• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : KANDUNGAN SURAT LUQMAN AYAT 12-15

F. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-15 dan Konsep Pendidikan Anak Usia

3. Ayat 14

                     ﻥﺎﻤﻘﻟ ﺓﺭﻮﺳ) / ٣١:١٤ (

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs Luqman/31:14)

Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak Ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah swt. Memang, al-Qur’an seringkali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orang tua. Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat Luqman, namun itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasehati anaknya dengan nasihat serupa. Al-Biqa’i menilainya sebagai lanjutan dari nasihat Luqman. Ayat ini menurutnya bagaikan menyatakan: Luqman menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasihat kepadanya, padahal Kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang dinasihatkannya menyangkut hak Kami. Tetapi redaksinya diubah agar mencangkup semua manusia.76

76

Ayat di atas tidak menyebut jasa bapak, tetapi menekankan kepada jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di sisi lain, “peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak, lebih ringan dibanding peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini tidak langsung menyentuh anak, berbeda dengan peranan ibu. Betapun peranan tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, namun jasanya tidak diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahnya, sebagaimana berdoa untuk ibunya.

Di dalam Hasyiah Al-Qunawi disebutkan :

ﺎﻧﺮﻣﺃ ﻱﺍ ﺮﻣﻷ ﲎﻌﲟ ﺎﻨﻫ ﺔﻴﺻﻮﺘﻟﺍﻭ

ﻥﺎﺴﻧ

ﻭ ﱪﻟﺎﺑ ﻖﺣﺃ ﻡﻷ ﻥﺃ

ﺏﻷ ﻦﻣ ﻥﺎﺴﺣ

77

Makna wasiat dalam ayat ini adalah perintah, jelasnya Kami perintahkan kepada manusia. Dan alasan kenapa ibu disebutkan pada ayat di atas adalah karena ibu lebih berhak mendapatkan semua itu daripada bapak. Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh M.Quraish Shihab. Al-Maraghi pun menafsirkannya serupa dengan pandangan al-Qunawi dan M.Quraish Shihab:

)

ﻴﺻﻭﻭ

ﺎﻨ

ﲔﺑ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻥﺮﻘﻳﺎﻣ ﺍﲑﺜﻛﻭ ﺎﻤﻬﻗﻮﻘﲝ ﻡﺎﻴﻘﻟﺍﻭ ﺎﻤﻬﺘﻋﺎﻃﻭ ﺎﳘﱪﺑ ﻩﺎﻧﺮﻣﺃﻭ ﻱﺃ (ﻪﻳﺪﻟﺍﻮﺑ ﻥﺎﺴﻧ

ﻦﻳﺪﻟﺍﻮﻟﺍ ﺮﺑﻭ ﷲﺍﺔﻋﺎﻃ

ﻢﻈﻋﺍ ﺎﻬﻘﺤﻠﺗ ﱵﻟﺍ ﺔﻘﺸﳌﺍ ﻥﻷ ,ﺐﺴﺤﻓ ﻡﻷ ﺐﻧﺎﺟ ﰲ ﺐﺒﺴﻟﺍ ﺮﻛﺫ ﻪﻨﻜﻟ ﻦﻳﺪﻟﺍﻮﻟﺎﺑ ﻲﺻﻭ ﺪﻗﻭ

78

Menurut al-maraghi kata wasiat di atas memiliki makna yang sama dengan kata perintah, hal ini senada dengan perkataan al-Qunawi. Dan sungguh diwasiatkan terhadap kedua orang tua akan tetapi disebutkan setelah kata walidain dengan kata al-um , yaitu untuk menyebutkan tentang kemulian ibu, karena ibu

77

Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam Al-Baidhawi…h.197.

78

Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Kairo: Musthofa Al-Bab Al-Halab, 1946). h. 82.

memiliki peranan yang lebih dalam mendidik anak daripada bapak dan karena beban yang ditanggung ibu lebih berat daripada beban yang dilindungi bapak. Hal ini agaknya mirip dengan apa yang dikatakan M.Quraish Shihab.

Kata (ﺎﻨھو) berarti kelemahan atau kerapuhan . yang dimaksud di sini kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Patron kata yang digunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya. Jika anda mengatakan Si A cantik, maka kecantikannya itu boleh jadi baru mencapai 60% atau katakanlah 80% dari seluruh unsur kecantikan. Tetapi jika anda menyifatinya dengan berkata “dia adalah kecantikan” maka anda bagaikan meletakkan semua unsur kecantikan, yakni 100% pada diri yang bersangkutan.79

ﺎﻨﻫﻭ

ﻒﻌﺿ ﻕﻮﻓ ﺎﻔﻌﺿ ﻪﻔﻌﻀﺗ ﻯﺍ ﻦﻫﻭ ﻰﻠﻋ

80

Maksud kata (ﺎﻨھو) di ayat ini memiliki arti yang sama dengan dengan kata (ﻒﻌﺿ) yang kurang lebih berarti kelemahan diatas segala kelemahan, maksudnya adalah betul-betul lemah.

