah upaya aktif

orang tua untuk mengetahui serta memahami hal-hal yang melatarbelakangi

(49)

orang tua dalam penelitian ini diukur dengan mengunakan skala atribusi

berdasarkan pada dimensi atribusi Wiener yaitu dimensi sebab-akibat

(locus) dan dapat dikontrol-tidak dapat dikontrol (controllability).

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan daya dorong dalam diri anak untuk

mengamati, membaca, mengitimasi, mencoba, mendengarkan dan

mengikuti petunjuk dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,

kompetensi, mempertajam keterampilan, membentuk kebiasaan yang baik,

memperoleh kemampuan mengatasi kendala dan membantu proses

beradaptasi. Motivasi belajar dalam penelitian ini akan diukur dengan

menggunakan skala motivasi belajar yang berdasarkan pada aspek motivasi

belajar Chernis dan Goleman yaitu dorongan mencapai sesuatu, komitmen,

inisiatif, optimis. Nilai skor yang tinggi pada skala motivasi belajar

menunjukkan bahwa anak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Nilai skor

rendah dalam skala motivasi belajar menunjukkan bahwa anak memiliki

motivasi belajar yang rendah.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan subjek dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Anak periode pertengahan dan akhir, rentan usia 6 – 14 tahun, duduk di

Sekolah Dasar.

(50)

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang

diteliti (Sarwono, 2006). Populasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan

subjek penelitian yang hendak diteliti (Widi, 2010). Populasi dalam peneliti

adalah Ibu dan anak yang bertempat tinggal di daerah Yogyakarta dan

sekitarnya.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah penentuan terhadap bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan harus bersifat

representatif (Sugiyono, 2013).Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposif. Teknik sampling

purposif merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan

pertimbangan tertentu.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala psikologis. Skala psikologis adalah alat ukur yang

dugunakan untuk mengukur aspek-aspek atau atribut afektif (Azwar, 1999).

Terdapat dua skala dalam penelitian ini yaitu skala atribusi dan skala motivasi

(51)

1. Skala Atribusi

Jenis skala yang digunakan untuk skala atribusi adalah skala Likert.

Skala atribusi terdiri dari daftar pernyataan dimana Ibu diminta untuk

memberikan respon kesetujuan-ketidaksetujuannya pada isi pernyataan

tersebut. Format respon dalam skala atribusi adalah sebagai berikut :

STM : sangat tidak menyebabkan

TM : tidak menyebabkan

N : tidak menentukan pendapat

M : menyebabkan

SM : sangat menyebabkan

Aitem-aitem pernyataan dalam skala Likert memiliki dua sifat yaitu

favorabel dan tidak favorabel (Azwar, 1999). Aitem yang bersifat favorabel

adalah aitem yang menunjukkan ciri hadirnya aspek variabel yang diukur

melalui skala pskologis tersebut. Aitem yang bersifat tidak favorabel adalah

aitem yang tidak mendukung atau lawan dari aspek variabel yang diukur

melalui skala psikologis (Azwar, 1999). Kedua dimensi atribusi, yaitu

dimensi terkontrol dan tidak terkontrol, merupakan aitem yang sifat

favorabel. Pada skala atribusi ini tidak terdapat aitem yang bersifat tidak

favorabel dikarenakan kedua dimensi atribusi sendiri telah memiliki sifat

yang saling berlawanan.

2. Skala Motivasi belajar

Jenis skala yang digunakan untuk skala motivasi belajar adalah skala

(52)

diminta untuk memberikan respon kesetujuan-ketidaksetujuannya pada isi

pernyataan tersebut. Format respon bagi kesetujuan-ketidaksetujuaan dalam

skala motivasi belajar adalah sebagai berikut :

STS : sangat tidak sesuai

TS : tidak sesuai

N : tidak menentukan pendapat

S : sesuai

SS : sangat sesuai

Aitem-aitem pernyataan dalam skala Likert memiliki dua sifat yaitu

favorabel dan tidak favorabel (Azwar, 1999). Aitem yang bersifat favorabel

adalah aitem yang menunjukkan ciri hadirnya aspek variabel yang diukur

melalui skala pskologis tersebut. Aitem yang bersifat tidak favorabel adalah

aitem yang tidak mendukung atau lawan dari aspek variabel yang diukur

melalui skala psikologis (Azwar, 1999). Aitem favorabel pada skala

motivasi belajar adalah aitem dengan ciri-ciri anak yang sesuai dengan

aspek motivasi belajar yang baik. Aitem tidak favorabel pada skala motivasi

belajar adalah aitem dengan ciri-ciri anak yang berkebalikan dari aspek

motivasi balajar yang baik.

