• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KAJIAN TAFSIR SURAT AL-LUQMAN AYAT 12-19 TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI KAJIAN TAFSIR SURAT AL-LUQMAN AYAT 12-19 TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI KAJIAN TAFSIR SURAT AL-LUQMAN

AYAT 12-19 TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI

Skripsi ini di ajukan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan ( S.Pd. )

Di susun oleh:

Etik Dwi Novita Ningrum

11613008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTO

ًامِإاَشَتُم ْنُكَت َلَ َو ًلاِعاَفَتُم ْنُك

Jadilah orang yang berfikir optimis dan jangan pernah menjadi orang yang

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahankan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan saya dan mendidik saya

dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan kerelaan serta pengorbanan

yang sangat besar baik secara lahir maupun batin dengan iringan doa

restunya saya dapat melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan.

2. Kepada kakak dan adik saya yang senantiasa memberikan dukungan

kepada saya dalam memberikan motivasi dan slalu memberikan

kebahagiaan kepada saya.

3. Kepada suami saya yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi

dalam menyelasaikan tugas ini.

4. Kepada Fatih, Khairiyyah Titi dan Shohif yang selalu memberikan

semangat kepada saya dalam menyelesaiakn tugas di bangku perkuliahan

dan penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh teman-teman PIAUD 2013 yang senantiasa mengajarkan

kebersamaan kepada saya serta memberikan semangat kepada saya.

6. Rekan-rekan KKN 2017 Dusun mantenan yang telah mengajarkan arti

kebersamaan.

7. Dan seluruh kerabat dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat,

taufiq, dan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “RELEVANSI KAJIAN TAFSIR QUR’AN SURAT

AL-LUQMAN AYAT 12-19 TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI”

tanpa ada halangan yang merintanginya.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan agung kita nabi

Muhammad Saw yang membawa kita ke jalan yang terang dan kelak yang

memberikan syafa’at kepada kita semua.

Dalam penulian skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa

pihak:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. SI selaku ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak

Usia Dini.

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M. SI selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam

(8)

viii

5. Ibu Dra. Siti Farikhah, M. Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah

(9)
(10)

x ABSTRACT

Ningrum, Etik Dwi Novita. 2017. “Relevansi Kajian Tafsir Qur’an Surat Al

-Luqman Ayat 12-19 Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. Skripsi. Fakultas tarbiyyah dan ilmu keguruan. Juran pendidikan islam anak usia dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.

Kata kunci: Kajian Tafsir Surat Al-Luqman Ayat 12-19 dan Pendidikan Anak Usia Dini.

Pengaruh dari lingkungan sekitar akan merusak akhlaq anak jika mereka terlepas dari pengawasan orang tua, sebab zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Dalam menyikapi hal ini peran orang tua sangatlah di butuhkan dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, sehingga menjadi manusia yang berakhlaqul karimah dan memiliki nilai moral dalam pergaulan. Fokus masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana pendapat para mufasirin terhadap surat al-Luqman ayat 12-19 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Apa relevansi Q.S al-Luqman ayat 12-19 terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat mufassiri tentang pendidikan anak usia dini yang terkandung di dalam surat al-Luqman ayat 12-19 dan untuk mengetahui relevansi yang terdapat di dalam surat al-Luqman ayat 12-19 dengan pendidikan anak usia dini.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini metode yang di gunakan adalah metode analisis data, dalam penggunaan penulisan skripsi ini adalah (Contect Analysis), yaitu membahas tentang makna isi ayat surat al-Luqman tentang bagaimana dia mendidik anaknya sehingga menjadi manusia yang kamil dan berakhlaqul karimah sesuai dengan agama.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO……… . v

PERSEMBAHAN……… ... vi

KATA PENGANTAR……… ... vii

ABSTRAK……… ... ix

DAFTAR ISI……… ... x

DAFTAR LAMPIRAN……… ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian... 9

G. SistematikaPenulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini ... 12

B. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ... 12

C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 14

D. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini ... 16

E. Tahapan-tahapan Pendidikan anak Usia Dini ... 18

F. Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini ... 19

(12)

xii

BAB III ASBABUN NUZUL, KAJIAN TAFSIR SURAT AL-LUQMAN AYAT

12-19

DAN POKOK-POKOK ISI SURAT AL-LUQMAN

A. Asbabun Nuzul QS. Al-Luqman Ayat 12-13………. ... 24

B. Biografi al-Luqman ... 26

C. Pandangan Mufassir dalam Surat Al-Luqman

Ayat 12-19 ... 27

D. Pokok-Pokok Isi Surat Al-Luqman ... 48

E. Analisis surat al-Luqman ... 49

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pendapat Ahli Mufassir Tentang Surat Al-Luqman Terhadap

Pendidikan Anak Usia Dini ... 57

B. Relevansi Surat Al-Luqman Terhadap Pendidikan

Anak Usia Dini ... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DaftarPustaka

Lampiran-Lampiran

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Skk

2. Lembar Konsultasi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah harapan masa depan, yang kelak akan menjadi penerus

bangsa dan negara. Oleh karena itu mereka perlu di persiapkan agar kelak

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, bermoral dan berbudi

luhur (Maimun Hasan, 2010:130). Dalam pandangan agam Islam anak

merupakan amanah (titipan) Allah Swt, yang harus di jaga, di rawat, dan di

pelihara dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Sejak lahir dia

memiliki potensi yang harus di kembangkan sebagai penunjang

kehidupannya di masa depan (Fadlillah & Mualifatu, 2013:44).

Dalam pandangan agama Islam, anak di lahirkan dalam keadaan fitrah,

sebagaimana yang telah disabdakan nabi Muhammad Saw:

يِ نرَ نبْخنأ ي ي يرَْهُّزلا ْننع ي ييدْينبُّزلا ْننع ٍب ْرَنح ُنْب ُدَّمنحُم انِنثَّدنح يدييل نوْلا ُنْب ُب يجانح انِنثَّدح

ي ْينهنع َُّللَّا ىَّهنص ي َّللَّا ُلوُس نرَ نلانق ُلوُقني ننانك ُ َِّنأ نة نرَْي نرَُه يبنأ ْننع يبَّينسُمْلا ُنْب ُدييعنس

انمنك ي يِا نس ي جنمُي نو ي يِانرَ ي صنُِي نو ي يِاندي ونهُي ُها نونبنأنف يةنرَْطيفْلا ىنهنع ُدنلوُي َّلَّيإ ٍدوُل ْونم ْنيم انم نمَّهنس نو

نة نرَ ْينرَُه وُبنأ ُلَّوُقني َّمُث نءانعْدنج ْنيم انهييف ننوُّس يحُت ْلنه نءانعْمنج ًةنمييهنب ُةنمييهنبْلا ُجنتُِْت

نةني ْةا آ يَّللَّا يقْهنخيل نلييدْبنت نلَّ انهْينهنع نساَِّلا نرَنطنف يتَّلا ي َّللَّا نة نرَْطيف { ْمُتْئيش ْنيإ اوُءنرَْقا نو

انِ نرَنبْخنأ ٍدْي نمُح ُنْب ُدْبنع انِنثَّدنح و ح ىنهْعن ْلْا ُدْبنع انِنثَّدنح نةنبْينش يبنأ ُنْب يرَْكنب وُبنأ انِنثَّدنح

ُةنمييهنبْلا ُجنتُِْت انمنك نلانق نو يدانِْسي ْلْا انذنهيب ي ي يرَْهُّزلا ْننع ٍرَنمْعنم ْننع انمُه نلَيك يقاَّزَّرَلا ُدْبنع

نءانعْمنج ْرَُكْذني ْمنل نو ًةنمييهنب

“Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid telah menceritakan

(15)

2

Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dengan sanad ini dan dia berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat.”.

