• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGADILAN TINGGI MEDAN

DALAM POKOK PERKARA :

1. Bahwa Tergugat III dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya.

2. Bahwa Tergugat III tidak akan menjawab dalil/alasan yang dikemukakan oleh Penggugat yang tidak berkaitan dengan tugas dan wewenang Tergugat III. Dan apa yang dilakukan oleh Tergugat III dalam hal proses pelaksanaan lelang telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku maka tindakan hukum yang dilakukan oleh Tergugat III adalah sah menurut hukum yang berlaku.

3. Bahwa yang menjadi alasan diajukannya gugatan oleh Penggugat di dalam surat gugatannya adalah sebagai berikut :

a. Penggugat mendalilkan dirinya sebagai pemilik sah atas Sertifikat Hak Guna Usaha No. 02 atas nama PT. Darsum;

b. Selanjutnya sekitar tahun 2005, Tergugat I ada telah mendapatkan fasilitas kredit investasi dari Tergugat II sebesar Rp. 21.092.000.000,- (dua puluh satu milyar sembilan puluh dua juta rupiah);

c. Bahwa dari fasilitas pinjaman tersebut Tergugat I telah memberikan agunan Sertifikat Hak Milik No. 500 atas nama Hansen dan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 02 atas nama PT. Darsum;

d. Bahwa Penggugat mendalilkan dalam gugatannya bahwa secara sepihak Tergugat II telah mengajukan permintaan lelangnya kepada Tergugat III atas aset milik Penggugat tersebut, kemudian Tergugat II telah melaksanakan pengumuman lelang eksekusi Hak Tanggungan pada Surat Kabar Harian Analisa hari Selasa, 22 mei 2010 halaman 11 pengumuman Lot 1 (satu) sampai dengan Lot 6 (enam) sebidang tanah seluas 575,88 Ha sesuai dengan Sertifikat Hak Guna Usaha No. 02 atas nama PT. Darsum terletak di Desa Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang, Kab. Langkat, Sumatera Utara;

e. Bahwa perbuatan Tergugat I yang lalai menarik agunan atas harta milik Penggugat adalah merupakan perbuatan melawan hukum begitu juga dengan Tergugat II dan Tergugat III tersebut yang melelang harta-harta atau barang-barang agunan milik Penggugat Tersebut adalah merupakan perbuatan melawan hukum (onrecht matige daad).

f. Bahwa akibat dari perbuatan melawan hukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III tersebut Penggugat menuntut ganti rugi secara materiil sebesar Rp. 200.000.000.000,- (dua milyar rupiah) dang anti rugi moril sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah) secara tanggung renteng.

4. Bahwa dalil/alasan gugatan Penggugat adalah tidak benar dan tidak berdasarkan hukum sama sekali sehingga Tergugat III dengan tegas

menolak menolak seluruh dali/alasan Penggugat kecuali terhadap apa yang diakui secara tegas kebenarannya.

5. Bahwa dapat Tergugat III tegaskan, permintaan lelang oleh Tergugat II atas beberapa objek perkara tersebut adalah berdasarkan Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 pada pokoknya menyatakan bahwa sertifikat hak tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum. Berkenaan dengan hal tersebut, pelaksanaan eksekusi hak tanggungan merupakan sebagai lembaga parate eksekusi yang mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum. Adapun ketentuan tersebut merupakan perwujudan dari kemudahan yang disediakan kepada kreditor pemegang hak tanggungan dalam melaksanakan eksekusi hak tanggungan. (vide Penjelasan atas Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 angka 9).

6. Bahwa Tergugat III tegaskan pula, berpedoman pada Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, rencana lelang yang dilaksanakan adalah Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan bukan merupakan lelang melalui kompetensi Pengadilan Negeri/Lelang Eksekusi Pengadilan. Lelang eksekusi hak tanggungan tidak memerlukan perintah dari Ketua Pengadilan untuk melakukan penjualan objek hak tanggungan melalui pelelangan umum, kreditor pemegang hak tanggungan (dalam hal ini adalah Tergugat II, selaku pemegang hak tanggungan yang terakhir) yang mempunyai kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dapat langsung mengajukan permintaan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang untuk melakukan penjualan objek tanggungan terhadap debitur yang telah melakukan cidera janji.

7. Bahwa dapat Tergugat III tegaskan kembali, tindakan Tergugat III di dalam melaksanakan pelelangan a quo didasarkan oleh adanya Surat Permohonan Lelang Eksekusi Agunan No. B.669-RPK/RPS/03/2012

tanggal 26 Maret 2012 dari PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (Tergugat II).

8. Bahwa sesuai dengan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dijelaskan bahwa “Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang lelang”.

