BAB 2 LANDASAN TEORI
2.3. Attachment
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur moral disengagement dengan skala pengukuran moral disengagement yang disusun oleh Hymel et al., (2005). Peneliti menggunakan alat ukur ini karena item sudah sesuai dengan karakteristik sampel penelitian.
2.3. Attachment
2.3.1. Definisi Attachment
Attachment pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby pada tahun 1969.
Bowlby dalam Santrock (2012) kelekatan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting karena bayi dan ibunya secara naluriah akan membentuk kelekatan.
Attachment didefinisikan sebagai ikatan emosional yang dibentuk seorang
individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, yang mengikat dalam suatu keterikatan yang bersifat kekal dan sepanjang waktu (Ainsworth & Bell, 1970). Santrock (2012) mendefinisikan kelekatan atau attachment sebagai ikatan emosional yang kuat yang terjadi antara dua orang.
Di masa remaja, kedekatan anak dengan orang tuanya akan berubah, meskipun berubah namun kelekatan anak dengan orang tua akan tetap ada. Goresse dan Ruggieri (2012) pada awalnya seorang individu akan membangun hubungan keterikatan pertama dengan orang tua, lalu pada tahap perkembangan selanjutnya akan membentuk ikatan dengan orang-orang di luar keluarga seperti teman sebaya.
Ketika remaja sudah menjadi lebih mandiri dalam pengambilan keputusan, secara psikologis remaja tetap perlu untuk memiliki kelekatan yang baik dengan orang tua mereka. Santrock (2016) menjelaskan terdapat dua kategori dalam kelekatan, yaitu secure attachment dan insecure attachment. Secure attachment melibatkan ikatan emosional yang positif antara dua orang. Pada masa bayi, kanak-kanak, remaja, pembentukan kelakatan yang aman dengan pengasuh dapat bermanfaat untuk eksplorasi anak terhadap lingkungan dan perkembangan selanjutnya. Di masa dewasa, ikatan tersebut juga bisa antara dua orang dalam hubungan pasangan atau perkawinan. Hasil penelitian Allen et al., dalam Santrock (2012) menemukan bahwa remaja yang memiliki kelekatan yang aman (secure
attachment) pada usia 14 tahun akan cenderung memiliki relasi yang baik, merasa
nyaman dengan keintiman relasi, dan mandiri dalam keuangan yang akan meningkat saat usianya 21 tahun.
Selain itu, insecure attachment adalah kelekatan di mana bayi, anak-anak atau remaja menghindari pengasuh dan menunjukkan resistensi terhadap pengasuh. Kelekatan seperti ini dapat berkaitan dengan kesulitan hubungan dan masalah dalam pengembangan selanjutnya. Banyak penelitian mengenai secure
attachment dan insecure attachment pada masa remaja menggunakan adult attachment interview (AAI) oleh George, Main, dan Kaplan dalam Santrock (2016). Pengukuran ini bertujuan untuk memeriksa ingatan seseorang mengenai hubungan kelekatan yang signifikan. Berdasarkan tanggapan terhadap AAI, remaja diklasifikasikan sebagai kategori aman atau otonom, atau tidak aman yang dapat dikategorikan dalam tiga kategori (Santrock, 2016):
• Dismissing/avoidant attachment
Kategori ini merupakan kategori yang tidak aman di mana individu meremehkan pentingnya kelekatan. Kategori ini dikaitkan dengan pengalaman yang konsisten tentang penolakan. Kemungkinan hasil dari mengabaikan atau menghindar yaitu orang tua dan remaja saling menjauhkan diri satu sama lain.
• Preoccupied/ambivalent attachment
Kategori tidak aman di mana remaja (hyperattuned) dengan pengalaman kelekatan. Hal ini dikarenakan ketidaksediaan orangtua pada remaja. Keadaan ini dapat membuat remaja mencari keterikatan yang tinggi, dan bercampur dengan perasaan marah.
• Unresolved/disorganized attachment
Kategori tidak aman di mana remaja memiliki tingkat ketakutan yang sangat tinggi dan mungkin mengalami disorientasi. Hal ini dapat terjadi karena pengalam traumatis, seperti kematian orang tua atau pelecehan oleh orang tua.
2.3.2. Definisi Peer Attachment
Peer attachment merupakan kelekatan dengan teman sebaya yang dinilai dari
perasaan saling percaya, memahami dan menghormati, aksesibilitas, tanggung jawab dan prediktabilitas, konsistensi harapan pada teman sebaya, serta dinilai dari pengalaman isolasi, kecemasan, kemarahan, dan kebencian dengan teman sebaya (Bowlby dalam Armsden & Greenberg, 1983).