Dari hadist tersebut tersirat makna kewajiban dari orang tua adalah

memberikan pendidikan dan mengasuh anaknya, baik buruknya tingkah

laku anak itu tergantung dari pendidikan orang tuanya. Jika kedua orang

tuanya melalaikan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya, maka

dia tidak bisa menjaga amanah yang di titipkan oleh Allah kepadanya.

Jadi di samping itu pentingnya pendidikan anak usia dini juga

mengembangkan potensi anak, dan kreatifitas yang di miliki anak sejak

kecil.

Allah Swt berfirman di dalam surat al-An’am ayat 140:

ْدنق

“sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak mereka

karena ketidak tahuan dan kebodohan mereka”.

Para mufasirin mengartikan membunuh dalam artian luas, tidak hanya

membunuh secara fisik akan tetapi juga membunuh dalam arti

menghilangkan kreatifitas yang di miliki oleh anak tersebut (Fadhlillah &

(16)

3

Di dalam undang-undang sisdiknas tahun 2003 No. 20 yang

menyebutkan Pendidikan Anak Usia Dini, adalah suatu upaya pembinaan

yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut (Musbikin, 2010:36).

Tanpa adanya suatu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini maka orang

tuapun kesulitan dalam mendidik anak untuk menjadi insan yang utuh

karena jika orang tua salah dalam memberikan pendidikan, maka dia akan

kehilangkan kreatifitas dan potensi yang di miliki oleh anak tersebut.

Karena pada usia dini, anak di mulai pembentukan mental dan karakter

semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah tingkat

pertama di sekolah dasar (SD). Ini yang di maksud dengan masa-masa emas

pada anak usia dini. Melalui pendidikan prasekolah ini, selain mental,

seorang anak di persiapkan secara matang untuk bersaing mempunyai

ketrampilan tersendiri, menjadi seorang pemimpin yang andal dan

pemberani tampil di tengah-tengah masyarakat (Lilis Madyawati, 2016:5)

Selanjutnya orang tua memiliki tanggung jawab yang utama dalam

mendidik anak-anak di bawah umur 6 tahun, di mana kecerdasan anak akan

berkembang pesat. Oleh sebab itu orang tua harus memberikan pedidikan

yang baik kepada anaknya (Sudarna, 2014:20)

Yang perlu menjadi perhatian orang tua terhadap salah satu hak anak

(17)

4

anaknya, karena keluarga merupakan pedidikan yang utama dan pertama

yang dikenal oleh anak, namun pendidikan juga di perlukan di luar

lingkungan keluarga baik secara formal maupun non formal.

Sistem layanan Pendidikan Anak Usia Dini selalu berubah dari waktu ke

waktu seiring dengan perubahan zaman, artinya cara orang tua dalam

mendidik anaknya dari zaman dahulu, sekarang, dan akan datangpun juga

berbeda-beda.

Dalam mendidik anak antara zaman dahulu dengan sekarang pun juga

berbeda. Zaman dahulu anak mudah untuk di nasehati, di beri arahan pun

tidak membangkang, dan tidak berani melawan orang tua. Berbeda dengan

anak zaman sekarang, jika di nasehati dia berani membantah, dan juga

berani membangkang kepada orang tuanya.

Manusia yang utuh dalam pandangan Islam disebut manusia kamil yang

kembali pada fitrahnya dan yang harus terpelihara fitrah dalam dirinya.

Fitrah adalah konsep Islam tentang anak dimana anak dilahirkan sebagai

makhluk unik yang memiliki potensi. Dan oleh sebab itu dia belum

mengetahui tata krama sopan santun, aturan-aturan, norma, etika dan lain

sebagainya. Sehingga pendidikan moral dan agama sangat di butuhkan oleh

anak kecil untuk membentuk insan yang kamil dan berakhlaq sesuai dalam

ayat al-Qur’an (Aryani, 2015:213)

Banyaknya pengaruh dari lingkungan sekitar akan merusak akhlaq anak

(18)

5

berbeda dengan zaman dahulu. Dalam menyikapi hal ini peran orang tua

sangatlah di butuhkan dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.

Dalam menyikapi hal ini maka bagi orang tua harus memberikan

pengawasan kepada anaknya ketika bermain dengan orang yang bukan

seumurannya. Karena anak yang terlepas dari pengawasan orang tua dalam

pergaulannya akan menjadikan anak itu rusak secara moral maupun

akhlaqnya.

Lengahnya orang tua dalam memberikan pengawasan terhadap anak,

akan menjadikan anak merasa bebas dalam bergaul. Dunia anak adalah

dunia bermain maka dimana ada temannya sedang bermain dia pasti ikut

untuk bermain, entah itu teman sebayanya atau orang yang lebih dewasa

darinya. Karena anak merasa nyaman bermain dengan mereka sehingga ia

pun tidak tahu bahwa ia bermain dengan orang yang tidak seumuran dengan

dia.

Tujuan dalam penelitian ini untuk memberikan pendidikan akhlaq anak

yang berada di era zaman akhir atau zaman teknologi. Di dalam surah Al

Luqman memberitahukan tentang pendidikan akhlaq anak, pendidikan

ibadah dan pendidikan syariah dalam membentuk karakter anak yang

memiliki nilai moral yang tinggi.

Oleh karena itu kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an akan menjadi suri

tauladan kepada orang tua dalam mendidik anaknya. Dalam hal tersebut

seperti halnya kisah Luqmam yang menasehati anaknya dan membekali

(19)

6

syari’ah. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud mengkaji pendidikan

pendidikan yang terkandung di dalam surat al-Luqman ayat 12-19 yang

mana didalamnya terdapat beberapa pendidikan yang diberikan Luqman

kepada anaknya.

Dari uraian pokok permasalahan diatas bahwa pentingnya peran orang

tua dalam mendidik anaknya untuk menjadi manusia yang berakhlaqul

karimah dan memiliki nilai moral dalam pergaulan, maka peneliti tertarik

untuk meneliti isi dan penjelasan pendapat para mufassirin terhadap surat

al-Luqman ayat 12-19 mengenai tentang “Relevansi Kajian Tafsir Qur’an

Surat Al-Luqman Ayat 12-19 Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka

rumusan masalah yang dijadikan dasar penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pendapat Ibnu Katsir, Al Maraghi, dan M. Quraisy Shihab

terhadap surat al-Luqman ayat 12-19 tentang Pendidikan Anak Usia

Dini?