Respon positif pada aitem favorabel akan mendapat skor yang lebih

besar dari respon negatif, sebaliknya respon positif pada aitem tidak

favorabel mendapat skor yang lebih kecil dibanding respon negatif (Azwar,

1999). Berdasarkan pada hal ini maka skor respon subjek pada skala

(53)

a. Skor respon pada aitem favorabel :

Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1

Tidak Sesuai (TS) : 2

Netral (N) : 3

Sesuai (S) : 4

Sangat Sesuai (SS) : 5

b. Skor respon pada aitem tidak favorabel :

Sangat Tidak Sesuai (STS) : 5

Tidak Sesuai (TS) : 4

Netral (N) : 3

Sesuai (S) : 2

Sangat Sesuai (SS) : 1

Berikut ini adalah blue print dan distribusi aitem dari skala atribusi

dan skala motivasi belajar. Blue print memuat komponen-komponen atribusi

yang akan dibuat menjadi aitem dan proporsi aitem dalam masing-masing

komponen yang menjadi acuan peneliti dalam membuat aitem dalam skala

(54)

Tabel 3.1

Blue Print Skala Atribusi Sebelum Uji Coba

Dimensi Atribusi Jumlah Aitem

Terkontrol Internal 20

Eksternal 20

Tidak terkontrol Internal 20

Eksternal 20

(55)

Tabel 3.2

Blue Print Sebaran Aitem pada Skala Atribusi Sebelum Uji Coba

Dimensi Atribusi Sebaran Aitem Jumlah

(56)

Tabel 3.3

Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba

Aspek

Blue Print Sebaran Aitem Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba

Aspek Sebaran aitem

(57)

Uji coba Skala Atribusi silaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2015

sampai tanggal 18 Oktober 2015. Skala Atribusi disebar di kelas 7F dan

7G SMP Negeri 6 Yogyakarta. Skala Atribusi diminta untuk dibawa

pulang oleh murid untuk diberikan kepada ibu dan dibawa kembali

kesekolah ketika skala tersebut telah diisi oleh ibu. Sedangkan pada skala

motivasi belajar menggunakan sistem tryout terpakai, penyebaran skala

motivasi belajar dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di kelas 5 SD

Kanisius Bantul.

G. Validitan dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas alat ukur merupakan taraf sejauh mana evidensi (empiris

maupun teoris) mengangap benar isi skala dalam alat ukur sesuai dengan

tujuan dari dibuatnya skala tersebut (Supratiknya, 2014). Validitas skala

dalam penelitian ini dilakukan oleh ahli yang menganalisis secara logis

mengenai seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa

relevan ranah isi tersebut dengan interpretasi skor skala. Ahli yang

menganilisis isi dari skala dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing.

2. Reliabilitas

Reliabilitas skala mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan

hasil ukur skala atau kecermatan pengukuran (Azwar, 1999). Skala yang

tidak reliabel akan menghasilkan skor subjek yang dihasilkan dari faktor

(58)

sesungguhnya. Reliabilitas skala dinyatakan dalam koefisien reliabilitas

(rxx’) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Angka koefisien

reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menunjukkan reliabilitas skala

yang tinggi, sebaliknya semakin mendekati 0 menunjukkan reliabilitas skala

yang rendah. Koefisien reliabilitas alpha dalam penelitian ini dilakukan

melalui program SPSS versi 16.00.

Nilai koefisien reliabilitas pada skala Atribusi adalah 0,975. Hal ini

menunjukkan bahwa reliabilitas skala Atribusi tinggi. Nilai koefisien

reliabilitas pada skala Motivasi Belajar adalah 0,902. Hal ini menunjukkan

bahwa reliabilitas skala motivasi belajar tinggi. Dengan demikian dapat di

simpulkan bahwa kedua skala dalam penelitian ini reliabel.

