• Tidak ada hasil yang ditemukan

ayat (1) UUHT mengatur sebagai berikut : (1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Pasal 20 ayat (1) UUHT mengatur sebagai berikut : (1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya. Pasal 15 ayat (2) dan (3) UU Jaminan Fidusia mengatur sebagai berikut :

(2) Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3) Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri.

38. Bahwa oleh karena TERGUGAT I telah berada dalam keadaan wanprestasi/default dengan segala akibat hukumnya dan TERGUGAT II mempunyai hak untuk melakukan lelang eksekusi atas aset-aset yang dijadikan jaminan utang TERGUGAT I kepada TERGUGAT II termasuk namun tidak terbatas pada aset milik PENGGUGAT yang dijadikan jaminan utang TERGUGAT I kepada TERGUGAT II sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Jo. Pasal 20 ayat (1) huruf a UUHT dan Pasal 15 ayat (2) dan (3) UU Jaminan Fidusia, maka TERGUGAT II telah mengajukan permohonan lelang eksekusi atas aset-aset yang dijadikan jaminan utang TERGUGAT I kepada TERGUGAT II tersebut (termasuk Sertifikat Hak Milik No. 500 atas nama Hansen (Vide Bukti TII-33) dan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 02 atas nama PT. Darsum (Vide Bukti TII-30) kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan sebagaimana surat-surat sebagai berikut :

- Surat No. B.668-RPK/RPS/03/2012 tanggal 26 Maret 2012 perihal : Permohonan Lelang Eksekusi Agunan (Bukti TII-44)

- Surat No. B.669-RPK/RPS/03/2012 tanggal 26 Maret 2012 perihal : Permohonan Lelang Eksekusi Agunan (Bukti TII-45)

- Surat No. B.893-RPK/RPS/04/2011 tanggal 20 April 2012 perihal: Perincian Harga Limit (Bukti TII-46).

39. Bahwa selanjutnya melalui surat No. B.877-RPK/RPS/04/12 tanggal 20 April 2012 perihal : Permohonan Dispensasi Lelang (Bukti TII-47), TERGUGAT II telah mengajukan permohonan dispensasi lelang kepada Kepala Kantor Wilayah II Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Medan agar aset-aset yang akan dilelang dapat dilaksanakan di KPKNL Medan, di mana permohonan TERGUGAT II tersebut telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah II Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Medan melalui surat Nomor : S-403/WKN.02/2012 tanggal 26 April 2012 perihal : Permohonan Dispensasi Lelang (Bukti TII-48). 40. Bahwa selanjutnya TERGUGAT III melalui surat Nomor : S-0942/WKN.02/KNL.01/2012 tanggal 4 Mei 2012 perihal : Jadwal Lelang telah menetapkan jadwal lelang atas aset-aset yang akan dilelang tersebut pada tanggal 5 Juni 2012 (Bukti TII-49). Sehubungan dengan jadwal pelaksanaan lelang tersebut maka melalui Surat No. 006/LF/MAJA/V/2012 tertanggal 22 Mei 2012 perihal : Pemberitahuan Pelaksanaan Lelang Eksekusi (Bukti TII-50) TERGUGAT II telah memberitahukan kepada TERGUGAT I dan PENGGUGAT jadwal pelaksanaan lelang yang telah ditetapkan oleh TERGUGAT III. Di samping itu TERGUGAT II juga telah mengumumkan lelang eksekusi tersebut melalui selebaran pada tanggal 7 Mei 2012 (Pengumuman I) (Bukti TII-51) dan melalui harian Analisa pada tanggal 22 Mei 2012 (Pengumuman II) (Bukti TII-52).

41. Bahwa namun demikian pelaksanaan lelang tersebut telah dibatalkan oleh TERGUGAT III sebagaimana surat Nomor : S-1095/WKN.02/KNL.01/2012 tertanggal 1 Juni 2012 perihal : Pembatalan Pelaksanaan Lelang (VideBukti TII-1).

42. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas telah terbukti bahwa tindakan TERGUGAT II yang melaksanakan lelang eksekusi atas aset-aset milik PENGGUGAT yang dijadikan jaminan utang

TERGUGAT I kepada TERGUGAT II “TIDAK DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM”, MELAINKAN TINDAKAN TERGUGAT II TERSEBUT SUDAH SESUAI DENGAN KETENTUAN HUKUM KHUSUSNYA PASAL 6 JO. PASAL 20 AYAT (1) HURUF A UU HAK TANGGUNGAN DAN PASAL 15 AYAT (2) DAN (3) UU JAMINAN FIDUSIA. Oleh karena itu sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim Yang Mulia menolak dalil PENGGUGAT poin 2 dan 3 pada halaman 3 Gugatan a quo yang pada pokoknya menyatakan bahwa tindakan TERGUGAT II yang melakukan lelang eksekusi atas aset milik PENGGUGAT yang dijadikan jaminan utang TERGUGAT I kepada TERGUGAT II adalah merupakan perbuatan melawan hukum.

Tuntutan Ganti Kerugian Yang Diajukan oleh PENGGUGAT Tidak Berdasar Hukum Dan HARUS DITOLAK

43. Bahwa pada butir 3 dan 4 halaman 3 Posita dan butir 6 Petitum dalam Gugatan a quo, PENGGUGAT telah meminta ganti kerugian kepada TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TERGUGAT III secara tanggung renteng sebagai berikut :

a. Kerugian Materiil sebesar Rp. 200.000.000.000,- (dua ratus milyar rupiah)

b. Kerugian Immateriil sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah)

44. Bahwa TERGUGAT II menolak dengan tegas tuntutan ganti kerugian yang diajukan oleh PENGGUGAT tersebut dengan dasar dan alasan sebagai berikut :

- Dalam perkara a quo, sama sekali tidak terbukti bahwa TERGUGAT II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana telah TERGUGAT II uraikan dalam butir 34 s/d butir 42 di atas.

- Dalam perkara a quo juga tidak terbukti ada kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT. Oleh karena itu PENGGUGAT tidak mempunyai dasar hukum sama sekali untuk meminta ganti kerugian kepada TERGUGAT II.

- Di samping itu PENGGUGAT juga tidak dapat memberikan perincian disertai bukti-bukti yang akurat mengenai kerugian-kerugian yang didalilkannya.

45. Bahwa oleh karena tuntutan kerugian yang diajukan oleh PENGGUGAT dalam Gugatan a quo sama sekali tidak jelas dan sama sekali tidak berdasar hukum, maka sudah sepatutnya apabila Majelis Hakim Yang Mulia menolak permohonan ganti kerugian yang diajukan oleh PENGGUGAT tersebut untuk seluruhnya.

Permohonan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) yang diajukan oleh PENGGUGAT tidak berdasar hukum

46. Bahwa TERGUGAT II menolak secara tegas dalil PENGGUGAT pada butir 5 halaman 3 s/d 5 Posita dan butir 3 Petitum dalam Gugatan a quo tentang permohonan sita jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap aset-aset yang dijadikan jaminan utang TERGUGAT I kepada TERGUGAT II, karena permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) yang diajukan oleh PENGGUGAT tersebut sama sekali tidak beralasan dan tidak mempunyai dasar hukum yang jelas.

47. Bahwa mengenai sita jaminan (conservatoir beslag) diatur dalam pasal 227 ayat (1) HIR yang berbunyi sebagai berikut :

“Jika ada persangkaan yang beralasan, bahwa seorang yang berutang, selagi belum dijatuhkan keputusan atasnya atau selagi putusan yang mengalahkannya belum dapat dijalankan, mencari akal akan menggelapkan atau membawa barangnya baik yang tidak tetap maupun yang tetap dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari penagih utang, maka atas surat permintaan orang yang berkepentingan ketua pengadilan negeri dapat memberi perintah, supaya disita barang itu untuk menjaga hak orang yang memasukkan permintaan itu, dan kepada peminta harus diberitahukan akan menghadap persidangan pengadilan negeri yang pertama sesudah itu untuk memajukan dan menguatkan gugatannya.“