2. Apa relevansi kandungan Q.S al-Luqman ayat 12-19 terhadap

Pendidikan Anak Usia Dini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pokok pembahasan di atas, tujuan dari penelitian ini

(20)

7

1. Untuk mengetahui pendapat mufasirin tentang kandungan isi surat

al-Luqman ayat 12-19 terhadap Pendidikan Anak Usia Dini

2. Untuk mengetahui pendapat mufasir terhadap relevansi Q.S

al-Luqman ayat 12-19 terhadap Pendidikan Anak Usia Dini.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperluas penegtahuan

dan memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam khusus tentang

relevansi surat al-luqman terhadap pendidikan anak usia dini,

sebagaimana yang di contohkan Luqman Al-Hakim dan sabda nabi

Muhammad SAW.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui:

a. Agar dapat memberikan pendidikan kepada anak sesuai dengan

ajaran agama Islam sehingga dapat membentuk anak yang berbudi

luhur dan menjadi insan yang kamil sesuai dengan ajaran agama

Islam.

b. Pendidik dapat memberikan pendidikan, pemikir di masa yang

mendatang dan manusia, dalam memberikan pendidikan kepada

Anak Usia Dini, sehingga kelak ia bertumbuh kembang sesuai

dengan harapan bangsa.

(21)

8

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran dalam penulisan

skirpsi ini, maka penulis menjelaskan beberapa istilah:

1. Q.S al-Luqman

Surat al-Luqman terdiri dari 34 ayat yang termasuk golongan

surat-surat makkiyah di turunkan sesudah surat-surat as- Asshof. Dinamakan

Luqman karena pada ayat 12 di sebutkan bahwa Luqman telah di beri

oleh Allah Swt ni’mat dan ilmu pengetahuan oleh sebab itu ia bersyukur

kepadanya atas ni’mat yang di berikan itu. Dan pada ayat 13-19 terdapat

nasehat-nasehat Luqman kepada anaknya. Ini sebagai isyarat dari Allah

Swt supaya orang tua melaksanakan pula terhadap anak-anak mereka

sebagaimana yang telah di lakukan oleh Luqman (al-Qur’an

terjemah:740). Sehingga semua orang tua dapat mencontoh Luqman

dalam mendidik anaknya dan juga selalu memberikan nasehat yang baik

kepada anaknya.

2. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya proses pembinaan

tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang di lakukan

secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan

memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga kelaka ia

akan bertumbuh kebang sesuai dengan perkembangannya.

Masa usia dini merupakan usia emas pertumbuhan dan

(22)

psiko-9

fisik yang terjadi pada masa ini akan menjadi peletak dasar fundamental.

Dalam artian, perkembangan aspek psiko-fisik pada masa usia dini akan

menjadi dasar peletak bagi perkembangan selanjutnya.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research).

Dengan tujuan utama penelitian keperpustakaan ialah untuk mencari

dasar pijakan atau fondasi berfikir untuk membengun pondasi landasan

teori serta mengembangkan aspek teoritis maupun aspek praktis

(Sukardi,2007:33).

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian

yaitu Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 beserta tafsirnya,

sebagai sumber utama berupa tafsir Al-Maroghi karya Ahmad

Mustofa Al-Maraghi, tafsir M. Quraisy Shihab karya M. Quraisy

Shihab dan tafsir Ibnu Katsir karya Imam Abi Al-Hasan Ali Bin

Ahmad.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang mengandung dan

melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data

(23)

10

internet dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul

skripsi ini dan mendukung penulis untuk melengkapi isi serta

interpretasi dari data sumber primer.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan pokok penelitian di atas yaitu berupa buku dan terjemah tafsir

al-Qur’an diantaranya tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al Maraghi, Tafsir M.

Quraisy Shihab. Karena penelitian ini mengambil dari ayat al-Qur’an

yang di pilih sebagai bahan penelitian.

3. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang di gunakan dalam penulisan skripsi

ini adalah (Contect Analysis). Yaitu membahas tentang makna isi ayat

surat al-luqman tentang bagaimana dia mendidik anaknya sehingga

menjadi manusia yang utuh dan berakhlaqul karimah sesuai dengan

agama. Dan juga mengambil dari beberapa buku yang berkaitan dengan

pendidikan anak usia dini dalam ajaran agama Islam.

Adapun metode yang di gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Metode Deduktif

Metode deduktif yaitu melakukan analisa dan pengetahuan yang

bersifat umum guna memakai hal-hal yang bersifat khusus (Anton

(24)

11

Metode ini di gunakan guna membahas tentang bab ke II tentang

landasan teori yang kemudian di tarik pada permasalah yang fakta.

b. Metode Induktif

Metode induktif adalah melakukan analisis dari pengetahuan yang

bersifat khusus guna untuk menganalisis pada bab ke III tentang

permasalahan yang khusus ke yang umum ( Anton Bakker, dan

Ahmad Charris Zubair, 1990: 43-44 ). Kemudian di gunakan untuk

membahas pada kesimpulan yang umum

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, penegasan istilah, kajian pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori Pendidikan Anak Usia Dini yang meliputi tentang

hakekat Pendidikan Anak Usia Dini, , prinsip-prinsip Pendidikan

Anak Usia Dini, fungsi dan tujuan Pendidikan Anak Usia Dini,

tahapan-tahapan Pendidikan Anak Usia Dini, dan metode

pendidikan anak usia dini,

BAB III Asbabun nuzul, biografi Al Luqman, kajian tafsir surat al luqman,

pokok-pokok isi surat al-Luqman ayat 12-19, Analisis Surat Al

Luqman

BAB IV Relevansi Pendidikan Anak Usia Dini dalam al-Qur’an surat

(25)

12

BAB V Penutup. Pada bab ini yang berisiskan tentang kesimpulan, kritik

(26)

13

BAB II

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi dan harus di

kembangkan, mereka memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak

sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan rasa

ingin tahu yang besar terhadap apa yang di lihatnya, di dengar, dan

dirasakannya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

selanjutnya.

Berdasarkaan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berkaitan tentang Pendidikan Anak Usia Dini tetulis

pada pasal 28 ayat 1 yang bebunyi “Pendidikan Anak Usia Dini

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan

merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar” (Sujiono,2009:6).

Berdasarkan dari hakekat pendidikan anak usia dini bahwa pendidikan

anak sejak ia masih kecil itu sangat dibutuhkan sehingga perkembangan

anak tidak terhambat dan menyiapkan anak dalam menghadapi kehidupan

yang akan datang.

B. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tujukan

(27)

14

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut (Musbikin, 2010:35-36).

Pendidikan dasar anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada

nilai-nilai folosofis dan religi yang di pegang oleh lingkungan yang berada

di sekitar anak dan agama yang di anutnya. Pendidikan agama menekankan

pada pemahaman tentang agama serta bagaimana agama di amalkan dan di

aplikasikan dalam tindakan sarta perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Penanaman nilai-nilai agama tersebut disesuaikan dengan tahapan

perkembangan anak serta keunikan yang dimiliki oleh setiap anak

(Sujiono,2009:9).

Oleh sebab itu sebagai orang tua harus memperhatikan perkembangan

anaknya, sehingga dalam memberikan pendidikan kepada anaknyapun juga

sesuai dengan ajaran agama. Dan juga sesuai dengan perkembangan

karakterisitik anak.

