• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Q.S Luqman Ayat 12-15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Q.S Luqman Ayat 12-15"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh Azhari

NIM 107011001129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tafsir dan konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Al-qur’an surat Luqman ayat 12-15. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara pengumpulan sumber-sumber dari data premier dan sekunder. Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan analisis data (content analysis) yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufasir dalam menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an sebaimana yang tercantum di dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz yang terdapat di dalamnya. Kemudian ayat-ayat yang ditafsirkan itu dideskripsikan dan dianalisa secara jelas, sehingga dapat diambil kesimpulan.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam berfungsi sebagi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, petunjuk disini bermakna umum, artinya Al-Qur’an selain menjadi petunjuk ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah dan akan mengantarkan kebahagiaan di akhirat juga bermakna sebagai petunjuk dalam menapaki kehidupan di dunia. Karena pada hakikatnya Islam selalu mengajarkan umatnya untuk selalu menggapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif dan memperoleh bekal bagi masa depannya kelak.

(7)

ii

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama menyusun skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun, tidak sedikit pula pelajaran yang didapat, baik dengan kesusahan maupun dengan kesenangan. Berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulusnya kepada ayahanda penulis Alm. Zulkifli Sulaiman dan ibunda tercinta Siti Susanti yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kemudian kepada adik-adikku tercinta (Agustina, Verawati, Siti Nurhaliza) yang dengan penuh kasih sayang telah banyak memberi dukungan dan mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan dan kebahagiaan.

Dan juga tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Nurlena, MA, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon M,Ag dan ibu Marhamah Saleh M,A.

sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Dr. Anshori.LAL,MA sebagai pembimbing skripsi yang telah

(8)

iii

5. Seluruh staf perpustakaan umum dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan bermacam-macam buku ilmiah sehingga mempermudah penulis dalam mencari referensi.

6. Sahabat-sahabatku Dedi Kurniawan, Zain Fanani, Arif Subhan, M. Zainul Labib, M. syauqi, Rocky Prabowo, Syaid Fathurrahman, Misbahuddin, pihak JNE yang selalu mengantar buku ke kosan, dan lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah selalu membantu dan menjadi penyemangat penulis.

7. Seluruh sahabat-sahabatku di PAI angkatan 2007 teman senasib dan seperjuangan terutama kelas PAI-D, yang telah banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan dan persahabatan.

8. Seluruh warga dan sahabat-sahabatku di kosan cimandiri cipayung ciputat. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berharap dan berdoa semoga amal baik mereka yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Âmîn yâ Rabbal ‘Âlamîn.

Jakarta, 20 Maret 2014

(9)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II : KAJIAN DESKRITIF KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ... 10

B. Pendekatan Pendidikan Anak Usia Dini ... 19

C. Masa Perkembangan Anak ... 20

D. Hak Anak dalam Keluarga ... 21

E. Langkah-langkah dalam Mendidik Anak ... 22

F. Metode Penanaman Nilai-nilai Islam pada Diri Anak ... 24

1. Hiwar (Dialog) ... 24

2. Kisah ... 24

3. Perumpamaan ... 25

4. Keteladanan ... 26

5. Latihan dan pengamalan ... 26

6. Ibrah dan Mau’izhah ... 27

7. Targhib dan Tarhib ... 27

G. Materi Pendidikan Anak Usia Dini ... 28

1. Tarbiyah Jismiyah ... 29

(10)

v

A. Objek dan Waktu Penelitian ... 34

1. Objek Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitian... 34

B. Metode Penulisan ... 34

1. Pendekatan Penelitian ... 34

2. Sumber Data ... 35

3. Analisis Data ... 36

C. Fokus Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

BAB IV : KANDUNGAN SURAT LUQMAN AYAT 12-15 A. Teks dan Terjemahan Surat Luqman Ayat 12-15 ... 38

B. Gambaran Umum Surat Luqman Ayat 12-15 ... 39

C. Makna Kosa Kata Surat Luqman Ayat 12-15 ... 39

D. Asbabun Nuzul Ayat ... 42

E. Munasabat Ayat... 42

F. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-15 dan Konsep Pendidikan Anak Usia Dini yang Terkandung Di dalam nya ... 45

1. Ayat 12 ... 45

2. Ayat 13 ... 51

3. Ayat 14 ... 55

4. Ayat 15 ... 59

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan pada anak usia dini yang juga merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia ini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang harus dijalani oleh seluruh umat manusia, karena dalam agamapun kita diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam berfungsi sebagi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, petunjuk disini bermakna umum, artinya al-Qur’an selain menjadi petunjuk ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah dan akan mengantarkan kebahagiaan di akhirat juga bermakna sebagai petunjuk dalam menapaki kehidupan di dunia. Karena pada hakikatnya Islam selalu mengajarkan umatnya untuk selalu menggapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

(12)

dilahirkan dari orang tua yang jahat berpotensi menumbuhkan sifat-sifat tercela dalam perilakunya. Seandainya hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kebaikan dan diserahkan kepada pendidik yang baik, ada kemungkinan sifat-sifat buruk mereka akan tertutupi dan tumbuh menjadi orang yang memiliki keutamaan dan keimanan.

Seorang anak pada usia dini mempunyai daya tangkap yang kuat dalam menerima pendidikan. Dia memiliki kecenderungan untuk ingin tahu atau mengamati segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Pada masa itu, dia memiliki kebebasan yang cukup besar dan tidak atau belum menerima ajaran atau berbagai pengalaman pahit lainnya. Oleh karena itu, setiap anak senantiasa akan mendengar, melihat menikmati atau merasakan berbagai hal yang cukup dan hal-hal yang baru selama ia mampu mempersiapkan dirinya untuk melaksakan semua itu. Mayoritas anak-anak apabila mendapat stimulant maka mereka akan menciptakan maupun menikmati keindahan, mencintai, seseorang dan mempercayai seluruh pengetahuan tersebut dengan senang hati. Semua itu merupakan kesempatan yang baik untuk membiasakan mereka berpikir ilmiah dan cermat.

Anak-anak adalah harapan masa depan dan penerus kelangsungan serta kelanjutan hidup. Oleh karena itu tugas orang tua adalah mendidik dan mengarahkan anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Karena pada anak usia dini penuh dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka berhasrat untuk menjadi seorang individu yang memiliki kemampuan memadai sesuai dengan taraf kedewasaannya. Bila sejak usia dini, seorang anak memperoleh kesempatan baik, maka kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif.