Sullivan dalam Santrock (2012) dalam perkembangan remaja, sahabat memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial karena kebutuhan akan intimasi meningkat di masa remaja awal dan memotivasi remaja untuk mencari sahabat. Jika remaja gagal dalam menjalin hubungan persahabatan, mereka akan mengalami kesepian dan perasaan tidak berharga akan menurun. Banyak remaja mengatakan bahwa mereka lebih banyak bergantung pada teman sebayanya dibandingkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan atas kebersamaan. Kelompok teman sebaya merupakan sumber kasih sayang, simpati, pengertian dan tuntunan moral untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari orang tua (Papalia et al., 2009). Di tahap perkembangan remaja awal pengaruh dari teman sebaya sangatlah kuat yaitu memuncak di usia 12-13 tahun dan menurun di tahap perkembangan remaja tengah dan akhir.
Di masa remaja awal keterikatan yang tercipta dengan teman sebaya tidak selalu menyebabkan masalah, kecuali remaja memiliki keterikatan yang terlalu kuat sehingga remaja bersedia untuk mengabaikan aturan yang ada di rumah maupun sekolah untuk mendapatkan popularitas serta persetujuan teman sebaya (Fuligni dalam Papalia et al., 2009). Pertemanan remaja perempuan cenderung lebih dekat dibandingkan remaja laki-laki karena lebih seringnya mereka berbagi rahasia (Brown & Klute dalam Papalia et al., 2009). Remaja yang memiliki pertemanan yang dekat, stabil, dan mendukung akan memiliki pandangan yang baik mengenai diri sendiri, menjalani pendidikan di sekolah dengan baik, mudah bergaul serta memiliki kemungkinan yang kecil untuk menjadi kasar, cemas atau
depresi. (Berndt & Perry, 1990; Buhrmester, 1990; Hartup & Stevens, 1999 dalam Papalia et al., 2009)
Berdasarkan teori di atas, peneliti menggunakan definisi peer attachment yang dikemukakan oleh Bowlby dalam Armsden dan Greenberg (1983) yaitu kelekatan dengan teman yang dinilai dari perasaan saling percaya, memahami dan menghormati, aksesibilitas, tanggung jawab dan prediktabilitas teman sebaya, serta konsistensi harapan pada teman sebaya. Peneliti memilih teori ini karena penjelasan teori yang jelas dan terperinci.
2.3.3. Dimensi Peer Attachment
Armsden dan Greenberg (1987) mengemukakan terdapat tiga aspek pada peer
attachment, yaitu:
1. Trust
Hal ini mengacu pada remaja percaya bahwa teman sebaya memahami dan menghargai kebutuhan dan keinginan mereka (Guarnieri et al., 2010). Keterkaitan dengan kepercayaan remaja bahwa teman sebaya dapat memahami dan menghargai kebutuhan serta keinginan mereka (Goresse & Ruggieri, 2012).
2. Communication
Hal ini mengacu pada persepsi remaja bahwa teman sebaya sensitif dan responsif terhadap keadaan emosional mereka serta menilai tingkat dan kualitas keterlibatan dan komunikasi verbal mereka (Guarnieri et al., 2010). Adanya persepsi remaja bahwa teman sebaya responsif dan peka terhadap
keadaan emosional yang mereka alami, serta menilai kualitas komunikasi verbal (Goresse & Ruggieri, 2012).
3. Alienation
Dalam hal ini dijelaskan mengenai perasaan isolasi, kemarahan, dan keterasingan remaja yang dialami dalam hubungan kedekatan dengan teman sebaya (Gorese & Ruggieri, 2012).
2.3.4. Pengukuran Peer Attachment
Terdapat beberapa instrumen untuk mengukur peer attachment, yaitu:
1. IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment) yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987). Alat ukur ini merupakan pengembangan dari alat ukur
inventory of parent and peer attachment sebelumnya oleh Armsden dan
Greenberg (1983) yang mengacu pada teori attachment oleh Bowlby. Skala ini terdiri dari tiga dimensi antara lain trust, communication, dan alienation. Pada peer attachment terdiri dari 25 item dengan lima skala yaitu almost
never or never true, not very often true, sometimes true, often true, almost always or always true. Alat ukur ini dapat digunakan pada sampel usia
remaja hingga usia dewasa awal.
2. IPPA-R (Inventory of Parent and Peer Attachment – Revised) yang dikembangkan oleh Gullone dan Robinson (2005). Skala ini terdiri dari 25 item yang merupakan revisi dari skala IPPA oleh Armsden dan Greenberg (1987) dengan perubahan bahasa yang lebih sederhana.
3. AFAS (Adolescent Friendship Attachment Scale) yang dikembangkan oleh Wilkinson (2008). Skala ini terdiri dari 30 item yang mengukur tiga dimensi meliputi: secure, anxious/ambivalent, dan avoidant.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur peer attachment menggunakan skala pengukuran IPPA-R (Inventory of Parent and Peer Attachment - Revised) yang dikembangkan oleh Gullone dan Robinson (2005) yang terdiri dari 25 item dengan perubahan bahasa yang lebih sederhana.