Dasar-dasar pendidikan sosial yang di letakkan agama Islam dalam

mendidik anak adalah membiasakan mereka bertingkah laku sesuai dengan

etika yang benar dan membentuk akhlak kepribadiannya sejak ia masih usia

dini. Jika interaksi sosial dan pelaksanaan etika berpijak pada landasan iman

dan taqwa, maka pendidikan sosial akan mencapai tujuannya yang paling

tinggi yaitu manusia dengan perangai akhlak dan interaksi yang sangat baik

(28)

15

C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Beberapa prinsip yang harus di perhatikan dalam melaksanakan pendidikan

anak usia dini (Musbikin,2010:54-59), yaitu:

1. Berorientasi pada perkembangan anak

Dalam hal ini perlu di perhatikan oleh orang tua, karena dalam

memberikan pendidikan terhadap anak sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Seperti sabda Rosulullah Saw “barang siapa yang

memiliki seorang anak kecil, maka hendaknya dia bergaul dengan dia

sesuai dengan akalnya”.

2. Berorientasi terhadap kebutuhan anak

Mendidik anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak,

karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan

upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan, baik secara fisik maupun psikis, yaitu intelektual,

bahasa, motorik, dan sosial emosional.

3. Bermain sambil belajar

Karena pada dasarnya dunia anak adalah dunia bermain. Melalui

bermain anak di ajak untuk bereksplorasi untuk mengenal lingkungan

sekitar, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan

anak, sehingga pendidikan bermakna bagi anak kita.

4. Pendidikan berpusat pada anak

Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya menempatkan

(29)

16

ditujukan kepada anak dengan tujuan memberikan kesempatan kepada

anak untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif

melakukan kegiatan.

5. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan

yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.

6. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan

pembelajaran terpadu, dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup

pengembangan seluruh aspek perkembangan anak, karena antara satu

aspek perkembangan anak dengan aspek perkembangan yang lainnya

saling berkaitan.

7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Proses pembelajaran di arahkan untuk mengembangkan berbagai

kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri,

bertanggung jawab, memiliki disiplin diri, serta memperoleh

ketrampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar.

Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Dalam memberikan

pendidikan kepada anak hendaknya di lakukan secara bertahap dan

berulang-ulang, yang dimulai dari konsep yang sederhana agar anak

(30)

17

9. Aktif, kreatif, inofatif, efektif dan menyenangkan.

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inofatif dan menyenangkan

dapat di lakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui

kegiatan-kegiatan yang menarik dan menyenangkan untuk

membangkitkan rasa ingin tahu anak, serta memotivasi anak untuk

berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.

Tanpa adanya suatu prinsip dalam memberikan pendidikan kepada anak,

maka pendidik akan kesulitan bagaimana cara mendidik anak. Dengan

adanya prinsip dalam memberikan pendidikan kepada anak, maka pendidik

juga tahu bagaimana cara mengembangkan potensi dan karakter yang

dimiliki oleh anak tersebut.

D. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Melihat dari sisi tujuan dari terbentuknya pendidikan anak usia dini ada

dua tujuan yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

1. Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum

Secara umum tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta

pihak-pihak yang terkait dengan pedidikan anak dan perkembangan

anak usia dini. Secara khusus tujuan yang akan di capai

(Sujiono,2009:42) yaitu:

a. Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan

mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan

(31)

18

b. Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan

usaha-usaha yang terkait dengan perkembangannya.

c. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan

perkembangan anak usia dini.

d. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.

e. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi

pengembangan anak usia dini.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini secara khusus

Secara khusus tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah

mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan

untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dan

tujuan dari kegiatan pendidikan anak usia dini (Sujiono,2009:42-43),

yaitu:

a. Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan

ciptaan allah dan mencintai sesama.

b. Anak mampu mengelola ketrampilan termasuk gerakan-gerakan

yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar,

serta menerima rangsangan sensorik panca indra.

c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif

dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk

(32)

19

d. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,

memecahkan masalah yang dihadapinya dan menemukan hubungan

sebab akibat.

e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,

peranan masyrakat dan menghargai keragaman sosial budaya

(toleransi).

3. Fungsi dari Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:

a. Mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai

dengan tahapan perkembangannya.

b. Mengenalkan pada anak dunia sekitar.

c. Mengembangkan sosialisasi anak.

d. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin anak.

e. Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa

bermain.

f. Memberikan ekspresi stimulasi kultural (Sujiono,2009:46).

E. Tahapan-Tahapan Pendidikan Anak Usia Dini

Adapun tahaapan-tahapan Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:

1. Pendidikan pertama, yaitu pendidikan sejak lahir sampai berumur

enam tahun, anak di jaga dari segala hal yang menjadikan kotor

jasmani dan ruhani.

2. Pendidikan kedua, yaitu anak dididik tentang adab kesusilaan.

Pendidikan ini hendaknya di berikan kepada anak ketika dia sudah

(33)

20

3. Pendidikan ketiga, yaitu pendidikan seksual. Anak dididik dengan

cara memisah tempat tidurnya dari orang tua, sebab hubungan seksual

ayah dan ibu bila sampai dilihat oleh anak, akan membahayakan jiwa

anak, mengingat anak mempunyai watak suka meniru perbuatan orang

lain terutama orang tuanya. Dalam memberikan pendidikan ini anak

menginjak umur sembilan tahun .

4. Pendidikan yang ke empat yaitu ketika anak sudah berumur 13 tahun

di haruskan untuk melaksanakan sholat 5 waktu dengan tujuna untuk

menenangkan jiwanya dimana pada usia ini anak mulai memasuki

alam pubertas. Karena pada masa ini anak mengalami goncangan -

goncangan jiwa yang sangat membutuhkan pimpinan yang teguh.

5. Pendidikan yang ke lima yaitu, bagi anak yang berumur 16 tahun,

anak telah mengalami kedewasaan nafsu birahinya (seks) yang banyak

memerlukan pengawasan dari orang tuanya agar tidak terjadi

ekses-ekses seksual yang merugikan.

6. Pendidikan ke enam yaitu, umur 21 tahun dimana pada umur ini anak

telah di lepaskan oleh orang tuanya dan bertanggung jawab atas

sdirinya sendiri, tidak tergantung lagi dengan orang tuanya.

F. Urgensi Pendidikan Anak

Di dalam pembahasan hal ini menekankan pada masalah anak dilihat dari

beberapa aspek, dari aspek periodisasi perkembangan dan potensi

keagamaannya, tipologi filsafat pendidikannya, dan pendidikan anak dalam

(34)

21

pembahasan ini menekankan anak dalam perspektif pendidikan agama Islam

(Huda & Idris,2008:67).

1. Periodisasi Perkembangan Anak

Mengenai fase perkembangan pendidikan anak, dapat di fahami

bahwa pendidikan anak, menuru kajian ilmu jiwa perkembangan Islam

dapat di mulai sejak dalam kandungan. Dengan alasan mendasar

karena pada hakikatnya pembentukan manusia itu di mulai sejak dalam

kandungan yang berbentuk janin dan di tiupkan padanya ruh (nyawa).

Dalam hal ini banyak pendapat ahli psikologi dalam fase

pendidikan anak. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan anak di

mulai dari sejak ia dalam kandungan sampai ia besar. Dan ada yang

mengatakan pendidikan anak di mulai sejak ia lahir sampai ia dewasa.