(13)

dan mampu untuk memasuki kurun waktu yang mengandung tantangan baru, inspirasi baru, dan kekuatan baru yang muncul dalam masyarakat yang bergerak dinamis.1

Pendidikan merupakan sesuatu hal yang urgen bagi siapapun, termasuk bagi anak. Pada saat sekarang ini banyak sekali pendidikan yang diberikan pada anak pra sekolah atau lebih dikenal dengan istilah pendidikan anak usia dini, sebagai upaya untuk memberikan bekal dasar bagi kepentingan kehidupan anak di masa dating dan mempersiapkan anak memasuki jenjang selanjutnya. Pendidikan anak usia dini menjadi strategi manakala ia menjadi tolak ukur keberhasilan pada tahap berikutnya. Karena pada usia dini yaitu nol sampe usia delapan tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang akan mewarnai proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya.2

Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan seusai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar. Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbullah rasa kasih saying para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membingbing keturunan mereka.3Allah SWT berfirman:

                                          1

Masarudin Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, 2003), h. 16.

2

Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan

Masyarakat, (Semarang:Aktif Media,2009), h.45-46.

3

(14)

ﻥﺎﻤﻘﻟ ﺓﺭﻮﺳ) / ٣١ : ١٥ (

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Luqman/31:15)4

Allah SWT juga berfirman:

                                ﱘﺮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ) / ٦٦ : ٦ (

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/66: 6)

Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini, maka dapat diambil keimpulan bahwa Luqman sangat melarang anaknya melakukan syirik. Larangan ini adalah suatu larangan yang memang patut disampaikan disampaikan Luqman kepada puteranya karena mengerjakan syirik itu adalah suatu perbuatan dosa yang paling besar. Anak adalah sambungan hidup dari orang tuanya, cita-cita yang tidak mungkin dapat dicapai orang tua selama hidup didunia diharapkannyalah anaknya akan mencapainya. Demikian pula kerpercayaan yang dianut orang tuanya disamping budi pekerti yang luhur sangat diharapkannya agar anak-anaknya menganut dan memiliki semuanya itu dikemudian hari.5

Pendidikan anak merupakan realisasi tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Dimulai dari lingkup terkecil, yaitu orang tua, sejak kelahiran seorang anak, setiap orangtua berharap anaknya sukses dalam

4

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama, 2002), h.582.

5

(15)

kehidupannya. Pemahaman bahwa keberhasilan dan kesuksesan anak dapat diraih dan ditentukan oleh aspek pendidikan, membuat keinginan orangtua semakin kuat untuk menyekolahkan anak.

Anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi bukan berarti mereka tidak punya potensi. Mereka mempunyai potensi besar untuk tumbuh dan menjadi manusia yang baik. Namun hal ini tergantung lingkungan yang mempengaruhinya. Tentunya akan disesuaikan dengan bakat dan minat yang dibawanya sejak lahir.

Adalah kewajiban orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, karena orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari orangtualah anak-anak pertama kali menerima pendidikan.6 Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orangtua dalam pendidikan anak-anaknya. Apalagi kalau kita melihat bahwa tujuan pendidikan dalam islam ialah terbentuknya insan kamil dengan pola takwa.

Dalam menerapkan suatu konsep pendidikan anak yang digunakan maka bagi setiap orang tua perlu kiranya untuk memperhatikan perkembangan psikis anak. Sehingga dalam menetapkan materi, metode dan tujuan pedidikan sesuai dengan kondisi kejiwaan anak. Dengan kata lain, dalam melaksanakan pendidikan anak dalam keluarga, perlu memilih metode yang baik dan bijakga serta materi yang sesuai ajaran Islam.

Sebagai umat Islam, yang menganggap pelaksanaan pendidikan sebagai upaya menginformasikan, menstranformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai mestinya tidak terlepas dari nilai-nilai-nilai-nilai yang ada di al-Qur’an dan al-Hadis tidak terkecuali nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan anak.

Kalau kita tilik dalam tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan, dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

6

(16)

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tnggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.7

Alasan kesibukan, keterbatasan waktu, dan kemampuan orang tua terkadang menjadi faktor mendasar untuk memasukkan anak pada lembaga pendidikan, yang ditambah dengan kurangnya pengetahuan tentang perkembangan anak dan sumber belajar yang tidak memadai. Adanya tuntutan lembaga pendidikan setingkat di atasnya, juga mendorong orangtua untuk menyekolahkan anak. Begitu tinggi harpan orangtua. Lembaga pendidikan terkadang tidak lagi mempertimbangkan factor-faktor kejiwaan anak didik. Akibatnya, anak dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang terkadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Ironisnya, hal ini biasanya terjadi tanpa disadari oleh orangtua dan penyelenggara pendidikan. Sikap kurang proporsional dalam medidik anak seakan melahirkan kesan bahwa pendidikan telah melakukan “penindasan” terhadap anak.

Aspek lain menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi di era globalisasi dewasa ini hampir menjadikan dunia tidak ada batas antar wilayah dan Negara. Hal ini berdampak masuknya budaya dan informasi dari Negara lain ke dalam budaya lokal dengan sangat mudah, bahkan tidak dapat dihindarkan, baik melalui televise, internet, maupun media lainnya. Hal ini disadari atau tidak berpengaruh terhadap moralitas anak yang tentu saja dilanda krisis.

Krisis moralitas itu dengan mudah dapat diketahui melalui layanan informasi, pemberitaan, dan surat kabar. Indikasi krisis moral terlihat dari dua aspek. Pertama, krisis moral yang dilakukan oleh anak sehingga memposisikan anak sebagai subjek kejahatan. Kedua, krisis moral terhadap anak yang dilakukan orang dewasa, sehingga menjadikan anak sebagai objek tindak kejahatan. Realitas-realita inilah yang mendorong penulis untuk mencermati lebih dalam tentang objek penelitian pada aspek epistemology pendidikan anak, dan menjadikan al-Qur’an sebagai fokus kajian. Kenapa harus tema pendidikan anak?.

7

(17)

Karena diyakini sepenuhnya bahwa keberhasilan pendidikan anak merupakan dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Tidak ada yang lebih mempercepat suatu kemajuan bangsa tanpa diimbangi kesuksesan dalam menciptakan generasi penerus bangsa itu sendiri, yang dilakukan melalui jalur pendiikan. Dengan kata lain tidak ada hambatan yang lebih besar dalam membangun bangsa melebihi kegagalan dalam pendidikan anak.

Berangkat dari pemaparan tersebut di atas, peneliti akan mencari epistemologi pendidikan anak yang dinarasikan oleh al-Qur’an dalam bentuk kisah-kisah teladan para Nabi dan orang shalih yang dipandang penting untuk diperhatikan. Dari alasan-alasan tersebut peneliti memilih suatu tema pendidikan anak yang ada dalam ayat al-Qur’an dengan sebuah penelitian berjudul : “Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Muqoran Q.S Luqman Ayat 12-15)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan penelitian ini yaitu:

1. Terjemahan dan masih banyak Mufasir yang belum menyinggung tentang konsep pendidikan anak usia ini yang terkandung secara tersirat maupun tersurat dalam Qs. Luqman Ayat 12-15

2. Aplikasi surat Luqman ayat 12-15 dalam pendidikan anak usia dini 3. Proses sosialisasi yang pertama yang dilakukan orang tua terhadap

anak sudah mulai bergeser.