3. Seleksi Aitem

Seleksi aitem digunakan untuk memeriksak aitem yang mana aitem

yang tidak ditulis dengan mengikuti blue print dan tidak mengikuti

bimbingan kaidah penulisan yang benar akan dihapuskan dari skala karena

hanya aitem yang ditulis mengikuti blue print dan kaidah yang benar dapat

berfungsi dengan benar dan mendukung validitas skala (Azwar, 1999).

Seleksi aitem yang dilakukan dalam penelitian ini berdasakan pada

koefisien korelasi aitem-total. Nilai koefisien korelasi aitem total (rix)

bergerak dari 0 sampai 1,00. Batasan bagi nilai koefisien korelasi aitem total

adalah 0,30. Aitem yang memiliki nilai dibawa 0,30 diinterpretasikan

sebagai aitem dengan daya dikriminasi rendah dan harus dihapuskan dari

(59)

a. Skala Atribusi setelah Seleksi Aitem

Setelah diuji coba, dari 80 aitem skala Atribusi terdapat 1 aitem

yang dinyatakan gugur.

Tabel 3.5

Blue Print Seleksi Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba

Dimensi Atribusi Sebaran Aitem

(60)

Tabel 3.6

Blue Print Sebaran Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba

Dimensi Atribusi Sebaran Aitem

(61)

b. Skala Motivasi Belajar setelah Seleksi Aitem

Setelah diuji coba, dari 80 aitem skala motivasi belajar terdapat

22 aitem yang dinyatakan gugur.

Tabel 3.7

Blue Print Seleksi Aitem Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Aspek Sebaran aitem favorabel

Sebaran aitem

Optimis 7,15,23,31,39,47,55,

63,71,79.

8,16,24,32,40,48,56,

64,72,80

20

TOTAL 80

(62)

Tabel 3.8

Blue Print Sebaran Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba

Aspek

Inisiatif 5,13,21,29,37,53, 69. 6,14,22,38,46,62,70. 14

Optimis 15,23,31,47, 71,79. 8,16,32,40,48,56. 12

TOTAL 58

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menganalisis data penelitian yang

telah dikumpulkan apakah berasal dari populasi yang sebarannya

normal (Santoso, 2010). Sebaran data yang normal memiliki nilai p

lebih besar dari 0,05. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

program SPSS for windows versi 16.00.

2. Uji Linearitas

Uji Linearitass bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel

(63)

memiliki korelasi linear memiliki nilai p lebih kecil dari 0,05. Uji

linearitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS for windows

versi 16.00.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menganalisis hipotesis penelitian

yaitu adanya korelasi antara atribusi orang tua pada kesulitan belajar

anak dengan motivasi belajar anak. Uji hipotesis pada penelitian ini

mengunakan metode Chi Square dalam program SPSS for windows

(64)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga Januari

2016. Jumlah subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 34 orang

anak dan 34 orang tua (ibu). Pengambilan data penelitian dilakukan dengan

membagikan skala Atribusi pada ibu dan skala Motivasi Belajar pada anak.

Skala Atribusi terdiri dari 79 aitem dan disebarkan kepada orang tua murid

Kelas 8 SMP Negri 9 Kota Gede Yogyakarta. Skala Motivasi belajar terdiri

dari 80 aitem dan disebarkan kepada siswa kelas 5 SD Kanisius Bantul.

Skala atribusi disebarkan pada siswa kelas 8 SMP N 9 Kota Gede untuk

dibawa pulang dan diserahkan kepada ibunya, siswa diminta untuk membawa

kembali skala Atribusi kesekolah setelah diisi oleh ibunya. Skala yang

terkumpul kembali dan dapat digunakan sebagai data sebanyak 34 skala.

Skala Motivasi Belajar disebarkan pada 34 orang siswa kelas 5 SD

Kanisius Bantul. Peneliti menyebar skala dengan mengambil waktu sekitar 30

menit pada pelajar matematika. Setelah peneliti menyebarkan skala, peneliti

memberikan penjelasan mengenai cara pengisian skala Motivasi Belajar.