2. Potensi keagamaan anak

Menurut Darajat, kondisi keagamaan anak akan berkembang

sejalan dengan perkembangan anak. Jiwa keagamaan anak akan

semakin berkembang pesat dengan bertambahnya pengetahuan tentang

agama. Dan adapun cara mengembangkan jiwa keagamaan anak

menurut Ahmad Tafsir, saran-saran berikut dapat membantunya dalam

mengembangnkan keagamaan anak.

a. Kondisikan kehidupan di rumah tangga dengan kehidupan

muslim dalam segala hal.

b. Sejak kecil ia di biasakan untuk pergi ke masjid ikut salat,

(35)

22

c. Adakan pengajian di rumah, mushola atau di masjid.

d. Pada saat libur sekolah, anak masukkan ke dalam pesantren.

3. Tipologi filsafat pendidikan anak

Usaha pendidikan biasanya di lakukan manusia berdasarkan

keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu pandangan,

baik filosofis maupun praktis (Huda & Idris, 2008:67-73).

G. Metode Pendidikan Terhadap Anak Usia Dini

Sebagai pendidik yang sadar akan pendidikan anak didiknya ia akan terus

mencari berbagai mentode pendidikan yang efektif dan mencari

kaidah-kaidah pendidikan dalam mempersiapkan anak secara ental dan moral,

saintikal, spiritual, dan sosial (Ulwan, 1981:1).

Ada beberapa metode yang di gunakan pendidik dalam mendidik

anak-anaknya, sehingga pada hakekatnya anak mendapatkan pendidikan yang

sesuai dengan ajara agama yanag kelak akan membentuk anak sebagai insan

kamil yang berbudi luhur dan berakhlaqul karimah. Metode pendidikan

tersebut antara lain:

1. Pendidikan Dengan Keteladanan

Keteladan dalam pendidikan anak adaah metode yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk

anak dalam moral, spiritual dan sosisal (Ulwan, 1981:2). Pendidik

merupakan tauladan bagi anak sehingga hala papun yang di lakukan

(36)

23

dan ucapan guru harus berhati-hati, sebab jika pendidik salah dalam

melakukan tindakan anak juga akan salah dalam menirunya.

Tanpa memberikan teladan yang baik terhadap anak, maka

pendidikanpun juga akan sia-sia sehingga nasehat yang di berikan oleh

orang tuanya tidak akan ada yang membekas di dalam diri anak dan

kelak ia bertumbuh kembang tanpa di dasari nilai akhlak dan moral.

2. Pendidikan Dengan Adat Kebiasaan

Yang di maksud dengan pembiasaan adalah upaya praktis dan

pembentukan (pembinaan) dan persiapan (Ulwan, 1981:59). Peranan

pembiasaan, pengajaran, dan pendidikan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni,

keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual, dan etika agama yang lurus.

Kecenderungan naluri anak-anak dalam pengajaran dan

pembiasaan sangat besar di banding usia lainnya. Maka hendaklah

sebagai pendidik, ayah dan ibu dalam mendidik anak agar selalu

memusatkan pendidikan tentang kebaikkan dan upaya membiasakan

sejak ia mulai memahami keadaan kehidupan di dunia ini.

3. Pendidikan Dengan Nasehat

Nasehat dapat mebukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu,

dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan

akhlaqul karimah serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam

(37)

24

Dalam meberikan nasehat kepada anak, harus mengetahui situasi

dan kondisi anak, sehingga apa yang kita ucapkan akan melekat di

dalam hati anak dan ia akan menerima inti dari nasehat tersebut

dengan baik.

4. Pendidikan Dengan Memberikan Perhatian

Pendidikan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan

senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan aqidah

dan moral, persiapan spiritual dan sosial. Pendidikan ini di anggap

sebagai asas pendidikan yang paling kuat dalam menunaikan hak dan

kewajibannya secara sempurna. Islam dengan universalitas prinsip dan

peraturannya yang abadi, memerintahkan para bapak, ibu dan pendidik

untuk selalu memberikan pengawasan terhadap anaknya

(Ulwan,1981:123)

5. Pendidikan Dengan Memberikan Hukuman

Pada intinya bahwa pendidikan dengan hukuman bertujuan untuk

memperbaiki dan meluruskan penyimpangan dan kesalahan yang telah

terjadi pada anak, namun perlu kita ketahui bahwasannya memberikan

hukuman terhadap anak merupakan alternatif terakhir setelah melewati

tahapan yang lain. Dalam meberikan hukuman kepada anak, pendidik

hendaknya mengambil sikap bijaksana, baik dalam menggunakan cara

yang sesuai dan tidak bertentangan dengan tingkat kemampuan anak

(38)

25 BAB III

KAJIAN TAFSIR SURAT AL-LUQMAN AYAT 12-19

A. Asbabun Nuzul QS.Al-Luqman Ayat 12-13

Secara etimologi, kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat

Al-Qur’an yang di turunkan oleh Allah Swt Kepada Nabi Muhammad Saw

secara berangsur-angsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah,

ahlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Oleh

sebab itu terjadinya penyimpangan dan keruasakan dalam tatanan manusia

merupakan sebab turunnya al-Qur’an. Asbab al-nuzul disini dimaksudkan

sebab-sebab secara husus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu.

Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Al-Luqman sejauh ini

penelususran yang penulis lakukan tidak di temukan adanya sebab-sebab

yang melatar belakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13

dalam tafsir al-misbah, di riwayatkan bahwa Suwayd ibn Ash-Shamit suatu

ketika datang ke Mekkah, ia adalah seorang yang cukup terhormat di

kalangan masyarakatnya. Kemudian Rosulullah mengajaknya untuk

memeluk agama Islam. kemdian Suwayd berkata kepada Rosulullah,

“mungkin apa yang ada pada dirimu itu sama dengan apa yang ada padaku.”

Rosulullah berkata, “apa yang ada paamu?” lalu ia menjawab, “kumpulan

hikmah Lukman.” Kemudian Rosulullah berkata, “sungguh perkataan yang

amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-qur’an

(39)

26

Rasulullah lalu membacakan Al-Qur’an kepadanya dan mengajaknya

memeluk agama Islam. Kemudian Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang

menjelaskan tentang tauhid, inilah hakikat yang di tawarkan oleh nabi

Muhammad Saw kepada kaumnya. Namun mereka menentangnya dalam

perkara itu, dan meragukan maksud baik di balik tawarannya. Mereka takut

dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat ambisi nabi Muhammad

Saw untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka.

Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini

menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung nan dahsyat. Seorang ibu

yang tabiatnya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih

kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati

dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus. Di riwayatkan oleh Hafidz

Abu Bakar Al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari

ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong

ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada nabi

Muhammad Saw. “apakah aku menuanaikan haknya?” Rosulullah

menjawab, “tidak, walaupun satu tarikan nafas.”

Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini di turunkan berhubungan dengan Sa’ad

bin Abi Waqqas, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam ibuku bersumpah

bahwa beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan

agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau

makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap dengan

(40)

27

makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari

ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap

menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, “Demi Allah,

seandainya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan

saya sampai mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.”

Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliau

pun mau makan.”