4. Krisis moralitas dengan mudah dapat diketahui melalui layanan informasi, pemberitaan, dan surat kabar sehingga anak mudah terpengaruhi oleh budaya luar yang tidak baik

(18)

6. Keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini mendorong orang tua mempercayakan putra-putrinya untuk dititipkan dilembaga pendidikan anak.

7. Krisis moral dikarena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi yang dipengaruhi oleh pemberitaan media, internet.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dibahas dibatasi pada :.

1. Terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-15

2. Konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-15

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukan diatas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman ayat 12-15 ?

2. Bagaimana konsep pendidikan anak usia dini dalam Q.S Luqman ayat 12-15 ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui terjemahan beserta tafsir yang terkandung dalam Q.S Luqman ayat 12-15

(19)

F. Manfaat Penelitian

Dalam peneltian konsep pendidikan anak usia dini dalam surat Luqman ayat 12-15 ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, wawasan, serta bahan dalam konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam Qs Luqman ayat 12-15

2. Manfaat Praktis

Di antara manfaat-manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: a. Bagi Akademik

Dapat memotivasi bagi pengembangan keilmuan di bidang tafsir, membuka kemungkinan penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali hasil pengkajian ini. Dan secara tersurat memberikan petunjuk bagaimana mengajarkan pendidikan pada seorang anak yang sesuai konsep Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-15.

b. Bagi Masyarakat

Mengetahui dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat bagaimana pendidikan yang harus dilakuka orangtua terhadap anaknya khususnya pada anak usia dini

c. Bagi Orang tua dan Anak 1) Bagi Orang Tua

Untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sehingga anak mendapatkan pendidikan yang layak dan benar

2) Bagi Anak

(20)

10 BAB II

KAJIAN DESKRITIF KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Isitilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Isitilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “Paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.9

Definisi pendidikan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bab I ayat I dikemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.10

8

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.13.

9

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Edisi Kedua, h.232.

10

(21)

Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitas kegiatan belajar mereka.11

Sedangkan arti pendidikan dalam islam kita kenal dengan istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Kata tarbiyah menurut Abdurrahman al-Nahlawi berasal dari tiga kata yaitu: raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang berarti besar, dan yang ketiga rabba-yurabbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.12

Sedangkan kata ta’lim berasal dari kata ‘allama-yu’allimu-ta;liman yang berarti mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang agar memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Seseorang mengajarkan tentang ilmu pengetahuan kepada orang lain agar orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan. Konteks ta’lim ini lebih mengacu kepada aspek kognitif.13

Istilah ta’dib menurut al-Attas merupakan istilah yang paling tepat dalam menunjukan pendidikan Islam, al-Attas mengacu kepada hadist Nabi saw. Ta’dib

diartikan olehnya sebagai pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur yang ditanamkan ke diri manusia atau pesert didik tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembingbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang lebih tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.14 Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Di dalam buku filsafat karangan Zuhairini yang mengutip dari buku “Modern Philosophies of Education”, John S. Brubacher mengemukakan bahwa:

11

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.13.

12

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007) , Cet. VII, h.29.

13

A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), Cet.I, h.8.

14

(22)

Education should be thought of as process of man’s reciprocal adjustment to nature, to his fellow, and the ultimate nature of the cosmos. Education is the organized development and equipment of all the powers of human being, moral intellectual, and physical, by and for their creator as their final end. Education is the process in which these powers (abilities, capacities of men which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artistically contrived, and employed by a man to help another or himself achive the end in view).

Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual, jasmani dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarkatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.15

Menurut Hasan Langgulung istilah education dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin educere berarti memasukkan sesuatu. Istilah pendidikan mengacu pada term tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Istilah tarbiyah berasal dari kata rabba-yurabbi yang menunjukkan arti berkembang. Penggunaan kata tarbiyah yang menunjukkan makna pendidikan dapat dipahami dalam firman Allah SWT dalam surat Al-isra’ ayat 24 yang berbunyi:16

               ) ﺓﺭﻮﺳ ﺀﺍﺮﺳﻹﺍ / ١٧ : ٢٤ (

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. al-Israa/17:24)

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kea rah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin.

15

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet, III, h. 150.

16

(23)

Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.17

Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti umum pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.18

Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa baik sadar dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan menuju terciptanya kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dalam konteks Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia memetik hasilnya di akhirat.19

Adapun tujuan Pendidikan Islam, dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, Insan Kamil artinya manusia utuh jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarkatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.20

17

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet.1, h.9.

18

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I…h.10.

19

Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.I, h. 205.

20

(24)

Ketika seorang anak pertama kali ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka sang anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang dating dalam dirinya.

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menurut para pakar ilmu jiwa ialah masa perubahan tubuh, intelegensi, emosional dan kemampuan interaksi yang member pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya kepribadian. Para ahli pendidikan dan pakar menetapkan bahwa setelah melewati masa kelahiran, seorang anak mengalami beberapa pertumbuhan dan perkembangan yang harus diketahui oleh orangtua untuk memudahkan dalam menentukan langkah pendidikan pada fase umur sehingga orangtua mampu membuat skedul program untuk diterapkan secara tepat dan sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan sehingga anak tumbuh besar bersama pendidikan secara alami.21

Imam al-Ghazali berkata: Anak adalah amanat bagi orangtuanya, hatinya bersih, suci dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orangtuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sang anak akan menjadi orang yang terdidik. Namun apabila seorang anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah ia. Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orangtunya sebagai penanggung jawab dari amanat Allah.22

21

Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, (Jakarta: Darul Haq), h. 131.

22

(25)

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah , bagaimana keadaan kelak di masa datang bergantung dari didikan orangtuanya. Hal ini dijelaskan Rasulullah dalam hadits:

ﻰﹶﻠﻋ ﺪﹶﻟﻮﻳ ﺎﹼﻟﺇ ﺩﻮﻟﻮﻣ ﻦﻣ ﺎﻣ : ﻢﹼﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﹼﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ ، ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ

ﻩﺍﻮﺑﹶﺄﹶﻓ ، ﺓﺮﻄﻔﻟﺍ

ﻭﺃ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ) ﻪﻧﺎﺴﺠﳝ ﻭﺃ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼﻨﻳ

(

“Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (H.R. Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orangtua terhadap anak-anaknya, ia bisa “menentukan” keadaan anaknya kelak di masa datang. Oleh karena itu sudah seharusnya para orangtua bersungguh-sungguh dan berhati-hati (dengan tetap berdasarkan agama) dalam mendidik anaknya.