48. Bahwa di samping itu M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Penerbit Sinar Grafika, halaman 285, menyatakan bahwa tujuan utama penyitaan adalah agar harta kekayaan milik tergugat :

- Tidak dipindahkan kepada orang lain melalui jual-beli atau penghibahan, dan sebagainya

- Tidak dibebani dengan sewa-menyewa atau diagunkan kepada pihak ketiga

49. Bahwa selanjutnya M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Penerbit Sinar Grafika, halaman 340, menyatakan bahwa “untuk menjamin pemenuhan pembayaran tuntutan ganti rugi yang diajukan penggugat berdasarkan wanprestasi atau PMH, dapat meminta kepada pengadilan agar diletakkan sita jaminan terhadap barang milik tergugat”

50. Bahwa selanjutnya berdasarkan Doktrin Hukum M. Yahya Harahap, SH., dalam bukunya Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan Persidangan Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan halaman 299, diatur bahwa pengabulan dan pelaksanaan sita dalam suatu perkara hanyalah terbatas terhadap harta kekayaan tergugat dan tidak boleh melampaui terhadap harta kekayaan pihak ketiga.

Doktrin Hukum M. Yahya Harahap, SH., dalam bukunya Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan Persidangan Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan halaman 299

“... proses penyelesaian perkara, hanya mengikat kepada para pihak pengugat dan tergugat. Tidak boleh merugikan pihak ketiga atau pihak lain yang tidak terlibat sebagai pihak dalam perkara yang bersangkutan.

Sehubungn dengan itu, pengabulan dan pelaksanaan sita dalam suatu perkara:

- hanya terbatas terhadap harta kekayaan tergugat, dan

- tidak boleh melampaui terhadap harta kekayaan pihak ketiga.”

51. Bahwa selanjutnya berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 394 K/Pdt/1984 tanggal 31 Mei 1985 dinyatakan bahwa terhadap tanah dan bangunan yang sudah dijadikan jaminan utang kepada BANK (in casu TERGUGAT I) tersebut tidak dapat dikenakan sita jaminan (conservatoir beslag).

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 394 K/Pdt/1984 tanggal 31 Mei 1985

“barang yang sudah dijadikan jaminan hutang kepada Bank, tidak dapat dikenakan sita jaminan/conservatoir beslag.”

52. Bahwa berdasarkan Pasal 227 ayat (1) HIR maupun doktrin hukum dari M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Penerbit Sinar Grafika, halaman 285 dan 340 dan 299 serta berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 394 K/Pdt/1984 tanggal 31 Mei 1985, jelas bahwa sita jaminan (conservatoir beslag) tidak dapat diterapkan pada aset yang sudah dijadikan jaminan kepada BANK dan penerapannya hanya terbatas pada harta kekayaan milik tergugat (bukan milik penggugat) dan tidak boleh melampaui terhadap harta kekayaan pihak ketiga.

53. Bahwa pada butir 5 halaman 3 s/d 5 Posita dan butir 3 Petitum dalam Gugatan a quo ternyata yang dimohonkan sita jaminan (conservatoir beslag) oleh PENGGUGAT adalah aset yang semuanya sudah dijadikan jaminan utang kepada TERGUGAT II, di samping itu aset-aset tersebut antara lain adalah milik PENGGUGAT sendiri (in casu PT. DARSUM) dan milik Pihak Ketiga yang bukan pihak dalam perkara a quo yaitu milik HANSEN, LIPINY KUWANTO dan PT. SEPARINDO HEVEA NUSANTARA, yaitu :

1) Sertifikat Hak Guna Usaha No. 2/Desa Tanjung Selamat, Kec. Padang Tualang, Kab. Langkat, Propinsi Sumatera Utara seluas 575,88 Ha atas nama PENGGUGAT (in casu PT. DARSUM) (Vide Bukti TII-31) yang telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 120/2006 tanggal 4 Mei 2006 (Vide Bukti TII-30);