B. Biografi Al Luqman

NamaLluqman disebut dalam al-Qur’an hanya sekali sekaligus

terabadikan dalam al-Qur’an karena menjadi nama surat yang menjelaskan

tentang pendidikan yang ia lakukan kepada anaknya. Luqman adalah

seorang penjahit baju dan ada yang mengatakan Luqman adalah hamba

sahaya dari negri habsi dan sebagai tukang kayu.

Sifat yang dimiliki Luqman adalah seorang hamba habsyi bibirnya tebal,

tebal telapak kakinya, hakim dimasa Bani Israil, suatu riwayat lain

menyatakan bahwa Luqman berkulit hitam dari negri Naubi.

Luqman adalah seorang nabi, namun ada juga yang mengatakan bahwa

Luqman seorang hakim bukanlah nabi, namun Luqman kebih tinggi dari

derajat radiyaAllahu ‘anhu dan bukan seorang nabi. Masa hidup Luqman

menurut ulama sekitar masa nabi Isa dan nabi Muhammad SAW.

Menurut sejarah tentang umat-umat dan agamanya, maka bani Israil

mengakui bahwa Luqman termasuk dari golongannya. Ia hidup di masa

(41)

28

orang Yunani mengaku ia dari golongannya dan memanggilnya Isyub dari

desa Amartum yang dilahirkan sesudah berdirinya kota Roma selang 200

tahun. (Huda, 2009: 69-75).

C. Penafsiran Surat Al-Luqman Ayat 12-19

ْدنقنل نو

Luqman yaitu: “bersyukurlah kepada Allah barang siapa

yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur kepada dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur maka sesungguhnya Allah maka kaya lagi

maha terpuji”.

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwasannya para

ulama’ ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapakah Luqman yang

termaksud dalam ayat ini? Apakah ia seorang nabi atau hanya seorang yang

saleh tanpa di beri kenabian? Dan pendapat yang ke dua inilah, kebanyakan

di anut oleh para ulama’, bahkan para ulama’ megatakan bahwasannya

Luqman adalah seseorang yang berkulit hitam dari Afrika, seorang haba

sahaya dari Sudan.

Dikisahkan suatu ketika ia diperintah oleh majikannya menyembelih

seekor kambing, kemudian setelah di sembelihnya ia disuruh mengeluarkan

dua potong yang paling enak dimakan dari anggota kambing itu, maka

diberikanlah kepada sang majikan hati dan lidah kambing yang di sembelih

(42)

29

Selang beberapa waktu kemudian, Luqman di suruh lagi menyembelih

seekor kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang di

sembelihnya itu dua potong yang paling busuk, maka dikeluarkanlah oleh

Luqman hati dan lidah itu pula. Kemudian sang majikan menegur kepada

Luqman: “aku perintahkan kepadamu tempo hari untuk mengeluarkan yang

paling baik, maka engkau berikan kepadaku hati dan lidah, dan sekarang

engkau berikan kepadaku hati dan lidah juga, padahal aku meminta dua

potong yang busuk”. Luqman menjawab: “memang tidak ada yang lebih

baik dari kedua anggota itu jika sudah menjadi baik dan tidak ada anggota

yang lebih busuk dari keduanya jika sudah menjadi busuk (Salim&Said,

2006: 260-261).

Al-Maroghi menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa setelah Allah

menjelaskan kerusakan aqidah orang-orang musyrik karena mereka telah

mempersekutukan allah dengan sesuatu hal yang tidak bisa menciptakan

sesuatu yang ada di dunia ini. Setelah dia menjelaskan orang musyrik itu

orang yang dholim lagi tersesat, kemudian dia mengiringi hal tersebut

dengan penjelasan, bahwa semua nikmat-nikmatnya yang nampak jelas di

langit dan di bumi dan semua nikmatnya yang tidak nampak seperti ilmu

dan hikmah semuanya menunjukkan kepada keesaanya. Dan sesungguhnya

Allah telah memberikan hal tersebut kepada sebagian hamba-hambanya

seperti Luqman yang mana hal-hal itu telah tertanam secara fitroh di dalam

dirinya tanpa ada seorang nabi yang membimbingnya dan pula tanpa ada

(43)

30

Dan sesungguhnya Allah telah memberikan hikmah kepada Luqman

yaitu ia selalu bersyukur dan memuji kepadanya atas apa yang telah

diberikan kepadanya dari karunianya karena sesungguhnya hanya kepada

Allah lah yang patut untuk mendapatkan puji dan syukur itu. Di samping itu

Luqman selalu mencintai kebaikan untuk manusia serta mengarahkan semua

anggota tubuhnya sesuai dengan bakat yang diciptakkan untuknya.

Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya manfaat

dari syukur itu kembali kepada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Allah

akan melimpahkan kepadanya pahala yang berlimpah sebagai balasan

darinya atas rasa syukurnya dan kelak akan menyelamatkan dirinya dari

adzab sebagaimana telah di ungkapkan didalam ayat (al-Maraghi, 1992:

146-147).

M. Quraish Shihab menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa kelompok

ayat ini menguraikan tentang salah seorang yang bernama Luqman yang di

anugrahi oleh Allah Swt hikmah sambil menjelaskan beberapa butir hikmah

yang pernah beliau katakan kepada anaknya.

Hikmah di artikan sebagai sesuatu yang bila di gunakan atau di

perhatikan akan menghalangi datangnya mudhorot atau kesulitan yang lebih

besar dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih

besar. Makna ini di tarik dari kata hakamah yang berarti kendali karena

kendali menghalangi hewan atau kendaraanmengarah pada arah yang tidak

di inginkan atau menjadi liar.memilih perbuatan terbaik dan sesuai adalah

(44)

31

Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang

pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia akan tampil

dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu-ragu atau kira-kira

dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.

Kata syukur terambil dari kata syakara yang maknanya berkisar antara

lain pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada

Allah di mulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa

besar nikmat-Nya di sertai dengan ketundukan dan kekaguman yang

melahirkan rasa cinta kepada-Nya serta dorongan untuk memuji-Nya

dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang di kehendaki-Nya dari

penganugrahan itu (Shihab, 2002: 290-293).

ْذيإ نو

waktu ia memberi memberi pelajaran kepadanya “hai

anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah

kedzaliman yang paling besar”.

Ibnu katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah Swt berfirman

mengisahkan Luqman tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada

putranya yang bernama Tsaran. Kemudian Luqman bertkata kepada

putranya yang paling ia sayangi dan ia cintai, “Hai anakku, janganlah

engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun karena

sesungguhnya syirik itu adalah perbuatan dhalim yang paling besar (Salim

(45)

32

Al-Maroghi menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa sesudah Allah

menjelaskan bahwa Luqman telah di beri hikmah, karena itu Luqman

bersyukur kepada Allah atas semua ni’mat yang di berikan kepadanya. Dan

dia sendiri meihat pengaruhya dari ni’mat-ni’mat itu berada di seluruh

cakrawala di dalam dirinya setiap siang dan malam hari. Selanjutnya Allah

mengiringi hal itu dengan penjelasan, bahwa Luqman menasehati anaknya

untuk melakukan hal-hal tersebut. Kemudian di tengah-tengah nasihat ini

Allah Swt menyebutkan wasiat yang bersifat umum di tunjukkan kepada

semua anak. Allah Swt mewasiatkan kepada mereka supaya memperlakukan

orang-orang tua mereka dengan cara yang baik dan selalu menjaga

hak-haknya sebagai orang tua.