Mendidik anak merupakan pemberian dan warisan yang utama dari orangtua terhadap anak-anaknya. Rasulullah bersabda:

ِﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﹼﻥﺃ ﻩﺪﺟَ ﻦﻋ ﻪﻴﺑﺃ ﻦﻋ ، ﺹﺎﻌﻟﺍ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ ﹺﻦﺑ ﻭﺮﻤﻋ ﹺﻦﺑ ﻰﺳﻮﻣ ﹺﻦﺑ ﺏﻮﻳﺃ ﻦﻋ

ُﷲﺍ ﻰﹼﻠﺻ

ﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ

ﻢﹼﻠ

ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ( ﹴﻦﺴﺣ ﹴﺏﺩﺃ ﻦﻣ ﹶﻞﻀﹾﻓﺃ ﹺﻞﺤﻧ ﻦﻣ ﻩﺪﻟﻭ ﺪﻟﺍﻭ ﹶﻞﺤﻧ ﺎﻣ ) ﻝﺎﻗ

“Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik daripada budi (pendidikan) yang baik.” (HR. Turmudzi)

ﺟ ﻦﺑ ﻝﺎﻗ

ﺎﻣ ﹺﻦﺑ ﺲﻧﹶﺃ ﺖﻌﻤﺳ : ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹺﺮﻴﺒ

ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﻗ ﹸﻝﻮﻘﻳ ﻚﻟ

ﺮﹾﻛﺃ ﻢﹼﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ُﷲﺍ ﻲﹼﻠﺻ

ﺍﻮﻣ

ﺍﻮﻨﺴﺣﺃﻭ ، ﻢﹸﻛﺩﻻﻭﺃ

ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ ) ﻢﻬﺑﺩﺃ

(

“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah akhlak mereka”. (HR. Ibnu Majah)23

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Anak adalah keturunan dari ayah dan ibu atau keturununan yang kedua.24 Yang dimaksud anak dalam UU RI

23

Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 85-86.

24

(26)

tentang perlindungan anak pasal I menyatakan anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi anak dutentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih cepat. Dan termasuk anak yang masih dalam kandungan disebut juga anak.25

Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Selain sebagai amanah dari Allah SWT, anak juga merupakan cikal bakal yang akan memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan hasil pembangunan demi kebahagiaan dunia akhirat. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, serta sosialnya secara utuh dan seimbang. Memberikan perlindungan terhadap anak, baik jasmani maupun rahani, merupakan keharusan yang selaras dengan perintah Alah SWT.26

Dalam buku karangan Abdullah Nasih Ulwan, menurutnya anak adalah amanat Allah yang harus dibina, dipelihara, diurus secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi insan kamil.27 Karena itu anak perlu mendapatkan pendidikan dari kedua orangtuanya, bahkan pendidikan anak, jika telah dilaksanakan dengan baik dan terarah, maka tidak lain adalah fondasi yang kuat untuk mempersiapkan pribadi yang shalih dan bertanggung jawab atas segala persoalan dan tugas hidupnya.

Ulwan menambahkan lagi, materi yang diberikan berupa pendidikan moral, fisik, akal, jiwa, sosial, seks, dan yang terpenting itu adalah agama. Bahkan menurut Ulwan pendidikan anak dapat dimulai ketika laki-laki (suami) memilih calonnya. Karena calon yang akan dipilih oleh laki-laki (istri) sangatlah mempengaruhi setiap kepribadian anak. Sebab anak akan lebih dekat hubungannya dengan ibu (calon yang dipilih), khususnya secara psikologis. Karena ketika istri mengandung dan menyusui secara tidak langsung telah

25

Undang-undang RI, Tentang Perlindungan Anak No.23 Tahun 1997, (Surabaya: Media Center, 2006), Cet. 1, h. 119.

26

Subhan Husain Albari, Agar Anak Rajin Solat, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), Cet. I, h. 11.

27

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul awlad

(27)

meletakkan pondasi dasar atas prilaku dan karakter yang dimiliki oleh istri (ibu dari si anak).28

Pada zaman jahiliyah kedudukan anak dalam sebuah keluarga sangatlah mempengaruhi posisi keluarga dalam masyarakat. Karena ketika dalam sebuah keluarga terlahir anak laki-laki maka keluarga tersebut menjadi terpandang, tetapi sebaliknya ketika sebuah keluarga terlahir anak perempuan maka keluarga itu menjadi cemohan masyarakat. Ketika nabis saw diutus oleh Allah salah satu ajarannya adalah mengumandangkan persamaan hak antara pria dan wanita. Sebagai realisasi dari perintah al-Qur’an dan Nabi saw ini maka para orangtua sepanjang masa menerapkan dasar keadilan dan persamaan hak di dalam kecintaan, perlakuan dan kasih saying kepada anak-anak, tanpa membedakan antara pria dan wanita. 29

ﱄﺍﺰﻐﻟﺍ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻝﺎﻗ

ﱃﺎﻌﺗ ﷲﺍ ﻪﲪﺭ

ﹲﺔﺴﻴﻔﻧ ﹲﺓﺮﻫﻮﺟ ﺮﻫﺎﻄﻟﺍ ﻪﺒﻠﻗﻭ ،ﻪﻳﺪﻟﺍﻭ ﺪﻨﻋ ﹲﺔﻧﺎﻣﺃ ﱯﺼﻟﺍ) :

ﲑﳋﺍ ﺩﻮﻋ ﻥﺈﻓ ،ﻪﻴﻟﺇ ﹸﻝﺎﻤﻳ ﺎﻣ ﻞﻛ ﱃﺇ ﹲﻞﺋﺎﻣﻭ ،ﺶﻘﻧ ﻞﻜﻟ ﹲﻞﺑﺎﻗ ﻮﻫﻭ ،ﺓﺭﻮﺻﻭ ﹴﺶﻘﻧ ﻞﻛ ﻦﻋ ﹲﺔﻴﻟﺎﺧ

،ﻪﻴﻠﻋ ﺄﺸﻧ

،ﻚﹶﻠﻫﻭ ﻲﻘﺷ ،ﻢﺋﺎﻬﺒﻟﺍ ﻝﺎﳘﺇ ﹶﻞﻤﻫﹰﺃﻭ ﺮﺸﻟﺍ ﺩﻮﻋ ﻥﺇﻭ ،ﻩﺍﻮﺑﺃ ﺓﺮﺧﻵﺍﻭ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﰲ ﺪﻌﺳﻭ

ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﺔﺒﻗﺭ ﰲ ﺭﺯﹺﻮﻟﺍ ﻥﺎﻛﻭ

30

Menurut al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin telah mengatakan:

Ash-Shabiy atau anak merupakan amanat di tangan kedua orangtuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa kebiasaan berbuat baik akan dapat tumbuh subur sehingga ia akan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jika sang anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dengan baik dan akan memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Kemudian pahala yang dipetiknya turut dinikmati oleh kedua orangtuanyaa. Dan apabila dibiasakan pada hal-hal yang buruk, dan ditelantarkan begitu saja bagaikan memperlakukan hewan ternak, maka niscaya sang anak akan tumbuh menjadi seorang yang celaka dan binasa. Dan dosa yang ditanggung sang

28

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul awlad fil islam oleh Jamaluddin Miri…..h. 38

29

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terjemahan dari tarbiyatul awlad fil islam oleh Jamaluddin Miri…h. 38.