2) Tanah beserta bangunan pabrik dan sarana pelengkap diatasnya, di mana seluruhnya terletak di Desa Puji Mulyo, Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Sumatera Utara (setempat dikenal dengan Jl. Utama No. 98 Desa Puji Mulyo, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara) yang terdiri dari :

a. Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 46 seluas 3.201 m2 (Vide Bukti TII-14), SHGB No. 89 seluas 300 m2 (Vide Bukti TII-15), SHGB No. 90 seluas 206 m2 (Vide Bukti TII-16) dan

SHGB No. 92 seluas 587 m2 (Vide Bukti TII-17), keempat SHGB tersebut tercatat atas nama PT. MAJA AGUNG LATEXINDO dan telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 1544/2003 tanggal 22 Desember 2003 (Vide Bukti TII-13);

b. Sertifikat Hak Milik No. 146 seluas 2.625 m2 (Vide Bukti TII-19) dan SHM No. 309 seluas 1.213 m2 (Vide Bukti TII-20) di mana keduanya tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu HANSEN) dan telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 1545/2003 tanggal 23 Desember 2003 (Vide Bukti TII-18);

c. Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 108 seluas 702 m2 (Vide Bukti TII-26), SHGB No. 109 seluas 318 m2 (Vide Bukti TII-27), SHGB No. 110 seluas 405 m2 (Vide Bukti TII-28) dan SHGB No. 111 seluas 583 m2 (Vide Bukti TII-29) di mana keempatnya tercatat atas nama PT. MAJA AGUNG LATEXINDO dan telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. No. 722/2006 tanggal 1 Mei 2006 (Vide Bukti TII-25);

3) 3 (tiga) bidang tanah beserta bangunan pabrik yang terletak di Desa Gunung Melayu, Kec. Kualuh Hulu, Kab. Labuhan Batu, Sumatera Utara setempat dikenal dengan Jl. Raya Aek Kanopan – Rantau Prapat KM 14,5 Desa Gunung Melayu, Kec. Kualuh Hulu, Kab. Labuhan Batu, Sumatera Utara, terdiri dari :

- Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 1 seluas 16.040 m² tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu PT. SEPARINDO HEVEA NUSANTARA) (Vide Bukti TII-24) - Sertifikat Hak Milik No. 5 seluas 7.338 m2 (Vide Bukti TII-22)

dan SHM No. 6 seluas 6.990 m2 (Vide Bukti TII-23) di mana keduanya tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu HANSEN).

Ketiga bidang tanah beserta bangunan pabrik tersebut telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 429/2003 Peringkat I tanggal 13 Oktober 2003 (Vide Bukti TII-21A) Jo Sertifikat Hak Tanggungan No.

552/2003 Peringkat II tanggal 8 Desember 2003 (Vide Bukti TII-21B);

4) Sebidang tanah seluas 1.784 m2 beserta bangunan kantor diatasnya sesuai dengan SHM No. 500 yang terletak di Jl. Pemuda atau Jl. Kereta Api No. 11 Kel. Aur, Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu HANSEN) (Vide Bukti TII-33) yang telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 6468/2005 Peringkat I tanggal 14 September 2005 (Vide Bukti TII-32A) Jo Sertifikat Hak Tanggungan No. 7011/2008 Peringkat II tanggal 31 Juli 2008 (Vide Bukti TII-32B)

5) Sebidang tanah seluas 1.116 m2 sesuai dengan SHGB No. 878 yang terletak di Kel. Suka Damai, Kec. Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara setempat dikenal dengan Padang Golf Mansion, Blok C/A 11, Jl. Padang Golf Polonia, Kel. Suka Damai, Kec. Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu LIPINY KUWANTO) (Vide Bukti TII-9) yang telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 4602/2003 Peringkat I tanggal 21 Oktober 2003 (Vide Bukti TII-8A) Jo Sertifikat Hak Tanggungan No. 767/2004 Peringkat II tanggal 10 Februari 2004 (Vide Bukti TII-8B);