Setelah memberikan penjelasan peneliti mempersilahkan siswa untuk mengisi

skala tersebut. Sebelum siswa mengumpulkan kembali skala yang sudah

diisinya peneliti meminta siswa untuk memeriksa kembali agar tidak ada

(65)

B. Deskripsi Subjek

Tidak ada keterangan 2

Agama Islam 33

34

Katolik 1

Pekerjaan Ibu rumah tangga 15

34

PNS 5

Buruh 1

Wirausaha/wiraswasta 10

Tidak ada keterangan 3

Pedidikan

(66)

Tabel 4.2

Deskripsi Anak

Karakteristik Jumlah Subjek Total

Umur 10 tahun : 16 orang 16

34

11 tahun 16

12 tahun 1

13 tahun 1

Jenis kelamin

Laki-laki : 11 orang 11

34

Perempuan 23

C. Deskripsi Data Penelitian

Analisis deskriptif data penelitian bertujuan untuk mengetahui

deskripsi umum dari kedua variabel penelitian. Dalam analisis deskriptif

data ini, peneliti mendeskripsikan mengenai mean teoritis dan mean

empiris dari tiap variabel yang ada. Nilai mean empiris diperoleh dari

rata-rata skor data penelitian dengan menggunakan program SPSS for windows

versi 16.0. Nilai mean teoritis diperoleh dari perhitungan manual dengan

menjumlahkan skor minimal dan skor maksimal kemudian dibagi dua.

(67)

diperoleh informasi umum mengenai skor yang diperoleh subjek pada tiap

variabel penelitian.

Tabel 4.3

Deskripsi Data Penelitian

Variabel N

Teoritik Empirik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Atribusi 79 79 395 237 52,67 201 372 304,65 37,47

Motivasi Belajar

58 58 290 174 38,67 115 340 205,79 41,06

Berdasarkan tabel diatas nilai mean empirik atribusi sebesar 304,65

dan nilai mean teoritik atribusi sebesar 237, dapat dilihat bahwa nilai

mean empirik atribusi lebih besar dari mean teoritiknya. Pada tabel diatas

juga dapat dilihat bahwa nilai mean empirik motivasi belajar sebesar

205,79 lebih besar dari pada nilai mean teoritik motivasi belajar sebesar

174. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata subjek penelitian dalam

skala motivasi belajar tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa anak dalam penelitian ini memiliki motivasi belajar

yang tinggi.

Untuk dapat melihat dibalik nilai atribusi subjek penelitian, maka

(68)

Tabel 4.4

Deskripsi Data Penelitian Dimensi Atribusi

Dimensi

Berdasarkan tabel diatas, pada dimensi terkontrol, nilai mean

empirik lebih besar dari pada mean teoritiknya. Hal ini menunjukkan

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Blue PrintTabel 3.4   Sebaran Aitem Skala Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba
Blue PrintTabel 3.5  Seleksi Aitem Skala Atribusi Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun target luaran dari program pengabdian ini adalah publikasi nasional, metode dalam mengefisienkan proses produksi berupa teknologi tepat guna (waktu, tenaga kerja, dan

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rejeki serta kuasa yang Ia limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya trailer film 2D yang berjudul Silent Sword

Berdasarkan dari kelemahan komposit gipsum cast yang ada, maka dilakukan penelitian komposit gipsum cast menggunakan serat bambu sebagai komposit dengan variasi serbuk, air,

Kemudian akan diterapkan Filter Kalman untuk perbaikan estimasi, dimana dalam perbaikan estimasi akan digunakan polinomial error model VAR dan ARIMA dengan

Field dan Scafidi (1986 dan 1990 dalam Roesli, 2008)), menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gr), yang dipijat selama 3 kali 15 menit selama 10

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SSRD, adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau setoran retribusi

yang dapat digunakan untuk terapi okupasi di rumah dan di klinik, dengan rekam. medis sebagai fitur

Akan tetapi, pemberian ekstrak daun jambu biji dapat meningkatkan jumlah limfoblast, baik yang diberikan tanpa campuran (kelompok 4) ataupun yang diberikan dalam