30

(28)

anak itu, akan menjadi beban bagi orang yang pernah mengajarinya dan yang menjadi walinya.

Cara mendidik anak adalah hendaknya mengajari akhlak-akhlak yang baik, kemudian menjaganya dari pergaulan yang buruk dan jangan membisaakannya berfoya-foya. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud fil Ahkamil Maulud yang dikutip oleh Muhammad Ali Qutb dalam bukunya yang berjudul Sang Anak dalam Lindungan Islam:

Termasuk diantaranya hal yang sangat dibutuhkan didalam mendidik anak ialah memperhatikan masalah akhlak. Sang anak akan tumbuh sesuai dengan apa yang dibiasakan kepadanya oleh sang pendidik semasa sang anak masih kecil. Oleh karena itu kita jumpai banyak orang yang akhlaknya menyimpang dari kebenaran, yang disebabkan oleh pendidikan dimana ia dibesarkan.31

Dari ungkapan di atas jelaslah bahwa pendidikan orangtua terhadap anak mempengaruhi tingkah laku dan karakter anak tersebut. Termasuk dalam membina watak anak perlu memperhatikan bakat dan potensi yang terpendam di dalam diri anak yang sesuai dengan kecendrungannya. Ia harus dipersiapkan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan pembawaannya, dan jangan sekali-kali dibebankan kepadanya hal-hal yang tidak mampu dilakukannya mengingat bakatnya tidak sesuai dengan hal itu.

Usaha orang tua dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Orang tua harus memiliaki kesabaran dan kretivitas yang tinggi. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh para orang tua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:

1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak 2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak

31

(29)

3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.32

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari penjelasan undang-undang tersebut, maka dapat kita pahami bahwa yang dimaksud dengan anak usia dini adalah anak pada masa pra sekolah, yaitu dimulai dari anak usia 0 tahun sampai 6 tahun. Sebagian pakar mengatakan bahwa yang dimaksud anak usia dini adalah dari 0 tahun sampai 8 tahun. Dan sebagaiamana dijelaskan dimuka bahwa dalam Islam untuk memulai pendidikan anak sejak masa pemilihan calon yaitu ibu.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwasanya pendidikan anak usia dini adalah suatu proses transformasi pengetahuan, wawasan serta pengalaman hidup orang dewasa (di dalam hal ini lebih fokusnya adalah orangtua) kepada anak yang menjadi tanggung jawabnya dengan tujuan sang anak dapat menerima semua yang diajarkan secara sadar untuk direalisasikan dala kehidupan, seperti terbentuknya karakter yang kuat, bebas dan mandiri.

B. Pendekatan Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang diadopsi dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan proses, konkret, holistik dan discovery. Holistik dilakukan antara lain dalam bentuk melakukan pembelajaran kontekstual. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran diupayakan menstimulasi semua dimensi pengembangan secara keseluruhan. Discovery dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan

32

(30)

kemampuan mengamati, mengidentifikasi, bereksperimen, bereksplorasi, memaknai dan menyimpulkan hasil pengamatan.33

C. Masa Perkembangan Anak

Para pendidik atau orangtua harus mengenali perkembangan dan pertumbuhan anak secara alami sehingga mampu menentukan langkah dan kebijakan proses pendidikan secara benar maka hendaklah memperhatikan hal-hal dibawah ini:

1. Fase balita adalah masa menyusui dan menyapih yaitu setelah anak berumur 2 tahun. Beberapa ciri dibawah ini merupakan manifestasi dari adanya proses pekembangan pada bayi yaitu : Adanya perkembangan fisik nampak dari makin bertambahnya ukuran panjang dan berat badan bayi. Perkembangan motorik nampak dari adanya respon bayi terhadap rangsang berupa gerakan seluruh tubuh dan refleks-refleks. Perkembangan berpikir (kognitif) pada bayi di tandai oleh persyaratan rasa ingin tahu.

2. Fase balita antara umur 3 hingga 5 tahun yaitu masa pendidikan pra sekolah dan play group.Beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah

: a. Perkembangan motorik :dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia ini lebih lincah dan aktip berrgerak. b. Perkembangan bahasa dan berfikir: Kemampuan berbicara lisan pada anak akan berkambang karena terjadi selain oleh pematangan dari organ – organ bicara dan berpikir,juga karena lingkunga ikut membantu mengembangkannya

3. Fase kanak-kanak yaitu antara umur 6 hingga 8 tahun yaitu fase anak mulai masuk sekolah dasar. Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Dengan memasuki S.D. salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak adalah kematangan sekolah. Pada masa anak

33

(31)

sekolah ini ,anak –anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman, bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya ,akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan terpupuklah “industry”

4. Fase peralihan yaitu umur 9 hingga 12 tahun yaitu akhir anak memperoleh pendidikan dasar.Dimulai dengan tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin (seksual).

5. Fase remaja atau baligh yaitu umur 12 hinga 15 tahun yaitu umur pertumbuhan anggota tubuh dan kematangan secara psikologi atau kewajiban bagi anak laki-laki dan anak perempuan.

6. Fase puberitas usia 15 hingga 18 tahun yaitu fase anak sudah duduk di bangku SMU.

7. Masa produktif umur 18 hingga 30 tahun.

8. Masa dewasa yaitu masa peralihan dari produktif hingga umur enam puluh tahun.

9. Masa manula yaitu masa mulai umur enam puluh.34

Disini penulis mengambil fase balita hingga fase kanak-kanak, yaitu antara anak umur 0 tahun hingga anak masuk sekolah dasar.

D. Hak Anak dalam Keluarga

Menanamkan pendidikan yang jangkaunnya jauh ke zaman depan itu, harus diusahakan semenjak dari anak-ana masih di dalam asuhan ibu dan bapak di dalam rumah tangga. Membentuk anak-anak yang berbakat harus sudah dimulai semenjak sang anak masih kecil, masih di dalam buaian dan asuhan seorang ibu, yang membelai dan menyayanginya dengan penuh kasih saying.

34

(32)

Di antara hak seorang anak adalah hendaknya ia hidup di sebuah rumah tangga yang islami dan tentram, dimana setiap anggota keluarga dari rumah itu melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Dan rumah itu di penuhi dengan kejujuran, akhlak mulia dan kedua orangtuanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut agama dan dunia dengan penuh keihklasan dan tanggung jawab. Karena pendidikan seorang anak dimulai dengan cara meniru dan suri tauladan.