9. Bahwa selain itu, sesuai dengan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dijelaskan pula bahwa “Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul karena ketidakabsahan barang dan dokumen persyaratan lelang.”

10. Bahwa mengacu pada Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan tersebut, Tergugat II selaku Penjual/pemohon lelang telah menandatangani Surat Pernyataan No. B.674-RPK/RPS/03/2012 tanggal 26 Maret 2012 dan No. B.676-RPK/RPS/03/2012 tanggal 26 Maret 2012, yang salah satu klausulnya menyebutkan pada pokoknya bank akan bertanggung jawab apabila dikemedian hari terjadi gugatan terhadap lelang jaminan kredit macet atas nama debitur PT Maja Agung Latexindo (in casu Tergugat I).

11. Bahwa dengan demikian, tuntutan ganti rugi Penggugat yang ditujukan kepada Tergugat II tidak tepat, karena sesuai dengan Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan tersebut dan Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Penjual/Pemohon Lelang, Tergugat II tidak bertanggung jawab serta sudah selayaknya untuk tidak dilibatkan dalam gugatan perdata dan tuntutan ganti rugi yang timbul akibat tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang lelang. 12. Bahwa berdasarkan Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dengan tegas menyatakan bahwa “Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang”.

13. Bahwa untuk menindaklanjuti permohonan lelang dari Tergugat II yang telah memenuhi syarat untuk dilakukan lelang, Tergugat III kemudian menetapkan jadwal pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dengan surat No. S-0942/WKN.02/KNL.01/2012 tanggal 4 Mei 2012.

14. Bahwa berdasarkan Pasal 27c Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang pada pokoknya menyatakan pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang dapat dilakukan oleh Pejabat Lelang apabila terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT dari pihak lain selain debitor/suami atau istri debitor/tereksekusi, maka Tergugat III melalui Surat Pembatalan Pelaksanaan Lelang No. S-1095/WKN.02/KNL.01/2012 tanggal 1 Juni 2012 dan Surat Pernyataan Pembatalan Lelang tanggal 31 Mei 2012 telah membatalkan pelaksanaan lelang yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2012 dikarenakan adanya gugatan a quo.

15. Bahwa berdasarkan pada ketentuan tersebut di atas dan dimana Penggugat menyatakan bahwa objek sengketa adalah miliknya, maka Tergugat III “mensomeer” meminta kepada Penggugat untuk membuktikan terlebih dahulu dari kebenaran dalil/alasan gugatannya.

16. Bahwa Tergugat III dengan tegas menolak dalil/alasan yang diajukan oleh Penggugat dalam gugatan Penggugat yang pada pokoknya menyatakan “bahwa dari tindakan melawan hukum Tergugat I, II dan III tersebut maka Penggugat telah mengalami kerugian Nilai aset kebun seluas 575, 88 Ha sebesar Rp. 200.000.000.000,- (dua ratus milyar rupiah)”.

17. Bahwa Tergugat III dengan tegas menolak dalil/alasan Penggugat dalam gugatannya yang menyatakan bahwa “…dengan adanya pengumuman lelang seolah-olah perusahaan Penggugat mengalami ekonomi sulit sehingga banyak rekan-rekan bisnis Penggugat berusaha menjauhi dan menghindari Penggugat, kesemuanya ini tidak dapat dinilai dengan uang akan tetapi untuk mempermudah perhitungan, maka penggugat padai senilai Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah)”.

18. Bahwa dalil/alasan tersebut adalah tidak benar dan sudah sepatutnya ditolak oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo karena jelas tidak ada satupun perbuatan dari Tergugat III yang merupakan perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat dan selain itu, tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat tidak didukung dengan suatu perincian kerugian yang jelas, dan dalam gugatannya Penggugat tidak menguraikan dari mana perhitungan kerugian materiil yang dideritanya.

19. Bahwa selain dalil/alasan tersebut di atas, terhadap dalil/alasan Penggugat tidak benar dan tidak didasari hukum sama sekali karena tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat tidak dirinci dan tanpa berdasarkan pada fakta-fakta hukum yang ada sehingga sudah sepatutnya ditolak oleh Majelis Hakim.yang memeriksa perkara a quo, karena berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 16 Desember 1970 No. 492 K/Sip/1970 dan Putusan Mahkamah Agung R.I. No.1720 K/Pdt/1986 tanggal 18 Agustus 1988 dengan tegas dinyatakan bahwa “Setiap tuntutan ganti rugi harus disertai perincian kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutannya. Tanpa perincian dimaksud maka tuntutan ganti rugi harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tuntutan tersebut tidak jelas/tidak sempurna”.