Firman-Nya (ﻦﯿﻣﺎﻋ ﻲﻓ ﮫﻟﺎﺼﻓو) dan penyapiannya di dalam dua tahun, mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Kata (ﻲﻓ) di dalam, mengisyaratkan bahwa masa itu tidak mutlak demikian, karena bila anda berkata: pena di dalam saku, maka itu tidak berarti bahwa semua bagian dari pena telah masuk dan berada di dalam saku. Di sisi lain, dalam ayat lain ditegaskan bahwa masa dua tahun adalah bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.

ﻻﻮﺣ ﻉﺎﺿﺮﻟﺍ ﺓﺪﻣ ﻰﺼﻗﺍ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺩ ﻪﻴﻓﻭ)

(ﻥ

ﻰﻌﻓﺎﺸﻟﺍ ﺐﻫﺬﻣ ﻮﻫﻭ

81 79

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an…h.130.

80

Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam Al-Baidhawi…h.197.

Dalam menafsirkan (ﻚﯾﺪﻟاﻮﻟو ﻰﻟﺮﻜﺷا نأ), al-Maraghi mengatakan bahwa :

(ﻚﻳﺪﻟﺍﻮﻟﻭ ﱃﺮﻜﺷﺍ ﻥﺃ)

ﺎﻧﺎﻛ ﺎﻤﻷ ﻚﻳﺪﻟﺍﻮﻟﻭ ﻚﻴﻠﻋ ﻰﻤﻌﻧ ﻰﻠﻋ ﱃﺮﻜﺷﺍ ﻥﺃ ﻪﻴﻟﺍ ﺎﻧﺪﻬﻋﻭ ﻱﺍ

ﻥﺎﺴﺣﺇﻭ ﻙﺩﻮﺟﻭ ﰱ ﺐﺒﺴﻟﺍ

ﻚﺘﻴﺑﺮﺗ

82

Dan Kami memerintahkan agar kamu bersyukur kepada-Ku terhadap nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan kepada kedua orang tua kamu, karena mereka berdua adalah penyebab adanya kamu, dan kebagusan pendidikanmu.

Di antara hal yang menarik hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas dan ayat sebelumnya adalah bahwa masing-masing pesan disertai dengan argumennya. Sedang ketika mewasiati anak menyangkut orang tuanya ditekankannya bahwa “ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan dan penyapiannya di dalam dua tahun.” Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang disajikan. Ia dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan oleh manusia melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa bahwa I ikut berperan dalam menemukan kebenaran dan dengan demikian ia merasa memilikinya serta bertanggung jawab mempertahankannya.83

Dari pemaparan tafsir-tafsir ayat 14 diatas, penulis memahami bahwa ada paling tidak beberapa hikmah yang dapat dikaitkan dengan pendidikan anak. Pertama, ibu sebagai orang yang terdekat terhadap anak, karena beban yang ditanggung melebihi beban yang ditanggung bapak, dalam hal ini yaitu mengandung selama 9 bulan dan menyusui selama 2 tahun. Oleh karena itu peran pendidikan seorang ibu pun mestinya melebihi peran sang bapak. Kedua, pendidikan jasmani/fisik anak mestinya dimulai sejak dini, melalui pemberian Asi kepada anak, mengisyaratkan bahwa fisik anak dididik pada saat menyusui.

81

Ishomuddin Ismail bin Muhammad Al-Hanafi, Hasyiah Al-Qunawi ala Tafsiri Al-Imam Al-Baidhawi….h.199.

82

Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi,…h. 83.

83

Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Dan lagi-lagi diperintah kan oleh-Nya kita manusia harus bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan dan kali ini redaksinya ditambah dengan kata (ﻚﯾﺪﻟاﻮﻟو) kepada kedua orang tuamu, yang mengisyaratkan bahwa barang siapa hendak dihormati anaknya, maka hendaklah hormati orang tuamu terlebih dulu.

Seorang anak harus senantiasa menjaga perasaan kedua orang tuanya, supaya kasih sayang orang tua terhadapnya tetap terjaga dan tercurahkan dengan baik. Pada ayat ini terdapat pula konsep mengenai birrul walidain yaitu konsep berbakti kepada kedua orang tua, bukan hanya ibu saja, atau bapak saja, tetapi kepada keduanya. Hukum birrul walidain adalah fardhu ain bagi setiap individu. Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring perintah untuk bersyukur kepada-Nya, ini menunjukkan betapa besarnya hak ibu dan bapak. Wallahu A’lam.

Dokumen terkait