ﺪﹶﻟﻮﻳ ﺎﹼﻟﺇ ﺩﻮﻟﻮﻣ ﻦﻣ ﺎﻣ : ﻢﹼﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﹼﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ ، ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ

ﻰﹶﻠﻋ

ﻩﺍﻮﺑﹶﺄﹶﻓ ، ﺓﺮﻄﻔﻟﺍ

ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ) ﻪﻧﺎﺴﺠﳝ ﻭﺃ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼﻨﻳ ﻭﺃ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ

(

“Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (H.R. Bukhari)

Seorang anak datang kedua dengan mempunya akal, fikiran dan perasaan yang seperti kertas putih dan bersih. Dia mempunyai kesiapan yang dipersembahkan kepadanya. Untuk itulah bagi kedua orangtua hendaknya mereka mengetahui tentang penting pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang anak secara keseluruhan.

Hak yang lainnya adalah anak mendapatkan pendidikan yang sempurna, baik pendidikan jasmani, akhlak dan rohani. Orangtua harus bisa memperhatikan makanannya, seperti kandungan gizi yang terdapat di dalam makanannya. Orangtua juga harus memperhatikan kebersihannya, baik badan, pakaian, rambut dan sebagainya, orangtua juga harus memperhatikan tentang masalah pergaulannya.

E. Langkah-langkah dalam Mendidik Anak

(33)

proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar keselamatan mental dan moralnya.

Pentingnya pendidikan Islam oleh para orang tua terhadap anak-anak mereka didasarkan oleh sabda Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak-anak itu Nasrani, Yahudi atau Majusi.35

Hal tersebut juga didukung oleh teori psikologi perkembangan yang menegaskan bahwa masing-masing anak dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih. Teori ini dikenal dengan “Tabularasa”, yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, ia akan menerima pengaruh dari luar lewat indera yang dimiliki.

Tentang pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan anak di lingkungan keluarga ini, Allah swt berfirman:

                                ﱘﺮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ) / ٦٦ : ٦ (

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/22: 6)

Ada beberapa aspek pendidikan yang perlu diterapkan oleh para orangtua dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anak mereka sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan hadist. Diantara aspek-aspek tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan (akidah), pelaksanaan ibadah, akhlak, dan lain sebagainya.

Memang usaha orangtua dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Orangtua harus memiliki kesabaran dan kreativitas yang tinggi. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh para orangtua muslim dalam mendidik anak. Berikut beberapa langkah tersebut:

35

(34)

1. Memahami tentang konsep dan tujuan pendidikan anak. 2. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.

3. Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian, setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.

Cara mudah mendidik anak dengan nilai-nilai yang baik antara lain orangtua harus terlebih dahulu mempraktikannya sebelum nilai tersebut ditransfer kepada anak. Orangtua harus menjamin lingkungan anak sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu orangtua harus menjalankan fungsinya masing-masing.36

F. Metode Penanaman Nilai-nilai Islam pada Diri Anak

Pendidikan atau penanaman nilai-nilai Islam pada diri anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah yang baik dan benar. Sehubungan dengan hal ini, Abdurrahman an-Nahwali mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak. Berikut adalah ketujuh kiat tersebut:

1. Hiwar (Dialog)

Mendidik anak dengan cara dialog merupakan suatu keharusan bagi orangtua. Oleh karena itu kemampuan berdialog mutlak harus ada pada setiap orangtua. Dengan dialog, akan terjadi komunikasi yang dinamis antara orangtua dengan anak, serta lebih mudah dipahami dan berkesan. Selain itu orangtua akan mengetahui perkembangan pemikiran dan sikap anak. Rasulullah saw juga menerapkan langkah ini dalam mendidik anak.

2. Kisah

Mendidik anak dengan cara berkisah sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Sebuah kisah yang baik akan menyentuh jiwa dan memotivasi anak untuk mengubah sikap. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka sifat baik tokoh tersebut akan ditiru oleh anak yang bersangkutan.

Banyak sekali kisah-kisah sejarah, baik kisah para nabi, sahabat, pahlawan, atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dalam membentuk keprinbadian anak. Fenomena semakin banyaknya anak yang

36

(35)

pemalas, tidak mau berusaha dan tidak menerima beres merupakan salah satu dampak dari kisah khayalan yang menampilkan pribadi-pribadi pemalas, tetapi selalu ditolong dan diberi kemudahan.

Cerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk menarik perhatian anak dan merangsang otaknya agar bekerja dengan baik, bahkan metode ini dianggap yang terbaik dari cara-cara lain dalam mempengaruhi pola piker anak. Karena dengan mendengar cerita, anak merasa senang sekaligus menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw sejak dulu, beliau seringkal bercerita tentang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.

Ada satu hal penting yang haru digarisbawahi, yaitu bahwa kisah kisah yang diceritakan Rasulullah saw bukanlah cerita bohong belaka, melainkan riwayat-riwayat yang jelas latarbelakangnya dan sejarahnya serta yang paling mengandung nilai-nilai pendidikan dan ruh keislaman yang dapat mendorong anak yang mendengarkan untuk bersikap sesuai dengan akhlak luhur dan mulia yang diajarkan oleh Islam kepada seluruh umatnya.37

3. Perumpamaan

Al-Qur’an dan hadits banyak sekali mengemukaan perumpamaan. Jika Allah swt dan Rasul-Nya mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti orang tua jug harus mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai contoh, orangtua berkata kepada anaknya, “Bagaimana pendapatmu bila ada seorang anak yang rajin shalat, giat belajar, dan hormat kepada kedua orangtuanya, apakah anak ini akan disukai oleh ayah dan ibunya?” Maka si anak pasti berkata, “Tentu, anak itu akan disukai oleh ibu bapaknya.”

Dari ungkapan itu, orang harus terus menerus memberikan arahan terhadap anaknya sampai sang anak betul-betul menyadari bahwa kalau mau disayang oleh orangtua, yang dilakukan sang anak adalah rajin shalat, giat belajar dan hormat kepada kedua orangtuanya. Begitu juga dengan persoalan-persoalan lainnya.

37

(36)

4. Keteladanan

Orangtua merupakan pribadi yang sering ditiru oleh anak-anaknya. Kalau perilaku orangtua baik, maka anak akan meniru hal-hal yang baik. Sebaliknya, bila perilaku orangtua buruk, maka anaknya akan meniru hal-hal yang buruk pula. Dengan demikian, keteladan yang baik merupakan salah satu kiat orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih, maka yang harus menjadi shalih terlebih dahulu adalah orangtua.

Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini para orangtua, pendidik atau da’i member contoh atau teladan terhadap anak/peserta didiknya bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan sebagainya.

Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat, menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.