20. Bahwa permintaan ganti rugi oleh Penggugat tersebut harus ditolak oleh Majelis Hakim perkara a quo karena sesuai dengan Surat Pembatalan Pelaksanaan Lelang No. S-1095/WKN.02/KNL.01/2012 tanggal 1 Juni 2012 dan Surat Pernyataan Pembatalan Lelang tanggal 31 Mei 2012 Tergugat III telah membatalkan pelaksanaan lelang, sehingga belum terjadi peralihan hak yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat.

21. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak dalil atau alasan Penggugat dalam gugatannya) yang pada pokoknya menyatakan bahwa Penggugat meminta kepada Majelis Hakim untuk meletakkan sita jaminan atas objek-objek sengketa.

22. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 394 K/Pdt/1984 tanggal 31 Mei 1985 menjelaskan bahwa “barang yang sudah dijadikan jaminan hutang kepada Bank, tidak dapat dikenakan sita jaminan’. Dengan demikian objek sengketa yang merupakan

barang agunan tidak dapat diletakkan sita jaminan sehingga permohonan sita jaminan Penggugat terhadap objek sengketa harus ditolak.

23. Bahwa Tergugat III menolak dengan tegas permintaan Penggugat pada gugatannya halaman 5 (lima) yang pada pokoknya meminta agar putusan perkara ini dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya banding, kasasi, atau upaya hukum lainnya (Uitvoerbaar Bij Vooraad).

24. Bahwa dalil/alasan tersebut adalah tidak benar dan tidak berdasar sama sekali sehingga sudah sepatutnya ditolak oleh Majelis Hakim karena berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2001 tanggal 20 Agustus 2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Vooraad) dan Provisionil dengan tegas dinyatakan bahwa setiap kali akan melaksanakan putusan serta merta (Uitvoerbaar Bij Vooraad) harus disertai dengan penetapan sebagaimana yang diatur dalam butir 7 SEMA No.3 Tahun 2000 dan harus disertai dengan adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai/objek eksekusi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain apabila ternyata dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusaan Pengadilan Tingkat Pertama. Dengan demikian jelas bahwa tanpa adanya uang jaminan yang sama nilainya dengan objek sengketa, maka pelaksanaan putusan serta merta tidak boleh dijalankan.

Maka, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, dengan ini Tergugat III mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berkenan untuk memutuskan dengan amar sebagai berikut:

Dalam Provisi :

 Menyatakan menolak provisi Penggugat. Dalam Pokok Perkara :

 Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard);

 Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Pengadilan Negeri Medan telah menjatuhkan putusan tanggal 23 Januari 2013, Nomor 303/Pdt.G/2012/PN.Mdn yang amarnya sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

- Mengabulkan Eksepsi Tergugat II ; DALAM POKOK PERKARA :

- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 351.000,- (tiga ratus lima puluh satu ribu rupiah);

Menimbang, bahwa berdasarkan Akta Permohonan Banding

Nomor: 12/2013 tanggal 04 Februari 2013 yang dibuat oleh H. BASTARIAL, S.H, M.H, Panitera Pengadilan Negeri Medan yang

menerangkan bahwa Kuasa Hukum Penggugat telah menyatakan banding Terhadap putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 303/Pdt.G/2012/PN.Mdn, tanggal 23 Januari 2013 dan telah diberitahu kepada Terbanding I, semula Tergugat I pada tanggal 11 April 2013, dan kepada Terbanding II dan Terbanding III semula Tergugat II dan Tergugat III masing-masing pada tanggal 12 April 2013;

Menimbang, bahwa Pembanding semula Penggugat telah mengajukan memori banding tanggal 23 Januari 2013 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan tanggal 05 April 2013 dan memori banding tersebut telah diserahkan kepada Terbanding I, semula Tergugat I pada tanggal 11 April 2013 dan kepada Terbanding II dan Terbanding III semula Tergugat II dan Tergugat III masing-masing pada tanggal 12 April 2013;

Menimbang, bahwa Terbanding I semula Tergugat I telah mengajukan kontra memori banding tanggal 23 Januari 2013 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 30 Mei 2013 dan hingga perkara ini diputus oleh Hakim Tingkat Banding relas pemberitahuan kontra memori banding tersebut belum diterima oleh Pengadilan Tinggi Medan;

Menimbang, bahwa Terbanding I semula Tergugat I telah mengajukan Kontra Memori Banding pada tanggal 30 Mei 2013 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan tanggal 30 Mei 2013;

Menimbang, bahwa Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 15 April 2013 telah memberitahukan kepada Pembanding semula Penggugat dan pada tanggal 11 April 2013 telah memberitahukan kepada Terbanding I semula Tergugat I dan pada tanggal 12 April 2013 telah memberitahukan masing-masing kepada Terbanding II semula Tergugat II, Terbanding III semula Tergugat III untuk diberi kesempatan mempelajari berkas perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah diterimanya pemberitahuan ini;

Dokumen terkait