Ingatlah, hai Rosul yang mulia kepada nasihat Luqman terhadap

anaknya, karena ia adalah orang yang paling belas kasihan kepada anaknya

dan paling mencintainya, karenanya Luqman memerintah kepada anaknya

supaya menyembah allah semata dan melarang berbuat syirik

(menyekutukan allah dengan lainnya)

Luqman menjelaskan kepada anaknya bahwa perbuatan syirik itu

merupakan kedzaliman yang besar. Syirik itu merupakan perbuatan yang

dzalim, karena perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada

tempatnya. Dan ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berarti

menyamakan kedudukan Allah yang hanya Dia-lah segala ni’mat, yaitu

Allah Swt. Dengan yang tidak memiliki nikmat apa pun, yaitu

(46)

33

Kemudian Luqman juga menjelaskan kepada anaknya bahwa syirik

adalah perbuatan yang paling buruk. Setelah itu Allah Swt juga mengiringi

ayat agar semua anak-anak agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya

(Al-Maraghi, 1992 : 153)

M. Quraisy Shihab menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa di dalam ayat

ini menjelaskan tentang pengalaman hikmah oleh Luqman serta

pelestariannya kepada anaknya. hal ini mencerminkan kesyukuran beliau

atas anugrah yang di berikan kepadanya. Kepada nabi Muhammad Saw,

atau siapa saja di perintahkan untuk merenungkan anugrah Allah Swt

kepada Luqman serta mengingatkan orang lain. Ayat ini berbunyi: Dan

ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari

saat ke saat menasehatinya bahwa wahai anakku sayang! Janganlah engkau

mempersekutukan allah dengan sesuatu apapun dan jangan juga

mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan apapun lahir maupun batin.

Persekutuan yang jelas maupun tidak jelas sesungguhnya syirik, yakni

mempersekutukan Allah, adalah kedzliman yang sangat besar. Hal itu

adalah penempatan yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk.

Kata ( ُهُظِعَي) ya’izhuhu terambil dari kata wa’zha yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga

yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan

ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi

gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak

(47)

34

panggilan mensra kepada anaknya. kata ini juga mengisyaratkan bahwa

nasihat itu di lakukannya dari saat ke saat, sebagaimana di pahami dari

bentuk kata kerja masa kini dan datang pda kata ( ُهُظِعَي) ya’izhuhu.

Kata ( يَنُب) adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah (ىِنْبِإ) yaitu dari kata ( نْبِإ) yaitu anak laki-laki. Pemungilan tersebut menunjukkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas

memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya di dasari oleh rasa kasih

sayang terhadap peserta didik.

Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari

syirik/mempersekutukan Allah. Larang ini sekaligus mengandung

pengajaran wujud dan keesaan Allah Swt. Bahwa redaksi pesannya

berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah untuk menekankan

perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melakukan yang baik

(Shihab, 2002 : 296-298).

Artinya: Dan kami peritahkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapak; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu hanya kepadaku kau kembali.

Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah

memerintahkan kepada hambanya agar berbakti dan bertaubat kepada kedua

orang tuanya, karena sesungguhnya ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah di tambah kelemahan si janin , kemudian setelah lahir,

(48)

35

Allah dan bersyukur kepada kedua orang tuamu. Luqman memberitahukan

kepada anaknya agar ia selalu berbakti kepada kedua orang tuanya apalagi

dengan ibunya yang telah mengandungnya selama sepuluh bulan dalam

keadaan lemah. Dan juga mengingatkan agar selalu bersyukur kepada Allah

Swt dan kepada kedua orang tuanya (Salim&Said, 2006 : 262).

Al-Maroghi menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa kami

perintahkan kepada manusia supaya berbakti dan taat kepada kedua orang

tuanya, serta memenuhi hak-hak keduanya. Di dalam Al-Qur’an sering

sekali di jelaskan taat kepada Allah diikuti dengan bakti kepada orang tua,

yaitu seperti yang telah di sebutkan dalam firmanNya:

ََضَقَو

“Dan Robbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu”.

(Al-Isra’: 17:23).

Selanjutnya Allah juga menyebutkan jasa ibu secara khusus terhadap

anaknya, karena sesungguhnya di dalam hal ini terkandung masyaqqot yang

sangat berat bagi pihak ibu.

Ibu telah mengandungnya, sedangkan ibu dalam keadaan lemah yang

bertambah di sebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia

melahirkan, kemudian sampai dengan selesai dari masa nifasnya. Dan juga

Allah telah menyebutkan lagi jasa ibu yang lain, yaitu bahwa ibu telah

(49)

36

dengan sebaik-baiknya sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu apapun

bagi dirinya.

Dan juga menyapihnya dari persusuan sesudah ia di lahirkan dalam

jangka waktu dua tahun. Selama masa itu ibu mengalami berbagai masa

kerepotan dan masyaqot dalam mengurus anak. Allah swt telah

memerintahkan supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya akan tetapi

allah hanya menyebutkan penyebab dari pihak ibu saja, karena ibu

mengalami lebih besar; ibu telah mengandung anaknya dengan susah payah,

kemudian melahirkannya dan merawatnya di malam dan siang hari

(Al-Maraghi, 1992 : 154-155).

M. Quraisy Shihab menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa para

ulama’ berbeda pendapat tentang ayat ini, apakah kandungan ayat di atas

merupakan nasihat Luqman secara langsung atau tidak langsung, yang jelas,

ayat di atas menyatakan: Dan kami wasiatkan, yaitu berpesan dengan amat

kukuh, kepada semua manusia menyangkut kedua ibu-bapaknya; pesan

kami di sebabkan karena ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

kelemahan di atas kelemahan, yaitu kelemahan berganda dari saat ke saat

bertambah-tambah. Lalu dia melahirkannya dengan susah payah, kemudian

memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan di tengah malam ketika

saat manusia yang lain tertidur lelap.

Di antara hal yang menarik dari pesan-pesan ayat di atas dengan ayat

sebelumnya yaitu masing-masing pesan disertai dengan argumennya;

(50)

37

adalah penganiayaan yang besar.” Sedang ketika mewasiati anak

menyangkut orang tuanya di tekankannya bahwa “Ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan dan

penyapihannya di dalam dua tahun.” Demikianlah seharusnya materi

petunjuk atau materi pendidikan yang di sajikan. Ia di buktikan

kebenarannya dengan argumentasinya yang di paparkan atau yang dapat di

buktikan oleh manusia melalui penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar

manusia merasa bahwa ia ikut berperan dalam menemukan kebenarannya

(Shihab, 2002 : 299-302).

Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk memperkutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentantang itu maka janganlah engaku mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian hanya kepadakulah kembalimu, maka kuberikan kepadamu

apa yang telah engkau kerjakan.”