Maksudnya adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran, apabila kita menghendaki orang lain juga mengerjakannya, maka mulailah dari diri kita sendiri untuk mengerjakannya.38

5. Latihan dan Pengamalan

Anak yang shalih bukan hanya rajin berdoa untuk kedua orangtuanya, tetapi, ia juga berusaha secara maksimal untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat mengajarkan amalan Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini. Ia harus dilatih sejak awal tentang shalat, puasa, berjibab, dan lain sebagainya. Tanpa latihan yang dibiasakan, seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran Islam, meskipun ia telah memahaminya. Oleh karena itu, seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak-anaknya dan melakukan control agar seorang anak disiplin dalam melaksanakan ajaran Islam.

38

(37)

6. Ibrah dan Mau’izah

Para orangtua bisa mengambil pelajaran bagi anak-anaknya dari berbagai kisah, misalnya tentang sejarah. Begitu pula dengan peristiwa yang actual, bahkan dari kehidupan makhluk lain, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Bila orangtua sudah berhasil mengambil pelajaran dari suatu kejadian bagi anak-anaknya, langkah berikutnya adalah memberikan nasihat (mau’izah) yang baik.

Memberi nasihat itu tidak selalu harus dengan kata-kata. Nasihat bisa dilakukan melalui kejadian-kejadian tertentu yang menggugah hati seperti menjenguk orang sakit, takziah, ziarah ke kubur dan lain sebagainya.

7. Targhib dan Tarhib

Targhib adalah janji-janji yang menyenangkan bagi seseorang yang melakukan kebaikan, sedangkan tarhib adalah ancaman yang mengerikan terhadap orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadist yang mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya, orangtua juga mesti menerapkan metode dalam mendidik anaknya.39

Pahala dari mendidik anak sangatlah besar, malah apabila orangtua berhasil dalam mendidik sehingga anak-anaknya menjadi shalih maka pahalanya mengalir terus meskipun orangtuanya telah meninggal. Hal ini dijelaskan dalam hadist:

ﺩﺁ ﻦﺑﺍ ﺕﺎﻣ ﺍﹶﺫﹺﺇ : ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ

ﻪﹸﻠﻤﻋ ﻊﹶﻄﹶﻘﻧﺍ ﻡ

ﹲﺔﹶﻗﺪﺻ : ﺙﻼﹶﺛ ﻦﻣ ﺎﹼﻟﺇ

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ ) ﻪﹶﻟ ﻮﻋﺪﻳ ﺢﻟﺎﺻ ﺪﹶﻟﻭ ﻭﹶﺃ ﻪﹺﺑ ﻊﻔﺘﻨﻳ ﻢﹾﻠﻋ ﻭﹶﺃ ﹲﺔﻳﹺﺭﺎﺟ

(

“Apabila anak Adam (manusia) sudah mati, maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal : shadaqah jariyahnya, ilmunya yang bermanfaat, dan anaknya yang shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim)

Berbahagialah para orangtua yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya sehingga menjadi shalih. Namun untuk mewujudkan itu bukanlah suatu hal yang mudah, karena banyak halangan dan rintangan, terlebih lagi pada masa kini manakala teknologi dan informasi sudah sangat maju yang apabila tidak hati-hati

39

(38)

akan mendatangkan kemudaratan (ketidakbaikan) serta pergaulan anak muda sudah banyak yang menyimpang dan cenderung kepada ke maksiatan. Di sinilah tugas orang tua menjadi semakin berat, untuk itu perlu kesabaran dan ketaatan dalam beragama supaya pendidikan terhadap anak bisa berjalan lancar.40

Metode ini merupakan metode yang mendorong anak didik untuk belajar suatu bahan pelajaran atas dasar minat yang berkesadaran pribadi terlepas dari paksaan atau tekanan mental. Belajar berdasrkan motif-motif yang bersumber dari kesadaran pribadi dipandang oleh ahli psikologi sebagai suatu kegiatan positif yang membawa keberhasilan proses belajar.41

G. Materi Pendidikan Anak Usia Dini

Istilah materi pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu pengetahuan yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan, bidang-bidang ilmu pengetahuan ini satu dengan yang lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu kesatuan utuh terpadu. Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrok tujuannya. Materi atau isi pelajaran yang disusun sebelumnya harus ditentukan dahulu tujuan yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan skil-skil atau keterampilan-keterampilan, para pelajar itu akan gagal manakala pemikiran kritis dan imajinatif hanya mampu mencapai taraf rendah. Oleh karena itu sulit kiranya untuk menerima pandangan, bahwa materi atau isi pendidikan itu akan mencapai tujuan maksimal hanya dengan mempertimbangkan materi pelajaran yang lain.42

Orang tua wajib mengajarkan syariat sebagai pendorong bagi anak-anak untuk berperangai luhur dan mulia, di samping mengajarkan kepandaian dan keterampilan untuk membuka pintu nafkah hidup mereka di masa depannya.

40

Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan…h. 87.

41

Hamdani Ihsan, Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Cet. III, h. 180.

42

(39)

Untuk mengarungi lautan kehidupan keduniawian dan keakhiratan, anak perlu mendapatkan tiga kelompok materi, yaitu :

1. Tarbiyah Jismiyah

Dengan materi tarbiyah jismiyah, anak akan mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan dari orangtuanya berupa fasilitas untuk menyehatkan, menumbuhkan, dan menyegarkan tubuhnya. Mereka berhak tumbuh dengan tegar, sehingga mampu mamdiri dalam menghadapi tantangan kehidupan dan kesulitan fisik yang dialami demi kesempurnaan hidupnya. Untuk kebutuhan fisik anak, orangtua harus selektif dalam memberikan pemenuhannya agar ada keseimbangan kebutuhan duniawi dan akhiratnya. Pemberian makanan harus dengan pertimbangan dapat meninggikan akhlaknya, yaitu menjaga mereka dari sifat berlebihan. Demikian pula dengan pakaian, harus menunjukan akhlakul karimah sesuai dengan syariat, menghindari hidup bermewah-mewahan, dan budaya anti keselamatan dunia dan akhirat.

Orangtua berkewajiban membantu perkembangan fisik anak, sekaligus memenuhinya dengan doa dan nilai-nilai keagamaan, sehingga mendapatkan barakah dari Allah swt sepenuhnya. Selain itu perlu ditanamkan rasa malu agar anak tidak tumbuh dan berkembang menjadi anak liar, tidak pandai bersukur, tamak dan sombong. Hindarkan mereka dari segala sesuatu yang merugikan kepentingan dunia akhiratnya melalui teladan yang baik dari seluruh anggota keluarganya yang ada disekelilingnya.43

2. Tarbiyah Aqliyah

Dalam materi tarbiyah aqliyah, anak diberi kesempatan memperoleh pendidikan dan pengajaran yang mencerdaskan dan menanjamkan akal. Perlu diingat bahwa orangtua mempunyai peluang yang cukup besar untuk mengembangkan akhlak mulia, melalui pendidikan berhitung, fisika, kimia dan materi lainnya. Dengan menerapkan metode “integrated curricular”, para orangtua dapat membantu proses tumbuh-kembangkan kecerdasan anak, sekaligus meninggikan akhlaknya. Tanamkan keihklasan dalam menuntut ilmu dan

43

(40)

kesabaran dalam mengikuti proses transfer ilmu pengetahuan. Tanamkan pada anak sifat hormat kepada para pendidiknya, menghargai prestasi kawannya. Tumbuhkan sikap kompetitif sehat dalam meraih prestasinya, sehingga tidak tumbuh sikap iri dan dengki terhadap sesamanya.