6) Dua bidang tanah beserta bangunan diatasnya yang terdiri dari SHM No. 890 seluas 125 m2 (Vide Bukti TII-12) dan SHM No. 889 seluas 95 m2 (Vide Bukti TII-11) keduanya terletak di PROf. HM. Yamin, SH No. 40-40A, Kel. Sidodadi, Kec. Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara yang tercatat atas nama PIHAK KETIGA (in casu HANSEN) dan telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No. 4599/2003 Peringkat I tanggal 21 Oktober 2003 (Vide Bukti T II-10A) Jo Sertifikat Hak Tanggungan No. 1022/2004 Peringkat II tanggal 24 Februari 2004 (Vide Bukti TII-10B); 7) Mesin-mesin dan peralatan yang terletak di Jl. Utama No. 98,

Desa Puji Mulyo, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara;

8) Mesin-mesin dan peralatan yang terletak di Jl. Raya Aek Kanopan – Rantau Prapat KM 14,5 Desa Gunung Melayu, Kec. Kualuh Hulu, Kab. Labuhan Batu, Sumatera Utara;

Seluruh mesin-mesin dan peralatan tersebut telah dijaminkan kepada TERGUGAT II berdasarkan sertifkat-sertifikat Jaminan Fidusia sebagai berikut :

- Sertifikat Jaminan Fidusia No. W2-1866 HT.04.06.TH.2003/STD tertanggal 10 Oktober 2003 (VideBukti TII-34);

- Sertifikat Jaminan Fidusia No. W2-2424 HT.04.06.TH.2003/STD tertanggal 15 Desember 2003 (VideBukti TII-35);

- Sertifikat Jaminan Fidusia No. W2-2425 HT.04.06.TH.2003/STD tertanggal 15 Desember 2003 (VideBukti TII-36);

- Sertifikat Jaminan Fidusia No. W2-2426 HT.04.06.TH.2003/STD tertanggal 15 Desember 2003 (VideBukti TII-37);

- Sertifikat Jaminan Fidusia No. W2-3176 HT.04.06.TH.2007/STD tertanggal 8 November 2007(VideBukti TII-38).

54. Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas jelas bahwa syarat-syarat permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) tidak terpenuhi karena aset-aset yang dimohonkan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) oleh PENGGUGAT seluruhnya sudah dijaminkan kepada TERGUGAT II. Di samping itu aset-aset tersebut antara lain adalah aset milik PENGGUGAT sendiri (in casu PT. DARSUM) dan milik PIHAK KETIGA yang bukan pihak dalam perkara a quo yaitu milik HANSEN, LIPINY KUWANTO dan PT. SEPARINDO HEVEA NUSANTARA.

55. Bahwa oleh karena aset-aset yang dimohonkan sita jaminan (conservatoir beslag) oleh PENGGUGAT adalah :

- Merupakan aset-aset yang sudah dijadikan jaminan utang kepada TERGUGAT II;

- Merupakan aset-aset yang antara lain milik PENGGUGAT sendiri (in casu PT. DARSUM) dan milik Pihak Ketiga yang bukan pihak

dalam perkara a quo yaitu milik HANSEN, LIPINY KUWANTO dan PT. SEPARINDO HEVEA NUSANTARA;

maka terhadap aset-aset tersebut jelas tidak dapat diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag). Oleh karena itu permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) yang diajukan oleh PENGGUGAT pada butir 5 halaman 3 s/d 5 Posita dan butir 3 Petitum dalam Gugatan a quo jelas sangat tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan dan oleh karenanya sangat patut dan berdasar hukum apabila Majelis Hakim yang Mulia menolak Permohonan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) yang diajukan oleh PENGGUGAT tersebut untuk seluruhnya.

Dokumen terkait