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini bahwa wajib bagi anak untuk berbakti

kepada kedua orag tuanya. Dan walaupun engkau berbakti kepada kedua

orang tuamu dan berlaku baik kepada keduanya namun jika keduanya

memaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan Allah Swt dan

menyembah selain-Nya, maka janganlah engkau mengikuti dan menyerah

kepada paksaan mereka itu. Dan dalam hal itu hendaklah engkau tetap

(51)

38

ikutilah jalan orang-orang yang beriman kepada Allah dan kembali taat dan

bertobat kepada-Nya. Jadi apabila kedua orang tuamu menyuruhmu atau

memaksamu untuk keluar dari agama islam janganlah engkau mengikutinya

sehingga kamu tetap pada agama Islam. Akan tetapi jangan sampai kamu

membenci keduanya (Salim&Said, 2006 : 262)

Menurut Al-Maroghi di dalam tafsirnya menjelaskan, dan apabila kedua

orang tua memaksamu serta menekanmu untuk menyekutukan Aku dengan

yang lain dalam hal ibadah yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentang hal itu maka janganlah kamu taati apa

yang diinginkan oleh keduanya. Sekalipun keduanya menggunakan

kekerasan supaya kamu mengikuti kehendaknya, maka lawanlah keduanya

dengan kekerasan juga jika keduanya benar-benar memaksamu.

Dan pergaulilah keduanya di dalam urusan dunia dengan pergaulan

yaang di ridhai oleh agama, dan sesuai dengan watak yang mulia serta harga

diri, yaitu dengan memberi pangan dan sandang kepada keduanya, tidak

boleh memperlakukan keduanya dengan perlakuan kasar, menjenguknya

apabila sakit, serta menguburnya apabila mati.

Firman Allah, (اَينُّدلا يِف) fid dunya, mengisyaratkan bahwa mereka mempergauli keduanya adalah suatu hal yang mudah. Karena sesungguhnya

hal itu terjadinya tidaklah terus menerus, sehingga tidak menjadi beban

(52)

39

Kemudia Allah kembali menyebutkan kelanjutan wasiat Luqman

melarang anaknya yang pembukaannya Luqman melarang anaknya berbuat

syirik (Al-Maraghi, 1992:156-157).

Menurut M. Quraisy Shihab mejelaskan bahwa, setelah ayat yang lalu

menekankan untuk berbakti kepada orang tua, kini di uraikan hal-hal yang

merupakan pengecualian menaati perintah kedua orang tua, dan juga

menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang keharusan

meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimanapun. Ayat

di atas menyatakan; Dan jika keduanya- apalagi kalau hanya salah satunya,

lebih-lebih kalau orang lain- bersungguh-sungguh memaksamu untuk

mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuannya

tentang itu, apalagi setelah Aku dan Rosul-Rosul menjelaskan kebatilan

mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan

nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian,

janganlah kamu memutuskan hubungan dengannya atau tidak

menghormatinya. Tetapi, tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak

bertentangan dengan ajaran agamamu dan pergaulilah keduanya di dunia,

yaitu selama ia masih hidup dan dalam urusan keduniaan-bukan akidah-

dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini

mengorbankan prinsip agamamu.

Kata (اَف ْوُرْعَم) mencakup segala hal yang di nilai masyarakat baik selama tidak bertentangan dengan akidah islamiyah. Dalam konteks ini di

(53)

40

oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah. Asma’ bertanya kepada Nabi

bagaimana seharusnya ia bersikap. Maka Rosulullah Saw,

memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan

memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kedatangannya.

Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu bapak

menjadikan para ulama’ berpendapat bahwa seorang anak boleh saja

membelikan buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras kalau

mereka terbiasa dan senang meminumnya karena meminum-minuman keras

untuk orang kafir bukanlah sesuatu yang munkar (Shihab,2002:303-305).

-

Artinya: (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau didalam bumi niscaya allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah

Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

Menurut tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa beberapa nasihat dan

wasiat Luqman kepada anaknya yang di lukiskan oleh ayat-ayat di atas,

sebagaimana yang di ucapkan oleh Luqman kepada anaknya. berkata

Luqman: “Hai anakku, perbuatan dosa dan maksiat walau seberat biji sawi

dan berada di dalam batu, di langit atau di bumi akan di datangkan oleh

Allah di hari kiamat nanti untuk memperoleh balasannya yang setimpal

(Salim&Said, 2006 : 264).

Menurut Al-Maroghi menjelaskan bahwa Luqman memberikan nasehat

(54)

41

anakku, sesungguhnya perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun

beratnya hanya sebiji sawi, lalu ia berada di temapt yang paling tersembunyi

dan paling tidak kelihatan, seperti di dalam batu besar atau di tempat yang

paling tinggi seperti di langit, atau tempat yang paling bawah seperti di

dalam bumi, niscaya hal itu akan di kemukakan oleh Allah Swt kelak di hari

kiamat. Yaitu ada hari pembalasan ketika Allah meletakkan timbangan amal

perbuatannya, apabila amalnya baik, maka balasannya pun juga baik, dan

apabila amalnya buruk, maka balasannya pun juga buruk (Al-Maroghi, 1992

: 157-158).

Menurut M. Quraisy Shihab menjelaskan di dalam tafsirnya bahwa, Ayat

di atas melanjutkan wasiat Luqman kepada anaknya. kali ini yng di uraikan

adalah kedalam ilmu Allah Swt yang di isyaratkan pula oleh penutup ayat

yang lalu dengan perintah-Nya; “.... maka Ku-berikan kepada kamu apa

yang telah engkau kerjakan”. Lukman berkata; “Wahai anakku,

sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan baik atau buruk walau seberat biji

sawi dan berada di tempat yang paling tersembunyi, misalnya di dalam

batu karang sekecil, sesempit dan sekokoh apapun batu itu, aatau di langit

yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian

dalam dimanapun keberadaannya, niscaya Allah akan mendatangkannya

lalu memperhitungkan dan memberinya balasan.

Kata ( فْيِطَل) terambil dari kata ( َفَطَل) yang memiliki ari lembut, halus, atau kecil. Imam Al-Ghozali mejelaskan bahwa yang berhak menyandang

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bonggol jagung terhadap temperatur pembakaran, waktu penyalaan awal dan waktu nyala efektif

Adapun teknik channel coding yang digunakan yaitu Polar Code dan Repetition Code sebagai error correction dan error detection dengan coding rate R=1/2, serta dilakuan

Pada skenrio pertama dilakukan simulasi sistem Analog ROF dengan NG-PON 2, dengan menggunakan splitter 1:4 diasumsikan sebagai ODC dan 1:16 ODP sehingga mampu

Pemeriksaan hanya dilakukan terhadap bahan baku dan cara pengolahannya saja; (3) tidak adanya jaminan bahwa dengan diperolehnya sertifikat halal, akan menjamin

1) Dalam pelaksanaan suatu proyek khususnya dalam industri EPC, setiap individu yang terlibat harus memahami ruang lingkup pekerjaan masing-masing khususnya

Setelah sistem selesai dirancang dengan benar dan diobservasi sehingga tidak ada yang salah dalam pemasangan dan koneksi dari setiap sensor yang dipergunakan,

Pada kelas kontrol yang tidak menggunakan strategi Information Search diperoleh nilai rata-rata hasil belajar biologi adalah 54,47 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah

Perbincangan EWOM dapat menciptakn interaksi antar pengguna. Interaksi pada kolom komentar tersebut dapat dengan mudah untuk diakses, sehingga,