Semua upaya tersebut akan membantu anak-anak tumbuh cerdas dalam ruang lingkup rasa sukur. Dalam kehidupan sehari-harinya, akhlak mulia sang anak akan tercermin dalam perilakunya yang penuh tanggung jawab, baik dalam belajar, penyampaian, maupun penerapannya.44

3. Tarbiyah Ruhaniyah atau Tarbiyah Adabiyah

Dalam materi tarbiyah ruhaniyah atau tarbiyah adabiyah, unsur-unsur perataan yang telah berbarengan dengan pendidikan jasmani dan akal mereka, akan disempurnakan melalui nasehat yang baik. Sehingga, diharapkan mampu menghaluskan dan menyempurnakan keluhuran budi anak.45 Dalam konteks itulah maka perlu kiranya pendidikan versi Luqman yang memberikan dasarnya dengan keimanan kepada tuhan digali dan diangkat kembali ke permukaan untuk dijadikan tauladan bagi pelaksanaan proses pendidikan anak yang hidup di alam global di mana mayoritas para orangtua tidak lagi memiliki banyak peluang untuk memberikan kebutuhan dasar anak-anak mereka.

Menjadikan keimanan kepada ke-Esaan Allah swt sebagai landasan dasar bagi pendidikan anak-anak merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh orangtua dan orang-orang dewasa sebagai pendidik dan pembimbing mereka, karena hal itu akan memberikan dampak positif serta implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan jiwanya.46 Anak akan menjadi apa kelak, tergantung bagaimana kedua orangtua membimbingnya. Oleh karena itu dalam the golden years ini, hendaknya diperhatikan enam segi fondasi dalam mendidik anak:

a. Segi Ketuhanan dan Spiritual

44

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan

Al-Qur’an,…h.161

45

Aziz Mushtoffa, Aku Anak Hebat Bukan Anak Nakal, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.34-36.

46

(41)

1) Menanmkan prinsip agama dan mengokohkan fondasi Iman. 2) Menanamkan ketataan terhadap agama.

3) Mencarikan teman yang baik. 4) Memperhatikan kegiatan anak. b. Segi Moral

1) Kejujuran dan tidak munafik 2) Menjaga lisan dan berakhlak mulia c. Segi Mental dan Intelektual

1) Menyenangi bacaan yang bermutu yang dapat meningkatkan kualitas diri

2) Menjaga diri dari hal-hal yang merusak akal d. Segi jasmani

1) Diberi nafkah wajib dan kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan tempat tinggal, kesehatan, pakaian dan pendidikan

2) Latihan jasmani, berolahraga, menunggang kuda, berenang, memanah. 3) Menghindari dari kebiasaan yang merusak jasmani

e. Segi Psikologis

Gejala malu, takut, minder, manja, egois dan pemarah f. Segi Sosial

1) Menunaikan hak orang lain dan setiap yang berhak dalam kehidupan 2) Etika social anak.47

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Surat Luqman Ayat 17-19, ditulis oleh Aji Payumi NIM. 106011000065 mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006, dengan hasil penelitian bahwa:

47

(42)

a. Pendidikan akhlak merupakan bidang pendidikan yang sangat penting dan mendapat perhatian serius yang harus ditanamkan sejak dini, karena pendidikan akhlak tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek lainnya seperti spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia yang paripurna (insane kamil) yang taat dan takwa kepada Allah.

b. Surat Luqman merupakan surat al-Qur’an penuh hikmah dan nasihat yang begitu menyentuh dari seorang Luqman al-Hakim, serta mengandung dan sarat akan pendidikan akhlak terutama pada ayat 17-19 yang meliputi, pertama, akhlak kepada Allah, bentuk perilaku yang ditampilkan adalah beribadah kepada-Nya (shalat), amar ma’ruf nahyi munkar, dan sabar. Kedua, akhlak kepada sesame manusia, bentuk perilaku yang ditampilkan adalah tidak memalingkan muka dan tidak sombong kepada orang lain. Ketiga, dan akhlak kepada diri sendiri, bentuk perilaku yang ditampilkan adalah sederhana dalam berjalan dan melunakkan suara, maksudnya tidak meninggikan suara tanpa guna.

2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Luqman (Analisis Surat Luqman Ayat 12-19), Oleh Agus Salim NIM. 107011001320, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007, dengan hasil penelitian bahwa:

a. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman meliputi 3 hal

yaitu aspek pendidikan Akidah, aspek pendidikan Ibadah, aspek pendidikan Akhlak. Bila dijabarkan adalah sebagai berikut: Larangan berbuat syirik; Kepercayan kepada hari akhir dan pembalasan Allah; Berbakti kepada orangtua; Hukum menghormati orangtua kafir; Perintah shalat; Amar ma’ruf nahyi munkar; Konsep sabar; Larangan bersifat sombong dan takabur; Larangan memalingkan muka; Konse

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penulis mempunyai rumusan masalah dalam tesis ini, yaitu bagaimana makna adil dalam al-Qur’an dan bagaimana metode dan aliran tafsir al-Muni> r, serta

Dalam kitab tafsir Zuhaily dan Shobuny penentuan suatu ayat sebagai kinayah didasarkan pada konsep kinayah seperti yang dipahami oleh para pakar balaghah sekarang ini, yaitu

Mengingat penelitian ini terkait dengan penelitian tafsir maka data primer dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir sedangkan yang

Kecerdasan spiritual berada pada berbagai aspek di dalam kehidupan. Aspek-aspek kecerdasan spiritual menurut M.. Surah Luqman ayat 18 mengandung aspek kecerdasan

Dengan penjabaran makna dari ayat 177 surat al-Baqarah dalam yang terdapat dalam tafsir al-Mishbah diharapkan dapat menjadi materi dakwah yang baik bagi para

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tafsir Tematik dan jenis penelitian kepustakaan (library research). Sumber data dalam penelitian ini berasal dari sumber

Para ulama tafsir, dalam hal ini Ibnu Jarȋr, Ibnu Katsȋr dan Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat-ayat Nashārā hampir dengan nada yang sama, bahwa mereka ada yang baik, ada yang tidak

Menurut hasil analisis yang diperoleh bahwa konsep pendidikan Islam dalam al-Qur‟an surat al-Jumu‟ah ayat 1-5 menurut tafsir al-Maraghi adalah konsep pendidikan Islam